Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148982 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Fransisca
"Kajian yang dilakukan terhadap intervensi guru dalam pemanfaatan acara TV khususnya film cerita anak-anak, berangkat dari adanya suatu fenomena sosial yang menimbulkan pro dan kontra dikalangan orang tua murid maupun pendidik yang selalu menyoroti keberadaan televisi sebagai "biang kerok'' menurunnya minat dan kebiasaan membaca anak.
Pada tataran metodologis, metode penelitian yang digunakan adalah metode survai dengan pendekatan kuantitatif. Survai penelitian adalah murid-murid SD kelas IV yang berusia 9-10 tahun pada dua sekolah yang bebeda, yaitu sekolah yang mendapat intervensi guru ( sekolah yang di treatment ), adalah SDK Permata Bunda, cimanggis atau sekolah yang tidak ada intervensi guru ( sekolah pembanding ), adalah SDN Curug III cimanggis dan responden yang diambil berjumlah 100 orang. Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mengetahui seberapa besar kakuatan intervensi guru dalam pemanfaatan acara TV untuk peningkatan minat dan kebiasaan membaca anak.
Landasan teori yang dijadikan acuan utama dalam penelitian ini adalah pernikiran Albert Bandura yaitu Teori Belajar Sosial, yang menyoroti belajar dengan jalan mengamati perilaku orang lain dan teori-teori lain yang digunakan dalam penelitian ini, adalah "Conditioning Theory dan Individual Differences Theory".
Akhirnya berdasarkan analisa yang dilakukan diperoleh temuan dalam penelitian ini adalah, Semakin tinggi tingkat interverensi guru, semakin banyak buku milik koleksi pribadi anak didalam peningkatan minat dan kebiasaan membacanya dengan nilai koefisien korelasi mencapai 0,00. Kedua semsakin tinggi tingkat interverensi guru semakin banyak buku yang dibaca anak didalam peningkatan minat bacanya, dengan koefisien korelasi 0,00. Ketiga, semakin tinggi tingkat interferensi guru terhadap faktor lingkungan teman sekolah semakin tinggi minat dan kebiasaan membaca anak, dengan koefisien korelasi mencapai 0,000. Dan berdasarkan analisis regresi ganda diketahui, bahwa variabel buku milik, variabel keluarga dan variabel minat yang paling besar pengaruhnya dalam kajian ini, yaitu mencapai nilai signifinkasi T sebesar 0,000, 0,02 dan 0,000.
Berdasarkan temuan tersebut penelitian ini merekomendasikan agar untuk masa yang akan datang sistim pendidikan kita perlu memberikan kesempatan yang lebih luas untuk mensosialisasikan mata pelajaran membaca dan menulis bagi anakanak SD dan untuk lebih memberikan kesempatan pada guru dapat memanfaatkan media masa yang tersedia terutama media elektronik dalam kemasan "Enter Teaching", artinya media dijadikan sebagai alat penghibur dan pendidik sekaligus bagi anak-anak di era millenium ketiga nanti."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenni Caroline Maria
"ABSTRAK
Yayasan Griya Asih berdiri sejak tahun 1996 dan merupakan yayasan yang berkonsep rumah tinggal bagi anak jalanan di Jakarta. Para pembimbing yang berjumlah delapan orang memiliki kompetensi yang masih kurang sebagai pembimbing, ditandai dengan adanya salah satu permasalahan yakni komunikasi yang tidak lancar baik di kalangan pembimbing itu sendiri maupun antara pembimbing dan anak bimbing remaja khususnya. Oleh karena itu program intervensi ini dilaksanakan dengan serangkaian tahapan kegiatan untuk membantu meningkatkan pemahaman pembimbing tentang remaja dan permasalahannya sehingga dapat mengatasi masalah komunikasi dalam melaksanakan tugas bimbingan. Hal ini dilakukan melalui program pelatihan pengetahuan pembimbing dalam hal psikologi perkembangan remaja. Target intervensi adalah pembimbing sebagai individu dan kelompok.
Model yang dipakai adalah Transtheoretical Model (TT Model) yang terdiri dari 5 (lima) tahapan dasar yaitu pre-contemplation, contemplation, planning , action, maintenance. Setiap tahapan bertujuan untuk menghasilkan suatu perubahan positif yang disertai indikator perubahan berupa motivasi, performa, harapan, nilai dan proses perubahan.
Studi baseline sendiri dilakukan dengan serangkaian kegiatan pengamatan, wawancara, diskusi, workshop, lobbying dan dialog informal. Prinsip dari program intervensi ini adalah sederhana (mudah diterima dan tidak rumit), fokus (pada pembimbing) dan efektif (langsung memberikan manfaat atau dampak positif dalam kurun waktu tertentu)"
2007
T17658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Pratomo
"ABSTRAK
PERMASALAHAN: HIV/AIDS dan Hepatitis B merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting karena belum ditemukan obatnya sampai saat ini. Wanita usia subur, khususnya yang berpenghasilan rendah pengunjung Puskesmas semakin rentan terhadap risiko penularan kedua penyakit tersebut. Sampai saat ini belum ada model upaya promotif dan preventif di Puskesmas yang mengintegrasikan pelayanan penyakit menular seksual (PMS) ke dalam pelayanan BP/KIA/KB di Puskesmas.
TUJUAN PENELITIAN: Mengembangkan model intervensi guna menurunkan risiko infeksi PMS termasuk HIV/AIDS dan Hepatitis B bagi wanita usia reproduksi wanita hamil dan peserta KB berpenghasilan rendah melalui keterpaduan program PMS dengan program kesehatan reproduksi di klinik KIA/KB dan BP di Puskesmas daerah perkotaan dan pedesaan.
METODA PENELITIAN: Desain penelitian adalah Kuasi eksperimen, yaitu one group pre dan post test tanpa kelompok kontrol. Dalam intervensi ini dilakukan observasi awal, intervensi dan observasi akhir tanpa menggunakan kelompok kontrol
Pengumpulan data pre intervensi adalah: a) survei PSP (Pengetahuan, Sikap & Praktek) terhadap 400 ibu pengunjung BP/KIA/KB yang dipilih secara acak dan b) skrining terhadap 1200 ibu pengunjung BP/KIA/KB menggunakan sediaan basah dan pewarnaan Gram. Selain itu, dilakukan studi kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam 4 dokter Puskesmas; Diskusi Kelompok Terarah (DKT) masing-masing 4 kelompok petugas Puskesmas dan ibu usia reproduksi pengunjung BP/KIA/KB; pengamatan pelayanan BP/KIA/KB dan data Iayanan suntik dan penggunaan jarum & syringe (tabung jarum suntik).
Sedangkan pada post intervensi yang dikumpulkan adalah data survei PSP pada 400 ibu pengunjung ' BP/KIA/KB; studi kualitatif pada petugas Puskesmas (dokter, paramedis, petugas lab); pengamatan pada pelayanan BP/KIA/KB serta data layanan suntik dan penggunaan jarum & syringe.
Lokasi penelitian adalah di 4 wilayah Puskesmas, yaitu 2 di perkotaan (Puskesmas Kec. Koja dan Ciracas di DKI Jaya) dan 2 di pedesaan (Puskesmas Kec. Pamanukan, Kab. Subang dan Kec. Pulomerak Kab. Serang, Jabar).
Analisis data kualitatif dilakukan secara content analysis. Hasil survei disajikan dalam distribusi frekwensi, tabulasi silang PSP yang berkaitan dengan PMS, HIV/AIDS, Hepatitis B & kebiasaan suntik dengan membandingkan pre dan post intervensi dan membandingkan lokasi perkotaan dan pedesaan. Uji kemaknaan dilakukan dengan Chi-square. Dari skrining PMS dikemukakan hasil yang dilakukan oleh Puskesmas dan konfirmasi pemeriksaan oleh Bag. Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin, FKUI/RSCM.
HASIL PENELITIAN: Karakteristik responden sebelum dan sesudah intervensi tidak berbeda. Dua diantara lima responden baik di kota maupun desa menderita infeksi PMS/ saluran reproduksi. Bila dilihat secara keseluruhan intervensi penyuluhan yang dilakukan berdampak pada kenaikan proporsi responden yang mengetahui HIV/AIDS & bahaya penggunaan jarum suntik tetapi tidak memiliki dampak pada PSP yang berkaitan dengan PMS dan Hepatitis B. Perubahan pengetahuan petugas Puskesmas sebagai hasil intervensi cukup baik tetapi belum memiliki dampak positif terhadap praktek interaksi antara petugas-pasien maupun sterilisasi alat. Namun dari data pelayanan suntikan sekalipun proporsi yang disuntik di BP baik perkotaan maupun pedesaan (kecuali Pamanukan) relatif meningkat tetapi penggunaan jarum suntik berulang berkurang. Demikian juga penggunaan syringe berulang juga turun tetapi rasionya belum mencapai 1:1.
Dampak intervensi yang belum nyata dan signifikan ini dapat disebabkan antara lain penyuluhan yang dilakukan hanya intensif pada saat terjadwal sesuai kegiatan proyek, sesudah itu berjalan tetapi kurang intensif, penyuluhan hanya terbatas di Puskesmas sehingga jangkauannya terbatas, sedang yang terpajan penyuluhan mungkin tidak terpilih sebagai sampel, jarak antara selesainya penyuluhan terjadwal dan evaluasi relatif panjang (6 bulan). Dilain pihak, perubahan PSP pada pengunjung maupun petugas memerlukan waktu relatif lama.
KESIMPULAN DAN SARAN: Kejadian infeksi PMS dan saluran reproduksi di kalangan WUS pengunjung BP/KIA/KB di perkotaan maupun pedesaan cukup tinggi yaitu sekitar 43,5%. Teknik pemeriksaan PMS sederhana dapat dilakukan di Puskesmas dengan pelatihan dan kualitas tenaga yang memadai dan supervisi yang baik. Sesudah intervensi, PSP WUS mengenai PMS dan Hepatitis B tidak banyak berubah_ Namun pengetahuan tentang HIWAIDS dan bahaya penggunaan jarum suntik berulang meningkat demikian juga kesediaan membayar sendiri jarum/syringe bertambah. Sekalipun interaksi petugas-pasien dan praktek sterilisasi alat di Puskesmas belum banyak perbaikan dan ada kenaikan permintaan suntik di BP tetapi penggunaan jarum dan syringe berulang terjadi kecenderungn penurunan. Telah dikembangkan model intervensi berupa pelatihan petugas Puskesmas mengenai manajemen dan pencegahan PMS termasuk HIV/AIDS, Hepatitis B & Pencegahan pemberian suntikan berulang serta materi baku yang terdiri dari silabus dan bahan serta penunjang pelatihan. Selain itu juga dikembangkan model serupa bagi ibu pengunjung BPIKIAIKB di Puskesmas termasuk materi dan penunjang penyuluhan.
Disarankan agar pelaksanaan penyuluhan bagi pengunjung BP di Puskesmas hendaknya tidak dilakukan secara bersamaan dengan pengunjung Klinik KIA/KB. Perlu adanya pemantapan teknik penyuluhan bagi petugas pelaksana, khususnya KIA/KB. Evaluasi dampak dan hasil akhir model ini sebaiknya dilakukan minimal sesudah kegiatan penyuluhan berjalan 6 bulan sehingga perubahan pada kebiasaan dan praktek dapat terlihat lebih nyata.
Model skrining PMS di Puskesmas secara sederhana dapat dikembangkan lebih lanjut pada program Paket Ibu Bayi (Mother Baby Package-WHO) yang akan dikembangkan pemerintah dalam waktu dekat. Disarankan, hal ini perlu ditindaklanjuti dengan pemegang kebijakanlpengelola program di Departemen Kesehatan.

ABSTRACT
Intervention to Reduce Risk of HIV/AIDS And Hepatitis B Among Low Income Reproductive Age Women Attending an Ambulatory/ Mother & Child Health And Family Planning Clinic at The Puskesmas in DKI Jakarta And West Java, 1994-1996THE RESEARCH PROBLEM: In Indonesia, HIV/AIDS and Hepatitis B have become major and critical public health problems. At present there is no cure for these two diseases. The low income married women of reproductive age (MWRA) are becoming more and more susceptible to the risk of infection of sexually transmitted diseases (STDs) including HIV/AIDS. Currently a model of integrating STD services into the existing ambulatory/mother & child health (MCH/family planning (FP) services in the Puskesmas is nonexistent).
THE RESEARCH OBJECTIVES: To develop an intervention model in reducing the risk of STDs including HIV/AIDS and Hepatitis B infection for low income MWRA through integrating STD services into MCH/FP services in the Puskesmas both for urban as well as rural areas.
METHODOLOGY OF THE STUDY: The design of the study was one group pre and post test without a control group (a Quasi-experimental design). A measurement was conducted at the beginning of the study then followed by intervention and evaluation! measurement after the intervention. Three different measurements were conducted prior to the intervention period namely a (a) KAP (Knowledge, Attitude & Practice) survey on STD/HIV/AIDS, Hepatitis B and Danger of Reuse of Needles and Syringes among randomly selected 400 MWRA visiting ambulatory/MCH and FP clinics, (b) STD screening using wet-mount and Gram stain among 1200 of the similar clinic attendants, and (c) qualitative assessments: in-depth interviews were conducted with 4 PHC doctors, each four FGDs (Focus Group Discussion) with public health center personnel and selected MWRA were performed. Observation were made on the interaction of the health personnel and the clients and the sterilization techniques took place in the PHC.' After the intervention, a similar KAP survey was conducted among another 400 MWRA attending the above same facilities and in-depth interviews with PHC personnel and observation of the personnel-client interaction, sterilization techniques. Data concerning injection practices and the use of needles and syringes were also collected before and after the intervention.
Content analysis technique was used to analyse the qualitative data. Frequency distribution and cross tabulation were used to depict the results of the KAP survey describing pre and post intervention status or urbanlrural differences. Chisquare test was performed as required. The results of the STD screening was shown as it was conducted by PHC lab technicians and rechecked by the Dept of Dermatovenerology of the School of Medicine, the Univ. of Indonesia) RSCM General Hospital.
RESULTS OF THE STUDY: Social demographic characteristics of the respondents pre and post intervention was quite similar. Two out of five respondents both in the urban and rural areas suffering of STD/Reproductive Tract Infection (RT9. The intervention seems to have an effect on the increase of the proportion of the respondents who knew about HIV/AIDS and the danger of reusing needles and syringes. However, it has no effect on the PSP of the respondents concerning STD and Hepatitis B. There was a change in the knowledge of the PHC personnel concerning STD, HIV/AIDS and Hepatitis B, yet there was no apparent effect on the pattern of interaction between providers and the clients and the sterilization technique in the PHC. Although there is an increased proportion of injection demands in the ambulatory clinic both in the urban and rural areas (except Pamanukan) there was a decrease on the reuse of the needles as well as the syringes. The ratio of the use of syringe were close to I:1.
The impact of the intervention was not prominent and significant due to others among the following factors: the intensive health education probably took place during the tight schedule of the project only, after the recommended schedule it took place unregularly; health education was limited in the Puskesmas, therefore the coverage is limited; those who were exposed to the health education were likely not selected as the sample of the survey, and the interval between completed recommended health education intervention and the evaluation was too long. On the other hand change of practice especially among the MWRA attending the PHC and also the personnel of the PHC took a relatively longer time.
CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS: STD and RTI infection among the MWRA attending the PHC clinic both in the urban and rural were relatively high about 43.5%. Simple technique of screening STD at the PHC was feasible with appropriate training and relatively good quality of lab technician and good supervision. After the intervention the KAP of the MWRA concerning STD and Hepatitis B was likely to remain unchanged. However, their knowledge concerning HIV and AIDS and the danger of using needles and syringes were increased. There was also an increase on the willingness of the client to pay for the disposable needle and syringe for the injection. Although the interaction of the client and the health personnel as well as sterilization technique at the Puskesmas was still unsatisfactory and there was an increased demand of injection in the ambulatory clinic, overall there is a reduction on the reuse of the needles and syringes. An intervention model including training for the PHC personnel concerning management and prevention of STD including HIV/AIDS, Hepatitis B and Prevention of Reuse of Needles and Syringes. It also made available of the module of training of the MWRA including health education materials. It is recommended that the ambulatory clinic visitors should be not be the same health education target audience with the MCH and FP clinic attendants. It is also recommended to retrain the skills on health education among the PHC personnel. The final output evaluation should be conducted at least after six months of the health education intervention so that substantial change of practice took place among both MWRA and PHC personnel. The experience of conducting STD screening in the Puskesmas could be useful in the upcoming promotion program of the WHO's Mother Baby Package by the Ministry of Health. An advocation should be made to follow-up the result of this study to both program holder and decision makers at the Ministry of Health."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurul Khair
"Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan intervensi untuk mengatasi permasalahan mengenai komitmen pengajar di lembaga bimbingan belajar X. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan observasi dan wawancara dalam pengumpulan data. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebagian besar pengajar memiliki komitmen kontinuan. Berdasarkan hal tersebut, maka dirancang sejumlah program intervensi yang fokus pada peningkatan komitmen kontinuan menjadi komitmen afektif, mempertahankan komitmen afektif, dan memperbaiki kinerja pengajar saat ini. Intervensi yang dilakukan berupa perbaikan struktur kompensasi dan peningkatan hubungan positif di lingkungan kerja.

The purpose of this study was to develop an intervention program to solve the problem of teacher commitment in X learning tutoring organization. This study used a qualitative method by using observation and interviews in data collection. The results showed that most teachers have a continuance commitment. Based on this, then an intervention program was designed that focus on transforming the continuance commitment to affective commitment, to maintain affective commitment, and to improve teacher's performance. The interventions are improving the compensation structure and enhancing positive relationship in the work environment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30347
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-2l, masalah moralitas dan budi pekerti
menjadi keprihatinan dalam masyarakat kita. Realitas ini muncul dari berbagai kejadian
yang meresahkan masyarakat, apalagi kejadian itu berkaitan dengan masalah remaja,
sehingga kita patut bertanya bagaimana pendidikan moral yang selama ini diterapkan
dalam keluarga kita?
Kohlberg mengidentifikasi adanya enam tahap dalam perkembangan moral; dua
tahap dalam tiga tingkatan yang dibedakan: pra-konvensional, konvensional, dan pascakonvensional.
Tingkatan pra-konvensional, terdiri atas: tahap satu yang memiliki
orientasi huk:uman dan kepatuhan, dan tahap dua yang mempunyai orientasi relativis
instrumental. Tingkatan konvensional terdiri atas: tahap tiga yang berorientasi masuk
dalarn "anak baik" dan "anak manis", tahap empat yang berorientasi pada hukum dan
ketertiban. Sedangkan tingkatan pasca-konvensional yang memiliki ciri otonom dan
berprinsip terdiri atas: tahap lima yang berorientasi pada kontrak sosiat legalistis, dan
tahap enam orientasi pada azas etika universal. Pertumbuhan dalam pertimbangan moral
merupakan proses perkembangan, yang menyangkut perubahan struktur kognitif.
Pendidikan moral barns mempunyai tujuan untuk mencapai tahap pertimbangan moral
yang lebih tinggi. Mutu lingkungan merupakan hal yang penting bagi penyusunan
struktur moral yang barn. Tidak semua anak mengalami lingkungan yang
menguntungksn, yang karena berbagai alasan barus berpisah dengan orangtuanya sejak
kecil dan mereka harus menjadi penghuni penti asuban.
Berdasarkan penelitian ini, pada umumnya remaja yang tinggal di panti asuban
SOS Desa Taruna Jakarta memiliki tahap pertimbangan moral yang sesuai dengan
perkembangan usianya, yaitu pada usia 16 sampai 20 tahun seseorang bergerak dalam
empat tahap perkembangan moral. Tahap penirnbangan moral mereka sesuai dengan
perilaku berdasarkan penilaian pengasuhnya. Namun, kesimpulan tersebut kurang
menunjukkan kesesuaian dengan perilaku partisipan yang ditunjukkan dari pengakuan
mereka sendiri. Penelitian ini roenunjukkan bahwa 83 % partisipan pernah melakukan
pencurian, 69% membolos, 42% melihat film porno, 35% merokok, 21% tawuran, dan
9,5 % pernah melakukan hubungan seksual. Jadi 1 tidak selalu ada hubungan antar apa
yang dipikirkan dan dikatakan oleh partisipan tentang moral dengan perilakunya.
Dalam konteks pendidikan moral, hukuman menunjukkan ketidakerektifunnya,
karena justru membuat akibat negatif yang dialami anak. Ketika remaja bersalah, harapan
partisipan pada pengasuhnya adalah berkomunikasi, berdialog, dan menasebati.
Demikian juga pengasuh mempunyai idealisme dalam mendidik anak yang terbaik yaitu
dengan melakukan dialog dan komunikasi. Jadi, terdapat kesesuaian harapan antara anak
asuh dan pengasuh dalam konteks pendidikan moral Kedisiplinan menurut partisipan
masih perlu ditingkatkan, yaitu dengan membuat peraturan yang lebih ketat, tetapi tidak
dengan rnenggunakan hukuman keras (fisik}
Maka dalam pendidikan moral, dialog dan komunikasi antara anak dan orang tua
pada umumnya, menjadi sarana yang diharapkan oleh kedua belah piilak, dan diharapkan
dapat membuat suatu perilaku yang diharapkan.
Keterbatasan penelitian ini adalah hanya melibatkan satu panti asuhan. Banyak
masalah yang dapat diperbandingkan, diperluas dan didalami, sehingga akan menjawab
permasalahan yang muncul setelah membaca tulisan ini."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Marcianno Janis
"Skripsi ini membahas perilaku pembelian konsumen pria kepada skin care products khususnya pembersih wajah khusus pria, dimana perkembangan perawatan tubuh yang ditujukan khusus untuk pria pada saat ini telah sangat berkembang dengan pesat. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Data diperoleh dari hasil pengumpulan 180 responden.
Hasil penelitian menyarankan bahwa para produsen pembersih wajah khusus pria perlu memberi tahukan tentang apa manfaat kesehatan yang didapatkan oleh para konsumen pria, dan melakukan promosi yang bersifat mengatakan bahwa walaupun menggunakan skin care products khususnya pembersih wajah khusus pria, sifat kemaskulinan pria tidak akan hilang.

The focus of this studi is finding, attitude of male consumer towards purchase intention for skin care products especially men facial wash, which we already know, that currently, grooming or skin care products that specially made for men are growing rapidly. This research is quantitative descriptive interpretive. The data collected from 180 respondent.
This research result, showing that men are more concern about their health, so all the producers of men facial wash should inform what the benefits that they will get if they use the product, and also doing promotion that telling if a male using a skin care product especially men facial wash, will not effected on their masculinity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S43531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joyo Nur Suryanto Gono
"ABSTRAK
Tesis pengetahuan politik dan sikap politik Mahasiswa dalam Pemilihan Umum 1992, merupakan penelitian mengenai pengaruh faktor-faktor komunikasi dan non komunikasi terhadap pengetahuan politik mengenai OPP yang dipilih dan sikap politik terhadap OPP yang dipilih; pada mahasiswa PTS Islam dan Katolik atau Kristen di Yogyakarta. Faktor-faktor komunikasi dalam penelitian ini adalah surat kabar, radio, televisi, keluarga, kelompok sebaya, kampus. Sedangkan faktor-faktor non komunikasi adalah orientasi politik Orang tua responden terhadap OPP, Pendidikan Ayah, dan Pendidikan Ibu responden.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai, yaitu menggunakan kuesioner untuk memperoleh data penelitian dari sampel. Populasi diambil adalah mahasiswa dari PTS Islam dan PTS Katolik atau Kristen di Yogyakarta, yang masih tercatat sebagai mahasiswa aktif angkatan 1991 ke bawah dan masih aktif mengikuti mata kuliah hingga saat diadakan penelitian. Hal ini untuk kemudahan memperoleh data, dan saat diadakan pemilu 1992 telah tercatat sebagai mahasiswa aktif.
Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap, cluster dan random sampling. Analisis data dilakukan dengan statistik, yaitu analisis regresi ganda dan analisis diskriminan.
Hasil penelitian untuk Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, sebagai wakil bagi PTS Islam, terhadap pengetahuan politik mengenai OPP yang dipilih, surat kabar merupakan faktor komunikasi dan Orientasi politik orang tua terhadap OPP merupakan faktor non komunikasi yang paling berpengaruh. Sedangkan terhadap sikap politik terhadap OPP yang dipilih, faktor komunikasi kampus memiliki tingkat signifikansi paling kecil, walaupun P = 0,07, tetapi paling mendekati P<0,05, sehingga di antara faktor komunikasi yang lain menunjukkan pengaruh paling besar terhadap sikap politik. Walaupun demikian kampus merupakan "discriminating variabel" paling besar dalam menjelaskan kesenjangan antara pengetahuan politik mengenai OPP yang dipilih dan sikap politik terhadap OPP yang dipilih.
Untuk Universitas Atma Jaya Yogyakarta, sebagai wakil PTS Katolik/Kristen, terhadap pengetahuan politik mengenai OPP yang dipilih, televisi merupakan faktor komunikasi dan Orientasi politik orang tua terhadap OPP merupakan faktor non komunikasi yang paling berpengaruh. Terhadap sikap politik terhadap OPP yang dipilih, maka kampus merupakan faktor komunikasi dan Orientasi politik orang tua terhadap OPP merupakan faktor non komunikasi paling berpengaruh. Sebagai "discriminating variables", kampus merupakan faktor komunikasi dan Orientasi politik orang tua terhadap OPP merupakan faktor non komunikasi paling besar menjelaskan kesenjangan Pengetahuan Politik dan sikap politik."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Arief Kamil
"Studi ini menggali tanggapan dari pemilik/manajer UMKM yang merupakan pelanggan dari layanan jasa profesional point-of-sales (POS) berbasis awan di Indonesia. Analisis dilakukan dengan menggunakan Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) untuk menguji apakah purchase engagement memediasi pengaruh customization, virtual community, dan loyalty to account manager terhadap dependence dan willingness to pay for price premium. Temuan menunjukkan bahwa purchase engagement sebagian memediasi pengaruh customization, virtual community, and loyalty to account manager terhadap dependence dan willingness to pay for price premium.

The study recruited responses from SME owners and managers, current customers of a subscription-based point-of-sales (POS) service in Indonesia. The analysis used Partial Least Squares-Structural Equation Modeling (PLS-SEM) to examine whether purchase engagement mediates the effect of customization, virtual community, and loyalty to account manager toward dependence and willingness to pay for price premiums. The findings showed that purchase engagement partially mediates the effect of customization, virtual community, and loyalty to account managers toward dependence and willingness to pay for price premiums."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghaizani Annisa Pradipta
"Profil Perusahaan
Him & him Patisserie merupakan toko kue online yang berbasis di Cinere, Depok. Berdiri sejak tahun 2016, Him & him berspesialisasi pada baked goods premium dan autentik. Him & him Patisserie menawarkan aneka makanan penutup dengan bahan terbaik, tanpa bahan pengawet, dan perasa buatan. Hal ini dikarenakan Him & him Patisserie meyakini bahwa bahan-bahan terbaik akan menghasilkan produk terbaik pula.
Analisis Situasi
Strength
1. Pemilik menjalankan usaha secara penuh waktu, sehingga dapat memfokuskan perhatiannya terhadap Him & him Patisserie
2. Pemilik yang memiliki kecintaan terhadap dessert dan telah melalui pelatihan kuliner mendorong untuk menciptakan produk terbaik
3. Menawarkan rangkaian produk yang beragam dengan harga yang beragam
4. Penggunaan bahan baku berkualitas, tanpa bahan pengawet dan perasa buatan
Weakness
1. Bisnis yang bergantung hanya kepada satu orang mengakibatkan sulitnya memaksimalisasi seluruh aspek perusahaan
2. Mayoritas pembeli masih berasal dari kerabat pemilik
3. Pengelolaan media sosial yang belum maksimal dan bervariasi, kurang interaktif, padahal media sosial merupakan satu-satunya alat promosi Him & him Patisserie
4. Jangkauan area penjualan yang masih minim, hanya melayani pengiriman ke area Jakarta, Depok dan Tangerang.
5. Penggunaan sistem pre-order yang membuat calon pembeli tidak dapat mendapatkan produk kapanpun diinginkan
Opportunities
1. Mengonsumsi camilan sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia
2. Cookies dan kue, dua produk unggulan Him & him Patisserie, termasuk dalam tiga jenis camilan yang paling digemari
Threats
1. Pasar belum cukup mementingkan aspek kualitas, yang merupakan keunggulan yang ditawarkan Him & him Patisserie, dan lebih memperhatikan faktor lain seperti harga dan rasa
2. Loyalitas khalayak sasaran terhadap produk camilan yang rendah
3. Banyaknya kompetitor yang menawarkan produk serupa
4. Kompetitor yang lebih aktif dan kreatif dalam mengelola kanal media dengan aktivitas digitalnya
Rumusan Masalah
Kurang maksimalnya aktivitas pemasaran media sosial mengakibatkan kurangnya kesadaran khalayak terhadap Him & him Patisserie. Keunggulan dan keunikan Him & him Patisserie belum berhasil dikomunikasikan.
Tujuan
1. Meningkatkan kesadaran khalayak terhadap Him & him Patisserie
2. Memperkuat positioning Him & him Patisserie sebagai brand makanan penutup yang berkualitas
Khalayak Sasaran
Demografis
1. Laki-laki dan perempuan
2. Usia 18 – 34 tahun
3. SES A-B
Geografis
1. Jakarta, Depok, dan Tangerang
Psikografis
1. Menghargai kualitas suatu produk
2. Senang bersosialisasi
3. Mendengarkan dan dapat percaya terhadap pendapat orang lain
4. Rasa keingintahuan tinggi
Perilaku
1. Gemar mengemil
2. Pengguna aktif media sosial
3. Mengikuti dan mencoba tren kuliner terbaru
4. Membeli camilan manis secara regular
Pesan Kunci
“Him & him Patisserie is a one-stop dessert place to get you accompanied.”
Program
‘Convenience in a Companion’ adalah program yang telah disusun untuk menjawab permasalahan terkait kesadaran khalayak dan identitas yang dimiliki oleh Him & him Patisserie. Program ini berjalan dengan empat strategi utama yaitu optimalisasi kanal media sosial dengan content marketing, pembukaan akun TikTok, memanfaatkan influencer marketing, dan menggunakan iklan pada media sosial Instagram.
Jadwal
Agustus - Desember 2022
Anggaran
Rp8.900.000
Evaluasi
Input: Memastikan kegiatan terlaksana sesuai dengan linimasa dan rencana.
Output: Melakukan evaluasi terhadap setiap kegiatan yang dilakukan.
Outcome: Melakukan pengukuran dampak dan evaluasi dari pelaksanaan kegiatan.

Company Profile
Him & Him Patisserie is an online-based bakery located in Cinere, Depok. Since 2016, Him & him Patisserie has served premium and authentic baked goods. Him & Him Patisserie offers a variety of desserts with the best ingredients, no preservatives, and artificial flavors because of their belief that the best ingredients will give the best results
Situation Analysis
Strengths
Running Him & him Patisserie is the Owner's full-time job
The owner's love for dessert and culinary training pushes her to create the best products
Offers a diverse range of products with various prices
The use of high-quality materials
Weaknesses
Him & him Patisserie depends on only the owner to run the business making it difficult to maximize all aspects of the company
The majority of past buyers are from the owner's relatives
Not optimal enough social media management
Minimal sales area coverage (Jakarta, Depok, and Tangerang)
The use of the pre-order system makes potential buyers unable to get the product whenever they want
Opportunities
1.Snacking has become a habit of Indonesian
2.Cookies and cakes, two of Him & Him Patisserie's signature products, are among the three most popular types of snacks
Threats
The market has not paid enough attention to the quality aspect, which is something that Him & him Patisserie offers and is paying more attention to other factors such as price and taste
The target audience's low loyalty to snack products
The number of competitors who offer similar products
Competitors who are more active and creative in managing media promotion channels with their digital activities
Problem Statement
Not maximal enough social media marketing activities resulted in the lack of Him & him Patisserie’s brand awareness. Him & him Patisserie's uniqueness and excellence not succesfully communicated to the target audiences yet.
Goals
1. Increase Him & him Patisserie’s brand awareness
2. Strengthen Him & him Patisserie’s positioning as a high-quality dessert brand
Target Audience
Demographic
1.Male and female
2.18 – 34 years old
3.SES A – B
Geographic
1.Jakarta, Depok and Tangerang
Psychographic
1.Appreciate the quality of a product
2.Enjoys socializing
3.Listens and trust others’ opinions
4.High-curiousity
Behavior
1.Loves snacking
2.Active social media user
3.Latest culinary trends followers (foodies)
4.Buy desserts regularly
Key Message
“Him & him Patisserie is a one-stop dessert place to get you accompanied.”
Program
‘Convenience in a Companion’ is a program that has been prepared to answer problems related to brand awareness that Him & him Patisserie has. This program runs with four main strategies, namely optimizing social media channels with content marketing, opening a TikTok account, utilizing influencer marketing, and using advertising on Instagram.
Schedule
August – December 2022
Budget
Rp8.900.000
Evaluation
Input: Ensure that all activities are executed according to timeline and plan.
Output: Evaluate results of implementation.
Outcome: Measure impact and evaluation of implementation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Jarkasih
"Tesis bertujuan memahami dan menggambarkan perilaku informasi dosen dalam melaksanakan penelitian. Penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Hasilnya penelitian dilakukan dosen secara mandiri, sehingga kerjasama penelitian perlu ditingkatkan. Pola identifikasi kebutuhan informasi dilakukan dengan memahami pengetahuan yang dimiliki berkaitan dengan topik penelitian selanjutnya menganalisis informasi yang dibutuhkan. Pola pencarian informasi dari koleksi pribadi, perpustakaan, dan membeli. Pemanfaatan informasi melalui penggabungan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi yang diperoleh. Sumber informasi buku, jurnal, laporan, dan berbagai sumber lainnya. Berbagi informasi antar dosen belum maksimal sebaliknya berjalan baik dengan pustakawan. Usaha dan fasilitas institusi untuk mendukung kegiatan penelitian tidak sejalan dengan keinginan dosen.

The reseach aims to understand and describe the information behavior of a lecturer in conducting research. Qualitative research case study method. The results of research conducted independently lecturer, so research cooperation needs to be improved. Pattern identification is done by understanding the information needs of knowledge related to the topic of further research is needed to analyze the information. Search pattern information from private collections, libraries, and buy. Utilization of information through the incorporation of knowledge possessed by the information obtained. Resources of books, journals, reports, and various other sources. Information sharing among lecturers have not been up otherwise runs well with librarians. Businesses and institutional facilities to support research activities are not in line with the wishes of the lecturer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42500
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>