Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160316 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zakarias Busiara
"Penyakit malaria di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, terutama daerah-daerah di luar pulau Jawa dan Bali. Dari tahun ke tahun angka kesakitan yang diakibatkan oleh penyakit malaria tidak mengalami perubahan, terbukti dari tahun 1984 - 1991, angka kasakitannya berkisar antara 28, 88 - 87,65-7, 65 persen (Profit Kesehatan.tahun 1992). Khususnya di Propinsi Irian Jaya, penyebab kematian dari 10 besar penyakit di Puskesmas malaria yang paling tinggi, yaitu: 18,94 persen (lihat tabel 1.1), dan di lokasi transmigran Arso VI, Kecamatan Arso Kabupaten Jayapura, sampel darah yang diambil untuk pemeriksaan malaria ternyata yang positif malaria, untuk umur 0 - 12 bulan: 60,00 persen dan umur 1 - 9 tahun: 61,54 persen.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian malaria, pada Balita di lokasi transmigran arso VI Kecamatan Arso Kabupaten Jayapura. Irian Jaya.
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat berguna bagi pengelola program dalam upaya menentukan target sasaran intervensi penanganan kejadian malaria di lokasi transmigran Arso VI, Kecamatan Argo Kabupaten Jayapura dan didaerah lain yang mempunyai permasalahan yang sama. Penelitian ini menggunakan pendekatan "Cross Sectional" dengan menggunakan data primer, yang diperoleh di lapangan. Unit analisa adalah: ibu dari balita 0 - 5 tahun, diambil satu anak yang. paling kecil dalam keluarga.
Hipotesis yang diajukan adalah: ? secara bersama-sama " ada hubungan antara variabel-variabel pengaruh (independen variabel) dengan variabel terpengaruh (dependen variabel). Analisa yang digunakan adalah: univariat, untuk melihat gambaran. frekwensi distribusi responden menurut berbagai karakteristiknya; dan analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel independen dengan dependen variabel. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square, variabel- variabel independen yang mempunyai hubungan dengan kejadian. malaria (dependen variabel) adalah: variabel tingkat pendidikan responden, dengan nilai p = 0,0000 (p<0,05) dan Chi-Square = 24,5818 pada Df = 1; variabel pengetahuan responden tentang penyakit malaria dengan nilai p = 0,0545 (p <0,05) dan Chi-Square = 13,80 pada Df = 1; variabel perilaku pencegahan penyakit malaria dengan nilai p = 0,0000 (p <0, 05) dan Chi-Square = 24,58 pada Df = 1; dan variabel lingkungan perumahan dengan nilai p = 0,0003 (p < 0,05) dan Chi-Square= 13, 13 pada Df =1; variabel bentuk perumahan dengan nilai p = 0,003 dan Chi-Square = 8,18 pada Df = 1.
Dari hasil penelitian dengen menggunakan uji statistik Chi- Square, ternyata yang mempunyai hubungan dengan kejadian malariaadalah: variabel tingkat pendidikan responden yang masih rendah; variabel pengetahuan responden tentang penyakit malaria yang masih rendah; variabel perilaku pencegahan penyakit malaria yang buruk; variabel bentuk perumahan yang buruk dan variabel lingkungan yang buruk oleh sebab itu untuk menurunkan angka kejadian malaria di lokasi transmigran Arso VI, Kecamatan Arso Kabupaten Jayapura, yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut diatas, diperlukan adanya upaya-upaya sebagai berikut: Perlu diberikan penyuluhan dan pelatihan-pelatihan ketrampilan melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal khususnya dalam bidang pelayanan kesehatan sehingga mereka dapat meningkatkan derajat kesehatan den tidak terlepas dari faktor pendukung lainnya yaitu; faktor sosial ekonomi yang perlu ditingkatkan pula.

The related factors with malaria for children under5years old in transmigration location Arso VI, Subdistrict of Arso, Regency of Jayapura in 1994.In Indonesia, malaria disease is still become a problem for public healthy, especially for the outside areas of Java-and Bali Island. From year to year, the number of sickness that consequences by malaria disease have never been change, it have prove from 1981 - 1991, Number 07 sickness revolve between28, 88 - 87, 65% (Health profile 19-92 ).
From Big ten diseases for the causes of death, in public Health centreespecially in province of Irian Jaya, it could be said that malaria get the highest rank, it is 18,94% ( see table 1 .1 ), and the blood sample for malariaanalysis s in transmigration location Arso VI, subdistrict of Arso, regency of Jaya Pura; positive evidencely for children 0 - 12 months old, is 60,00t and for 1 - 9 years old is . 61,541 purpose ofresearch isto get to know the reisting factors whit malaria occurrence, for children waders 5 years old in transmigration location Arso VI, subdistrict of Arso, regency of Jayapura, Irian Jaya. The advantage of researchcaved be given some beneficial to program processors in effort to determined main interventions target aims for malariaaccurance in transmigration location Arso VI, subditrict Arso, Regency of Jayapura, and for some other areas with the same set of problems.
This research is using primary datasquare with " Cross Sectional Approach ?.
Analysis Unit is: mother of the youngest children from 0 - 5 years old, in family.
Hypothesis that collective remanded have connection between independent variables and dependent variables.
And Analysis use urrivariat analysis means to description about respondent distribution frequency,according to all sort of their characteristics, and bivariat analysis that means to know if there have relationship between independent variables and dependent variables .
According to statistictest with chi-square test, have been know that independent variables which- have- relation with malaria occurance (dependent variables) are :
- Respondent educational-level variables with P value 0,0000 ( p < 0,05 ) and chi - square 24,5818 at Df = I;
- Respondent ability to know about malaria diseasevariable with P value 0,0545 ( P < 0.05 ) and chi-square 13, 80 at Df = I;
- Malaria disease prevention behavior variable with P value0,0000 ( P<0,05 ) and chi-square 24,58 at Df = 1 and housing environment variable with P value = 0, 0003 ( P<0,05 ) and chi-square = 13,13 at Df=1, Housingtype variable with P value = 0,003 and chi-square = 8,18 at Df =1
Based on resulting of research, with chi-square statistic test, therehave been know that some variable having connection with malaria occurance, and the mention variable are : Law range of respondent arilityto know about malaria disease variable, dilapidated malaria disease unproporsional housing type malaria and bad environmental variable.
So, if we want to reduce malaria occurance digit in transmigration location Arso- VI, subdistrict of Arso, Regency of Jayapura, which are causing by some factors as mention above; there. are stall required some efforts as following below : Give some elucidation and skill training through formal and informal education, especially in healthy service sector, until people can raise their selves healthy degrees, without apart from ether proponent factor, such as increasing of social-economy factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakharias Giay
"Irian Jaya merupakan propinsi dengan masalah malaria tertinggi (SPR pelita V 54,05%), selain sebagai penerima transmigrasi cukup besar di Indonesia. Jayapura adalah kabupaten penerima transmigrasi ke-2 terbesar setelah Merauke dan memiliki masalah malaria lebih tinggi dari kabupaten Merauke. Kecamatan Arso juga sebagai penerima transmigrasi terbesar di kabupaten Jayapura dengan masalah malaria paling tinggi (AMI, Desember 1994: 579,48 per 1000 penduduk).
Jenis penelitian adalah "kasus kontrol', untuk mempelajari pengaruh tindakan pencegahan perorangan terhadap kejadian malaria. Selain itu untuk mengetahui pengaruh tindakan pencegahan perorangan terhadap kejadian malaria setelah dikontrol faktor-faktor kovariat. Populasi study yaitu kelompok umur 15 - 50 tahun. Analisis statistik dengan uji odds ratio dan kai kuadrat serta multiple regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan pencegahan gigitan nyamuk mempengaruhi kejadian malaria. Jika tindakan pencegahan gigitan nyamuk tergolong kurang maka risiko kejadian malaria sebesar 2,464 kali dibandingkan yang memiliki tindakan pencegahan tersebut yang tergolong baik (p = 0,0126, 95% CI : 1,196-5,078). Sedangkan faktor kebiasaan berada di luar rumah pada malam hari dan kebiasaan berpakaian pada waktu tidur malam tidak mempengaruhi kejadian malaria.
Faktor yang berperan sebagai kovariat yaitu status penyemprotan rumah dengan IRS dan lama bermukim di unit pemukiman transmigrasi. Risiko kejadian malaria akan meningkat menjadi 3,066 kali jika penduduk memiliki tindakan pencegahan gigitan nyamuk tergolong kurang setelah dikontrol oleh 2 faktor kovariat tersebut (p = 0,0075, 95% CI : 1,350-6,966 dan likelihood ratio = 0,0425).

Malaria incident and individual prevention action at transmigration settlement of sub-distrct Arso, district Jayapura, Province of Irian Jaya.Irian Jaya is made up of a Province which is susceptible against malaria - the highest among other Provinces in Indonesia (SPR of pelita [five years development plant] V was 54,05%), apart from a big transmigrant sites in Indonesia. Jayapura is the number two biggest transmigrant receiver after Merauke but having the higher malaria matters than Merauke district. Sub-district Arso is the biggest receiver city of transmigrant as well as Jayapura county by having the highest rate of malaria matters (AMI, December 1994: 579,48 per 1000 people).
Type of this research is 'case control' to learn the impact of individual prevention action against malaria incident. Apart from that, it is to find out the impact of individual prevention action against malaria incident after controlled by covariates factors. Study's subject was population under age group 15-50 years. Statistic analysis by means of odds ratio, chi square and multiple logistic regression as well.
The result of this research indicated that prevention action of mosquito bite impact on malaria incident. When such preventions is classified less so the malaria incident will be 2.464 times compared with one classified good (p = 0.0126,95% Cl :1,196-5,078). While other factors such as stay outside of house at night time and dressing habit on bed time do not effect malaria incident.
Factor is considered as covariat factor are house spraying activities status with IRS and the length of dwelling at transmigration settlement. The risk of malaria incident will increase to be 3.066 times if the population has less prevention action of mosquito bite after controlling by the two covariat factors (p = 0.0075,95% CI :1,350-6,966 and likelihood ratio is (0,0425).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erdianal
"Kecamatan Kampar Kiri Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar yang mempunyai angka penderita malaria klinis yang tertinggi (AMI = 79,19) dari 18 (delapan belas) kecamatan yang berada di Kabupaten Kampar. Penyakit malaria disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk anopheles, sp sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan dan salah satu dari sepuluh besar penyakit penyebab kematian di Indonesia, dan dapat menimbulkan kerugian di bidang sosial ekonomi.
Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar. Sebagai kasus adalah pasien yang berkunjung ke puskesmas dengan gejala klinis dan basil pemeriksaan darah malaria positif, sedangkan kontrol adalah pasien yang berkunjung tanpa gejala malaria klinis, dan basil pemeriksaan darah negatif. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing sebanyak 69 kasus.
Faktor-faktor yang diteliti adalah tempat perkembangbiakan nyamuk, pemeltharaan temak besar, pemakaian kelambu, pemakaian obat anti nyamuk, pemakaian kawat kasa, dan pemakaian bahan penolak nyamuk (repelen).
Dari basil penelitian ini diketahui ada lima variabel yang berhubungan dengan kejadiaan malaria, yaitu tempat perkembangbiakan nyamuk dengan nilai p = 0,006 (OR 2,8 ; 95 CI 1,381 - 5,512), perneliharaan temak besar nilai p = 0,001 (OR 3,2 ; 95 CI 1,650 - 6,693), pemakaian kelambu nilai p = 0,017 (OR 2,4 ; 95 CI 1,226 - 4,845), penggunaan obat anti nyamuk nilai p = 0,026 (OR 2,3; 95% CI 1,158 - 4,564), dan penggunaan kawat kasa nyamuk nilai p = 0,027 (OR 2,3 ; 95% CI 1,153 -- 4,513).
Dan hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan adalah pemeliharaan temak besar, dan diikuti oleh tempat perkembangbiakan nyamuk, dan pemakaian obat anti nyamuk.
Hasil penelitian ini agar pemerintah daerah Kabupaten Kampar merencanakan program pemberantasan malaria, dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang telah ada di masyarakat, meniadakan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk dan atau memeliharan ikan pemakan jentik nyamuk, memelihara temak, membudayakan pemakaian kelambu, memasang kawat kasa nyamuk di ventilasi rumah, dan pemakaian obat anti nyamuk yang ramah lingkungnan.

Kampar Kiri Tengah Sub-District has the highest number of malaria patients (AMI:79,19) out of 18 sub-district in Kampar district. Malaria is caused by Plasmodium and transmitted out by anopheles sp mosquitoes. Until now, malaria is a major health problem in Indonesia and is one of the top ten high fatality diseases in Indonesia, and is detrimental to socio-economic field.
This study utilizes a case control research design and the objective is to find out the factors related to the occurrence of malaria disease in Kampar Kiri Tengah Sub-District, Kampar District. The case group consists of patients who visit health centre and show clinical symptoms of malaria and whose blood examination result is positive. The control group consists of patients who do not have clinical symptoms of malaria and the blood examination is negative. The number of case group and control group is 69 patients, respectively.
Factors studied are mosquito breeding sites, living next to large cattle barns, the use of bed net, anti-mosquito chemical, wire netting, and repellent.
The result of the study suggested that there are five variables related to occurrence of malaria, namely mosquito breeding sites with p value = 0,006 (OR 2,8 ; 95% CI 1,381-5,512), living next to large cattle with p value = 0,001 (OR 3,2 ; 95% CI 1,650-6,693), the use of bed net with p value = 0,017 (OR 2,4 ; 95% CI 1,226 - 4,845), the use of anti-mosquito chemicals with p value = 0,026 (OR 2,3; 95% CI 1,158 - 4,564) and the use of wire netting with p value = 0,027 (OR 2,3 ; 95% CI 1,153 -4,513).
Multivariate analysis showed that most dominant factors is living next to large cattle, followed by mosquito breeding sites and the use of anti-mosquito chemical.
The results of study suggest that the authorities in Kampar district should plan and implement programs in eradicating malaria, by providing health education to the community through activities already undertaken within the community, eliminating possible site for mosquito breeding or encourage people to keep fish that predate on mosquito larvae, keep cattle, socializing the use of bed net, installing wire net on house ventilatioii and windows, and suggesting the use of environmentally anti-mosquito chemical.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20006
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eli Winardi
"Kecamatan Selebar yang terdiri dari Puskesmas Basuki Rahmat, Betungan, dan Padang Serai merupakan salah satu dari empat kecamatan yang ada di Kota Bengkulu dengan penderita malaria klinis terbanyak. Median Annual Malaria Incidence (AMI) selama 5 (lima) tahun berturut-turut paling tinggi dibandingkan kecamatan lainnya dan termasuk dalam kategori High Incidence Area (HIA) dengan AMI > 50%, dan paling banyak diderita oleh penduduk yang berumur 15-44 tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu Tahun 2004. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan karakteristik individu dan faktor lingkungan fisik dengan kejadian malaria.
Desain penelitian menggunakan kasus kontrol. Kasus adalah penduduk berusia 15-44 tahun yang berkunjung ke Puskesmas dengan gejala klinis dan sediaan darahnya positif malaria baik itu P. falciparum, P. vivax, P. malariae, P. mix sedangkan kontrol adalah penduduk yang berusia 15-44 tahun yang berkunjung ke Puskesmas dengan gejala demam akan tetapi sediaan darahnya negatif malaria. Sebagai gold standard digunakan pemeriksaan laboratorium. Jumlah kasus dan kontrol diambil berdasarkan proporsi penderita malaria klinis di tiga Puskesmas dengan perincian kasus 158 dan kontrol 158.
Faktor-faktor yang diteliti adalah karakteristik individu dan faktor lingkungan fisik, meliputi pendidikan, pekerjaan, lama tinggal, pemakaian kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, keadaan dinding rumah, ventilasi, kebersihan, dan ternak besar.
Hasil analisis bivariat dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan 5 variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria, yailu pekerjaan dengan nilai p=0,001 (2,265; I,398-3,671), penggunaan obat anti nyamuk nilai p=0,001 (4,723; 2,436-9,15'7), keadaan dinding rumah nilai p=0,006 (1,921; 1,222-3,019), kebersihan lingkungan rumah nilai p=0,003 (2,321; 1,215-2,978), dan ternak besar nilai p=0,021 (1,806; 1,116-2,923).
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan adalah penggunaan obat anti nyamuk. Berturut-turut diikuti oleh kebersihan lingkungan rumah, keadaan dinding rumah, dan pekerjaan.
Dari hasil penelitian ini maka disarankan untuk memberikan penyuluhan ke masyarakat, menggalakkan Jum?at bersih/budaya gotong royong yang ada untuk mengurangi/menghilangkan daerah yang disenangi nyamuk; dalam bekerja menggunakan pakaian yang tertutup dan menggunakan repellent; melindungi orang yang rentan agar jangan sampai digigit nyamuk dan memberikan obat anti malaria untuk pencegahan infeksi malaria dan Dinas Kesehatan iidak perlu melaksanakan penyemprotan di rumah penduduk yang terbuat dari papan/palupu serta semi permanen karena tidak akan efektif sehingga pertimbangan untuk menggunakan/membudayakan pemakaian kelambu yang dicelup insektisida dimasyarakat sangat diperlukan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurasni
"Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat baik di dunia maupun di Indonesia. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten yang endemis tinggi di Provinsi Lampung. Puskesmas Hanura merupakan wilayah dengan endemisitas yang tinggi dimana API 43,9?. Tujuan penelitian Mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di desa Lempasing puskesmas Hanura. Desain penelitian cross sectional dengan data primer, jumlah sampel 211, dilakukan uji chi-square. Data tentang sosio-demografi, pengetahuan, sikap, perilaku, dan lingkungan dikumpulkan dengan wawancara dan observasi melalui pengisian kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian malaria adalah pendidikan (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), dan penggunaan kelambu (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria.

Malaria one of communicable disease still remains public health problem in Indonesia even in the world. Pesawaran District is one high malaria endemic district in Lampung Province. Hanura Health Centre is a high malaria endemic area which its API 43,9?. This study aims to analyze Factors associated with the occurence of malaria in Hanura Health Centre. The design study is cross sectional study, using primary data, the overall samples are 211, chi-square test was done. Data of Socio-demografy, knowledge, attitude, and behavior collected through interview and observation using questionaires. The results showed that two were three variables significantly associated with malaria incidence; education (OR=2,135; 95%CI: 1,168-3,902), and using of bednets (OR=1,594: 95%CI: 1,067-2,383). Concluded that significantly assosiated between education and using bednets."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S59010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sardiyono
"Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang berdampak buruk terhadap produktivitas kerja dan status kesehatan masyarakat. Ui Kabupaten Bangka penyakit malaria masih cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pencegahan penyakit malaria yaitu melalui pengobatan yang tepat. Praktek petugas kesehatan di puskesmas dalam melakukan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat merupakan komponen penting dalam mendukung terciptanya penatalaksanaan penderita malaria yang sesuai standar.
Evaluasi program malaria pada tahun 2004, memperlihatkan bahwa 30 % petugas puskesmas di Kabupaten Bangka patuh terhadap SOP layanan malaria. Angka ini jauh lebih rendah dari pada angka yang diharapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka yaitu 80 %.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP Layanan Penderita Malaria serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP Layanan Malaria. Variabel yang diteliti adalah variabel individu, organisasi dan variabel psikologis yang diduga berhubungan dengan kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP Layanan Malaria.
Desain peneiitian adalah potong lintang data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariate. Rata-rata skor kepatuhan petugas adlah 51,23 dengan median 45,83, skor minimal 33,3 dan maksimal 91,7.Hasil ini memperlihatkan bahwa kepatuhan petugas puskesmas terhadap pelaksaan SOP layanan malaria ternyata masih rendah. Umur, pengetahuan, persepsi dan pendidikan secara signifikan berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP layanan malaria di puskesmas di Kabupaten Bangka. Petugas yang mempunyai usia tua lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesar 1,165 kali dibandingkan dengan petugas yang mempunyai usia muda. Petugas yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang program malaria lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesar 1,618 kale dibandingkan dengan petugas yang mempunyai pengetahuan yang kurang. Begitu juga dengan petugas yang mempunyai persepsi yang baik tentang program malaria lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesarl,536 kali dibandingkan dengan petugas yang mempunyai persepsi kurang. Selanjutnya berdasarkan basil analisa variabel yang paling berhubungan terhadap kepatuhan petugas adalah variabel pendidikan dengan nilai OR sebesar 10,129 yang herarti petugas yang mempunyai pendidikan tinggi lebih patuh terhadap SOP layanan malaria sebesar 10,]29 kali dibandingkan dengan petugas yang mempunyai pendidikan rendah.
Dengan basil penelitian ini diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka disarankan agar melakukan bimbingan tehnis atau supervise khususnya pada petugas yang berusia muda lebih ditingkatkan. Untuk menambah pengetahuan perlu dilakukan pendidikan berkelanjutan dan pelatihan bagi petugas, serta memberikan sosialisai program malaria keseluruh petugas puskesmas."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwandi Subki
"Malaria merupakan salah satu masalah paling serius yang dihadapi oleh negara-negara berkembang. Diperkirakan 1,2 milyar masyarakat Asia Tenggara bermukim di "Area Malaria". Pada tahun 1995, kasus malaria di wilayah tersebut diperkirakan 21,9 juta kasus dan harnpir 32.000 kasus kematian. Di Indonesia 70 juta (35 %) penduduk tinggal di daerah malaria (desa), setiap tahun 3,5 juta penderita, 200.000 SD Positif dan 108 jiwa kematian (0,05 %). Di Sumatera Selatan Parasite Rate (PR) tahun 1998/1999 antara 0,97 % - 3,53 %, Slide Positive Rate pada tahun 1995 menjadi 43,43 %. Angka Annual Malaria Insidence (AMI) di Kabupaten Belitung pada tahun 1998 menjadi 89 %o. Pada tahun 1998 AMI di Puskesmas Membalong 246,7 %o, di Puskesmas Gantung 128,9 %o dan di Puskesmas Manggar 125,09 %o dengan SPR (Slide Possitive Rate) 4 %.
Tingginya angka kesakitan malaria di ketiga wilayah kerja puskesmas tersebut bisa menghambat kegiatan pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Keberhasilan penanggulangan malaria tidak hanya tergantung pada parasit, vektor dan lingkungan tetapi juga tergantung pada faktor manusianya terutama perilaku pencegahan. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengaruh faktor perilaku dan pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian malaria.
Jenis Penelitian adalah studi observasional dengan disain kasus kontrol dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku seperti : pemakaian kelambu, cara berpakaian keluar rumah malam hari, pemasangan kawat kasa nyamuk, memakai obat anti nyamuk/repellant dan pembersihan sarang nyamuk sedangkan faktor lingkungan adalah tempat perindukan nyamuk , ternak besar, lama bermukim, perubahan Iingkungan, pekerjaan, pendidikan dan status sosial ekonomi yang berhubungan dengan kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmasn Membalong, Puskesmas Gantung dan Puskesmas Manggar Kabupaten Belitung Provinsi Sumatera Selatan.
Ada pengaruh pemakaian kawat kasa terhadap kejadian malaria (p = 0,002). Ada pengaruh pemakaian obat anti nyamuk terhadap kejadian malaria (p = 0,001). Ada pengaruh memelihara ternak besar terhadap kejadian malaria (p = 0,0363). Ada pengaruh pembukaan lahan baru terhadap kejadian malaria (p = 0,0000). Ada pengaruh pekerjaan terhadap kejadian malaria (p = 0,007). Ada pengaruh pemakaian kelambu terhadap kejadian malaria (p = 0,0103).
Analisa statistik dampak potensial digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh (kontribusi) masing-masing variabel dalam kaitannya dengan menurunkan kejadian malaria apabila dilakukan intervensi. Dengan mengetahui kontribusi masingmasing faktor maka dapat ditentukan skala prioritas dalam upaya pemberantasan malaria. Dari perhitungan dampak potensial maka faktor yang paling berpengaruh berdasarkan kontribusinya secara berurutan adalah pemakaian kelambu (90 %), pemakaian kawat kasa (63 %), pembukaan lahan baru (37 %), ternak besar (36 %), pekerjaan (33 %) dan obat anti nyamuk (21 %).
Dari hasil penelitian ini disarankan 1) Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit malaria sehingga masyarakat dapat berperilaku ideal berkaitan dengan pencegahan malaria (ideal behaviour). Seperti memakai kelambu kalau tidur terutama malam hart, memasang kawat kasa di rumah , memakai ()bat anti nyamuk dan seterusnya. 2) Meningkatkan kegiatan Gebrak Malaria Kabupaten Belitung. 3) Melaksanakan penelitian (Operasional Research) untuk mendapatkan model pemberantasan penyakit malaria yang cocok dengan situasi dan kondisi masyarakat di Kabupaten Belitung Provinsi Sumatera Selatan

Malaria is one of the most serious problems encountered by the developing countries. It is estimated that 1.2 billions of people in the South East Asia reside at the "Malaria Areas". In 1995, malaria cases in the areas is estimated to be 21.9 million cases and almost 32,000 cases ended up with death. In Indonesia, 70 millions of people (35%) live in the malaria vulnerable areas (villages) and there is 3.5 millions of people suffer from malaria annually and 200,000 positive SD and 108 people loss their lives caused by this disease (0.05%). In South Sumatra, Parasite Rate (PR) in the year of 1998/1999 ranges from 0.97% to 3.53 %, Slide Positive Rate in 1995 reached 43.43%. The Annual Malaria Incidence (AMI) in Belitung Regency in 1998 becomes 89 In 1998, AMI at the Membalong Public Health Center reached 246.7 °I°°, Gantung 128 °I°07 Manggar 125,09 with SPR (Slide Positive Rate) of 4%.
High Malaria Incidence at said three areas can hinder the social and economic development of the community. The success of the overcoming of the malaria problem does not only depend on the parasite, vector and environment, but also on the human factor, especially the preventive behaviors.
This research is observational in nature applying the case control design with the objective to identify the effect of the behavior factors such as the use of mosquito net, dressing manner during the night, mosquito wire net, mosquito repellants and mosquito hide clearance. While the environmental factors include mosquito production location, cattle, length of living, environmental changes, education and socio-economic status which relate to the malaria incidence at the working area of Membalong, Gantung and Manggar Public Health Centers in the Belitung Regency, South Sumatra Province.
It is identified that there is an effect of using the mosquito wire net to the malaria incidence (p = 0,0002). There is an effect of using the mosquito coil/mosquito repellents to the malaria incidence (p = 0,001). There is an effect of raising big cattle to the malaria incidence (p = 0,0363). There is an effect of opening new land to the malaria incidence (p = 0,0000). There is an effect of occupation to the malaria incidence (p = 0,007). There is an effect of using the mosquito net to the malaria incidence (p = 0,0103).
It is used the statistical analysis on the potential impacts to identify how much the effect (contribution) of each variable in relation to the decreased malaria incidence in case of any intervention. By identifying the contribution of each factor, it can be determined the priority scale in the efforts to prevent malaria incidence. On the basis of the calculation on the potential impact, the most significant factors based on its contribution are consecutively the use of the mosquito net (90%), the use of the mosquito wire net (63%), new land opening (37%), big cattle (36%), occupation (33%) and mosquito repellent (21%).
On the basis of the result of the research, it is recommended to (1) provide a health consultation regarding the malaria so that the public community are able to have the ideal behavior in relation to the malaria prevention such as using the mosquito net when sleeping at night, installing the mosquito wire net, using the mosquito repellent and so forth; (2) improve the Anti-Malaria Movement Activity at Belitung Regency; (3) carry out a research (operational research) to get a appropriate model of the malaria prevention activities in accordance to the situation and the condition of the community at Belitung Regency, South Sumatra Province."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninik Evi Sulistiyani
"Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium dan ditularkan melalui perantaraan tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles. Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Malaria juga mengakibatkan kerugian ekonomi, kemiskinan dan keterbelakangan. Kejadian malaria di Kabupaten Kulon Progo masih berfluktuasi dari waktu-kewaktu dan cenderung mengalami peningkatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di Puskesmas Kokap 2, Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 dengan metode kasus kontrol.
Hasil penelitian didapatkan faktor yang tidak berhubungan dengan kejadian malaria adalah pendidikan, pekerjaan, keberadaan ternak besar, kebersihan rumah, tempat perindukan dan habitat nyamuk. Faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah pengetahuan (OR=2,69), perilaku pencegahan (OR=2,05), keberadaan ikan pemakan jentik di sungai (OR=1,97) dan keberadaan ikan pemakan jentik di kolam (OR=3,25). Pengetahuan merupakan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian malaria (OR=4,03).

Malaria is a disease caused by parasites of the genus Plasmodium and transmitted by the bite of Anopheles. Malaria is a public health problem in the world. Malaria can effect an economic loss, poverty and underdevelopment. Incidence of malaria in Kulon Progo still fluctuate and tend to increase. The study was conducted to determine factors associated with malaria in Kokap 2 Health Center, Kulon Progo in 2012 using case control design.
The results show that education, job, the existence of large livestock, cleaning the hause, breeding place and habitat of mosquitoes are not related to the incidence of malaria. Factors related to the incidence of malaria is knowledge (OR=2,69), preventive behavior (OR=2,05), the presence of larvae-eating fish in the river (OR=1,97) and the presence of larvae-eating fish in ponds (OR=3,25). Knowledge is the most important factor associated with the incidence of malaria (OR=4,03).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fardiani
"Kecamatan Nongsa merupakan daerah High Case Incidence (API > 5 %o ) untuk penyakit malaria dan di kecamatan ini terjadi perubahan lingkungan sebagai akibat penambangan pasir yang menimbulkan lubang-lubang bekas galian pasir yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk penyebar malaria di sekitar pemukiman penduduk. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat faktor lingkungan yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kecamatan Nongsa Kota Batam.
Disain yang digunakan adalah studi observasional kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 107 kasus dan 107 kontrol dan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dan observasi di lapangan.
Faktor lingkungan yang diteliti adalah faktor lingkungan fisik yaitu tempat perindukan nyamuk dengan variabel lubang galian pasir, rawa-rawa dan faktor sosio budaya dengan variabel pekerjaan/aktivitas pendidikan, status sosio ekonomi dan lama tinggal.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan antara lubang galian pasir yang berjarak kurang atau sama dengan 2 km dari pemukiman penduduk dengan kejadian 'malaria dengan p 'value 0,000 dan OR 3,184 (1,798-5,637), ada hubungan rawa-rawa dengan jarak yang sama dengan kejadian malaria dengan p value 0,001 dan OR 3,24 (1,650- 6,372) dan ada pengaruh lama tinggal dengan kejadian malaria setelah dikontrol oleh variabel lainnya dengan p value 0,010 dan OR 2,743 (1,271 - 5,921). Dari analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian malaria adalah faktor lubang bekas galian pasir dengan jarak kurang atau lama dengan 2 km dari pemukiman penduduk.dengan OR 5,260 (2,663-10,389).
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa galian pasir sangat berhubungan dengan kejadian malaria. Untuk itu pengusaha atau masyarakat yang akan melakukan penggalian pasir harus memiliki izin dan pemerintah Kota Batam mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) yang berisi larangan menggali pasir dengan jarak kurang dari 2 km dari pemukiman penduduk, serta untuk puskesmas agar melaksanakan penyuluhan kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan sehingga masyarakat tahu bagaimana pencegahan malaria baik untuk diri sendiri maupun untuk keluarga.
Daftar Pustaka : 39 (1963 - 2002)

The Environmental Factors in Association with The Incidence of Malaria in Sub District Nongsa in Batam City in the Year 2002Sub district Nongsa is a high case incidence area (API > 5 %) of malaria disease. In this sub district, there was an environmental change as a result of sand mining which left such holes of the effects of the mining. The holes were potential for the place of mosquito proliferation as malaria disseminator to the population settlement. Therefore, there was a need to do some studies in order to know the related environmental factors with the incidents of malaria in the Sub District Nongsa of Batam City.
The design used was observational study of case control with the number of sample 107 people for each case and control samples. The data was collected by using questionnaire and through field observation.
The environmental factors studied were physical factors of the environment, that was the place for mosquito proliferation and variables of sand mining holes, swamps, and soscioculture factors with the variables of occupation/level of education, socioeconomic status and period of living.
The result of the research showed that there was a relationship between sand mining holes, which were located 2 kilometers far away from the settlement with the incidences of malaria with p value 0,000 and OR 3,184 (1,798 - 5,637). There was a relationship between' swamps with similar distances with malaria incidences with with p value 0,001 and OR 3,24 (1,650 - 6,372) and there was an effect of the period of living and the incident of malaria after being controlled by other variables with with p value 0,010 and OR 2,743 (1,271 -- 5,921). From multivariate analysis, it was known that most dominant factor which associated with the incidences of malaria was the used holes of sand mining factor that their distance less than 2 kilometers from the community settlement with the OR 5,260 (2,663-10,389).
The result of the study showed that sand mining was strongly associated with malaria incidences. Therefore, private sectors and public who want to do sand minings to apply the admission letter for sand mining and to the government of Batam City to issue the Provincial Regulations which contains the prohibition of sand mining which their location are less than 2 kilometers from the community settlement, and to the public health center to provide health illumination to the community about self and family prevention from the risk of malaria disease.
References: 41 (1963-2002)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurullita
"Resistensi malaria di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam cukup tinggi, yaitu sebesar 25%. Sedangkan Annual Malaria Incidence tertinggi berada di Kota Sabang, sebesar 146,48 %o. Menurut Kamal Saiful, 2001 bahwa proporsi penderita malaria klinis yang mencari obat malaria di warung sebesar 56,4%. Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa 2 dari 5 warung di Kota Sabang menjual obat malaria dan obat malaria yang tersedia di warung adalah Chloroquine diphosphate and Sulfadoxin pyrimetamine dengan harga jual per tablet Rp. 500,-. Sehubungan dengan hal tersehut di atas, perlu dilakukan suatu penelitian tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktek Penjaja Warung dalam Pengobatan Malaria di Kota Sabang Tahun 2003.
Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu Bulan Juni Tahun 2003 diseluruh warung yang menjual obat malaria di Kota Sabang. Sedangkan dalam pengumpulan data, peneliti dibantu oleh 2 orang staf, masing-masing 1 orang dari Dinas Kesehatan Kota Sabang dan 1 orang staf Puskesmas Sukajaya yang telah dilatih terlebih dahulu. Data primer berupa hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang ditanyakan kepada para penjaja warung.
Desain penelitian non eksperimental dengan menggunakan studi cross sectional, dan seluruh populasi penjaja waning yang menjual obat malaria dijadikan sebagai responden. Pengolahan data dengan menggunakan Program Epi Info.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 75% waning di Kota Sabang menjual obat malaria; 60,3% penjaja warung adalah laki-laki;sebesar 50,8% berumur lebih atau sama dengan 39 tahun; 55,6% pendidikan terakhir tamat SMU ke atas; 52,4% statusnya sebagai kepala rumah tangga: motivasi menjual obat 92,1% berasal dari permintaan masyarakat, bahan utama warung 68,2% non rokok, sumber perolehan obat dari toko lain/depot sebesar 96,8%.Penjualan obat per minggu 65,1% minimal 4 tablet; per bulan 50,8% minimal 15 tablet; omset per minggu 60,3% minimal Rp. 2.000,-: per bulan 50,8% minimal Rp. 7.200,-; permintaan per minggu 74,6% lebih atau sama dengan 2 kunjungan; permintaan per bulan 50,8% minimal 6 kunjungan.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara permintaan obat per minggu dengan praktek penjaja warung dalam pengobatan malaria dan ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan praktek penjaja warung dalam pengobatan malaria di Kota Sabang Tabun 2003.
Dapat disimpulkan bahwa; peran warung cukup tinggi dalam menjual obat malaria; diperlukan suatu intervensi dari Dinas Kesehatan untuk memberikan penjelasan perihal malaria, obat-obat malaria, dosis serta cara pemakaiannya; penjaja warung mempunyai potensi untuk dibina lebih lanjut.
Dinas Kesehatan diharapkan dapat membina para penjaja warung tentang penyakit malaria, jenis-jenis obat malaria beserta dosis dan cara pemakainnya serta kalimat-kalimat yang harus disampaikan kepada pembeli obat malaria. Kemudian warung juga dapat difungsikan sebagai Pos Obat Desa dan distribusi obat yang semula berasal dari toko lain atau depot, dapat diambil alih oleh Dinas Kesehatan, jika sudah berbentuk Pos Obat Desa.

The resistance of malaria in Nanggroe Aceh Darussalam Province is fairly high, namely 25%; while the highest Annual Malaria Incidence occurred in Sabang in 2001, namely 146,48 %o. According to Kamal Saiful, 2001; that the proportion of clinical malaria patients that seek malaria medication in the booth is 56,4%, Preliminary survey results indicate that in Sahang City, 2 of 5 of the booth sell malaria medicine and the malaria medicine available in the booth is Chloroquine diphosphate and Sulfadoxin pyrimetamine with the selling price Rp. 500,- per tablet. In relation to the above matters, a research regarding the factors related to the Peddler Booth practice in treatment of malaria in Sabang City in the year 2003 is needed.
This research is done for one month, namely in June 2003 in all booths that sell malaria medicine in Sabang City. While in the data collection, I was assisted by 2 staff, 1 staff from the Health Office of Sabang City and 1 staff from the Community Health Center of Sukajaya, which was trained previously. The primary data in the form of interview by using questions which was asked to the booth peddlers.
The non-experimental research design is cross sectional study and the whole of booth peddlers that sell the malaria medicine were used as respondents, namely 63 respondents. The data processing was done, by using Epi Info Program.
The univariate analysis results indicate that: 75% booths in Sabang City sell malaria medicine; 60,3% the booth peddlers are men; 50,8% the respondents have the age of 39 years or more; 55,6% of their latest education level is graduated from high school or more; 52,4% of their status is as head of household; their motivation of selling the medicine is 92,1% due to demand from the people; the main items sold by the booth is 68,2% is non-tobacco, the source of the medicine from other stores/depots is 96,8%. The weekly medicine sales is 65,1''A minimum 4 tablets; 50,8% per month minimum 15 tablets; the weekly sales is 60,3% minimum is Rp. 2.000,-; monthly sales 50,8% minimum is Rp. 7.200,-; the weekly demand for 74,6% or more is equal with the 2 visits; the monthly demand 50,8% is minimum 6 visits.
The bivariate analysis results indicate that there is significant relationship between the weekly demands for the medicine with the booth peddlers in the malaria treatment and there is a significant relationship between the attitude with the practice of the booth peddler practice in treatment of the malaria in Sabang City in the year 2003.
It can be concluded that the role of booth is quite important in selling the malaria medicine; and intervention from the Health Office to give explanation regarding the malaria disease, malaria medicines. dosage and its usage; the booth peddlers have the potential to developed further.
It is expected that the Health Office can alert the booth peddlers regarding the malaria disease, types of malaria medicines and dosage and method of usage and the sentences that must be said to the buyer of the malaria medicine. Then, the booth can also used as the Village Medicine Post and medicine distribution which previously resulted from other stores or depot. which can be taken over of the Health Office, if it has become a Village Medicine Post.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>