Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187426 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ishak Djoko Sujono
"Pemimpin yang baik akan menghasilkan efektivitas kepemimpinan dalam pencapaian tujuan organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya di rumah sakit, pimpinan rumah sakit memerlukan dukungan para manajer yang baik, termasuk para kepala ruangan. Rekruitment kepala ruangan yang terstruktur dengan baik diharapkan menjadi sumbangan yang berharga dalam meningkatkan kinerja pelayanan rumah sakit, dan dengan meningkatnya mutu pelayanan pada akhirnya akan mengangkat citra rumah sakit menjadi lebih baik lagi.
Rendahnya kinerja para perawat pelaksana dan kinerja kepemimpinan para kepala ruangan rawat imp di RSUD Serang pada 2 penelitian tahun 2001 dan 2002 menjadi dorongan untuk melakukan penelitian di kalangan kepala ruangan. Penelitian ditujukan kepada 21 kepala ruangan di RSUD Serang dan dilakukan sejak 1 April 2003 sampai dengan 30 Juni 2003, merupakan cross sectional survey , dengan metode penelitian kuantitatif yang dilanjutkan dengan penelitian kualitatif.
Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa gaya kepemimpinan yang sesuai bagi kepala ruangan di RSUD Serang adalah Participating, dan kemudian Selling Tingkat fleksibilitas kepemimpinan sebagian besar sedang/normal (76,2%) dan sebagian kecil lainnya ( 23,8%) tinggi. Efekiivitas kepemimpinan sebagian besar (81,0%) sedang normal, namun 19,0% memiliki tingkat efektivitas tinggi. Terlihat bahwa faktor kebutuhan psikologis Deference (kebutuhan akan kerendahan hati), Order (kebutuhan akan keteraturan), Affiliation (kebutuhan akan afiliasi atau kerjasama), Nurturunce (kebutuhan akan pengasuhan) dan Endurance (kebutuhan akan daya tahan) merupakan kebutuhan psikologis yang sesuai di lingkungan kesehatan, dan oleh karenanya perlu dimiliki oleh Para perawat dan kepala ruangan pada tingkatan sedang atau tinggi, tidak boleh rendah. Penelitian memperlihatkan model kepala ruangan yang memiliki efektivitas kepemimpinan yang tinggi yang diperoleh melalui tes LBA II dan EPPS. Dari model tersebut dapat dilihat bagaimana hubungan antara faktor kebutuhan psikologis, karakteristik pribadi, fleksibilitas kepemimpinan, gaya kepemimpinan, dan efektivitas kepemimpinan kepala ruangan di RSUD Serang.
Disarankan untuk melakukan perbaikan pola rekruitmen bagi kepala ruangan dengan melakukan penyesuaian profit kepala ruangan yang memiliki efektivitas yang tinggi seperti apa yang telah dirumuskan dalam saran. Diajukan sebagai tambahan alat seleksi calon kepala ruangan adalah uji kepemimpinan dengan tes LBA II dari Paul Hersey dan Kenneth Blanchard, dan uji kebutuhan psikologis dengan tes EPPS dari Allen L Edward.
Datar Bacaan : 23 ( 1981-2002 )

The Relationship Study Between Factors of Psychological Needs and Individual Characteristics Within Leadership Styles of The Chief of Wards in Serang District's General Hospital, 2003A good leader will produces an effectiveness in his successful leadership in fulfilling the organization objectives and goals. In running the hospital, director needs supports from qualified managers, including chief of wards. A good structure recruitment processes will give a good contribution In enhancing the hospital services performance, and by improving quality of services, the image of the hospital will be better.
Poor performance profile of nurses and chief of wards in Nursing of Serang District's General Hospital as shown in the last two studies conducted in year 2001 by Kuntarto and year 2002 by Mulyati already pushed me to make a far studies in the leadership of chief of wards area. The studies were involved 21 chief of wards of Serang District's General Hospital as respondents and already conducted from April, 1", 2003 to June, 30th, 2003, designed as a cross sectional survey, a combined studies of a quantitative study which was continued by a qualitative study.
This studies shown that the leadership styles which good as chief of wards leadership's styles were a Participating style as the first choice, and a Selling style as the second choice. Most of the level of leadership flexibility were in a moderate degree (76,2%) and a small portion of them were in a high degree (23,8%). The leadership effectiveness were in a moderate degree (81,0%), but 19,0% of respondent are in a high degree of leadership effectiveness. It was shown that psychological need factors of Deference, Order, Affiliation, Nurturance and Endurance were matched or conformed with health services and nursing care, so nurses and their chief of wards much be build in with a normal degree or a high degree of these psychological need factors, and none in a low degree of these need factors. This study shown a highly effective chief of wards model as a result of LBA Il and EPPS test's result . From this model we can see how the relationships between psychological need's factor, individual's characteristics, the leadership flexibility, the leadership styles, and the leadership's effectiveness of the chief of wards in Serang District's General Hospital were.
It was suggested to develop a recruitment model for the chief of wards in Serang District's General Hospital by adopt a highly effective leadership of the chief of ward profile as wrote in suggestion. It was presented as an additional tools or instruments to be used in selection 1 recruitment of the chief of wards were LBA .I1 from Paul Hersey & Kenneth Banchard as a leadership test instrument, and EPPS from Allen L Edward as a psychological need's factor test instrument.
References : 23 ( 1981-2002 )
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Arruum
"Pemberdayaan psikologis merupakan suatu bentuk motivasi intrinsik perawat mencerminkan kepuasan kerja, kinerja, dan komitmen terhadap rumah sakit. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dan karakteristik perawat dengan pemberdayaan psikologis perawat pelaksana di RSUD Tarakan Jakarta. Desain penelitian deskripsi korelasi dengan cross sectional, sampel 115 perawat.
Hasil didapatkan ada hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan pemberdayaan psikologis perawat (p=0,046), ada hubungan jenis kelamin dengan pemberdayaan psikologis perawat (p=0,041), dan yang dominan adalah gaya kepemimpinan demokratik (p= 0,019). Pemberdayaan psikologis perawat pelaksana perlu dilakukan secara berkesinambungan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen sehingga berpengaruh terhadap kualitas pelayanan keperawatan.

Psychological empowerment is a form of intrinsic motivation of nurses, reflecting job satisfaction, performance, and commitment to the hospital. This research is aimed to recognize the relationship leadership style of nursing chief and nurse characteristics with the psychological empowerment of nurses at Tarakan Local Public Hospital, Jakarta. This research is a descriptive correlation research with cross sectional programe, and using 115 nurses as the sample.
It has been recognized that there is a relation the leadership styles of nursing chief with the psychological empowerment of nurses (p = 0,046), there is a relation gender with the psychological empowerment of nurses (p = 0,041), and the dominant factor is democratic leadership style (p = 0,019). Psychological empowerment to nurses is need to be done continuously to increase job satisfaction, and commitment, thus affect the quality of nursing services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T29360
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
S. Haeriyanto
"Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan kepemimpinan efektif kepala ruangan dan karakteristik individu perawat pelaksana dengan pelaksanaan MPKP, dilakukan penelitian terhadap 75 orang perawat pelaksana di ruangan MPKP RSPAD Gatot Soebroto dari tanggal 4 sampai 6 Agustus 2003.
Penelitian mempergunakan desain cross sectional terhadap total populasi (75 orang), dan mempergunakan tiga jenis instrumen yang terdiri atas Karakteristik Individu, Komponen Kepemimpinan Efektif, dan Komponen MPKP.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemimpinan efektif kepala ruangan berbeda secara bermakna diantara perawat yang pernah mengikuti pelatihan asuhan keperawatan dan yang belum pemah mengikuti pelatihan (p < 0,05). Sedangkan terhadap MPKP, karakteriatik individu terbukti tidak ada hubungan secara statistik. Hal tersebut sesuai dengan perannya sebagai variabel confounding. Sementara itu semua komponen kepemimpinan efektif (pengetahuan, tilikan diri, komunikasi, tujuan, energi, dan tindakan)secara statistik berkorelasi positif terhadap MPKP. Model regresi linear ganda diperoleh persamaan regresi yang disimpulkan bahwa setiap peningkatan satu skor pengetahuan akan meningkatkan skor MPKP sebesar 0,213 dengan mengendalikan variabel tindakan diri menjadi konstan, demikian juga peningkatan satu skor Kemampuan Pemimpin dalam tindakan diri akan meningkatkan skor MPKP sebesar 0,190 dengan mengendalikan variabel pengetahuan menjadi konstan. Model persamaan tersebut hanya 26.3 % dapat menjelaskan pelaksanaan MPKP.
Daftar pustaka 60 (1987 - 2003)

Analysis of Relationship between Effective Leadership Ability of Ward Manager and Individual Characteristic of Nurses and Professional Nursing Practice Model in Central Army Hospital Gatot Subroto Jakarta, 2003In order to gain information about the relationship of individual characteristic of nurses and the effective leadership ability of ward manager with nursing proffesional practice model (MPKP), the study has been done in the 4t-6t of August 2003, in the Central Army Hospital Gatot Soebroto Jakarta.
Research design used cross sectional study with population of 75 nurses and used 3 types of instruments for collecting the data. These instruments are Individual characteristic, Effective Leadership Component, and Nursing Professional Practice Model (MPKP) instrument.
The result revealed that there is a significant differences among nurses who have nursing care training and those who do not have the training. (p<0.05). There is no significant relationship between individual characteristic and Professional Nursing Practice Model (MPKP). While all the effective leadership components (knowledge, self awareness, communication, goal, energy and creative action) have positive correlation with Professional Nursing Practice Model. Model of multiple linear regression show every one unit increase of knowledge variable rise will rise 0.213 score of MPKP by controlling the self awareness variable as a constant. Every one score of leadership ability of self awareness will increase 0.190 score of MPKP by controlling knowledge variable as a constant. These model is only could explain 26.3% the implementation of MPKP.
References: 60 (1984-2003)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T 10874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulikah
"Rumah sakit adalah bagian penting dari sistem pelayanan kesehatan, merupakan transfer pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.
Efesiensi dan efektifitas pencapaian tujuan organisasi tergantung kepada perilaku dan kemampuan manusia yang mengelola dalam organisasi tersebut. Kemampuan profesional yang dimiliki perawat dapat diperankan secara efektif baik sebagai pelaksana maupun pengelola.
Seorang kepala ruangan adalah pengelola pada tingkat bawah yang menjadi penentu terhadap kuatitas pelayanan keperawatan di suatu rumah sakit. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda, ketidaksamaan dalam fisik dan psikis menyebabkan pelaksana maupun pengelola organisasi berbeda satu sama lain, demikian pula terhadap gaya kepemimpinan kepala ruangan dalam memimpin bawahan.
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik individu perawat pelaksana dan situasi kepemimpinan dan persepsinya tentang gaya kepemimpinan kepala ruangan di RSPAD Gatot Soebroto. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan "cross sectional". Pada penelitian ini diambii sampel perawat pelaksana sebanyak 175 orang sebagai responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden.
Analisis data dilakukan dengan uji statistik analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi, analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk mencari hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi (ogistik untuk mengetahui variabel bebas yang paling berhubungan dengan variabel terikat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang digunakan oleh kepala ruangan- di RSPAD Gatot Soebroto bervariasi tidak hanya satu gaya kepemimpinan saja melainkan kombinasi ke tiga gaya kepemimpinan tergantung situasi. Kepala ruangan lebih banyak menggunakan kepemimpinan suportif.
Dari hasil analisis bivariat dengan a = 0,05 diketahui bahwa pendidikan tambahan atau pelatihan dengan p value = 0,015, hubungan pemimpin - anggota dengan p value = 0,002, struktur tugas dengan p value = 0,000 , kekuasaan dengan p value = 0,000 mempunyai hubungan yang bermakna dengan gaya kepemimpinan kepala ruangan.
Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa struktur tugas paling berhubungan dengan gaya kepemirnpinan kepala ruangan dengan p value = 0,000.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada pemimpin RSPAD Gatot Soebroto agar terns melanjutkan pengembangan kuatitas sumber daya manusia keperawatan melalui pendidikan berkelanjutan maupun mengupayakan program-program pelatihan bagi kepala ruangan untuk meningkatkan kinerjanya dalam mendukung tercapainya visi dan misi RSPAD Gatot Soebroto.
Bagi kepala ruangan pertu menetapkan tujuan dan pedoman kerja untuk memudahkan pekerjaan bawahan dengan mempertahankan hubungan dan kerjasama yang balk dengan bawahan.

The Relationship between the Characteristic of Nursing Staff, the Leadership Situation, and Their Perception on the Leadership Style in the Army Gatot Subroto Hospital, Jakarta
A hospital is an important part of health service system, and as an institution to transfer knowledge and technology. To achieve the objectives of the organization efficiency and effectively should based on the behavior and the ability of the manager in organizing all component involved.
The professional capability of the nurses can be function effectively either as a nurse staff or a head nurse. A head nurse is a lower manager or a leader for nurse staff who function as a determinant in maintaining the quality of the nursing service in a hospital. Every nurse has different characteristic and different shape of physical and psychological situation. These can cause differences in nurse staff or leader behaviors in the organization and the leadership style.
Based on the above, the research has been conducted to identify the relationship between the characteristic of the nurse staff, the leadership situation and the precision of the leader ship style in Gatot Soebroto Hospital. The design of the research was descriptive correlational. One hundred and seventy nurses were participated as respondents. Two questionnaires were administered to respondents, and univariate and bivariate analysis were employed to identify the distributions of the characteristic and the relationship between the independent and dependent variables.
In addition, a multivariate analysis with logistic regression test is utilized to identify the relationship between the component of the independent variable and the dependent variable. The result showed that head nurses in Gatot Soebroto Hospital used more than one type of leadership style. They used the style according to the situation. Anyhow, they use supportive leadership more often.
The result of bivariat analysis is p value = 0,015, cc = 0,005, for additional education or training, p value 0,002 for leader - member relationship, also p value = 0,0000 for task structure, p value = 0,0000 for authority. Those have significant relationship with head nurse leadership style. The result of multivariate analysis with logistic regression showed that the structure of the task has significant correlation with p value = 0,0000. Based on the above result, it was recommended to the director of Gatot Soebroto Hospital that it is important to continue the improvement of the qualities including human resources in nursing. It can be done through a continuing education ; and yet, a training program for each head nurse to improve their performance to support the mission and vision of the Gatot Subroto Hospital.
In addition, recommendation also extended a head of nurse, that they need to determine goals and a standardized protocols for nurse staff in a simpler way to maintain a good relationship with the staff."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T8236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saenab Dasong
"Kepala ruangan pada unit rawat inap RS merupakan penanggung jawab ruangan dan menjadi manajer di garis depan yang harus mampu menjadi urat nadi dari segala proses pendayagunaan sumber-sumber keperawatan di ruangan sehingga dapat menciptakan iklim kerja kondusif yang mampu memberi kesempatan dan kemudahan kepada staf keperawatan yang manjadi tanggung jawabnya untuk tumbuh, berkembang dan berprestasi dalam suasana iklim organisasi yang dinamis.
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, sebagai RS tipe A dan pusat rujukan kawasan timur Indonesia memiliki 15 ruang rawat inap dengan jenis pelayanan kesehatan yang kompleks, namun demikian tenaga perawat pelaksana yang bertugas di ruang rawat inap mayoritas tenaga non profesional (69,%) sehingga diharapkan para kepala ruangannya mampu menjadi seorang pemimpin yang efektif yang dapat menciptakan iklim organisasi ruang rawat inap yang kondusif.
Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan iklim organisasi di ruang rawat inap RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan asumsi ada hubungan kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan iklim organisasi yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana, dimana persepsi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa karakteristik demografisnya seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan lama kerja.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan disain deskriptif korelasi yang bersifat "Cross Sectional" dengan tujuan untuk melihat hubungan antar variabel yakni kepemimpinan efektif, iklim organisasi dan karakteristik demografis perawat pelaksana.
Berdasarkan analisis data univariat, bivariat dan multivariate hasil penelitian menggambarkan ada hubungan yang signifikan antara kepemimpinan efektif kepala ruangan dengan iklim organisasi_ Dari enam komponen kepemimpinan efektif maka empat diantaranya yakni komunikasi, energi, tujuan dan tindakan masing-masing berhubungan secara signifikan dengan iklim organisasi, sedangkan karakteristik responden, tidak ada satupun yang berhubungan secara signifikan dengan kepemimpinan efektif. Tetapi antara karakteristik responden dengan iklim organisasi mama umur dan lama kerja berhubungan secara signifikan. Dari model regresi ganda maka komponen komunikasi energi dan tindakan masing-masing memberikan kontribusi pengaruhnya terhadap iklim organisasi, diantara ketiganya komponen energi memberikan kontribusi terbesar.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut ada beberapa saran yang dapat disampaikan yakni : bahwa dalam proses rekruitmen, promosi jabatan kepala ruangan para pengambil kebijakan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sangat penting mempertimbangkan aspek kemampuan energi, kemampuan komunikasi dan kemampuan bertindak yang dapat terjaring melalui wawancara dan observasi.
Perawat yang berusia muda dan perawat yang mempunyai lama kerja kurang dari 10 tahun dapat didistribusikan merata pada 15 ruang rawat inap. Dalam meningkatkan kemampuan kepemimpinan maka kepala ruangan dapat melakukan learning by doing atau on the job training. Demikian juga agar senantiasa meningkatkan energi yang dimiliki, kemampuan berkomunikasi dan dapat bertindak sesuai batas kewenangan dengan mengaplikasikan komponen kepemimpinan efektif didalam kepemimpinannya.
Daftar Pustaka 51 (1968 - 2000)

The relation between the effective leadership of the charge nurse and the organisational climate at the Central Public Hospital Dr. Wahidin Sudirohusodo in Makassar, 2001 The charge nurse of a hospital long ward stay department is a person in responsibility to a ward and a manager in front line, who must have capability to become a nerve root of all process in making efficient use of nursing sources in the ward. The charge nurse can create a conducive working climate, allowing nursing staffs as her subordinate to have an opportunity and ease to develop and gain their achievement on the dynamic organisational climate.
The Central Public Hospital Dr. Wahidin Sudirohusodo in Makassar is a type A hospital having a role as a central reference in eastern Indonesia - posses 15 long ward stay departments with variety of complex health services. Nevertheless, the nurse staff in duty at long ward stay department is non-professional in majority or almost 69 %. Thus, the charge nurse is expected to have an effective leadership who is able to create a conducive long ward stay department.
Based on those reasons above, the problem formulation at this research poses how the relationship between an effective leadership and the organisational climate at long ward stay department at Central Public Hospital Dr. Wahidin Sudirohusodo in Makassar, with the assumption that there is an effective leadership of the charge nurse with the organisational climate perceived by the nurse in duty, which this perception can be affected by some demographic character such as age, sex, education, and duration of working.
This research is a quantitative study with correlation of descriptive design "Cross Sectional" in nature. This research aims at finding out the relation intervariable of effective leadership organisational climate and demographic character of nurses in duty. Based on the analytical data of univariate, bivariate, and multivariate, the research outcome shows that there is a significant relation between effective leadership of the charge nurse and organisational climate. Of these six components of effective leadership, four of them are communication, energy, purpose and action of each have interrelationship with organisational climate, while at the respondent characteristic, none of them has significantly relationship to effective leadership. However, the age and duration of working have a significant relationship between respondent characteristic and organisational climate. From multiple-regression linear model, the energy communication component and action on each give its influential contribution against organisational climate, energy component gives the greatest contribution in comparison with those three components.
Lining with the outcome research, there are some suggestion being able to be conveyed That ; the decision maker of the Central Public Hospital Dr. Wahidin Sudirohusodo must consider the energy, communication, behaviour capacity in recruiting, promoting the post of the charge nurse that can be select through observation and interview. The young nurse and nurses who have duration of working less than 10 years can be distrubuted in flat into 15 long ward stay department. To improve the leadership capacity, the charge nurse is able to carry out "learning by doing or job training". So then to improve their owned energy, the ability to communicate, and act on in accordance with their own authority border by applying an effective leadership components in their leadership are very necessary.
Bibliography = 51 (1968 - 2000)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T1576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Yasman
"Retensi perawat penting untuk memelihara stabilitas tenaga kerja keperawatan. Namun, angka turnover perawat yang tinggi mengindikasikan rendahnya retensi perawat di RSUD Cengkareng. Disisi lain kepemimpinan berkontribusi hampir pada seluruh kegiatan dalam organisasi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan model kepemimpinan kepala ruangan menurut pandangan perawat pelaksana dengan retensi di RSUD Cengkareng. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelasi. Sampel berjumlah 166 perawat pelaksana.
Hasil analisis menunjukkan proporsi perawat dengan tingkat retensi tinggi sebesar 50%. Model kepemimpinan situasional, transformasional, transaksional, visioner, dan servant mempunyai hubungan yang bermakna dengan retensi perawat (p<0.05). Model kepemimpinan yang paling berhubungan dengan retensi adalah model kepemimpinan transaksional (OR 2.881). Model kepemimpinan memberikan pengaruh yang positif terhadap kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja perawat yang pada akhirnya akan meningkatkan retensi perawat.

Nurse retention is important to maintain the stability of nursing workforce. But, the high nurse turnover indicate low nurse retention in RSUD Cengkareng. Besides, leadership contributes to nearly every activity within organization. The research aims to determine the relationship of nurse unit manager?s leadership models from the viewpoint of nursing staff to retention in RSUD Cengkareng. The study used a descriptive correlation design. The sample consisted of 166 nurses.
The result showed high retention of nurse proportion in 50%. The situational, transformational, transactional, visionary, and servant leadership model had significant relationship with nurse retention (p<0.05). The leadership model which has high correlation to retention was transactional leadership (OR 2.881). Leadership model gives positive influence to job satisfaction, organizational commitment, and nurse performance which are finally increase nurse retention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34601
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surini Santoso
"Hubungan gaya kepemimpinan kepala dengan kinerja instruktur latihan kerja di BLK Malang. Gaya kepetnimpinan (leadership Style) adalah merupakan pola perilaku yang dilakukan oleh pemimpin (dalam hal ini kepala BLK) dalam upaya mempengaruhi perilaku (memodifikasi perilaku) bawahannya (dalam hal ini instruktur). Beberapa masalah yang hendak diteliti dirumuskan sebagai berikut: (1). setiap kepala BLK melakukan suatu macam gaya kepemimpinan yang bervariasi tergantung pada yang dipimpinnya, dimana dapat dikenali melalui pola perilaku tugas dan pola perilaku tenggang rasa, dan (2). tingkat kinerja instruktur BLK berbeda-beda satu sama lainnya.
Sesuai dengan masalah penelitian sebagaimana yang telah dirumuskan, beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1).mengetahui apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala BLK dengan kinerja instruktur, dan (2). mengentahui apakah ada perbedaan efektivitas, antara gaya kepemimpinan laissez faire, gaya kepemimpinan partispatif, gaya kepernimpinan demokratis, dan gaya kepemimpinan otokratis terhadap kinerja instruktur.
Hasil penelitian ini sangat berguna: (1). sebagai masukan kepada kepala BLK, khususnya kepala BLK di Malang dalam upaya meningkatkan kinerja instruktur melalui aplikasi gaya kepemimpinan, dan (2) sebagai masukan kepada pihak yang berwenang akan arti pentingnya semakin ditingkatkan pelaksanaan program in-service training bagi kepala BLK guna pernantapan fungsi kepemimpinan kepala BLK.
Atas dasar analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1). tinggi rendahnya kinerja instruktur di BLK Malang di pengaruhi oleh gaya kepemimpinan kepala BLK yang bersangkutan, dan (2). gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan demokratis lebih efektif daripada gaya kepernimpinan laissez faire dan gaya kepemimpinan otokratis dalam meningkatkan kinerja instruktur. Dalam arti bahwa gaya kepemimpinan partisipatif dan gaya kepemimpinan demokratis yang sama-sama efektif; sebaliknya gaya kepemimpinan laissez faire dan gaya kepemimpinan otokratis merupakan dua gaya kepemimpinan yang kurang efektif dalam meningkatkan kinerja instruktur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Nurdiani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Gaya Kepemimpinan ( X1) dan Komunikasi Interpersonal (X2) dengan Motvasi Kerja Karyawan (Y) baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri di PT. INDOMAS MULIA, Jakarta.
Metode pengumpulan data yang dipakai adalah dengan metode survai? dengan populasi penelitian adalah seluruh karyawan tanpa Manajemen Level I pada tahun 2004. Jumlah sampel penelitian diambil dengan cara Diaproportionate Stratified Random Sampling. Data dihimpun melalui instrument bentuk kuesioner Skala Liken yang sudah diujicobakan.
Walaupun memiliki keterbatasan, penelitian ini bisa memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan organisasi. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan uniuk meningkatkan wawasan tentang strategi memotivasi karyawan melalui penerapan gaya kepemimpinan dan komunikasi interpersonai dalam suatu organisasi. Penelitian ini juga memberikan manfaat bagi usaha pengembangan bidang studi Administrasi dan Sumber Daya Manusia secara keseluruhan.
Analisis yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian digunakan teknik analisis korelasi Rank Spearman untuk mengetahui hubungan antar variable bebas Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi Interpersonal dengan Motivasi Kerja sebagai variable terikatnya.
Hasil analisis data, disimpulkan bahwa : 1. Terdapat hubungan positif dan kuat antara Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja. Nilai koefisien korelasi bernilai positif dan kuat yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berperan cukup penting dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan. 2. Terdapat hubungan positif dan kuat antara Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Kerja. Nilai koefisien korelasi bernilai positif dan kuat yang menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal berperan cukup penting dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widura Imam Mustopo
"Minat meneliti topik ini dilatar belakangi oleh pengamatan selama pengalaman bekerja di lingkungan TNI-AU, khususnya dalam menelaah gambaran perilaku pengambilan keputusan dari individu yang berprofesi penerbang yang karena promosi karirnya, beralih ke jenjang pimpinan manajerial non teknis penerbangan. Sehingga menjadi suatu hal yang menarik untuk meneliti hubungan kepemimpinan dengan gaya pengambilan keputusan para pejabat perwira penerbang di TNI-AU.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan jawaban secara empirik tentang hubungan antara tipe kepemimpinan dan profesi asal penerbang terhadap gaya keputusan manajerial. Dan kepustakaan yang ada, terlihat permasalahan ini belum tuntas terjawab. Terdapat kesenjangan antara hasil penelitian satu dan lainnya, terutama hubungan kepemimpinan dan gaya keputusan. Adalah benar bahwa pada hakekatnya pengertian kepemimpinan lebih diarahkan kepada potensi individu dalam mengarahkan dan mempengaruhi bawahan, sedangkan pengambilan keputusan merupakan salah satu aspek dari kegiatan manajerial. Namun demikian bukan berarti kedua aspek tersebut tidak berhubungan.
Bertitik tolak dari konsep Zaleznick tentang kepemimpinan yang dimanfaatkan dalam mengembangkan teori kepemimpinan oleh Bass, dibedakan bahwa pemimpin lebih ke arah transformasional dan manajer lebih ke transaksional. Berangkat dari konsep yang sama, gaya keputusan dari Rowe mengungkapkan bahwa pemimpin cenderung mengambil gaya keputusan analytic dan conceptual, sedangkan manajer cenderung bergaya keputusan directive dan behavioral. Dari deduksi teoritik dapat disimpulkan sementara bahwa ada hubungan antara tipe kepemimpinan dengan gaya keputusan manajerial.
Untuk menguji kebenaran hipotesa tersebut, perlu diuji secara empirik. Dengan mengukur orientasi tipe kepemimpinan transaformasional, transaksional, dan laissez-faire melalui MLQ 5X R yang dikembangkan oleh Bass diperoleh tingkat kekuatan masing-masing tipe kepemimpinan. Sedangkan untuk mengidentifikasikan gaya keputusan digunakan DSI III dari Rowe. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan yang terjadi digunakan analisis Marian. Disamping hubungan kepemimpinan dan gaya keputusan, ingin pula diketahui hubungan asal profesi penerbang terhadap gaya keputusan agar diperoleh informasi tentang interaksi dengan variabel lain yang juga berperan dalam menentukan gaya keputusan tertentu.
Temuan dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kepemimpinan transaksional dengan gaya keputusan analytic. Tetapi tidak berhubungan secara signifikan antara kepemimpinan transformasional, dan laissez-faire dengan gaya keputusan lainnya. Selain itu, asal perofesi penerbang juga tidak berhubungan secara signifikan dengan gaya keputusan. Namun, bila variabel kepemimpinan dan asal profesi penerbang dikaitkan secara bersama, terbukti berhubungan dengan gaya keputusan tertentu. Terungkap bahwa kuatnya orientasi pada kepemimpinan transformasional dan rendahnya transaksional berperan pada gaya keputusan conceptual khususnya pada asal profesi penerbang helikopter.
Gambaran dari hasil penelitian menunjukan bahwa proses pengambilan keputusan tidak berjalan sederhana. Terdapat keterlibatan variabel-variabel psikologis seperti persepsi, nilai, termasuk kompleksitas kognitif yang mungkin lebih berperan dalam menentukan gaya keputusan. Sehingga temuan dari penelitian ini merupakan bahan diskusi untuk lebih memahami proses pengambilan keputusan. Tidak pula dapat dielakan bahwa pembahasan juga dapat diarahkan kepada metodologi termasuk alat ukur yang digunakan. Dengan melalui diskusi dan pemahaman yang lebih mendalam baik berkenan dengan teori maupun metodologi akan lebih menyempurnakan studi lebih lanjut tentang hubungan antara tipe kepemimpinan dan gaya keputusan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Kurniawati
"Skripsi ini membahas mengenai hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional, transaksional dan laissez-faire dengan turnover intention PT.XYZ. Penelitian dilakukan kepada tenaga penjualan di empat cabang perusahaan multifinance, yaitu cabang Tangerang, Bekasi, Cempaka Mas, dan Bogor. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan korelasi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat turnover intention di keempat cabang secara keseluruhan rendah, terdapat hubungan negatif yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan turnover intention dan hubungan positif yang signifikan antara gaya kepemimpinan laissez-faire dengan turnover intentions. Untuk menekan turnover intention, para manajer harus menunjukkan sikap lebih adil kepada bawahannya, menjadi panutan bagi bawahan, memotivasi bawahan untuk menjadi yang terbaik, mengingatkan tanggung jawab bawahan, dan mengawasi kinerja bawahan untuk meminimalisasi kesalahan.

The purpose of this study was to examine the relationship between transformational, transactional and laissez-faire leadership styles with turnover intention of PT. XYZ. Respondents of this study were salesforce of PT. XYZ in four branches (Tangerang, Bekasi, Cempaka Mas and Bogor). Method of analysis were descriptive statistics and Pearson correlation. This study found that there were low turnover intention level in the four branches. There was negative significant relationship between transformational and transactional leadership with turnover intention and there was positive significant relationship between laissez-faire leadership style with turnover intention. To reduce turnover intention, managers should be more fair to subordinates, motivate subordinates to be the best, remind employees about their responsibilities, and monitor employees performance to reduce errors."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>