Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151614 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mardhani Sutardjo
"RSUD Karawang has 167 beds with BOR = 72.65 in 1995. There was no any standardization of pharmaceutical products use at Central Operating Installation of RSUD Karawang Hospital. This research is aimed to analyze actual requirement of used up pharmaceutical products use for elective major operations at Central Operating Installation of RSUD Karawang. Central Operating Installation is an economic and significant revenue and expense source of pharmaceutical products. This research applies a comparative analysis and qualitative approach.
The research has been completed at Central Operating Installation of RSUD Karawang from November 11 to December 11, 1996. There were 38 elective major operations held at the hospital. Seventy one percent of the above number was entered into 5 operations, that is : Hemiatomy 7 patients ( 18.42 % ), Strumectomy 6 patients ( 15.78 % ), Appendectomy 5 patients (13.15 % ), Extirpation 5 patients ( 13.15 %) and Prostatectomy 4 patients (10.52 % ). As much as 123 items of used up pharmaceutical products were prepared at Central Operating Installation of RSUD Karawang, but only 73 items ( 59.35 % ) that in use.
The number of 73 items used for operation, as follows :
1. Hemiatomy:
- Hospital report = 43 items ( 58.90 % )
- Research result = 45 items ( 61.64 % )
2. Strumectomy :
- Hospital report = 38 items ( 52.05 % )
- Research result = 37 items ( 52,05 % )
3. Appendectomy :
- Hospital report = 42 items ( 57.53 % )
- Research result = 49 items ( 67.12%)
4. Extirpation:
- Hospital report = 41 items ( 56.16% )
- Research result = 44 items ( 60.27%)
5. Prostatectomy
- Hospital report = 47 items ( 64.38 % )
- Research result = 44 items (60.27%)
Such an information of used up pharmaceutical products for elective major operations was taken from Central Operating Installation of RSUD Karawang. There was a different information of used up pharmaceutical products use between RSUD Karawang and the researcher. There was also contrary measurement of used up pharmaceutical products use between the hospital and the researcher. Possibly, used up pharmaceutical products use at RSUD Karawang has not been standardized yet. There are 25 items of pharmaceutical products must be prepared by Central Operating Installation of RSUD Karawang for 5 elective major operations. Temporary standardized measurement of used up pharmaceutical products requires a few month Benchmarking.
We suggest to increase recording and reporting activities for controlling and providing Hospital's management information."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1997
T8329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Syahril Hasan
"Salah satu tantangan terbesar dalam pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit dewasa ini adalah terpenuhinya harapan masyarakat akan mutu dan kapasitas pelayanan rumah sakit. Disadari bahwa mutu pelayanan yang kurang baik akan menyebabkan pemborosan waktu dan sumber daya, meningkatkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pelayanan dan meningkatkan resiko untuk terjadinya kesulitan lainnya. Sedikitnya 85 % dari masalah pelayanan kesehatan adalah pada proses pelaksanaan pelayanan, dan masalah pada proses tersebut adalah masalah manajemen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pelayanan dan optimalisasi penggunaan fasilitas instalasi bedah sentral dengan menggunakan analisis linear programming dalam rangka memberikan pelayanan operasi yang optimal di RSUD Pasar Rebo. Pemilihan RSUD Pasar Rebo sebagai lokasi penelitian disebabkan karena merupakan rumah sakit swadana, dimana pihak manajer akan berusaha meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan agar diperoleh peningkatan pendapatannya yang akan digunakan untuk membiayai operasionalnya sendiri.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian Riset Operasi (Operations Research). Pengamatan kegiatan pelayanan instalasi bedah sentral dilakukan selama satu tahun anggaran dengan mengambil data sekunder, dengan keluaran berupa lama waktu tindakan bedah dan jumlah tindakan bedah yang kemudian dilakukan analisis optimalisasinya dengan metode linear programming bantuan komputer.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat penggunaan instalasi bedah sentral sebelum dioptimalkan yaitu kamar operasi untuk tindakan bedah umum 50.51 %, kamar operasi untuk tindakan bedah kebidanan dan penyakit kandungan 51.26 %, kamar operasi untuk tindakan bedah mata serta telinga, hidung dan tenggorokan 14.72 %. Lama waktu tindakan bedah umum elektif besar, sedang dan kecil adalah 90.21, 36.33 dan 21.77 menit, tindakan bedah kebidanan dan penyakit kandungan elektif besar, sedang dan kecil adalah 79.59, 46.33 dan 27.17 menit serta tindakan bedah mata elektif besar, THT elektif sedang dan kecil adalah 74.19, 27.92 dan 19.38 menit. Rata-rata jumlah tindakan bedah umum elektif besar, sedang dan kecil adalah 0.20, 1.04 dan 0.74 tindakan, tindakan bedah kebidanan dan penyakit kandungan elektif besar, sedang dan kecil adalah 0.48, 0.05 dan 0.40 tindakan serta tindakan bedah mata elektif besar, THT elektif sedang dan kecil adalah 0.13, 0.64 dan 0.03 tindakan.
Hasil optimalnya dengan masing-masingnnya melaksanakan 2.88 tindakan bedah umum elektif sedang dengan memperoleh pemasukan sebesar Rp. 507,782.6, melaksanakan 1.30 tindakan bedah kebidanan dan penyakit kandungan elektif besar dengan memperoleh pemasukan sebesar Rp. 454,071.5.- serta melaksanakan 1 tindakan bedah mata elektif besar dan 1 tindakan bedah THT elektif sedang dengan memperoleh pemasukan sebesar Rp. 524,400.-. Akhirnya disarankan untuk menentukan unit cost masing-masing jenis tindakan bedah supaya diperoleh nilai keuntungan yang optimal, dan agar tercapai tujuan optimalisasi penggunaan instalasi bedah sentral, para pelaksana agar benar-benar mengetahui tujuan yang akan dicapai, pembagian tugas dan tanggung jawab yang terperinci, serta membuat jadual pelayanan pasien dengan memperhitungkan lama waktu tindakan bedahnya dan waktu antara tindakan bedah.

Optimization Analysis on Central Surgery Installation by Linear Programming Method in Pasar Rebo District Hospital East JakartaOne of the biggest challenge in health services is to fulfill community needs in quality and capacity. Lack of good services would cause inefficiency and increasing other mistakes. At least 85 % of problem in health services is management problem.
The objective of this research to describe the pattern of operating room utility and to optimize operation room utility. The choosing of Pasar Rebo Hospital as research location is just because of its status as Swadana Hospital, where the management pays some effort to raise the service quality and quantity in order to achieve higher income so they could run their operation by themselves.
This kind of study is called Operations Research. The observance of the service activities of central surgery installation is taken in a year period of budgetary by taking the secondary data, and the output is length of surgery time and how many surgery activities that are followed by optimize analysis through computerize linear programming methods.
The conclusion of the study: the using of central surgery installation before the optimizing is 50.51 % for the general surgery room, 51.26 % for obstetric and gynecology surgery room, 14.72 % for ophthalmology and otorhinolaryngology surgery room. The time that needed for the general surgery (large, medium, small elective) are 90.21, 36.33, and 21.77 minutes, for the obstetric and gynecology (large, medium, small elective) are 79.59, 46.33, and 27.17 minutes; and ophthalmology surgery (large elective), Otorhinolaryngology medium and small elective surgery are 47.19, 27.92, 19.38 minutes. The average amounts of general surgery for large, medium and small elective are 0.20, 1.04, and 0.74 session. Obstetric and gynecology surgery for large, medium and small elective are 0.48, 0.05, and 0.40 session; the ophthalmology surgery for large elective, otorhinolaryngology surgery for medium and small elective are 0.13, 0.64 and 0.03 sessions.
The optimum income result from the 2.88 general session for medium elective surgery is Rp. 507,782.6, from the 1.30 obstetric and gynecology surgery session for large elective is Rp. 454,071.5, and 1 session of ophthalmology surgery for large elective and 1 session of ottorhinolaryngology surgery for the medium elective is Rp. 524,400. Finally, it's suggested to determine the unit cost of each kind surgery in order to reach the optimum benefits. And in order to reach the objective of the optimizing of central surgery installation usage, the staffs have to understand the goals and objective they are going to achieve, the distribution of jobs in detail and patient service scheduling considered the time needed for the surgery session and time between the surgery Sessions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1995
T2546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anasatia Nuansa Fitri
"Analisis waktu tunggu operasi elektif memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya untuk pasien operasi elektif. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui rata-rata waktu tunggu operasi elektif pasien khususnya dari rawat inap dan untuk mengetahui penyebab lamanya waktu tunggu dilihat dari input, proses dan output.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif dengan desain cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, pencatatan waktu, telaah dokumen dan wawancara mendalam. Waktu tunggu dihitung 2 kali, yaitu ketika pasien di poliklinik dan ketika pasien di rawat inap.
Hasil penelitian didapatkan rata-rata waktu tunggu operasi elektif (dari poliklinik) yaitu 5.39 hari, dan 0.32 hari (dari rawat inap). Lamanya waktu tunggu operasi elektif dipengaruhi oleh kekurangan kamar perawatan, kamar dan alat operasi, kekurangan SDM medis operasi, serta kondisi fisik pasien. Kesimpulan pada penelitian ini adalah waktu tunggu operasi elektif pasien rawat inap masih cukup lama, yaitu 5.39 hari yang melebihi standar SPM Rumah Sakit.

The purpose of analysis of waiting time for elective surgery is to improve hospitals's quality in service especially for elective surgery patients. This research is done to measure the average waiting time for elective surgery of inpatient and to know the factors influencing the wait time, measured from the input, process and output.
This research is a qualitative and quantitative research with cross-sectional design. Data collecting is done by observating, time writing, document analysis and indepth interview. Waiting time is measured 2 times, first is when the patient is at outpatient unit and the second is when the patient is at inpatient unit.
The result states that the average waiting time (from outpatient unit) is 5,39 days while from inpatient unit is 0.32 days. Waiting time for elective surgery is influenced by these factors: lack of nursing room, operating room and operating tools; lack oh medikal human resource; and patient's physical condition. The summary of this research is that waiting time for elective surgery of inpatients is still considerably long, which is 5.39 days.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Supriadi
"ABSTRAK
Analisis Implementasi Kebijakan Pelayanan Instalasi BedahSentral, Terkait Pembatalan Operasi Elektif di IBS RSUPPersahabatan.Penelitian ini menganalisa pelaksanaan kebijakan pelayanan, yang menjadi faktorpenyebab pembatalan operasi elektif di IBS RSUP Persahabatan. Angkapembatalan operasi elektif merupakan parameter kualitas pelayanan bedah suaturumah sakit. Yang dimaksud pembatalan operasi elektif adalah operasi terencana,namun tidak dilaksanakan pada hari yang telah dijadwalkan. Pembatalan operasielektif di IBS RSUP Persahabatan masih di atas angka standar IBS, yangseharusnya angka pembatalan operasi IBS sama atau kurang dari le; 5 .Penelitian ini merupakan studi deskriptif analisis dengan metode kualitatif.Wawancara mendalam kepada dua belas informan dengan latar belakang jabatan,profesi, pendidikan, masa kerja dan usia yang berbeda di lingkungan RSPPersahabatan yang terkait dengan pelayanan IBS, dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017. Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor penyebab pembatalanoperasi karena sosialisasi kebijakan yang tidak adekuat, masih ada bahasakebijakan yang rancu. kapasitas ICU yang tidak memadai, Jumlah perawat IBSkurang, ada dokter bedah yang kurang komitmen. Sehingga IBS RSUPPersahabatan perlu terus memperbaharui revisi SOP dan kebijakan agar sesuaikebutuhan terkini, perlu memiliki sistim informasi online berbasis komputer yangterkait pelayanan bedah.kata kunci: Kebijakan, Pelayanan IBS, Pembatalan Operasi.

ABSTRACT
Analysis Policy Of Implementation Central Surgical InstallationServices IBS , Related To Cancellation Of Elective Surgery InIBS Persahabatan Hospital.This study, analyzes the implementation of the Service Policy, which is the factorcausing the cancellation of elective surgery in IBS RSUP Persahabatan. Thenumber of cancellations elective surgery is a parameter of the quality of surgicalservices of a hospital. The termination of elective Surgery is a planned operation,but not on a scheduled day. The cancellation of elective surgery at IBSPersahabatan Hospital is still above the IBS standard number, which should be thenumber of cancellation of IBS surgery equal to or less than le 5 . This research isa descriptive analysis study with qualitative method. In depth interviews withtwelve informants with different backgrounds of occupations, professions,education, years of service and age in the Persahabatan hospital to IBS serviceswere conducted in April May 2017. The results suggest that factors causingcancellation of operations due to socialization of policies Inadequate, there is stillan ambiguous policy language. Inadequate ICU capacity, Number of IBS nurses islacking, there are less committed surgeons. So IBS Persahabatan RSUP needs tokeep updating revision SOP and policy according to the current condition, needto have computer based online information system that connects between roomsrelated to surgical service.Keywords Policy, IBS Services, Surgery Cancellation"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didi Supriadi
"ABSTRAK
Penelitian ini menganalisa pelaksanaan kebijakan pelayanan, yang menjadi faktor
penyebab pembatalan operasi elektif di IBS RSUP Persahabatan. Angka
pembatalan operasi elektif merupakan parameter kualitas pelayanan bedah suatu
rumah sakit. Yang dimaksud pembatalan operasi elektif adalah operasi terencana,
namun tidak dilaksanakan pada hari yang telah dijadwalkan. Pembatalan operasi
elektif di IBS RSUP Persahabatan masih di atas angka standar IBS, yang
seharusnya angka pembatalan operasi IBS sama atau kurang dari ≤ 5 % .
Penelitian ini merupakan studi deskriptif analisis dengan metode kualitatif.
Wawancara mendalam kepada dua belas informan dengan latar belakang jabatan,
profesi, pendidikan, masa kerja dan usia yang berbeda di lingkungan RSP
Persahabatan yang terkait dengan pelayanan IBS, dilaksanakan pada bulan April-
Mei 2017. Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor penyebab pembatalan
operasi karena sosialisasi kebijakan yang tidak adekuat, masih ada bahasa
kebijakan yang rancu. kapasitas ICU yang tidak memadai, Jumlah perawat IBS
kurang, ada dokter bedah yang kurang komitmen. Sehingga IBS RSUP
Persahabatan perlu terus memperbaharui (revisi) SOP dan kebijakan agar sesuai
kebutuhan terkini, perlu memiliki sistim informasi online berbasis komputer yang
terkait pelayanan bedah

ABSTRACT
This study, analyzes the implementation of the Service Policy, which is the factor
causing the cancellation of elective surgery in IBS RSUP Persahabatan. The
number of cancellations elective surgery is a parameter of the quality of surgical
services of a hospital. The termination of elective Surgery is a planned operation,
but not on a scheduled day. The cancellation of elective surgery at IBS
Persahabatan Hospital is still above the IBS standard number, which should be the
number of cancellation of IBS surgery equal to or less than ≤ 5%. This research is
a descriptive analysis study with qualitative method. In-depth interviews with
twelve informants with different backgrounds of occupations, professions,
education, years of service and age in the Persahabatan hospital to IBS services
were conducted in April-May 2017. The results suggest that factors causing
cancellation of operations due to socialization of policies Inadequate, there is still
an ambiguous policy language. Inadequate ICU capacity, Number of IBS nurses is
lacking, there are less committed surgeons. So IBS Persahabatan RSUP needs to
keep updating (revision) SOP and policy according to the current condition, need
to have computer based online information system that connects between rooms
related to surgical service."
2017
T49685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Askar
"Pelayanan kamar Operasi merupakan salah satu bentuk pelayanan yang sangat mempengaruhi tampilan dan merupakan salah satu indikator pelayanan Rumah Sakit.Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Otorita Batam terdiri dari empat ( 4 ) buah kamar operasi yang melayani operasi cito, dan operasi bedah elektif. Komplain dari pasien dan dari survey awal pada saat residensi di bulan September 2010 dari data buku register instalasi kamar bedah didapatkan 95,79% (205 operasi terlambat dimulai dari 214 operasi elektif yang telah dijadwalkan sebelumnya).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa penyebab keterlambatan dimulainya operasi elektif di instalasi kamar bedah Rumah Sakit Otorita Batam,sehingga diharapkan menjadi masukan yang berarti bagi pihak manajemen Rumah sakit untuk mengelola Instalasi kamar bedah kedepannya. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan tidak bersifat intervensi. Hasil penelitian membuktikan bahwa 68% penyebab keterlambatan dimulainya operasi disebabkan oleh terlambatnya kedatangan operator.

Operating room service is one type of services that greatly affect the appearance and is one indicator Hospital appearance. Surgery Instalation Room Batam Authority Hospital consists of four (4) operating rooms that serve Cito surgery, and elective surgery. Complaints from patients and from the initial survey at the time of residency in September 2010 from the data register book installation of the operating room founded 95.79% (205 operations performed late in starting the operation of 214 elective operations previously scheduled).
This study aims to analyze the causes of delay in the commencement of elective surgery in the operating room installation Batam Authority Hospital, which is expected to be input which means the part of hospital management to manage the Installation of the operating room in the future.The study was a descriptive research approach is qualitative and no intervention. The research proves that 68% of the causes of delay in the commencement of operations caused by the delay in the arrival of the operator.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T31668
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Akhmad
"Perhitungan biaya satuan jenis operasi ini akan memperlihatkan besarnya defisit/profit dari setiap jenis operasi sehingga dapat diketahui total defisit/profit dari Instalasi Bedah Sentral. Dengan melakukan analisa ini, maka dapatlah diadakan perencanaan, pengendalian biaya maupun penetapan tarif yang tepat. Selain itu analisis ini juga dapat memberikan langkah-langkah yang harus dilakukan balk oleh Instalasi Bedah Sentral maupun pimpinan rumah sakit dalam rangka pengambilan keputusan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi biaya satuan setiap jenis operasi hubungannya dengan pola tarif yang berlaku untuk setiap jenis operasi di Rumah Sakit Persahabatan tahun 1991/1992. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tidak melihat hubungan sebab akibat antar variabel. Pengumpulan data sekunder dengan Cara- cross sectional untuk periode tahun 1991/1992.
Hasil penelitian ini ternyata menunjukkan bahwa hanya ada satu jenis operasi yang profit dari ketujuh puluh tujuh jenis operasi. Pada penggolongan jenis operasi menurut teknis medis dan catatan dari medical record di hasilkan masing-masing : Operasi besar 5 dan 16 jenis operasi profit, 31 dan 44 jenis operasi defisit. Operasi sedang keduanya hanya hanya satu jenis operasi profit, 32 dan 51 jenis defisit. Operasi kecil dan operasi khusus paru pada kedua penggolongan tersebut di atas mengalami defisit. Keadaan defisit di atas selain tarif yang rendah bila dibandingkan dengan biaya satuan setiap jenis operasi juga disebabkan oleh utilisasi theater/kamar operasi yang belum optimum.
Disarankan selain penyesuaian tarif dengan biaya satuan setiap jenis operasi juga kapasitas theater ditingkatkan. Selain itu perlu dipertimbangkan dalam hal penyesuaian tarif adalah kemampuan membayar masyarakat serta tarif pesaing yang ada."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Chairi
"Permasalahan dalam penelitian ini adalah terdapatnya ketidaksiapan Unit Gawat Darurat (UGD) untuk mengadakan pemberian pelayanan darurat secara optimal. Salah satunya adalah menyangkut ketersediaan obat-obatan dan bahan-bahan habis pakai. Tujuan penelitian secara umum adalah agar diperoleh informasi mengenai penerapan pengawasan melekat dalam pengendalian penyediaan obat-obatan dan bahan-bahan habis pakai di RSUD Kota Bekasi. Dan secara khusus adalah agar dapat diketahui pelaksanaan unsur-unsur pengendalian intern, baik itu menyangkut pengorganisasian, kebijakan pelaksanaan, perencanaan kebutuhan, prosedur penyediaan, pencatatan hasil kerja, pembinaan personalia, pengawasan intern dan mengetahui tindakan koreksi dari penyimpangan yang terjadi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan analisa tematik atau thematic analysis, dengan menggali data dan informasi dari berbagai informan sebagai data primer, serta dokumen yang terkait dan relevan sebagai data sekunder, sedangkan untuk menilai keabsahan data dilakukan triangulasi sumber data. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan penerapan pengawasan melekat dalam pengendalian penyediaan obat-obatan dan bahan habis pakai ternyata belum optimal, hal ini disebabkan banyaknya kendala dalam berbagai hal yang saling berkaitan. Langkah-langkah pemecahan masalah yang harus diambil adalah memperbaharui struktur dengan merubah kelas rumah sakit menjadi kelas B, hal ini sesuai dengan Kep Mendagri No, 22 tahun 1994, sehingga rumah sakit memiliki pola swadana dalam pembiayaannya atau mengikut sertakan swasta untuk mengembangkan rumah sakit, meningkatkan kemampuan penyediaan obat-obatan dan bahan habis pakai dari Apotik Kopkar, merekap isi resep sehingga dapat digunakan sebagai dasar acuan anggaran pembelian penyediaan obat-obatan dan bahan habis pakai, merekam isi resep didalam komputer sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan kembali terutama dalam perencanaan anggaran, melengkapi persediaan dengan 2nenambah anggaran untuk Kopkar, perlunya prosedur pengaturan peminjaman alat-alat antar unit rumah sakit dengan UGD, pencatatan dan pelaporan sebaiknya disertakan pencatatan resep sebagai bahan usulan bagi panitia anggaran dan perlu penambahan tenaga administrasi minimal satu orang, menggunakan komputer sebagai sarana pencatatan resep, pembinaan dan pengembangan pengetahuan dan ketrampilan sebaiknya ditingkatkan lagi, demikian juga perlunya meningkatkan kegiatan tindakan koreksi untuk setiap pelanggaran dan penyelewengan yang terjadi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

The main problem of this research is that ER of RSUD Kota Bekasi has not fully prepared to provide best services. One indicator is medicines and other disposable material in stock. In general, this research aims to get significant information regarding monitoring implemented for medicines and disposable material stock control in RSUD Kota Bekasi. Also, this research, in particular, will obtain internal control indicators including control organizing, implementation policy, inventory planning, merchandising procedure, document record, human resource training, and internal monitoring and, at last identify its recovery process for possible problems. This research uses qualitative method with thematic analysis, and explores primary data from informants as well as secondary data from related documents. While, researcher employs triangulation method to validate data. Research indicates that implementation of intensive monitoring for medicines and disposable material stock control is not optimum because of many interrelated problems among systems. Recommended solution for above problems may be reforming hospital structure, such as changing hospital classification to become b class (Kep Mendagri No. 22 Th. 1994 ). So that, RSUD Kota Bekasi becomes self - support hospital (swadana) and more independent to acquire partnership. In addition, RSUD Kota Bekasi can improve the quality of sevices including monitories medicines and disposable material stock control from KOPKAR, recapitulates prescription for purchasing budgeting, data entry for prescription summary, increase KOPKAR budget, implements procedure for lending equipment from ER, records document together with prescription summary, recruits one additional administration staff, computerizes prescription data entry, improves training for human resources, as well as increases frequency of recovered action as it is specified in hospital procedure."
Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Winarto Astarto
"Desember 1995 telah diselesaikan master plan RSUP Dr. Hasan Sadikin berdasarkan orientasi program fungsi dengan sasaran pengembangan sampai tahun 2020. Dibagi lima tahap pengembangan dan tahap pertama adalah membangun Instalasi Gawat Darurat, Rawat Intensif, CSSD dan Bedah Sentral yang akan selesai pada tahun 2000.
Terjadi perubahan yang mendasar yaitu dengan disatukannya seluruh kegiatan operasi di RSHS dibawah satu manajemen yaitu di Instalasi Bedah Sentral. Karena ada perubahan setting fisik, peningkatan teknologi pelayanan dan perubahan manajemen maka diperlukan pengembangan struktur organisasi Instalasi Bedah Sentral yang baru untuk mengantisipasi hal tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu usulan struktur organisasi yang akan diterapkan pada lnstalasi Bedah Sentral yang baru, agar pelayanan operasi dapat berjalan efektif dan efisien.
Penelitian ini dirancang menggunakan analisis kualitatif dengan melakukan pengembangan model teoritis serta uji konsep dengan melakukan wawancara mendalam guna mendapatkan asupan untuk pengembangan model yang akan diusulkan.
Dihasilkan suatu usulan struktur organisasi dengan desain matrix yang mengakomodasikan departemen kelompok produk jasa dan departemen kelompok fungsi.
Kesimpulan utama dari penelitian ini adalah untuk mempersiapkan pengelolaan sarana dan prasarana yang didapat dari dana pinjaman luar negeri yang begitu besar agar instalasi Bedah Sentral dapat berfungsi secara efektif dan efisien.
Saran saran yang diusulkan adalah :
1. Perlu sosialisasi struktur yang baru ini bila diterima oleh rumah sakit.
2. Perlu rekrutmen SDM agar organisasi dapat berjalan.
3. Perlunya pelatihan SDM yang akan ditempatkan di Instalasi Bedah Sentral.
4. Perlu penilaian kinerja organisasi bila telah dapat dioperasionalkan, dengan maksud mendapatkan umpan balik untuk penyempurnaan organisasi.

Analysis of the Development Process of Central Operating Theater Organizational Structure of the Hasan Sadikin Hospital in BandungIn December 1995 a new master plan of the Hasan Sadikin General Hospital was accomplished by the consultant. Based on the functional program orientation, it has a future projection until the year 2020. It contains a five construction phasing, where the first phase is the construction of COT, EU, ICU and CSSD.
According to the master plan there is a fundamental change in the COT management. All surgery services will be united in one building under a central management. To anticipate the physical setting alterations, services technology advancements, and managerial changes, a new organizational structure of the Central Operating Theater should be developed. The goal of the study is to propose a new model of COT organizational structure to be implemented in the new Central Operating Theater, in order to achieve a more effective and efficient surgery services.
This is a qualitative study by developing a theoretical model resulted from literature study and analysis of the existing condition of the Hasan Sadikin Hospital. In-depth interviews were conducted to the Hospital Director and Vice Directors, as well as to the middle ranked managers of the hospital operating rooms. Comments on the theoretical model were analyzed.
A matrix organizational structure of the new COT is proposed to accommodate the problems due to the changes.
Suggestions after completing the study are :
1. it is necessary to perform a socialization of the new structure of COT organization.
2. Recruitment of human resources is required.
3. Training of employees is recommended.
4. Evaluation of COT performance after implementing the new structure is indispensable.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>