Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123587 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budianto
"Krisis ekonomi Indonesia yang berkepanjangan dan berlangsung sejak tahun 1997 (dipicu oleh terjadinya "currency crises and banking crises") telah memberikan spektrum dampak yang luas dan dalam. Mikrostruktur pasar valuta asing dalam negeri masih ditandai oleh fenomena terjadinya market failure atau distorsi pembentukan harga keseimbangan pasar, disertai fluktuasi nilai tukar rupiah yang tinggi. Pihak otoritas moneter (Bank Indonesia) -- meskipun telah menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate system) sejak 14 Agustus 1997--, masih terlihat aktif campur tangan melalui intervensi pasar valuta asing untuk rnengendalikan gejolak fluktuasi nilai tukar rupiah yang berlebihan (disorderly manner).
Penelitian dengan model pendekatan event analysis study terhadap series data harian kurs Spot USD/Rupiah, frekuensi peristiwa intervensi dan tingkat volatilitas harga selama periode observasi 3 April 2000 sampai dengan 31 Juli 2002 ini, memperoleh bukti empiris bahwa tingkat efektivitas/keberhasilan kebijakan intervensi (sukses aktual) untuk mencapai berbagai sasaran kinerja pengendalian kurs dan volatilitas harga masih relatif rendah yakni kurang dari 50%, pada tingkat proporsi rata-rata 30,6%.
Kinerja keberhasilan tertinggi dicapai pada kriteria sasaran/tujuan untuk mengendalikan (mengurangi) volatilitas harga, dengan proporsi sukses aktual 49,2%.
Namun demikian, hasil pengujian statistik menggunakan distribusi normal standar-Z dengan derajat keyakinan 95% (α/2 0,05) terhadap masing-masing dari 5 (lima) "Kriteria Sukses" pencapaian sasaran, terbukti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sukses aktual intervensi dan sukses virtualnya. Diketahui pula bahwa efektivitas optimum keberhasilan kinerja intervensi hanya mampu bertahan dalam rentang waktu ke depan (lag optimum) selama 1 hari sampai dengan 4 hari. Secara keseluruhan, efektivitas/keberhasilan intervensi tidak terlepas dari karakteristik kondisi mikrostruktur pasar valuta asing yang memiliki beberapa kelemahan mendasar, serta aspek teknis operasional perencanaan strategi dan implementasi kebijakan intervensi Bank Indonesia yang belum sepenuhnya optimal."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahlajandi Eki Rahman, auhtor
"Nilai tukar dipercaya memiliki pengaruh signifikan dalam perekonomian Indonesia. Dengan asumsi tersebut, maka pengetahuan mengenai kondisi makro ekonomi dan mikrostruktur pasar valas menjadi sangat penting bagi pembuat kebijakan. Penelitian ini, difokuskan pada analisis kondisi mikrostruktur pasar valas Indonesia dan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar Rupiah. Namun, mengingat selama periode penelitian (2008-2013) terdapat beberapa potensi structural break, maka selain mengaplikasikan metode uji ko-integrasi, VECM, Granger Causality, dan Impulse Response Function, serta OLS untuk mengkonfirmasi hasil penelitian, juga akan digunakan metode Zivot-Andrews dan Gregory-Hansen, serta uji BLUE.
Hasil penelitian menunjukan seluruh metode yang digunakan memberikan hasil yang konklusif, bahwa permintaan valas korporasi domestik, suplai valas investor asing dan sentiment regional Asia signifikan mempengaruhi volatilitas nilai tukar Rupiah, Lebih lanjut, permintaan valas korporasi domestik merupakan faktor dominan yang mendorong Rupiah terus terdepresiasi, sehingga sangat dibutuhkan bauran kebijakan untuk memperbaiki kondisi tersebut.

The exchange rate is believed to have significant influence in Indonesia's economy. With that assumption, the knowledge of the macro-economic conditions and the microstructure of the foreign exchange market is becoming very important for policy makers. This study, focused on the analysis of the microstructure of foreign exchange market conditions in Indonesia and its impact on the fluctuation of the Rupiah exchange rate. However, given during the study period (2008-2013) there are several potential structural break, then in addition to applying the method of cointegration test, VECM, Granger Causality and Impulse Response Function, as well as OLS to confirm the results of the research, the method will also be used Zivot-Andrews and Gregory-Hansen, and BLUE test.
The results showed all the methods used provide the conclusive results, that the domestic corporate demand for US Dollar, the supply of US Dollar from foreign investors and Asian regional sentiment significantly affect the fluctuation of the Rupiah exchange rate. Furthermore, the demand of US Dollar from domestic corporations is the dominant factor driving the rupiah continued to depreciate, so that the policy mix is needed to improve the condition.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Handrian S.
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang diasumsikan dipengaruhi oleh para pelaku pasar dan spekulan sehingga mengakibatkan adanya bubbles dalam perekonomian. Periode penelitian ini dimulai dari kuartal 4 tahun 1997 sampai dengan kuartal 2 tahun 2008. Ada 3 (tiga) jenis variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu variabel fundamental yang dapat diobservasi langsung, variabel fundamental yang tidak dapat diobservasi langsung, dan variabel ekspektasi nilai tukar. Variabel fundamental yang tidak dapat diobservasi langsung meliputi perbedaan shock to nominal interest rate, perbedaan output gap, dan perbedaan tingkat inflasi antara negara Indonesia dan Amerika Serikat serta risk premium, sedangkan variabel fundamental yang dapat diobservasi secara langsung ialah variabel perbedaan tingkat harga antara negara Indonesia dan Amerika Serikat. Sedangkan fokus pada penelitian ini adalah pada variabel ekspektasi nilai tukar dan risk premium. Pada penelitian ini, untuk mengetahui apakah variabel-variabel pada persamaan jangka panjang memiliki hubungan kointegrasi, digunakan uji kointegrasi Engle-Granger. Di sisi lain, metode Error Correction Model digunakan untuk mengestimasi persamaan jangka pendek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang dan jangka pendek variabel ekspektasi nilai tukar dan risk premium mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah, dimana hubungannya adalah positif. Namun, tidak terjadi speculative bubbles dalam jangka panjang dan jangka pendek yang mengindikasikan pergerakan nilai tukar rupiah relatif stabil. Berdasarkan hasil tersebut, maka ekspektasi nilai tukar dan risk premium harus menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan stabilitas nilai tukar.

This main purpose of this research is to analyze the movement of the exchange rate Indonesian rupiah against American dollar, which assumed being affected by the market agents and speculators, resulling bubbles in the economy. The period of this research is within the fourth quarter of 1997 and the second quarter of 2008. There are 3 (three) types of variable that being used in this research. First, fundamental variables that can not be observed directly (differential of shock to nominal interest rate, differential of output gap and differential of inflation between Indonesia and United States, and risk premium). Second, fundamental variables that can be observed directly (differential of price level between Indonesia and United States). The last one is exchange rate expectation variable. Engle-Granger Cointegration Test was used to determine whether in the long run there is cointegrating relationship between variables. On the other hand, Error Correction Model was used to estimate short-run equation. The empirical evidence provided here suggests that both in the long-run and short-run, exchange rate expectations and risk premium have significant impact on exchange rate Rp/USD, where the relationship is positive. However, there is no evidence—both in the long-run and short-run—that speculative bubbles occurred, which indicates the stability of Indonesian exchange rate movement. Based on the results of this research, policy maker should considered exchange rate expectation and risk premium in determining exchange rate stability."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26461
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Argamaya
"Diduga bahwa inflasi lebih persisten dan kebijakan moneter lebih akomodatif terhadap inflasi di bawah rezim nilai tukar mengambang. Penelitian di Indonesia menunjukan hasil yang berbeda dari dugaan semula, yaitu rata-rata persistensi inflasi di Indonesia baik sebelum dan sesudah memperhitungkan rata-rata perbedaan pengaruh oil shocks di bawah rezim nilai tukar tetap cenderung lebih persisten. Sedangkan kebijakan moneter datam mengakomodasi inflasi baik dalam rezim nilai tukar tetap maupun rezim nilai tukar mengambang setelah memperhitungkan rata-rata perbedaan pengaruh oil shocks cenderung tidak menunjukkan adanya perbedaan yang berarti. Hal ini terutama disebabkan oleh karakteristik laju inflasi di Indonesia lebih kuat dipengaruhi masalah di sisi penawaran dibandingkan dengan sisi permintaan, atau jumlah uang beredar, Selain itu, diduga akibat tidak independennya bank sentral dalam menentukan kebijakan moneter khususnya dalam jumlah uang beredar, sebagaimana dapat dilihat pada hasil pengujian kebijakan sterilisasL Dengan demikian, otoritas moneter memilHd keterbatasan dalam mengendalikan laju inflasi
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T257
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Iskandarsyah
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah model moneter harga fleksibel di Indonesia dalam tahun 1997:8-2005:12 dalam jangka pendek dan jangka panjang. Terdapat tiga variabel fundamental dalam model moneter harga fleksibel yaitu jumlah uang beredar, pendapatan, dan suku bunga. Dengan melihat pengaruh masing-masing variabel tersebut balk dalam negeri (Indonesia) maupun luar negeri'(Amerika Serikat) dapat diketahui variabel mans yang paling berperan atau paling dominan terhadap perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Teknis analisis yang digunakan adalah uji kointegrasi prosedur Johansen untuk melihat hubungan jangka panjang dan Error Correction Model (ECM) untuk mengestimasi hubungan jangka pendek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang semua variabel dalam model moneter harga fleksibel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah, kecuali Fed Fund rate. Dapat juga disimpulkan bahwa dalam jangka panjang PDB Amerika Serikat memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap perkembangan nilai tukar rupiah dalam periode free floating exchange rate di Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka penentuan kebijakan nilai tukar rupiah yang reiatif kuat dan stabil dalam jangka panjang, perkembangan variabel PDB Amerika Serikat harus menjadi salah satu bahan pertimbangan.
Sementara itu, dalam jangka pendek semua variabel yang digunakan dalam ECM memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar rupiah. Namun, jumlah uang beredar Amerika Serikat (M1) dua bulan sebelumnya menunjukan signifikansi yang paling besar terhadap variasi nilai tukar rupiah. Berkaitan dengan hal ini, pemerintah dan Bank Indonesia harus terus memantau perkembangan aliran dolar Amerika Serikat di dalam negeri dengan tetap melakukan intervensi dan sterilisasi serta mengurangi unsur spekulasi dalam transaksi valuta asing."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahidin
"Tesis ini membahas pengaruh perubahan (depresiasi/apresiasi) nilai tukar rupiah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode error correction model (ECM). Dalam penelitian ini diasumsikan agen ekonomi berpikiran rasional (ratio/ expectation) sehingga mereka telah melakukan antisipaai terbadap perubahan nilai tukar yang akan terjadi berdasarkan ekspektasinya. Dalarn jangka panjang depresiasi nilai tukar yang terantisipasi akan menunjukkan tingkat output melalui pengarahnya dari sisi penawaran agregat yaitu melalui meningkatnya harga bahan baku/pendukung yang masih diimpor sedangkan depresiasi nilai tukar yang tidak terantisipasi akan menaikkan tingkat output melalui pengamhnya dari sisi permintaan agregat yaitu melalui peningkamn daya saing ekspor. Namun secara umum efek total dari depeesiasi dalarn jangka panjang akan menunmkan tingkat output. Dalam jangka pendek depresiasi nilai tukar yang tidak terantisipasi akan menaikkan pertumbuhan tingkat output sedangkan depresiasi nilai tukar yang terantisipasi tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan tingkat output sehingga efek total dari depresiasi dalam jangka pendek akan menaikkan pertumbuhan tingkat output."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T21024
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gregorius Irwan Suryanto
"Beralihnya sistem nilai tukar rupiah dari sistem mengambang terkendali menjadi sistem mengambang penuh sejak 14 Agustus 1997 telah memberikan beberapa implikasi tertentu terhadap perilaku kebijakan makroekonomi Indonesia. Secara teori, dalam sistem nilai tukar mengambang penuh kebijakan moneter akan semakin efektif khususnya apabila diikuti oleh mobilitas kapital secara intemasional yang makin sempurna. Setiap terjadi tekanan nilai tukar rupiah sebagai efek kebijakan moneter akan disesuaikan melalui pengaruh suku bunga terhadap aliran modal dan pengaruh perubahan nilai tukar rupiah terhadap penawaran ekspor dan permintaan impor. Melalui mekanisme demikian, neraca transaksi berjalan akan berfimgsi sebagai alat mekanisme penyesuaian yang panting sehingga overall Balance of Payment (Bo?) akan selalu berada dalam kondisi keseimbangan.
Sejak diberlakukannya kebijakan free floating exchange rate tampak bahwa nilai rupiah terns terdepresiasi hingga mencapai nilai terendahnya pada bulan Juni 1998 yaitu sebesar Rp. 14.900 1USD dengan angka pertumbuhan terbesar yaitu 508,15% (y-t-y) untuk selanjutnya menguat lagi pads kisaran Rp. 13.0001USD atau 400,19% (y-t y) pads bulan Juli 1998. Rupiah mulai menguat sejak Januari 1999 seperti yang ditunjukkan oleh negatif pertumbuhan nilai tukar rupiah (y-t-y) dan kembali melemah untuk menuju kondisi stabil pads kisaran Rp. 8.620 IUSD sejak Mei 2000. Kondisi fluktuasi nilai tukar rupiah diatas merupakan latar belakang yang sangat menarik untuk dikaji sehubungan dengan terjadinya fenomena exchange rate overshooting pads mata uang rupiah.
Dengan menggunakan model dasar exchange rate overshooting yang dikembangkan oleh Dornbusch (1976), hasil penelitian membuktikan bahwa peningkatan jumlah uang beredar dalam jangka pendek akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi melebihi nilai depresiasi jangka panjangnya. Akhirnya implikasi lebih jauh dad tulisan ini adalah dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar, sangat penting jika memperhatikan fal tor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar seperti pertumbuhan jumlah uang beredar dan pertumbuhan tingkat suku bunga."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Hastuti
"Runtuhnya sistem kurs baku atau kurs tetap Bretton Woods tahun 1971, mendorong para ekonom melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara nilai tukar dan perdagangan internasional. Pengaruh langsung nilai tukar (exchange rate pass-through/ERPT), bisa diartikan sebagai persentase perubahan harga (baik harga domestik, impor maupun ekspor) karena satu persen perubahan nilai tukar antara dua negara. Peranan ekspor komoditi kayu lapis (plywood), kayu gergajian (KGG) maupun pulp terhadap ekspor non-migas Indonesia yang cukup besar, semakin memperjelas peranan komoditi kayu dalam perdagangan internasional Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan keseimbangan jangka panjang dan jangka pendek antara nilai tukar Rupiah dengan harga ekspor masing-masing komoditi. Untuk mengetahui hubungan jangka panjang dilakukan uji kointegrasi menurut prosedur Johansen, sedangkan untuk mengetahui hubungan jangka pendek dibuat model koreksi kesalahan. Tahapan analisis data didahului dengan melakukan uji unit root dan menentukan derajat integrasi masing-masing variabel. jika semua variabel terintegrasi pada derajat yang sama maka dapat dilakukan uji kointegrasi Johansen. Langkah selanjutnya, bila ada hubungan keseimbangan jangka panjang atau terkointegrasi, adalah membuat representasi model koreksi kesalahan (Error Corection Model/ECM) untuk mengevaluasi hubungan dinamis antara nilai tukar dan harga ekspor. Kemudian untuk mendapatkan model koreksi kesalahan yang terbaik dilakukan uji diagnostik sehingga model koreksi kesalahan tersebut babas dari masalah heteroskedastisitas dan otokorelasi.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa kayu gergajian secara statistik memiliki kekuatan pasar pada pasar ekspor dunia sedangkan komoditi pulp Indonesia mempunyai posisi yang lemah pada pasar ekspor dunia. Untuk komoditi kayu lapis nilai koefisien ERPT tidak signifikan sehingga secara statistik harga ekspor kayu lapis Indonesia tidak ditentukan oleh nilai tukar tetapi oleh harga ekspor dunia. Nilai Error Correction Term (ECT) dari ketiga komoditi tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi satu kali shock maka harga ekspor komoditi pulp akan paling cepat kembali ke keseimbangan kemudian diikuti oleh harga ekspor komoditi kayu gergajian dan harga ekspor komoditi kayu lapis yang paling lambat kembali ke keseimbangan.
Secara keseluruhan studi ini menghasilkan kesimpulan bahwa Indonesia memiliki posisi yang kuat pada pasar ekspor untuk komoditi kayu gergajian. Implikasi kebijakan yang bisa disarankan adalah tidak ada salahnya jika Indonesia berspesialisasi untuk memproduksi komoditi kayu gergajian dibandingkan dengan komoditi kayu lapis dan pulp."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herina Prasnawaty Dewayany
"Perubahan sistem nilai tukar yang terjadi sejak krisis ekonomi dari sistem nilai tukar mengambang terkendali ke sistem ?nilai tukar mengambang terkendali? menyebabkan volatilitas nilai tukar rupiah terhadap USD menjadi lebih besar. Volatilitas nilai tukar yang cenderung berfluktuasi ini dikhawatirkan mempengaruhi stabilitas makroekonomi antara lain inflasi, baik secara langsung maupun tidak langsung dan mempengaruhi target inflasi yang akan dicapai. Di satu sisi, sejak Juli 2005 Bank Indonesia menganut Inflation Targeting Framework (ITF) sebagai konsekuensi dari diberlakukannya UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dengan kerangka ini, Bank Indonesia secara eksplisit mengumumkan sasaran inflasi kepada publik dan kebijakan moneter diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah sehingga inflasi diharapkan terkendali. Terkait dengan hal tersebut, akan dilakukan analisis dampak fluktuasi nilai tukar rupiah pasca penerapan sistem ?nilai tukar mengambang terkendali? dan dampak penerapan kebijakan ITF terhadap inflasi di Indonesia selama periode triwulan III-1997 s.d. Triwulan II-2011. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) Nilai tukar rupiah pasca penerapan sistem ?nilai tukar mengambang terkendali? berpengaruh signifikan terhadap inflasi dan berkorelasi positif. (2) Dummy Kebijakan ITF berpengaruh signifikan dalam menurunkan inflasi.

Exchange rate system changes that have occurred since August 1997 from the floating exchange rate system to flexible exchange rate system made volatility of the rupiah against the USD becomes larger. Exchange rate volatility which is feared likely to fluctuate affecting macroeconomic stability, among others, inflation, either directly or indirectly and affect the inflation target to be achieved. On the one hand, since July 2005 Bank Indonesia adopted Inflation Targeting Framework (ITF) as a consequence of the enactment of Law No.23 of 1999 concerning Bank Indonesia. With this framework, Bank Indonesia announced explicit inflation target of monetary policy to the public and directed to achieve the inflation target set by the Government so that expected inflation under control. In this regard, will be carried out analysis of the impact the exchange rate fluctuations after the application of flexible exchange rate system and the impact of the ITF policy on inflation in Indonesia during quarter III-1997 until Quarter II-2011. Results analysis indicate that (1) The rupiah after the application of flexible exchange rate system have a significant effect on inflation and positively correlated. (2) Dummy ITF policy have a significant effect in lowering inflation."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T29477
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Khairatun Hisan
"Pada penelitian ini, akan menjelaskan pengaruh mata uang dan bobot mata uang Negara mitra dagang utama Indonesia terhadap pergerakan nilai tukar rupiah setelah krisis 1997 ndash; 1998 sebelum dan sesudah China menjadi mitra dagang utama Indonesia. Data yang digunakan adalah data mingguan dari tahun 1999 sampai maret 2016. Penelitian ini berdasarkan model Turnovsky 1982. Metode yang digunakan adalah regresi OLS Restriksi digunakan untuk mengukur bobot masing ndash; masing mata uang empat mitra dagang utama Indonesia dalam keranjang rupiah. Koefisien nilai tukar mata uang mitra dagang utama tersebut harus sama dengan satu.
Hasil dari penelitian ini adalah pada periode sebelum China menjadi mitra dagang utama Indonesia US dollar masih mendominasi dalam mempengaruhi pergerakan mata uang dalam keranjang rupiah dengan bobot yang besar. Sedangkan pada periode setelah China menjadi mitra dagang utama Indonesia, dengan menggunakan dasar mata uang Swiss franch, yuan meningkatkan perannya melebihi US dollar dalam mempengaruhi pergerakan mata uang dalam keranjang rupiah. Sedangkan dengan menggunakan dasar mata uang New Zealand dollar, US dollar masih mendominasi dalam mempengaruhi pergerakan mata uang di keranjang rupiah. Hal ini menyarankan bahwa US dollar dan yuan berpengaruh kuat dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah dan keranjang rupiah.

In this study, we will examine the effect of currency and weight Indonesia 39 s major trading partners on the rupiah movement after Asian crisis 1997 1998 before and after China became a major trading partner of Indonesia. Weekly data of exchange rate from 1999 to March 2016 are used. This study will based on model of Turnovsky 1982. The empirical method of this study is OLS regression method. Restriction are used to measure the implicit weight of each of currency from four major trading partner of Indonesia in rupiah currency basket. The coeficient of exchange rate of four Indonesia rsquo s major trading partner must sum up to one.
As a result, we find that before China became a major trading partner of Indonesia, US dollar was dominant to influence currency movement in rupiah basket with greater proportion than other currencies of Indonesia rsquo s major trading partners. On the other hand, in periode after China became a major trading partner of Indonesia, with use Swiss Franc as base currency, yuan increase its role in rupiah movement and have dominant effect to influence currencies movement in rupiah basket. But with use New Zealand dollar as base currency, US dollar still shows dominance effect to currency movemen in rupiah basket, but shortly followed by Chinese Yuan. This suggests that US dollar and Chinese yuan have the strongest effect on rupiah movement and rupiah basket."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T47467
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>