Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166782 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Buhono Thahadibrata
"ABSTRAK
Program Makanan Tambahan Anak Sekolah ( PMT AS ) adalah suatu gerakan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan fisik siswa sekolah dasar baik negeri maupun swasta melalui perbaikan gizi dan kesehatan sehingga dapat mendorong minat dan kemampuan belajar anak untuk meningkatkan prestasi belajar dalam rangka menunj ang tercapainya Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
Gerakan nasional ini mempunyai sasaran seluruh siswa sekolah dasar baik negeri maupun swasta yang berada di desa tertinggal atau di desa-desa yang ditetapkan pemerintah. Diharapkan masyarakat bisa memahami, mendukung dan berperan aktif dalam program ini sehingga di kemudian hari program ini menjadi mandiri dan berkelanjutan dan diselenggarakan oleh orang tua dan masyarakat sendiri. Program Makanan Tambahan Anak Sekolah dimulai pada tahun anggaran 1997/1998 yang pelaksanaannya dimotori oleh beberapa sektor terkait, yaitu : sektor Perencanaan Daerah, Pembangunan Masyarakat Desa, Pendidikan dan Kebudayaan, Kesehatan, Pertanian , Agama , dan Tim Penggerak PICK.
Di Kabupaten DT II Sukabumi, penyelenggaraan PMT AS ini telah ditindak lanjuti dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sukabumi Nomor 444.3183 -- PMD197 tertanggal 22 April 1997 Tentang Pembentukan Forum Koordinasi PMT AS Tingkat Kabupaten DT II Sukabumi, yang secara teknis operasional koordinasi ini dijalankan oleh Sekertariat Forum Koordinasi PMT AS Tingkat Kabupaten DT Q Sukabumi.
Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu dengan menganalisis koordinasi dari Sekertariat Forum Koordinasi PMT AS Kabupaten DT II Sukabumi baik dari komponen input maupun prosesnya. Data diperoleh dengan wawancara mendalam terhadap para informan yang terdiri dari seiuruh personil sekertariat forum dengan validasi melalui informan Bari tim tingkat kecamatan.
Dari penelitian ini terungkap kurang effektifnya koordinasi di dalam sekertariat forum. Mengingat koordinasi dan sektor-sektor terkait dalam wadah Sekertariat Forum Koordinasi tersebut belum mencapai koordinasi yang efektif untuk memperoleh hasil guna dan daya guna yang maksimal maka disarankan agar dilakukan penyempurnaan langkah-langkah operasional oleh sekertariat forum baik dari faktor input maupun prosesnya serta pengawasan yang lebih cermat terhadap indikator-indikatornya. Demikian juga perlu ditindak lanjuti dengan kebijakan-kebijakan dari pemerintah daerah melalui pimpinan sektor-sektor terkait agar koordinasi yang telah terjalin bisa lebih efektif Iagi, yaitu dengan meningkatkan kontribusi masing-masing sektor, meningkatkan peran serta masyarakat sehingga pads akhirnya secara bertahap PMT AS bisa dilaksanakan secara mandiri.

ABSTRACT
Coordination analysis about implementation of Supplementary Feeding Program for Elementary Students ( PMT-AS ) by The Secretariat of Coordination Forum of Supplementary Feeding Program for Elementary Students at Sukabumi regency on 1997/1998.Supplementary Feeding Program for Elementary Students is a nation wide movement to increase a stamina of elementary students by nutrition and health improvement to achieve a students performance and supporting a successfull of 9 Years Compulsory Education Program.
Main objective of this national movement is not only a government elementary school but also a nongovernment elementary school students which are generally located at the secluded villages.This program hoped that the community will be understand, give a support and participated to make this program can be operate by themselves continously.
Suplementary Feeding Program for Elementary Students have already started on 1997/1998 in which operated by intersector activity with the coordination of local government.
In order to solve this program at Sukabumi regency has issued a Decision Letter of Sukabumi's Regent No. 444.3/83-PMD/97 about forming The Coordination Forum of Supplementary Feeding Program for Elementary Students of Sukabumi ( Forum Koordinasi PMT AS Kabupaten Sukabumi ), in which the technical operation cared by A Secretariat of The Coordination Forum.
This research try to give an expression of less effective of coordination in the forum looking at from input, process and some indicators. This study is a qualitative one, and discribe the coordination aspects of The Secretariat of Coordination Forum of Supplementary Feeding Program in Sukabumi regency. Data were collected from interviews with informans are the person of the secretariat of the forum and some from subdistrict team. They were, then analyzed by analyzing the study result and compare it with the theories of the references.
This condition resulting an adviced that forum should be perfecting an operational activity not only an input but also a process and give a special attention for controlling the indicators of a process. And the local government of Sukabumi should give some policies to give more stressing for better coordination among the forum.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikty Aprilinayati
"Aktivitas makan merupakan aktivitas dominan yang paling banyak dilakukan oleh orangutan untuk pemenuhan kebutuhan dalam upaya bertahan hidup. Penelitian bertujuan mengetahui proporsi waktu makan dan proporsi waktu mencoba makan pada anak orangutan. Metode penelitian yang digunakan adalah instantaneus focal animal sampling dan ad libitum sampling. Anak sangat antusias mempelajari kemampuan dan keterampilan untuk bertahan hidup melalui hubungan sosial dengan induknya. Sejak usia 1 tahun anak sudah mulai peering (7,67 %) hingga usia 8 tahun (65 %). Induk merupakan penyangga anak dengan lingkungannya dan panutan yang dicontoh dalam melakukan sesuatu, khususnya perilaku makan. Proporsi waktu makan anak mandiri semakin meningkat dari 0,24 % (1 tahun) hingga 55,1 % (8 tahun) akan meningkat ke arah proporsi makan induknya. Pemilihan jenis makanan dan teknik makan anak orangutan dipengaruhi oleh karakteristik jenis makanan dan teknik yang digunakan oleh induk. Teknik makan yang paling banyak digunakan yaitu teknik dengan menggunakan mulut dan teknik kombinasi yaitu gabungan antara tangan dengan kaki. Hal tersebut dikarenakan anak orangutan selalu bersama induknya dan anak memiliki keterbatasan dalam memperoleh dan mengolah jenis makanan yang sulit dikonsumsi. Toleransi induk juga berperan penting dalam proses kemandirian anaknya, melalui makan bersama pada satu pohon yang sama, transfer makanan dan memberikan makanan yang sulit didapat maupun sulit diproses ketika anak meminta darinya. Selain itu, anak orangutan juga berusaha untuk meningkatkan keterampilannya dengan mencoba mengolah (try feeding) dan terlihat ketika anak orangutan baru mulai mengonsumsi kulit kayu pada usia 4 - 5 tahun dengan tingkat kesulitan tinggi.

Feeding activity is the most dominant activity of orangutans to fulfil their needs in an effort to survive. The research aims to know the proportions of feeding time and try feeding in immature orangutans. Research method used was instantaneus focal animal sampling and ad libitum sampling. Immatures orangutan are very antusiastic about learning abilities and skills to survive through social interaction with mother. Since the age of 1 year old (7,67%) infant have started try feeding until the age of 8 years old (65%). Orangutan mother is child?s buffer with its environment ad role model, in particular the eating behavior. As dependent offsprings getting older, their feeding activity proportion increased to their mothers level from 0,24 % (1 year old) until 55,1% (8 years old). Dependent offspring rely on social interactions with their mother to acquire information about the food type, feeding behaviour, and feeding techniques. Dependent offspring always with their mother to obtain the food that is difficult to consume because mother always tolerance to help and give the food when the dependent offspring beg for food. Try feeding enhances the ability to consume bark since 4 -5 years old, bark is really difficult to get and to process.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oriyansih Andrikas
"Pendidikan pada dasarnya terkait erat dengan pembangunan sumber data manusia. Hal ini dikarenakan dengan adanya pendidikan maka sebuah bangsa akan menjadi cerdas dan maju yang mencinikan tingginya kualitas sumber daya manusia Berbicara masalah pendidikan berarti berbicara pula mengenai anak-anak sebagai calon penerus bangsa dimana anak-anak merupakan objek pendidikan yang paling utama. Pada tahun 2005, anak-anak terdapat lebih dari 20 juta jiwa atau 20% dari total penduduk Indonesia. Hal tersebut merupakan kekuatan yang sangat potensial dikarenakan anak adalah modal pembangunan yang akan memelihara dan mengembangkan hasil pembangunan fisik, mental, dan sosial Indonesia. Sebagai calon penerus bangsa, anak-anak tidak hanya membutuhkan pendidikan secara tekstual tapi juga hal-hal yang menunjang dalam proses pendidikan seperti kesehatan dan gizi yang baik. Namun demikian, sampai saat ini masalah gizi dan kesehatan menjadi sebuah masalah yang belum terselesaikan dengan baik. Masih banyak anak-anak yang menderita kekurangan gizi. Padahal gizi dan kesehatan sangat diperlukan terutama dalam tumbuh kembang seorang anak. Dengan melihat kenyataan tersebut, pemerintah sejak tahun 1996/1997 merencanakan sebuah program yang diben nama PMT-AS atau program Pemberian Makanan Tambahan Untuk Anak Sekolah. Program PMT-AS pada dasarnya ditujukan terutama untuk siswa sekolah dasar yang berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah Tujuan dari program tersebut adalah untuk meningkatkan gizi dan kesehatan yang pada akhirnya dapat mendorong pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Pada awalnya program ini hanya ditujukan untuk desa-desa yang tergolong tertinggal. Namun sejak tahun 2000, program PMT-AS mulai menjangkau wilayah miskin perkotaan diantaranya di propinsi DKI Jakarta. Dari keseluruhan sekolah yang diberikan bantuan, SDN Gandaria Utara 06 Petang menjadi satu-satunya sekolah petang di Kecamatan Kebayoran Baru yang telah mendapatkan bantuan mulai dari tahun 2000. Namun demikian, pelaksanaan program PMT-AS di SDN Gandaria Utara 06 Petang dari tahun ke tahun terus mengalami penyusutan. Padahal bila melihat hasil status gizi siswa yang diberikan bantuan, tidak terlihat peningkatan berarti dari sebelum ataupun sesudah diberikan bantuan. Karena itu, penelitian ini lebih menekankan pada proses pelaksanaan dan hambatan terutama pada tiga siswa penerima bantuan PMT-AS di SDN Gandaria Utara 06 Petang Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif ternyata menemukan bahwa makanan tambahan yang diberikan selama ini belum memberikan pengaruh dalam tiga informan tersebut. Hal ini dikarenakan makanan tambahan yang diberikan jarang sekali disantap oleh mereka. Banyak alasan yang menyebabkan mereka jarang menyantap makanan tambahan tersebut dari mulai jenuh dengan makanan yang diberikan, pribadi yang memang susah makan, faktor keluarga, dampai pada faktor teman bermain. Penelitian ini menggunakan teori Bronfenbrenner mengenai sistem ekologi sosial dimana individu menjadi inti dari sistm tersebut. Berbagai sistem melingkari individu mulai dari mikrosistem yaitu keluarga, sekolah, dan teman bermain. Mesosistem yaitu hubungan antara sekolah dan keluarga, eksosistem yaitu peraturan pemerintah mengenai PMT-AS samapi dengan makrosistem yaitu budaya masyarakat sekitar. Dalam hal ini peraturan pemerintah mengenai PMT-AS yang berada pada tataran eksosistem kurang memperhatikan mikrosistem dan mesosistem yang pada dasarnya berperan besar dalam membentuk kepribadian anak dan mempengaruhi keberjalanan program tersebut. Pemerintah hanya melihat sekolah sebagai satu-satunya faktor untuk menunjang keberjalanan program PMT-AS. Karena itu, dengan hasil penelitian yang ada maka diperlukan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Solusi pertama adalah dengan menyiapkan petugas khusus diluar struktur sckolah untuk fokus dalam menangani program PMT-AS sehingga pihak sekolah tidak merasa terganggu dengan program tersebut. Selain itu, jenis makanan tambahan yang ada sebaiknya diganti dengan pemberian susu dan vitamin. Hal ini dikarenakan selama ini, makanan tambahan yang diberikan hanya berupa makanan kudapan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan status gizi. Selain itu, makanan tambahan yang diberikan pun jarang disantap dengan alasan jenuh dan lain sebagainya. Dengan adanya penggantian jenis makanan tambahan tersebut diharapkan status gizi dapat meningkat lebih baik dan hanya menjangkau mereka yang mengalami kekurangan gizi.

Education is basically closely related to the development of human data sources. This is because with education, a nation will become intelligent and advanced, which reflects the high quality of human resources. Talking about education matters also means talking about children as potential future successors of the nation where children are the most important object of education. In 2005, there were more than 20 million children or 20% of Indonesia's total population. This is a very potential force because children are development capital that will maintain and develop the results of Indonesia's physical, mental and social development. As future candidates for the nation, children not only need textual education but also things that support the educational process such as good health and nutrition. However, until now the issue of nutrition and health is a problem that has not been resolved properly. There are still many children who suffer from malnutrition. Even though nutrition and health are very necessary, especially in the growth and development of a child. By looking at this reality, the government since 1996/1997 planned a program called PMT-AS or the Supplementary Food Provision for School Children program. The PMT-AS program is basically aimed primarily at elementary school students who are at the lower middle economic level. The aim of the program is to improve nutrition and health which in turn can encourage the implementation of 9 years of compulsory basic education. Initially this program was only aimed at villages that were classified as underdeveloped. However, since 2000, the PMT-AS program has begun to reach poor urban areas, including the DKI Jakarta province. Of all the schools that received assistance, SDN Gandaria Utara 06 Petang is the only evening school in Kebayoran Baru District that has received assistance starting in 2000. However, the implementation of the PMT-AS program at SDN Gandaria Utara 06 Petang continues to decline from year to year. In fact, if you look at the results of the nutritional status of students who were given assistance, there is no significant improvement from before or after being given assistance. Therefore, this research places greater emphasis on the implementation process and obstacles, especially for the three students who received PMT-AS assistance at SDN Gandaria Utara 06 Petang. Research that used a qualitative approach and descriptive research type apparently found that the additional food provided so far had not had an impact on the three informants. This is because the additional food given is rarely eaten by them. There are many reasons why they rarely eat additional food, ranging from being bored with the food they are given, individuals who have difficulty eating, family factors, to playmate factors. This research uses Bronfenbrenner's theory regarding social ecological systems where individuals are the core of the system. Various systems surround individuals starting from microsystems, namely family, school and playmates. Mesosystem, namely the relationship between school and family, exosystem, namely government regulations regarding PMT-AS, to macrosystem, namely the culture of the surrounding community. In this case, government regulations regarding PMT-AS which are at the ecosystem level pay little attention to the microsystem and mesosystem which basically play a big role in shaping the child's personality and influencing the success of the program. The government only sees schools as the only factor to support the success of the PMT-AS program. Therefore, with the existing research results, a solution is needed to overcome this problem. The first solution is to prepare special officers outside the school structure to focus on handling the PMT-AS program so that the school does not feel disturbed by the program. Apart from that, the existing types of additional food should be replaced with milk and vitamins. This is because so far, the additional food given has only been in the form of snacks which have little effect on improving nutritional status. Apart from that, the additional food given is rarely eaten for reasons of boredom and so on. With the replacement of additional types of food, it is hoped that nutritional status can improve better and only reach those who are malnourished"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
S10565
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asmijati
"Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi baru lahir, ibu harus segera menyusui bayinya karena ASI sangat berperan penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh karena itu, bayi yang berurnur 0-4 bulan dianjurkan hanya diberi ASI tanpa pengganti ASI ataupun makanan pendamping.
Berdasarkan laporan Profil Kesehatan di Tangerang target pemberian ASI eksklusif 47% pada tahun 2000. Mengingat pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka perlu adanya usaha yang keras melalui penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat luas.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tiga Raksa Dati II Tangerang pads tahun 2000.
Adapun rancangan penelitian ini menggunakan Cross Sectional dengan populasi ibu-ibu yang melahirkan bayi hidup dalam kurun waktu bulan Maret s/d Desember 2000 yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tiga Raksa Tangerang.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung, kemudian diolah secara statistik dengan teknik analisis Chi Square dan Multiple Regression Logistic. Dari analisis bivariat diketahui ada 2 variabel yang mempunyai hubungan yang bennakna dengan pemberian ASI eksklusif yaitu variabel dukungan petugas dan dukungan keluarga atau masyarakat. Variabel pengetahuan, pekerjaan pokok, sikap, kemampuan petugas, dukungan petugas, dan dukungan keluargalmasyarakat masuk dalam model karena p value < 0,25.
Analisis multivariat dengari Regresi Logistik diketahui bahwa pengetahuan dan dukungan keluargalmasyarakat merupakan variabel yang berhubungan dalam pemberian ASI eksklusif. Sedangkan pengetahuan merupakan vanabel paling berhubungan: pemberian ASI eksklusif dengan Odds Ratio terbesar yaitu 6,7941 (CI 95%1,2955--35,6309) yang berarti ibu berpengetahuan balk kemungkinan memberikan ASI eksklusif 6,7941 kali lebih besar daripada ibu dengan pengetahuan kurang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nabila Tasya Ayuputri
"Makanan Pedamping Air Susu Ibu (MP-ASI) merupakan hal penting untuk diberikan pada bayi usia 6 bulan demi tercapainya tumbuh -kembang yang optimal. Pemberian MP-ASI yang tidak tepat waktu sesuai dengan usia bayi menjadi ixmpath al bahwa Ibu telah gagal memberikan ASI eksklusif. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena kurangnya informasi yang Ibu dapatkan mengenai risiko dari pemberian MP-ASI dini. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI (MPASI) dini dengan ketepatan waktu dalam pemberian MP-ASI di Desa Karangraharja, Cikarang Utara. Metode yang digunakan ialah cross sectional dengan ixmpath consecutive sampling. Penelitian ini melibatkan 107 responden Ibu sebagai sampel. Kuesioner yang digunakan mengukur tingkat pengetahuan tentang MP-ASI dini dan ketepatan waktu dalam pemberian MP-ASI. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas Ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai MP-ASI dini (60,7%) dan memberikan MP-ASI tepat waktu pada (71%). Hasil uji chi square didapatkan adanya hubungan tingkat pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dini dengan ketepatan waktu dalam pemberian MP-ASI di Desa Karangraharja (pValue <0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk tetap meningkatkan pelayanan keperawatan dan kesehatan di berbagai wilayah.

Complementary foods are important things to be given to babies aged 6 months in order to achieve optimal growth and development. The provision of complementary foods that is not timely according to the baby’s age is an indicator that the mother has failed to give exclusive breastfeeding. This can be influenced due to the lack of information that mothers get about the risks of giving early complementary foods. The aim of this study was to determine the relation between the mother’s level of knowledge about complementary feeding and the timeliness of giving complementary foods in Karangraharja Village, North Cikarang. The method used is cross sectional with consecutive sampling technique. This study involved 107 mothers as samples. The questionnaire used to measure the level of knowledge about early complementary feeding and timeliness in giving complementary foods. The results showed that the majority of mothers had good knowledge of early complementary foods with a percentage of 60.7% and gave complementary foods on time to their babies with a percentage of 71%. The conclusion obtained that there is relation between the mother’s level of knowledge about early CF with timeliness in giving complementary feeding in Karangraharja Village (pValue <0,05). The results of this study recommend to continue to improve nursing and health services in various regions"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Dahlia
"Tingginya pemberian MP-ASI dini pada bayi turut berkontribusi akan terjadinya penyakit infeksi dan kurang gizi terutama pada bayi usia 0 - 6 bulan pertama kehidupan, juga berperan untuk memperpendek jarak kelahiran serta dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti Diabetes mellitus, Hipertensi, penyakit sirkulasi dan kanker pada usia dewasa akibat terjadinya obesitas yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada masa bayi.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dan faktor yang dominan hubungannya dengan pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi di kecamatan Pasar Rebo, kotamadya Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan metode Crossectional atau potong lintang, semua variabel diukur sekaligus dalam waktu yang sama sehingga tidak luput dari kelemahan-kelemahan yang sedapat mungkin sudah diminimalkan.
Populasi dan sampel dalam ponelitian ini adalah ibu kandung dari bayi usia 4 - 11 bulan. Sampel diambil menggunakan metode acak stratifikasi setelah lebih dahulu dibuat kerangka sampel dari dasar pencacahan individu tahunan yang baru selesai dilakukan oleh Departemen Transmigrasi dan Kependudukan di kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Dari 202 orang calon responder terpilih, tidak semua berhasil diwawancarai dengan alasan, usia bayi ternyata tidak memenuhi syarat, ibu sedang sakit, sedang bepergian dan pindah alamat sehingga jumlah responden yang memenuhi syarat menjadi 186 orang.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa pemberian MP-ASI dini sangat tinggi yaitu mencapai 90,7 %, sehingga data menjadi homogen dan kurang kuat dipakai untuk menggali beberapa faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi. Ditemukan dua faktor yang berhubungan bermakna dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi yaitu pengetahuan ibu tentang dampak pemberian MP-ASI dini pada bayi (p= 0,0018, OR = 3,696 dan 95% CI 1,254 - 10,896) dan pemberian ASI pertama kali atau inisiasi menyusui merupakan faktor yang dominan pengaruhnya (p 0,004, OR = 5,414, 95% CI 1,706 - 17,183). Pada analisis univariat ditemukan pemberian contoh makanan bayi gratis pada ibu bersalin yang cukup besar (43%) dan diperoleh informasi bahwa 95% responden menerimanya dari bidan. Sebanyak 74,2% bayi sudah diberi makanan pralaktal. Sekitar 88% diberikan oleh bidan dan hanya 3,6% yang diberikan oleh keluarga dekat. Sebanyak 74,7% bayi usia < 4 bulan sudah diberi minuman selain ASI dan 36,6% diantaranya melanjutkan pemberian minuman selain ASI (susu formula) yang dimulai dari tempat persalinan.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang dampak pemberian MP-ASI dini pada bayi masih sangat rendah dan peran petugas kesehatan terutama bidan cukup besar dalam pemberian MP-ASI dini pada bayi.
Disarankan agar materi penyuluhan tentang dampak pemberian MP-ASI dini pada bayi dan manajemen laktasi semakin ditingkatkan dan menganjurkan petugas kesehatan selalu memberikan edukasi kepada ibu hamil, bersalin, menyusui dan keluarganya. Departemen Kesehatan agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap produsen susu formula maupun petugas kesehatan yang secara terang-terangan sudah berani melanggar kode etik pemasaran makanan pengganti air susu ibu. Perlu dilakukan penelitian dengan metode yang lain untuk menggali faktor penyebab tingginya angka pemberian MP-ASI dini dan tingginya peran bidan dalam memberikan contoh susu formula dan makanan pralaktal pada bayi.

The high rate of early breast milk supplementary feeding for infants has contributed to infection and malnutrition mainly for infants at the age of 0 to 6 months and it contributing to shortening birth interval and degenerative diseases for adult such as diabetes mellitus, hypertension, circulatory diseases and cancer which caused by obesity related to early breast milk supplementary feeding for infants.
This research aims at collecting information of relating factors and dominant factor related to early breast milk supplementary feeding for infants in Pasar Rebo, a sub district area of East Jakarta Municipality. This research using crossectional method, where all variables are measured in the same time and some weaknesses might be found which have been tried to minimize.
The population and sample of this research are mothers who have infant 4 to 11 months of age. Sample are taken using random stratification which are obtained from annual survey of The Department of Transmigration and Population in Pasar Rebo, East Jakarta There are only 186 respondents able to register, out of 202 determined respondents since some of them are those who have infants not at the required age, sickness, change of address (moved).
This research shows that there are 90,7% of early infants supplementary feeding which led to homogeny data and less enough to use in finding factors related to early infant breast milk supplementary feeding. Nevertheless, there are 2 imperative factors found related to early breast milk supplementary feeding for infants; firstly, the first time of breast feeding factor (p = 0.004, OR = 5.414, 95% CI 1.706 - 17.183). Secondly, the lack of respondents knowledge of the impact of early breast milk supplementary feeding for infants (p = 0.018, OR = 3.696 and 95% CI = 1.254 -1.0.896).
Some of research variables have no strong relation to early breast milk supplementary feeding for infants. However, there are considerable number (43%) found in univariat analysis such as unpaid infant foods for promotion for respondents who delivered birth and there are 95% of respondents received from the midwives. 88% of prelacteal feeding given by the midwives, and there are only 3.6% given by their family.
Approximately 74.7% of infants less than 4 months of age are given other fluid and 36.6% of them are given other milk since the first time in the hospital. According to this research, it is conclude that given early breast milk supplementary feeding for infants caused by the delayed initiation of breast feeding, the lack of respondents knowledge of impact of early breast milk supplementary feeding for infants and the midwives, have dominant role in given early infants supplementary food.
It is suggested, therefore, that counseling material of the impact of early breast milk supplementary feeding for infants should be increased and medical officers should be intentionally educate pregnant women, those who deliver birth and breast feeding as well as their family. The Department of Health should also be intentionally controlling milk producers and medical officers who darely abuse the ethic code of complementary foods marketing.
There should be more research to find out factors led to the high rate of early breast milk supplementary feeding for infants and the role of midwives in giving milk sample and prelacteal food for infants.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 8920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilliant Putri Kusuma Astuti
"MPASI merupakan sumber nutrisi utama bagi balita, khususnya bayi yang berusia 6-24 bulan. Pemberian MPASI yang tepat memiliki peran krusial dalam mempertahankan status nutrisi anak. Namun, masih banyak ibu yang belum mengetahui tentang tata cara pemberian MPASI yang tepat. Pengetahuan ibu mengenai pemberian MPASI dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor sosiodemografi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dianalisis hubungan antara faktor sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan data sekunder dari penelitian utama berjudul ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86 subjek (64,7%) memiliki tingkat pengetahuan tentang MPASI yang baik, 71 subjek (53,4%) memiliki sikap pemberian MPASI yang positif, dan 68 subjek (51,1%) memiliki perilaku pemberian MPASI yang kurang baik. Karakteristik ibu berdasarkan sebaran sosiodemografi adalah sebagai berikut: 58 subjek (43,6%) berusia di atas 30 tahun; 81 subjek (60,9%) memiliki tingkat pendidikan menengah; 117 subjek (88%) tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT); 88 subjek (66,2%) memiliki status ekonomi di atas garis kemiskinan; dan 99 subjek (73,4%) memiliki bentuk keluarga inti.
Dari uji hipotesis Chi-square, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang MPASI (p=0,02). Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistika antara faktor sosiodemografi lainnya dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.

Complementary feeding is the main nutrients supply for kids, especially in children aged 6 to 24 months. Correct provision of complementary feeding has crucial role in maintaining child nutritional status. However, there are lots of mothers with inadequate knowledge about complementary feeding. Mother's knowledge regarding complementary feeding is affected by various factors, such as sosiodemographic factors. Therefore, this study was determined to analyze the association between sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
This study is a cross-sectional study, using primary data from questionnaire and secondary data from a primary research entitled ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
This study shows that 86 subjects (64,7%) had good knowledge about complementary feeding, 71 subjects (53,4%) had positive attitude regarding complementary feeding, and 68 subjects (51,1%) had mediocre behaviour regarding complementary feeding. Characteristics of subjects by sociodemographic factors were as follows: 58 subjects (43,6%) aged above 30 years old; 81 subjects (60,9%) had intermediate level of education; 117 subjects (88%) were housewifes; 88 subjects (66,2%) had economical status below poverty line; dan 99 subjetcs (73,4%) were classified as nuclear family.
Through Chi-Square test: there was significant association between mother's education and the knowlegde about complementary feeding (p=0,02). On the other hand, there were no significant association between any other sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Afriana
"Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun. Data SDKI tahun 1986 terdapat 86%, tahun 1991 menjadi 53,8% tahun 1997 tinggal 52% dan tahun 2002 hanya 39,5%. Keadaan ini sangat memprihatinkan dan semakin kompleks karena angkatan kerja wanita yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan ini tidak dapat dihindari karena kesempatan dibidang pendidikan yang diperoleh kaum wanita semakin terbuka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola menyusui di kalangan ibu-ibu yang bekerja di Instansi Pemerintah di DKI Jakarta tahun 2004 yang mempunyai anak umur 4 bulan s/d 2 tahun dan faktor-faktor apa yang berhubungan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, pengumpulan data dilakukan dari data primer di 7 departemen terpilih melalui random sampling. Yaitu Departemen Agama, Departemen Luar Negeri, Departemen Perhubungan, Departemen Kehakiman dan HAM, Departemen Pertanian, Departemen Sosial dan Departemen Kehutanan. Dengan jumlah sampel 218 responden, dilaksanakan pada bulan Juni 2004. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur meliputi variabel umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan atasan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, sarana di tempat kerja, keterpaparan informasi, keterpaparan terhadap susu formula dan peraturan di tempat kerja. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan Chi Square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian ini menyimpulkan proporsi ibu yang memberikan ASI eksklusif pada ibu bekerja hanya 28 %. Presentase ini sangat jauh dari angka target nasional yaitu 80%. Hasil uji bivariat menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan pola menyusui pada ibu bekerja adalah pendidikan, pengetahuan, sikap. dukungan keluarga, dan keterpaparan terhadap informasi tentang ASI.
Dari hasil uji analisis multivariat terdapat tiga variabel yang berhubungan bermakna dengan pola menyusui pada ibu bekerja yaitu pengetahuan (OR = 2,478), keterpaparan terhadap informasi tentang ASI (OR = 3,737) dan dukungan keluarga (OR= 2,986). Dari ketiga variabel tersebut dapat disimpulkan variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan pola menyusui pada ibu bekerja adalah faktor keterpaparan terhadap informasi mengenai ASI.
Mengingat sangat rendahnya proporsi menyusui eksklusif di kalangan ibu bekerja disarankan agar perlu adanya dukungan dari tempat kerja agar pemberian ASI eksklusif dapat terlaksana di kalangan ibu bekerja misalnya peraturan TPA harus dirubah, yang tadinya hanya menerima bayi usia 8 bulan ke atas sekarang dipertimbangkan untuk dapat menerima bayi usia 3 bulan ke atas. Selain hal tersebut perlu dikaji ulang sistem cuti yang berlaku saat ini, peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi mengenai ASI eksklusif agar ditingkatkan, perlu dukungan dan tindakan yang nyata dari pemerintah khusus Departemen Kesehatan mengenai kebijakan tentang promosi susu formula dan susu lanjutan di fasilitas pelayanan kesehatan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Rahmawati
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26793
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>