Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54448 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widiastuti S. Manan
"Dhermatophagoides pteronyssinus adalah jenis tungau debu yang merupakan salah satu alergen pencetus timbulnya asma bagi orang yang rentan. Karena tungau ini habitatnya didalam debu pada rumah--rumah yang lembab, kasur kapuk, serta perabot rumah tangga lainnya. Sumber debu dengan jumlah tungau terbanyak adalah di kamar tidur terutama di kasur. Pada umumnya masyarakat Indonesia sebagian besar menggunakan kasur kapuk sebagai alas tidurnya.Kasur kapuk merupakan salah satu perabot kamar tidur yang paling rawan terhadap infestasi TDR, sedangkan dalam satu hari kita berada dalam kamar tidur rata-rata 6-8 jam, sehingga kemungkinan kita dapat terpajan oleh alergen TDR besar sekali.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penjemuran kasur kapuk terhadap populasi TDR, sebagai salah satu upaya pemberantasan TDR. Sampel debu diambil secara acak dengan menggunakan alat penyedot debu dari kasur kapuk yang masa penggunaan 2 tahun, 3tahun dan 4 tahun, selanjutnya dengan Cara flotasi debu kasur diperiksa.
Hasil pemeriksaan total debu kasur 156,03 gram berasal dari, 60 kasur, didapatkan tungau debu rata-rata 147 per gram debu dan jumlah total tungau yang didapat adalah 26470 individu yang terdiri dari 5 jenis tungau yaitu: D. pteronyssinus, D. farinae, Glycipagus destructor, Suidasia medinensis , dan Ceyletus erudetus. Jumlah tungau terbanyak adalah D. pteronyssinus dan G. destructor. Kesimpulan bahwa makin lama masa penggunaan kasur kapuk makin banyak jumlah tungau yang didapat. Terdapat hubungan yang positif antara masa penggunaan kasur, masa penjemuran dan jenis-jenis-TDR."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Ricky Riady
"Latar belakang. Tungau debu rumah (TDR) adalah salah satu penghasil alergen pada debu yang dapat memicu asma. Makanan utama TDR adalah serpihan kulit manusia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara jumlah anggota keluarga terhadap prevalensi dan intensitas dari TDR spesies Dermatophagoides pteronyssinus.
Metode. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dari bulan Novermber 2013- Februari 2014. Lokasi penelitian berada di Pasar Rebo (Jakarta Timur ) dan Pamulang (Tangerang Selatan). Sampel penelitian ini adalah debu rumah penduduk. Diagnosis Dp pada debu rumah ditegakkan dengan pemeriksaan debu secara langsung dibawah mikroskop cahaya.
Hasil. Total 96 rumah responden terdiri 44 di Jakarta Utara dan 52 Tangerang Selatan. Prevalensi Dp sebesar 77,1% (74/96) dengan intensitas rata-rata 65.4± 105.9 Dp/g debu. Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara jumlah anggota keluarga ≤ 4 dan > 4 orang terhadap prevalensi dan intensitas Dp di Jakarta Timur dan Tangerang Selatan.
Kesimpulan. Penelitian ini menunjukan bahwa prevalensi dan kepadatan Dp tidak dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga.

Intoduction. House dust mites (HDM) was a major source of allergen in dust that could trigger asthma. HDM eat keratin from human skin shed. The purpose of this research was to know whether household member has correlation with prevalence and intensity of HDM species Dermatophagoides pteronyssinus(Dp).
Method. This research was held between November 2013 - February 2014. Design used in this research was cross-sectional. Sample was dust collected from house in Pasar Rebo(East Jakarta) and Pamulang(South Tangerang). HDM was diagnosed by direct examination of dust using light microscope.
Result. Total 96 house of responden was used in this reserach, 44 from East Jakarta and 52 from South Tangerang. Prevalence of Dp was 77.1%(74/96) and Dp intensity mean was 65.4± 105.9 Dp/g dust.
Conclusion. There wasn't any correlation(p>0.05) between household member with prevalence and intensity of HDM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Widiastuti
"Latar Belakang
Debu banyak dijumpai di mana-mana termasuk di dalam atau di luar rumah, ditemukan terutama pads musim panas Debu terdiri dari partikel detrimen yang berasal dari rambut, daki, bulu binatang, sisa makanan serbuk sari, serpihan kulit manusia, bakteri, jamur, virus, serangga kecil dan lain-lain (Voorhorst dkk, 1969). Debu rumah merupakan komponen alergen inhalan yang panting, karena berperan sebagai pencetus timbulnya asma alergi yang telah dikenal sejak satu abad yang lalu (Voorhoret dkk, 1969).
Dalam debu rumah terdapat Tungau Debu Rumah (TDR) yang banyak ditemukan pada rumah yang lembab, kasur kapuk,bantal, guling, serta perabot rumah yang lain. Sumber debu dengan jumlah TDR terbanyak adalah debu kamar tidur terutama debu di kasur (Voorhorst dkk,1969). Aulung dkk {1989) melaporkan bahwa sejumlah 226 dari 429 TDR terdapat pada kasur anak dan dikumpulkan dari seluruh ruang tidur yang terdiri dari kasur, lantai, dinding dan lubang angin, menempati urutan teratas dalam jumlah. Sundaru dkk (1993) melaporkan bahwa pada pengumpulan berbagai jenis tungau dari 3 macam kasur yang diteliti (masing-masing 20 kasur) secara sangat bermakna (p < 0,01) kasur kapuk mengandung populasi TDR jenis D. pteronyss inns dan I). farinae yang paling besar
jika dibandingkan dengan kasur pegas dan kasur busa. Manan dkk {1993) melaporkan bahwa dari masing-masing 10 kasur penderita asma yang diperiksa, kasur kapuk dihuni oleh 359 TDR terbukti sangat berbeda bermakna (p <0,05) jika dibandingkan dengan kasur busa yang dihuni oleh spesies TDR yang lama.
Peranan TDR terhadap asma bronkial secara epidemiologis telah diteliti oleh Dowse dkk (1985). Pada penelitian tersebut terbukti bahwa adanya perubahan pola hidup penduduk setempat dari cara hidup yang sangat bersahaja menjadi moderen antara lain menggunakan selimut tebal, dapat meningkatkan prevalensi penderita asma sebesar 3,3%. Selain itu TDR berperan penting terhadap berbagai penyakit alergi antara lain rinitis dan dermatitis atopik (Carswel, 1988). Pada survei awal di tahun 1994 terhadap penderita asma yang berobat di Runah Sakit Cipto Mangunkusumo ternyata 85,7% penderita menggunakan kasur kapuk sebagai alas tidur dan pad penelitian pendahuluan yang dilakukan di perumahan STN, 90% menggunakan kasur kapuk sebagai alas tidur.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Siti Nuraeni
"ABSTRAK
Tungau debu rumah (TDR) merupakan alergen pencetus asma. Sebanyak 85% pasien asma, alergi terhadap Dermatophagoides pteronyssinus. Atopi adalah kecenderungan untuk menghasilkan antibodi IgE sebagai respons terhadap paparan alergen. Paparan berulang pada proses desensititasi menginduksi peningkatan sel T regulator yang memproduksi IL-10 sehingga dapat menginduksi produksi IgG4. Selama ini, IgE spesifik alergen dijadikan penanda adanya alergen namun hanya terdeteksi pada orang yang atopi. Untuk menghindari adanya pajanan alergen sebagai sumber alergi baik pada subjek atopi maupun normal, diperlukan pengembangan metode yang dapat memindai daerah/lokasi yang diduga menjadi habitat TDR. Hal ini penting agar dapat dilakukan upacaya pencegahan dan pengendalian asma. Berdasarkan hal tesebut, peneliti tertarik untuk mengetahui respon IgE dan IgG4 dan korelasinya dengan kepadatan TDR. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2018 sampai April 2019. Sebanyak 25 pasien asma atopi dan 21 subjek normal dilakukan pengukuran kadar serum IgE dan IgG4 Der p menggunakan metode indirek ELISA. Sampel debu rumah diambil dari rumah pasien, diidentifikasi dan dihitung jumlahnya menggunakan metode Hart & Fain. Hasil penelitian menunjukkan spesies TDR yang paling mendominasi yaitu D. pteronyssinus. Kadar serum IgE spesifik Der p pada pasien asma atopi lebih tinggi dibandingkan pasien normal (p=0,002) sedangkan kadar serum IgG4 spesifik Der p baik pada pasien asma atopi maupun normal tidak menunjukan beda signifikan (p=0,667). Kepadatan D. pteronyssinus baik di ruang tidur maupun ruang keluarga menunjukkan korelasi positif dengan kadar serum IgG4 Der p baik pada asma atopi maupun normal (Spearman,Rho=0,388,p=0,008). IgG4 spesifik Der p dapat dijadikan prediktor adanya TDR di rumah.

ABSTRACT
As many as 85% of asthma patients are allergic to Dermatophagoides pteronyssinus. Repeated exposure to allergens induces an increase in regulator T cells that produce IL-10 which can affect B cells to switch to IgG4. Allergen-specific IgE was used as a marker of allergen exposure but was only detected in people who were atopic while in normal subjects this IgE marker did not appear, So an immunological marker was needed which could be used to scan for exposure. This is important so that efforts can be made to prevent and control asthma. Based on this, the researchers were interested in knowing correlation Der p density with the response of IgE and IgG4 spesific Der p. Twenty Five atopic asthma and 21 normal subjects were measured for serum IgE and IgG4 spesific Der p levels using the indirect ELISA method. Dust samples were taken from the patient's home, identified and counted using the Hart & Fain method. The results showed that the most dominant TDR species was D. pteronyssinus. IgE specific Der p level in atopic asthma were higher than normal (p=0.002) while IgG4 specific Der p level in both atopic asthma and normal did not show significant differences (p=0.667). Density of D. pteronyssinus showed a positive correlation with IgG4 spesific Der p level (Spearman r=0.388, p=0.008) compared to IgE spesific Der p.IgG4 can be used as a predictor of the presence of house dust mites in atopic asthma and normal subjects."
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paul Zakaria DaGomez
"ABSTRAK
Prevalensi rinitis alergi dan asma alergi (RA3) Cukup tingi. Dermatophogoldes pteronysstnus (DP) dan dog dander (DD) sering menimbulkan alergi. Alergi sering dihubungkan dengan peningkamn kadar IgE dan adanya IgE spesifik. Penderita alergi yang diimunoterapi hiposensitisasi dan secara klinis membaik, terjadi penurunan kadar IgE dan peningkatan kadar 1gG4. IgG4 dikenal sebagai blocking antibody yang menghambat reaksi alergi. Dugaan bahwa IgG4 juga berperan sebagai IgE menimbulkan alergi masih kontroversial.
Tujuan peneiitian ini untuk mengetahui pola reaksi IgG penderita RA3 terhadap DP clan DD dengan alergennya serta kemungkinan ada fraksi antigen(f-Ag) DP dan DD yang sama BMnya dan sama antigenisitasnya. Untuk ini ada tiga kelompok serum yaitu I, senim penderita RA3 dengnn skin prick test,(SPT)+ terhadnp DP dan DD serta mempunyai aktivitas IgE anti-DP (lgmbp) dan Ig; ami-DD (1gE¢DD); II, mm RA; dengan SPT- terhadap DP dan DD serta tanpa IgEotDP dan IgEa.DD; III, serum orang sehat tanpn riwayat alergi. "
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cityta Putri Kwarta
"ABSTRAK
Asma alergi merupakan penyakit atopi degeneratif yang disebabkan alergi atau hipersensitifitas tipe-1. Lebih dari 50% penderita asma alergi disebabkan adanya reaksi hipersensitif terhadap alergen Tungau Debu Rumah (TDR). Skrining subjek penelitian berdasarkan manifestasi asma dan Skin Prick Test (SPT) didapatkan 25 subjek atopi asma yang disebabkan alergi terhadap alergen TDR dan 21 subjek nonatopi. Respon imunitas seluler dievaluasi melalui teknik kultur Kultur sel mononuklear darah tepi (SMDT) yang diisolasi dari darah menggunakan teknik ficoll gradient. Kultur SMDT dari masing-masing subjek distimulasi dengan Alergen TDR, PHA (kontrol positif), dan RPMI (kontrol negatif) selanjutnya diinkubasi dalam inkubator CO2 5%, 37⁰C selama 72 jam. Dengan metode multiplex assay, supernatan hasil kultur dilakukan pengukuran IFNγ untuk menilai mediator proinflamasi tipe-1, Interleukin 13 (IL-13) untuk menilai mediator proinflamasi tipe-2, dan IL-10 sebagai anti inflamasi serta kadar Indoleamine 2,3-Dioxygenase (IDO) diukur dengan metode ELISA Sandwich. Terdapat peningkatan rasio sitokin proinflamasi tipe-2 (IL13) terhadap anti inflamasi (IL10) dan penurunan rasio sitokin proinflamasi tipe-1 (IFN) terhadap proinflamasi tipe-2 (IL-13) yang dihasilkan dari kultur SMDT pada kelompok atopi asma dibandingkan dengan kelompok nonatopi. Perubahan pola keseimbangan mediator pro inlamasi tipe-1, tipe-2 dan anti inflamasi pada subjek asma alergi diduga mempengarui produksi IDO yang ditemukan secara signifikan lebih rendah dibanding subjek non atopi.

ABSTRACT
Allergic asthma is degenerative atopy caused by type 1 allergic or hypersensitivity. More than 50% of people with allergic asthma are caused by hypersensitivity reactions to house dust mite allergens (HDM). Screening of research subjects based on asthma manifestations and Skin Prick Test (SPT) found 25 subjects with atopic asthma caused by allergies to TDR allergens and 21 nonatopic subjects. The cellular immune response was evaluated through a culture of peripheral blood mononuclear cell culture (PBMC) technique isolated from blood using the ficoll gradient technique. PBMC cultures from each subject were stimulated with HDM allergens, PHA (positive control), and RPMI (negative controls) then incubated in a 5% CO2 incubator, 37⁰C for 72 hours. With the multiplex assay method, IFNγ measurements were carried out by the culture supernatant to assess type 1 proinflammatory mediator, Interleukin 13 (IL-13) to assess type 2 proinflammatory mediators, and IL-10 as anti-inflammatory and Indoleamine 2,3-Dioxygenase levels (IDO) is measured by the ELISA Sandwich method. There was an increase in the ratio of type-2 (IL13) proinflammatory cytokines to anti-inflammatory (IL10) and a decrease in type-1 (IFN) proinflammatory cytokine to proinflammatory type-2 (IL-13) resulting from PBMC culture in the asthma atopy group compared to the nonatopic group. Changes in the balance pattern of type 1, type-2 and anti-inflammatory pro-inflammatory mediators in allergic asthma subjects suspected to affect IDO production were found to be significantly lower than non-atopy subjects.
"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nidya Sandi Bahana
"Latar belakang : Asma memengaruhi sekitar 300 juta orang di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan global yang serius yang mempengaruhi semua kelompok umur. Asma alergi adalah fenotipe asma yang paling mudah dikenali dan sering dimulai sejak masa anak-anak. Sebagian besar asma alergi berhubungan dengan sensitisasi saluran napas akibat pajanan aeroalergen umum, terutama yang berasal dari tungau debu rumah. Proses inflamasi eosinofilik saluran napas menghasilkan produk akhir berupa nitrit oksida. Kadar nitrit oksida udara ekspirasi (FeNO) merupakan salah satu penanda hayati yang mengukur inflamasi saluran napas dan kadar FeNO yang tinggi pada pasien asma berhubungan dengan inflamasi saluran napas eosinofilik.Penilitian ini bertujuan mengetahui hubungan kadar IgE spesifik Der p dan Der f  dengan kadar FeNO pada pasien asma tidak terkontrol di RSUP Persahabatan.
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah sampel 86 subjek pasien asma tidak terkontrol berdasarkan asthma control test di RSUP Persahabatan. Metode pengumpulan subjek dilakukan dengan teknik consecutive sampling. Pemeriksaan IgE spesifik tungau debu rumah menggunakan protia Q96M. Pemeriksaan FeNO menggunakan Bedfont NObreath.
Hasil : Dari 86 subjek asma tidak terkontrol didapatkan hasil rerata usia pasien asma tidak terkontrol di RSUP Persahabatan adalah  52,45 + 12,94 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan (84,9%).Proporsi pasien asma yang alergi terhadap tungau debu rumah  mencapai 64%. Prorporsi alergi Der p dan Der f 58%, alergi Der p 4,7% dan alergi Der f 1,2%. Median kadar IgE spesifik tungau debu rumah pada pasien asma tidak terkontrol di RSUP Persahabatan adalah 3,94 (0-100) IU/ml untuk Der p dan 4,47 (0-100) IU/ml untuk Der f. Median FeNO pasien asma tidak terkontrol adalah 26 (3-92) ppb. Dilakukan uji korelasi Spearman untuk kadar IgE spesifik dan kadar FeNO pasien asma tidak terkontrol. Terdapat hubungan bermakna antara kadar IgE spesifik Der p (nilai p = 0,009, r = 0,279, uji Spearman) dan Der f (nilai p = 0,001, r = 0,339, uji Spearman) dengan FeNO.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar IgE spesifik tungau debu rumah Der p dan Der f dengan FeNO pada pasien asma tidak terkontrol. Namun tingkat korelasi yang didapatkan lemah.

Background : Asthma affects approximately 300 million people worldwide and is a serious global health problem affecting all age groups. Allergic asthma is the most easily recognized asthma phenotype and often begins in childhood. Most allergic asthma is associated with airway sensitization due to exposure to common aeroallergens, particularly those from house dust mites. The eosinophilic inflammatory process of the airways produces the final product in the form of nitric oxide. Fractional exhaled nitric oxide (FeNO) levels are one of the biomarkers that measure airway inflammation and high FeNO levels in asthma patients are associated with eosinophilic airway inflammation. This study aims to determine the relationship between Dermatophagoides pteronysinnus (Der p) and Dermatophagoides  farinae (Der f) specific IgE levels with FeNO levels in uncontrolled asthma patients at Persahabatan Hospital.
Method : This cross sectional study in 86 uncontrolled asthma patients based on asthma control test less than 24 points. The method of collecting subjects was done by consecutive sampling technique. House dust mite specific IgE assay using protia Q96M. FeNO examination using Bedfont NObreath.   
Result : From 86 subjects with uncontrolled asthma, the mean age of uncontrolled asthma patients at Persahabatan Hospital was 52.45 + 12.94 years, most of them were female (84.9%). The proportion of asthma patients who were allergic to house dust mites reached 64. %. The proportion of allergy to Der p and Der f 58%, allergy to Der p 4.7% and allergy to Der f 1.2%. The median level of specific IgE for house dust mites in patients with uncontrolled asthma at the Persahbatan Hospital was 3.94 (0-100) IU/ml for Der p and 4.47 (0-100) IU/ml for Der f. The median FeNO of uncontrolled asthmatic patients was 26 (3-92) ppb. Spearman correlation test was performed for specific IgE levels and FeNO levels in patients with uncontrolled asthma. There was a significant relationship between specific IgE levels Der p (p value = 0.009, r = 0.279) and Der f (p value = 0.001, r = 0.339) and FeNO.
Conclusion : There is a significant relationship between the levels of specific IgE for house dust mites Der p and Der f with FeNO in patients with uncontrolled asthma. However, the correlation level obtained is weak.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Ferizal
"Suhu dan kelembapan udara yang optimal dapat mendukung Tungau Debu Rumah (TDR) untuk hidup dan berkembang biak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan suhu dan kelembapan udara terhadap keberadaan TDR. Dengan menggunakan desain cohort, penelitian ini dilakukan di Pamulang, Tangerang Selatan dan Pasar Rebo, Jakarta pada November 2013 sampai Februari 2014. Data demografi penduduk diperoleh melalui kuesioner. Sampel debu rumah diambil dari rumah dengan suhu antara 28 - 37°C dan kelembapan udara antara 50 ? 70%. Deteksi spesies TDR pada debu tersebut dilakukan dengan teknik langsung menggunakan mikroskop. Dari 96 responden (Pamulang = 52 orang, Pasar Rebo = 44 orang), didapatkan rumah positif TDR sebanyak 49 rumah (94,2%) di Pamulang dan 28 rumah (63,6%) di Jakarta. Secara statistik, tidak terdapat hubungan bermakna antara suhu dengan keberadaan TDR meskipun suhu menjadi faktor risiko (p<0,05; OR>1). Terdapat hubungan bermakna antara kelembapan udara terhadap keberadaan TDR (p<0,05; OR>1). Dapat disimpulkan bawa suhu dan kelembapan udara merupakan faktor risiko keberadaan tungau debu rumah.

The optimal temperature and humidity can support house dust mites to live and breead. This study aims to determine the relationship of temperature and humidity and the existence of house dust mites. By using cohort design, the study was conducted in Pamulang and Pasar Rebo, Jakarta in November 2013 to February 2014. The population?s demgraphic data was obtained through a questionnaire. Samples of house dust mite were taken from homes with temperatures between 28 - 37°C and the humidity between 50 ? 70%. House dust mites detection was done by using direct method using microscope. Of the 96 respondents (Pamulang = 52, Pasar Rebo = 44), it showed home with positive house dust mites as many as 49 homes (94.2%) in Pamulang and 28 homes (63.6%) in Jakarta. Statistically, there is no significant relationshipn between the existence of house dust mites and temperature despite the temperature to be risk factors (p <0.05; OR> 1). There is a significant relationship between the humidity of the existence of house dust mites (p <0.05; OR> 1).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny S. Budi
"Penyakit asma adalah suatu penyakit yang sangat kompleks dan terjadi secara kronis, hingga mengundang banyak pendapat, penelitian dan kontroversi. Peranan faktor imunologis pada asma anak, merupakan suatu hal yang penting. Dalam tatalaksana nasien asma, perananan faktor penghindaran terhadap penyebab asma tidak kalah pentingnya. Pada awalnya, TDR dianggap sebagai faktor penyebab yang berdiri sendiri untuk menimbulkan serangan asma akut, tetapi akhir-akhir ini banyak peneliti meragukan hal ini. Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional dengan rancangan laporan seri kasus dilakukan secara prospektif yang bersifat deskriptif terhadap 10 orang pasien asma yang pertama kali berobat di Poliklinik Alergi-Imunologi IKA FKUI/RSCM selama tahun 1997, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola paparan TDR di rumah pasien asma sepanjang tahun, dengan melakukan kunjungan rumah selama 1 Januari 1998 sampai dengan 31 Desember 1998. Selama 1 Januari 1997 sampai dengan 31 Desember 1997 didapati 241 orang pasien anak yang pertama kali berobat di Poliklinik Alergi-Imunologi IKA FKUI/RSCM, diantaranya 58 orang pasien asma. Hasil uji kulit negatip terhadap TDR didapati 11 anak (19%) dari 58 pasien asma anak tersebut, sedangkan hasil uji kulit positip didapati pada 47 anak (81%). Rentang nilai jumlah TDR per gram debu rumah berkisar antara 0-340 ekor, sedangkan rentang nilai 100-500 ekor/gram debu rumah menurut kepustakaan hanya menyebabkan hiperreakstivitas bronkus tanpa disertai serangan asma akut. Gambaran grafik skor klinis dan PEFR setiap pasien pada umumnya memperlihatkan bahwa gambaran klinis asma dapat berat atau ringan pada keadaan ada atau tidaknya TDR. Sebaran antara skor klinis dan nilai PEFR dengan jumlah TDR pada diagram baur memperkuat gambaran grafik skor klinis dan nilai PEFR setiap pasien, sehingga pada penelitian ini diduga bahwa untuk menimbulkan serangan asma akut tidak semata-mata hanya disebabkan olch TDR kiranya masih perlu ditambahkan faktor lain selain TDR. Pada penelitian ini, rerata jumlah TDR/gram debu rumah tertinggi (127 ekor/gram debu rumah) di kasur dijumpai pada bulan September sesuai dengan rerata kelembaban relatif tertinggi (70%) dan suhu terendah (28°C) di kamar tidur. Rerata jumlah TDR/gram debu rumah terendah di kasur dijumpai pada bulan Agustus dan Desember (masing-masing 47 dan 26) sesuai dengan rerata kelemaban relatif terendah (masing-masing 54%) dan rerata suhu tertinggi (masing-masing 33°C). Pada penelitian ini tidak dijumpai variasi musim. Selama penelitian ini, rerata jumlah TDR/gram debu rumah setiap bulan di kasur selalu dijumpai lebih banyak daripada di lantai kamar tidur. Pada penelitian ini jenis spesies ditemukan terbanyak baik di kasur maupun di lantai kamar tidur yaitu spesies Dermatophagoides pteronyssinus (masing-masing 72,00% dan 55,41%) dan Glycyphagus destructor (masing-masing 12,70% dan 26,51%), keadaan ini sesuai dengan 2 penelitian sebelumnya di Jakarta, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti, dan Aulung 2 Pada penelitian ini ditemukan pula spesies Cheyletus erudetus baik di kasur maupun di lantai kamar tidur (masing-masing 5,38 dan 10,21%). Spesies Cheyletus erudetus merupakan pemangsa terhadap TDR lainnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>