Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156990 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Ismiati
"Penelitian dilakukan pada tenaga kerja yang terpajan debu hasil pembakaran sampah di bagian boiler pabrik sepatu olah raga. Pajanan debu dapat menimbulkan gejala pengawasan berupa batuk kronik, dahak kronik, sesak nafas, serta gejala bronkitis kronik yang dapat memberikan gambaran penurunan fungsi paru obstruksi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencegah terjadinya gangguan fungsi paru pada tenaga kerja di bagian boiler, dengan cara meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam menggunakan alat pelindung diri (APD) saluran nafas.
Disain penelitian menggunakan cara studi operasional yang dilakukan terhadap seluruh populasi tenaga kerja di bagian boiler (12 orang), selama 1 bulan. Cara pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi ventilasi paru, serta pemeriksaan foto toraks. Selanjutnya dilakukan intervensi berupa penyuluhan serta monitoring dan pengawasan penggunaan APD saluran nafas.
Hasil dari penelitian ini didapatkan keluhan batuk kronik 25 %, dahak kronik 33,3 %, sesak nafas 16,7 %, bronkitis kronik 25 %, serta gangguan fungsi paru obstruksi 25 %. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok umur, lama kerja, perilaku merokok dan perilaku menggunakan APD saluran naf as terhadap terjadinya bronkitis kronik maupun obstruksi (p>0,05). Risiko terjadi obstruksi 2,5 kali lebih besar pada tenaga kerja yang telah bekerja lebih dari. 5 tahun (OR=2,5).
Risiko terjadi obstruksi 1,6 kali lebih besar pada tenaga kerja yang tidak menggunakan APD saluran nafas (OR=1,6). Intervensi yang dilakukan menunjukkan keberhasilan yang sangat bermakna yaitu terdapat peningkatan pengetahuan tentang APD saluran nafas sebesar 58,4 % (0,001"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrur Razi
"Ruang lingkup dan cara penelitian:
Sejak awal tahun 1800-an mulai diketahui hubungan antara pajanan debu batubara dengan risiko terkena penyakit paru pada pekerja tambang. Penyakit paru yang timbul akibat pajanan debu batubara dalam jangka waktu lama antara lain pneumokoniosis penambang batubara (PPB), bronkitis kronis dan asma kerja. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara gangguan paru dan pajanan debu batubara pada pekerja tambang bagian penggalian Bucket Wheel Escavator (BWE) System di PT "X". Disain penelitian historical cohort digunakan untuk mengetahui insidens pneumokoniosis. Untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor pada pekerja, lingkungan kerja dan debu batubara dengan terjadinya gangguan faal paru digunakan metode cross sectional. Populasi penelitian adalah 170 pekerja di bagian penggalian BWE system. Pengambilan sampel dilakukan secara total population, dan diperoleh jumlah sampei yang memenuhi kriteria inklusi 166 orang.
Hasil dan kesimpulan:
Insidens pneumokoniosis pada pekerja tambang bagian penggalian BWE system di PT "X" sejak tahun 1992 sampai 2002 adalah 6 orang (3,6%) dari 166 pekerja. Prevalensi bronkitis kronik pada tahun 2003 adalah 7,23%, sedangkan prevalensi kelainan faal paru obstruksi dan restriksi adalah C.% dan 7,8%. Karakteristik sosiodemografi pekerja tidak berhubungan dengan terjadinya gangguan kesehatan paru. Insidens pneumokoniosis berhubungan dengan area kerja terbuka/tertutup dan masa kerja. Kebiasaan merokok berlubungan dengan terjadinya batuk kronik dan sesak napas.

Scope and method:
Exposure to coal dust has long been associated with the risk of respiratory/lung diseases. Chronic exposure has been reported to lead to higher incidence/prevalence of pneumoconiosis, chronic bronchitis and asthma. This study was done to investigate the effect or exposure to coal dust on lung of mining workers in BWE system department of PT "X". A historical cohort study was done to get data on incidence of pneumoconiosis. To learn about the association of work environment, coal dust exposure and other factors, a cross sectional design was used. The sample for this study used total population who met the inclusion criteria . A total sample 166 people were studied.
Result and conclusion:
The incidence rate of pneumoconiosis in this study is 6 workers (3,6%) from 166 workers. The prevalence of chronic bronchitis in 2003 was 7,23%, while the prevalence of respiratory function impairment, obstruction and restriction, was 6,0% and 7,8%. This study indicated that there was no relationship between sociodemographic characteristics and the lung/respiratory diseases. There were significant association of pneumoconiosis with opened/closed area and the period of work. This study also found a relationship between smoking habits and the prevalence of chronic cough and breathlessness.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13646
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Agnes
"Paparan debu keramik yang mengandung silika bebas di lingkungan kerja pabrik keramik Inerupakan faktor resiko untuk terjadinya penyakit pare akibat kerja. Untuk mencegah timbulnya penyakit pneumokoniosis perlu dilakukan upaya pemantauan secara khusus dan berkelanjutan terhadap para pekerja melalui pemeriksaan kesehatan secara berkala dan pemantauan terhadap lingkungan kerja. Penelitian terhadap tenaga kerja pabrik kerami; di Cikarang dilakukan pada 66 pekerja laki-laki, dengan metode krosseksional., terdiri dari 31 orang dare bagian pembuatan badan keramik dan 35 orang dad bagian pengepakan. Penelitian lingkungan kerja dilakukan dengan mengukur kadar debu total, kadar debu respirable dan kadar silika bebas di bagian pembuatan badan keramik dan di bagian pengepakan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi paru dan pemeriksaan foto toraks.
Hasil dan kesimpulan: Didapatkan prevalensi batuk kronik 4,5%, bronkitis kronik 4,5%, dahak kronik 4,5%, kelainan radiologi paru 10,6% dan restriksi 47% di pabrik tsb. Dibagian pembuatan badan keramik, kadar debu total, kadar debu respirable dan kadar silika bebas melebihi NAB yang ditetapkan. Tidak ditemukan hubungan antara kelainan fungsi pare dengan faktor-faktor umur, pendidikan, status gizi, masa kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan memakai alat pelindung diri. Tidak ditemukan perbedaan prevalensi batuk kronik, bronkitis kronik, restriksi dan kelainan radiologi dengan tingkat paparan.

Scope and Methodology
Exposure to ceramic dust which contains free silica in a ceramic factory is a risk factor for occupational lung diseases. To prevent pneumoconiosis, specific and continuous monitoring of the workers through periodic health examinations and work environment measuring is very important. A study on 66 by ceramic factory workers consisting of 31 men from ceramic-body preparation division and 35 men from packaging division in Cikarang using cross-sectional method has been conducted. The work environment study was done by measuring total dust contamination, respirable dust, and free silica in ceramic-body preparation division and packaging division. Data collection was done by interviews, physical examination, lung function test and X-ray examination.
Results : The prevalence of chronic cough were 4,5 %, chronic bronchitis 4,5 %, changes in lung radiologic 10,6 % and restriction 47 %. The total dust concentration, respirable dust and the free silica concentration was found to exceed the permissible limit in ceramic-body preparation division. No relation was found between lung function changes, age, education, nutrition condition, work period, smoking habits and mask users habits. No significant different in the prevalence of chronic cough, chronic-bronchitis, restriction and radiologic changes was found different level of dust exposure.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arifin Nawas
"Berdasarkan SK Menkes Nomer : 552/Menkes/SK/VI/1994, dimana dalam misi khusus RSUP Persahabatan ditetapkan sebagai Pusat Rujukan Nasional untuk Penyakit Paru. Pelayanan penyakit paru di RSUP Persahabatan sudah dimulai sejak awal berdirinya yaitu pada tahun 1965, pada masa itu masih ada dokter dan para medis Rusia. Kemudian RSUP Persahabatan berkembang menjadi RS Umum kelas B pedidikan, dimana dimulainya pendidikan dokter spesialis paru dan juga bedah paru dilakukan baik untuk pasien yang berasal dari Jakarta, maupun dan luar Jakarta. Apakah RSUP Persahabatan dengan melaksanakan pelayanan rujukan paru ini, sudah menggambarkan sebagai Pusat Rujukan Nasional Penyakit Paru, maka dilakukan penelitian ini. Masalah yang diteliti yaitu kompetensi teknis berupa kemampuan sumber daya manusia, sarana dan fasilitas, kemudian kemampuan manajerial dan tata laksana. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, pengumpulan data dengan wawancara dan data sekunder pada saat ini. Hasil yang diperoleh adalah RSUP Persahabatan mempunyai kompetensi sumber daya yang cukup untuk pelaksanaan Pelayanan Rujukan Nasional Penyakit Paru, sarana dan fasilitas cukup tersedia, kompetensi manajerial dan tata laksana, cukup baik, hanya pemasaran perlu ditingkatkan. Kesimpulan : RSUP persahabatan cukup kompeten sebagai Pusat Rujukan Nasional untuk Penyakit Paru. Saran : Peningkatan kualitas SDM dan pembinaan jaringan rujukan, serta meningkatkan pelayanan pemasaran.

Ministry of Health has decided, through his authoritative letter No. 552/ Menkes/SK/VI/1994, Persahabatan General hospital as the National Hospital for lung disease. Persahabatan General Hospital offered services for lung disease since its first operation in 1965 when there were still some Russian paramedic and doctors. The Hospital then was developed as a general Teaching Hospital lass B. The pulmonology and Thoracic Surgery department starting specialist program and rendering services not only for patients from Jakarta but also from the other regions. This study was conducted to ensure whether the Persahabatan Hospital cold play its role or not, as the national referral hospital for lung diseases. The study was focused on technical competence, such as human resources development, facilities, and managerial skill. The method used was qualitative descriptive based an data collected through interview and currently secondary data. The result was that Persahabatan General Hospital had sufficient human resources in rendering services for performing the national top referral hospital for lung diseases as well as facilities and managerial skill, but the marketing still needed some improvement. Conclusion : Persahabatan General Hospital was competent as the national top referral hospital for lung diseases. Recommendation : The quality of human resources due the fast changes in technology, referral network, and marketing still need some improvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-5061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariana Kasmara
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Dalam proses produksinya suatu pabrik semen telah menyebabkan pencemaran limbah debu di lingkungan kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa disamping manfaatnya dalam pembangunan, proses produksi semen juga dapat mengganggu kesehatan paru tenaga kerja. Berhubung masih terdapat kontroversi mengenai jenis kelainan paru yang disebabkan debu semen, maka dilakukan penelitian di pabrik semen. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data mengenai prevalensi penyakit dan gangguan faal paru di kalangan tenaga kerja Plan III/IV pabrik semen dan kadar debu rata-rata dimana tenaga kerja- terpapar, serta melihat hubungan antara kadar debu dan lama paparan dengan prevalensi tersebut. Secara deskriptif menggunakan disain 'cross sectional' telah diperiksa sejumlah 176 tenaga kerja laki-laki berumur 18-55 tahun dan telah bekerja selama 2 tahun. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik, faal paru dan foto toraks. Pengukuran kadar debu dilakukan dengan teknik 'low volume dust sampler' sedangkan untuk silika bebas dengan mikroskop polarisasi.
Hasil dan Kesimpulan: Kadar silika bebas di beberapa tempat menunjukkan kadar >1% dan kadar debu di beberapa tempat melebihi NAB. Prevalensi penyakit yang ditemukan rendah sekali, yaitu silikosis 1,13%, tersangka silikosis 1,7%, asma 0,6%, TB 3,4%, sedangkan bronkitis dan emfisema tidak ditemukan. Gangguan faal restriktif ditemukan sebesar 19,9% dan gangguan obstruktif 2,3%. Tidak ditemukan hubungan antara besar risiko dengan gangguan faal paru dan prevalensi penyakit. Demikian pula tidak ditemukan hubungan antara gangguan faal paru dengan kelainan radiologis, umur dan kebiasaan memakai pelindung. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dan gangguan faal paru; gangguan restriktif lebih banyak ditemukan pada bukan perokok (p <0,05).

Pulmonary Diseases And Lung Function Abnormalities Among Workers At A Cement FactoryScope and Method of Study: The main hazard during cement processing is dust. This indicates that besides its benefit on our National Development, the cement industry may have some drawbacks on our workers' health. A cement factory was surveyed, since there are still different opinions on the pulmonary effects of cement dust until now. The aim of this study is to measure the level of dust exposure and the silica content at Plant II1/IV of the factory, to study the prevalence of pulmonary diseases and lung function abnormalities of cement workers at Plant III/IV and to observe if there is any relationship between both studies. In this cross-sectional study, 176 cement workers of Plant II1/IV aged between 18 to 55 years were surveyed. A questionnaire, physical examination, chest roentgenogram and Spiro gram were obtained on each person. Dust concentrations were measured with a low volume dust sampler and free silica was measured with a polarizing microscope.
Findings and Conclusions: At some workplaces the dust and silica concentrations were above the threshold limit value. The overall prevalence rate of silicosis was 1.13%, suspect silicosis 1.7%, tuberculosis 3.4% and asthma 0.6%, while no signs of bronchitis and emphysema were noted. The vital capacity in 19.9% workers and the FEV1 in 2.3% workers was reduced. No relationship was noted between dust exposure, pulmonary diseases and lung function abnormalities. Neither was there any relationship noted between lung functions abnormalities, smoking habits, roentgen graphic changes, age and the usage of respiratory protective. A significant relationship was noted between smoking habits and lung function abnormalities; restrictive impairments were most pronounced in nonsmokers (p C 0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T3429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso
"Industri batik sudah berkembang lama di Indonesia dan merupakan salah satu lapangan kerja bagi sejumlah tenaga kerja di kota maupun di desa. Pada dasarnya perindustrian mengakibatkan dua dampak, yaitu dampak positif yang berupa timbulnya mata pencaharian dan lapangan kerja serta pengembangan wilayah, dampak negatif berupa pencemaran lingkungan kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Industri batik adalah salah satu industri yang sudah berkembang lama di Surakarta dan di Pekalongan bahkan menjadikan Kota Surakarta dan Pekalongan terkenal dengan Kota Batik. Industri ini mempunyai kaitan dengan kebudayaan Jawa. Oleh karena itu keberadaan industri batik harus tetap dilestarikan, bahkan perlu dilakukan upaya peningkatan.
Tenaga kerja di industri batik adalah tenaga kerja khusus, harus mempunyai keterampilan tersendiri. Tidak semua orang mau bekerja sebagai tukang cap di industri batik. Meskipun gaji (upah) yang diterima rendah, pekerja di industri batik tetap menekuni pekerjaannya. Perpindahan pekerjaan (turn work over) di industri batik sangat rendah. Mengingat anqka perpindahan pekerjaan yang rendah, perlu dilakukan upaya peningkatan keterampilan kepada tenaga kerja, disamping upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja.
Industri batik menggunakan beberapa bahan yaitu parafin, gondorukem (colophony, rosin), damar, microwax dan lemak hewan. Bahan-bahan tersebut diproses menjadi satu disebut "malam batik". Untuk membuat motif batik pada kain, malam batik dipanaskan sehingga keluar asap malam batik yang mengandung polutan dan menimbulkan pencemaran lingkungan kerja. Polutan tersebut terdiri dari gas-gas dan partikel. Satu hasil analisa kualitatif menun-jukkan bahwa asap malam batik mengandung NO,, CO, CO,, CH,, C,H,, H,S (Budiono, 1984; Santoso, 1986).
Polutan yang terdapat di lingkungan kerja jika dihirup tenaga kerja diduga dapat menimbulkan gangguan faal paru dan jika proses ini berjalan lama mungkin menimbulkan penyakit akibat kerja (Morgan & Seaton, 1975; Lams, Chan-Yeung 1987). Polutan ini diperkirakan menimbulkan kerusakan akut atau kronis pada saluran pernapasan dan jaringan paru, kerusakan ini tergantung pada konsentrasi polutan, lama terpapar dan kerentanan tubuh (Purdom, 1980; Smith, 1988).
Pemeriksaan lingkungan kerja dan kesehatan tenaga kerja merupakan upaya penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat serta peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
D297
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arierta Pujitresnani
"[ABSTRAK
Rontgen dada atau Chest X-Ray (CXR) merupakan salah satu aplikasi pencitraan medis yang paling sering digunakan dalam pendeteksian kelainan khususnya tumor pada paru – paru. Untuk menentukan diagnosis kelainan tersebut, seorang dokter masih mengandalkan pengamatan visual dalam pembacaan hasil citra CXR sehingga penilaian bersifat subyektif tergantung pada masing – masing dokter. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan perancangan sistem pengolahan citra sebagai alat bantu identifikasi kelainan paru – paru. Kategori citra CXR yang digunakan adalah citra pada keadaan normal, tumor, dan kelainan bukan tumor. Tahapan pengolahan yang dilakukan berupa pre-processing menggunakan median filtering dan ekualisasi histogram serta proses segmentasi menggunakan otsu’s thresholding dan active contour : snake. Uji hasil pengolahan citra dengan hasil diagnosis dokter menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation menghasilkan akurasi sebesar 92,85 %.

ABSTRACT
Chest X-Ray (CXR) is a medical imaging applications that most commonly used for detects of abnormalities, especially tumors of the lung. To determine the abnormality diagnosis, doctors still rely on visual observations to read a CXR image, so that the assessments are subjective depending on each doctor. This study purposes to design an image processing system as a tool for identification of lung’s abnormalities. It used three classification of CXR image, which are lungs image in normal circumstances, tumors, and abnormalities besides tumor. Stages of image processing are done in the form of pre-processing using a median filtering and histogram equalization and also the process of segmentation using Otsu's thresholding and active contour: snake. Test the image processing results with the results of the doctor's diagnosis using artificial neural network backpropagation produces an accuracy of 92,85 %., Chest X-Ray (CXR) is a medical imaging applications that most commonly used for detects of abnormalities, especially tumors of the lung. To determine the abnormality diagnosis, doctors still rely on visual observations to read a CXR image, so that the assessments are subjective depending on each doctor. This study purposes to design an image processing system as a tool for identification of lung’s abnormalities. It used three classification of CXR image, which are lungs image in normal circumstances, tumors, and abnormalities besides tumor. Stages of image processing are done in the form of pre-processing using a median filtering and histogram equalization and also the process of segmentation using Otsu's thresholding and active contour: snake. Test the image processing results with the results of the doctor's diagnosis using artificial neural network backpropagation produces an accuracy of 92,85 %.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pricella Maulana
"Ruang Lingkup dan Metodologi: Pajanan debu organik merupakan salah satu faktor risiko yang terdapat pada pabrik pembuatan bumbu mi instant PT X. Dampak yang mungkin ditimbulkan oleh pajanan debu organik adalah terjadinya gangguan kesehatan paru pada pekerjanya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah debu mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan paru pada pekerja atau hal lainnya baik yang terdapat pada pekerja seperti karakteristik sosiodemografi, status gizi, kebiasaan merokok, penggunaan APD atau faktor lingkungan yaitu area kerja. Penelitian ini dilakukan dengan 2 disain yaitu disain studi kohort dengan 949 responden untuk mengetahui insidens dan mengikuti perjalanan gangguan kesehatan paru pada pekerja dengan menggunakan data hasil pemeriksaan berkala sejak tahun 1995. Dan disain studi krossektional dengan 647 responden untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan paru pekerja dengan menggunakan data pemeriksaan berkala tahun 2001 dan kuesioner. Disamping itu juga dilakukan pengukuran kadar debu di area kerja yang terpajan dan tidak terpajan.
Hasil dan kesimpulan: Hasil pengolahan data studi kohort retrospektif dengan uji statistik menunjukkan adanya kenaikkan insidens dari 0,33 pada tahun 1999 menjadi 0,54 pada tahun 2001 dan kenaikan relative risk pekerja yang bekerja di area kerja terpajan yang mengalami restriksi dari 1,186 pada tahun 1999 menjadi 1,611 pada tahun 2001. Sedangkan data studi krossektional dengan uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pajanan debu organik dengan terjadinya gangguan kesehatan paru pekerja berupa berdahak kronik OR 1,463 ; p 0,0045 ; CI 95% 1,008 - 2,124 dan batuk kronik OR 1,744 ; p 0,002 ; CI 95% 1,222 - 2,47.

Organic dust exposure is one of the presented risk factor at PT X's instant noodle ingredient factory. Influence that could be raised by organic dust exposure is disorder of labor'lung.
The research purpose is to recognize whether dust influence the affection of labor' lung disorder or other factors related to the labor himself such as the characteristic of social demography, nutrition condition, smoking habit, usage of safety equipment, or environmental factor at working place. This research is conducted with Cohort Study with 949 samples, design in order to recognize incident and to trace the disorder historical of labor lung by using periodical medical check-up report since 1995. Cross Sectional Study Design with 647 samples is also performed in order to recognize entire factor that could cause disorder of labor lung by using medical check-up report in 2001 as well as questioner. Furthermore, calculation of dust level was performed at exposure working place and non-exposure working place.
Result and Conclusion: Data compilation result of Retrospective Cohort Study, checked by statistics test, shows that there is increasing of incident starting form 0.33 in 1999 to become 0,54 in 2001 and increasing of relative risk toward labor working at exposure working place whose suffer from restriction" starting from 1,186 in 1999 to become 1,611 in 2001. Whereas, Cross-sectional Study data, checked by statistics test, shows that there is a significant relation between organic dust exposure and disorder of labor lung healthiness in form of chronic phlegm OR 1,463 ; p 0,0045 ; CI 95% 1,008 - 2,124 and chronic cough OR 1,744 ; p 0,002 ; CI 95% 1,222 - 2,477.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Cherkayani Sejati
"Efusi pleura ganas (EPG) sebagai bentuk perluasan dari keganasan sering muncul pada penderita kanker paru, mempersulit penatalaksanaan kanker paru, dan membuat prognosis pasien memburuk dengan rerata angka ketahanan hidup 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik dan ketahanan hidup pasien kanker paru dengan EPG di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 2009-2013. Desain penelitian ini adalah kohort longitudinal dengan analisis univariat dan ketahanan hidup. Sampel penelitian ini adalah pasien kanker paru dengan EPG (stadium IIIB atau IV) dari metastasis kanker paru berdasarkan pemeriksaan sitologi atau biopsi dan memiliki rekam medik lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata umur pasien adalah 58,73 tahun, berjenis kelamin laki-laki, tidak merokok, dan status pekerjaan terbanyak adalah pensiunan. Mayoritas pasien mengeluhkan gangguan respirasi saat pertama berobat, memiliki jenis sel kanker adenokarsinoma, sudah mencapai stadium IV, dan lokasi efusi berada di paru-paru kanan. Sekitar 68.5% pasien bertahan hidup 6 bulan setelah diagnosis dan median survival adalah 12,5 bulan. Diharapkan ada KIE bagi masyarakat, terutama terkait kebiasaan merokok dan ditujukan untuk populasi berisiko, mengenai kanker paru untuk mengurangi jumlah pasien yang baru berobat setelah kanker mencapai stadium lanjut.

Malignant pleural effusion (MPE) often appears in patients with lung cancer and deteroriates prognosis of patients with mean survival rate of 6 months. This study aims to look at the characteristics and survival of lung cancer patients with MPE (stage IIIB or IV) at Dharmais Cancer Hospital Jakarta in 2009-2013. Study design was longitudinal cohort with univariate and survival analysis. Sample was lung cancer patients with metastatic MPE based on cytology test or biopsy with complete medical record.
Results showed average age of patients was 58.73; most were male, nonsmoker, and pensioner. Majority of patients had respiratory disorder, adenocarcinoma cancer type, reached stage IV, and effusion in the right lung. Approximately 68.5% of patients surviving 6 months after diagnosis and median survival were 12.5 months. IEC is needed for community; especially population with lung cancer risk, to help reducing number of new patients seeking treatment after cancer reaches advanced stage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sari Dinaryanti
"Gangguan yang paling sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru adalah adanya kesulitan bernapas dan kecemasan yang menyebabkan pasien menjadi tidak relaks.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program latihan pursed lip breathing (PLB) dan Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap peningkatan saturasi oksigenasi dan tingkat relaksasi pada pasien kanker paru. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi eksperiment dengan desain pre dan post test without control group. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 19 orang. Alat ukur yang digunakan yaitu oksimetri nadi untuk menilai saturasi oksigen dan lembar monitoring subjektif dan objektif untuk menilai tingkat relaksasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai saturasi oksigen sebelum dan sesudah latihan PLB dan PMR (p value < 0,05) dan ada perbedaan yang signifikan antara tingkat relaksasi sebelum dan sesudah latihan PLB dan PMR (p value < 0,05). Hasil analisis multivariate didapatkan bahwa usia menjadi prediktor terhadap peningkatan saturasi oksigen.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa latihan PLB dan PMR dapat meningkatkan saturasi oksigen dan tingkat relaksasi sebagai terapi komplementer pendamping terapi oksigen standar. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya terapi pengaturan napas dan teknik relaksasi untuk meningkatkan saturasi oksigen dan tingkat relaksasi pada pasien kanker paru stadium III dan IV.

The most common symptoms in lung cancer are dyspnea and anxiety that cause patients restlessness.
This study aimed to find out the influence of PLB and PMR training program on the increase oxygen saturation and relaxation level in patients with lung cancer. This study employed a Quasy Experiment with pre test and post test without control group. There were 19 participants in this study. The instruments used were pulse oxymetry to measure oxygen saturation and monitoring form to measure subjective and objective relaxation level.
The results show that there is a significant difference on oxygen saturation before and after PLB and PMR training program (p value < 0,05) and a significant difference on relaxation level before and after PLB and PMR training program (p value < 0,05). A Multivariate analysis shows that age becomes a strong predictor of oxygen saturation.
This study concludes that PLB and PMR training program apllied to patient with lung cancer increases oxygen saturation and relaxation level as a complementary therapyalong with oxygen standart therapy. This study sugests breathing and relaxation training program to increase oxygen saturation and relaxation level for patient with lung cancer at grade III and IV.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>