Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9963 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Philips, Beeman N.
San Francisco: Jassey-Bass , 1990
370.15 PHI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eri Vidiyanto
"ABSTRAK
Quality of School Life (QSL) adalah kesejahteraan dan kepuasan peserta didik
secara umum pada kehidupan di sekolahnya, dipandang dari pengalaman positif
dan negatif mereka di sekolah dan aktivitasnya di sekolah (Linnakyla, 1996). QSL
merupakan salah satu bentuk dari persepsi sosial. Sebagaimana dikatakan oleh
Baron dan Byrne (2000) bahwa persepsi sosial merupakan proses yang terjadi
manakala seseorang berusaha untuk mengetahui dan memahami orang lain atau
situasi, maka dalam QSL hendak dilihat bagaimana peserta didik mempersepsi
kehidupan di sekolahnya. Menurut William dan Batten (dalam Mok & Flynn,
1997) dalam QSL terkandung 7 dimensi yang terkait dengan kepuasan peserta
didik terhadap sekolahnya, yaitu kepuasan peserta didik secara umum terhadap
sekolahnya, perasaan negatif peserta didik terhadap sekolahnya (karena samasama
membahas tentang perasaan peserta didik maka oleh peneliti kedua dimensi
ini digabungkan dalam dimensi perasaan-perasaan peserta didik selama di
sekolah), dimensi hubungan dengan guru, sense of achievement di sekolah,
peluang (opporiunily) peserta didik menghadapi masa depan, pembentukan
identi.tas peserta didik di sekolah, serta harga diri dan status peserta didik di
sekolah.
Pada penelitian ini, hendak dilihat bagaimana persepsi QSL antara peserta
didik yang berasal dari SMU di daerah rural dan urban Bekasi karena
sebagaimana prinsip reciprocal determinism yang diutarakan oleh Bandura
(dalam Hall & Lindzey, 1985) bahwa perilaku manusia selalu berhubungan
dengan lingkungan dan proses persepsinya. Sehingga dari penelitian ini dapat
diketahui apakah ada persamaan atau perbedaan persepsi terhadap QSL antara
peserta didik di rural dan urban serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
persamaan maupun perbedaan tersebut. Penelitian ini menjadi penting karena
persepsi peserta didik terhadap sekolah akan berpengaruh terhadap tingkat
kenyamanan selama berada di sekolahnya yang kelak akan berimbas pada hasil
prestasi belajarnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengambilan
data melalui wawancara. Wawancara dilakukan terhadap 4 subyek yaitu 2 subyek
berasal dari SMU di daerah rural dan 2 subyek dari SMU di daerah urban Bekasi.
Subyek diambil dari peserta didik SMA dikarenakan ketika SMA, seseorang
mulai memasuki masa remaja akhir dimana perubahan emosinya semakin
meninggi seiring perubahan pada fisik dan psikologisnya (Hurlock, 1992),
tekanan peer group-nya pun semakin besar (Papalia, Olds & Feldman, 2001),
serta mulai dituntut untuk mempersiapkan karir dan vikasionalnya (Havighurst
dalam Sukadji, 2000).
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada beberapa persamaan dan tidak
ditemukan perbedaan yang cukup besar mengenai gambaran QSL antara peserta
didik SMU yang berada di daerah rural dan urban Bekasi. Persamaan utama yang
dijumpai diantaranya, keempat subyek sama-sama merasa nyaman di sekolah
dikarenakan dapat berinteraksi dengan teman-teman dan merasa tidak puas
dengan fasilitas yang tersedia di sekolahnya, hal ini terkait dengan aspek dalam
QSL yaitu pembentukan identitas peserta didik di sekolah dan aspek perasaanperasaan
peserta didik selama berada di sekolah. Persamaan lainnya adalah samasama
menilai kepuasan terhadap aspek hubungan dengan guru berdasarkan
potensi dan kepribadian guru. Selain itu, terkait dengan dimensi peluang
(opportunily) peserta didik menghadapi masa depan, semua subyek menyatakan
bahwa sekolah belum memberikan bekal yang cukup untuk menghadapi masa
depan.
Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran guna memperbaiki
penelitian selanjutnya, diantaranya melengkapi pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini dengan metode kuantitatif agar dapat diperoleh gambaran QSL dari
peserta didik secara menyeluruh. Selain itu, perlu juga ditambahkan data dari
significant others serta penentuan lokasi rural yang masih belum banyak terkena
imbas modernisasi agar terlihat perbedaannya. Kemampuan peneliti dalam
menggali dan mengolah data pun perlu ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan
kredibilitas penelitian. Adapun saran praktis yang dapat peneliti sampaikan
diantaranya; sekolah hendaknya mampu mengefektifkan peran bimbingan
konseling (BK) guna membantu peserta didik mengarahkan karir dan
vokasionalnya, guru pun hendaknya mampu menjalin komunikasi yang baik serta
memberikan teladan pada peserta didik. Selain itu, pihak sekolah diharap dapat
menyertakan peserta didik dalam penetapan suatu kebijakan lokal di sekolah dan
mampu pula mengusahakan kelengkapan sarana dan prasarana sehingga aktivitas
belajar mengajar dapat berjalan optimal."
2004
S3446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stern, Amanda
"[In the classic movie, The Breakfast Club this dialog among three adolescents is reflective of how teenagers often regard school and academics. In this example, Brian, clearly in the minority because he enjoys the physics club, is referred to as “a dork.” His schoolmate further goes on to characterize such clubs as, “demented and sad, but social …” Though a fictitious satire, the film reflects the unfortunate reality of how teenagers often regard school and students who are enthusiastic members of learning. This scorn and ridicule directed at Brian illustrates how students who value school are often subject to criticism and low social status; a claim which has been supported in the literature.
Evaluating and promoting positive school attitude in adolescents goes beyond these traditional measurements and explores less psychologically focused indicators, including ecological factors and observable behaviors. This study provides school psychologists with a new, comprehensive, and ecologically based approach with which to evaluate the school attitude of high school students.​, In the classic movie, The Breakfast Club this dialog among three adolescents is reflective of how teenagers often regard school and academics. In this example, Brian, clearly in the minority because he enjoys the physics club, is referred to as “a dork.” His schoolmate further goes on to characterize such clubs as, “demented and sad, but social …” Though a fictitious satire, the film reflects the unfortunate reality of how teenagers often regard school and students who are enthusiastic members of learning. This scorn and ridicule directed at Brian illustrates how students who value school are often subject to criticism and low social status; a claim which has been supported in the literature.
Evaluating and promoting positive school attitude in adolescents goes beyond these traditional measurements and explores less psychologically focused indicators, including ecological factors and observable behaviors. This study provides school psychologists with a new, comprehensive, and ecologically based approach with which to evaluate the school attitude of high school students.​]"
New York: [Springer, ], 2012
e20396110
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Meilyana Hendartriasari
"ABSTRAK
Individu akan menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari di sekolah. Waktu yang cukup lama tersebut akan membuat sekolah menjadi tempat kedua menghabiskan waktu bagi individu setelah rumah. Karena waktu yang lama saat berada di sekolah tersebut, maka individu perlu merasa nyaman ketika berada di sekolah. Salah satu faktor yang disinyalir dapat mempengaruhi perasaan nyaman ketika ada di sekolah adalah persepsi peserta didik terhadap sekolahnya (Epstein,1976). Persepsi memegang peranan penting, karena persepsi merupakan aspek mendasar dan penting dalam kehidupan manusia. Gibson (2000) melihat persepsi sebagai sebuah proses dimana individu memberi makna pada lingkungannya. Dalam kehidupan bersekolah, bagaimana peserta didik memandang sekolahnya menjadi sesuatu yang penting karena peserta didik akan menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Sebuah konsep yang membahas tentang bagaimana peserta didik mempersepsi sekolahnya adalah konsep Quality of School Life. Karatzias dan Swanson (2001), menjabarkan Quality of School Life sebagai perasaan peserta didik mengenai kesejahteraan dirinya ketika berada di sekolah yang ditentukan oleh berbagai faktor yang berhubungan dengan sekolah dan pengalamannya di sekolah, berkaitan dengan keterlibatan peserta didik terhadap berbagai aktivitas akademik, seperti pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tugas di sekolah, mata pelajaran yang akan dipelajari, maupun aktivitas rekreasional seperti seni, olahraga dan dalam aktivitas-aktivitas ekstrakurikuler Perasaan nyaman ketika berada di sekolah akan membuat peserta didik menikmati tugas-tugas yang ada di sekolah dan kemudian berprestasi, sehingga dapat dikatakan bahwa Quality of School Life peserta didik akan mempengaruhi prestasi peserta didik. Selain Quality of School Life terdapat faktor lain yang mempengaruhi prestasi peserta didik yaitu motivasi berprestasi. Quality of School Life dan motivasi berprestasi dapat saling berkaitan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sekolah dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seorang remaja (Quaglia & Perry; Wilson, dalam Maya, 2000). Faktor faktor di lingkungan sekolah tersebut secara efektif akan mempengaruhi motivasi berprestasi seorang remaja lewat perasaan aman, perasaan memiliki terhadap sekolahnya dan perasaan bahwa peserta didik tersebut mendapatkan dukungan di sekolah dan di kelasnya (Maya, 2000). Selain itu, juga ditemukan bahwa kepuasan peserta didik terhadap sekolah akan berhubungan dengan penerimaan peserta didik terhadap nilai-nilai yang ada di sekolah, motivasi dan komitmen terhadap sekolah (Goodenow & Grady; Wehlage, Rutter, Smith, Lesko, & Femandez dalam Karatzias et al, 2001). Maka dapat dikatakan bahwa, motivasi berprestasi seorang peserta didik dapat terjadi ketika seorang peserta didik tersebut memiliki persepsi yang positif terhadap sekolahnya dengan kata lain memiliki skor Quality of School Life yang tinggi. Dalam penelitian ini akan dilihat hubungan antara Quality of School Life dengan motivasi berprestasi peserta didik. Selain itu juga akan dilihat apakah ada perbedaan Quality of School Life dan motivasi berprestasi pada peserta didik laki-laki dan perempuan. Quality of School Life akan diukur dengan alat ukur yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada Quality of School Life, sedangkan motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan alat yang disusun berdasarkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas II SMA N 39 Jakarta. Peserta didik SMA dipilih karena peserta didik SMA memiliki tuntutan untuk berprestasi yang cenderung tinggi dibandingkan dengan jenjang SMP atau SD. Selain itu, peserta didik SMA sudah mampu menilai lingkungannya. Analisa statistik menggunakan teknik pearson correlation untuk analisis hubungan dan teknik t-test untuk analisis perbedaan Quality of School Life dan Motivasi Berprestasi Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Quality of School Life dengan motivasi berprestasi. Selain itu terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor Quality of School Life peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan. Begitu pula pada skor motivasi berprestasi, tidak ada perbedaan yang signifikan pada skor motivasi berprestasi antara peserta didik laki-laki dan perempuan."
2004
S3487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katarina Menik Astuti
"Setiap individu pasti melakukan kegiatan dan berada dalam setting tempat tertentu. Peristiwa dan pengalaman di suatu tempat memiliki kaitan dengan persepsi individu dan ikatan pada tempat tersebut. Maka dari itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara school well-being, bullying dan place attachment di Sekolah Menengah Atas dan antar ketiganya. Pengukuran school well-being mengadaptasi alat ukur school well-being (Anne Konu, 2002) dan pengukuran place attachment mengadaptasi alat ukur place attachment (Williams, 1989), sedangkan pengukuran bullying menggunakan pertanyaan terbuka mengenai situasi yang terjadi. Jumlah sampel penelitian ini adalah 133 orang yang merupakan mahasiswa tingkat pertama di Universitas Indonesia.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara school well-being, bullying dan place attachment maupun antar ketiganya, kecuali antara school well-being dan bullying. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa perubahan skor dari satu variabel dapat diikuti dengan perubahan skor pada variabel lainnya.
Hasil penelitian mengenai hubungan school well-being dan bullying dengan menggunakan partial correlation dan mengontrol place attachment yang tidak signifikan diasumsikan peneliti disebabkan oleh ikatan yang muncul dengan sekolah membuat persepsi kesejahteraan diri siswa tidak terpengaruh dengan perilaku bullying yang terjadi. Selain hasil diatas, didapatkan pula hasil bahwa bullying lebih sering terjadi di sekolah swasta dibandingkan dengan sekolah negeri dan well-being siswa yang bersekolah di luar Jabodetabek cenderung lebih tinggi dibandingkan di Jabodetabek.

Every individual must do activities and be in a certain place setting. Events and experiences in a place linked to individual perception and attachment to the place. Therefore, this study was conducted to determine the significant relationship between school well-being, bullying and place attachment in high school and intercorrelation between them. Measurements adapted the school well-being measure school well-being (Anne Konu, 2002) and measurement of place attachment measure place attachment adaptation (Williams, 1989), whereas measurements using open-ended questions about the bullying situation occurs. The study sample size was 133 people which is a first year student at the University of Indonesia.
The results of this study indicate that there is a significant relationship between school well-being, bullying and place attachment and between the three, but the school well-being and bullying. Based on the results of the study can be seen that the change in score of one variable can be followed by changes in scores on other variables.
Results of research on the relationship of well-being and school bullying by using partial correlation and place attachment control is not significant due to the researchers assumed that ties up with schools to make students self-perception of well-being is not affected by bullying behavior happened. In addition to the results above, also obtained results that bullying is more common in private schools compared to public schools and wellbeing of students who attend school outside Jabodetabek tend to be higher than in Jabodetabek.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47684
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asetya
"ABSTRAK
Penggunaan strategi self-regulated learning berperan penting dalam pencapaian
akademik siswa. Dalam perkembangannya, keterampilan penggunaan strategi
self-regulated learning dibentuk oleh peran orang tua di rumah. Ayah diduga
menjadi agen yang penting dalam perkembangan keterampilan self-regulated
learning berdasarkan faktor personal. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara keterlibatan ayah dengan penggunaan strategi self-regulated
learning pada siswa sekolah menengah atas. Penelitian ini menggunakan alat
ukur Father Involvement Scale untuk mengukur persepsi anak terhadap
keterlibatan ayahnya, dan alat ukur Self-Regulated Strategies Inventory-Self
Report untuk mengukur penggunaan strategi self-regulated learning.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat korelasi yang signifikan antara
keterlibatan ayah dengan penggunaan strategi self-regulated learning (p = .007).

ABSTRACT
result shows a significant correlation between father involvement and selfregulated
learning strategies usage (p = .007)."
2015
S58811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thousand Oaks: Sage Publications, 2005
R 370.15 ENC
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Castle, Paul
Los Angeles : SAGE, 2018
370.15 CAS p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>