Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162496 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Fazwishni
"Tujuan umum: Mengetahui profil keamanan dan efek getah J. curcas terhadap jaringan gigi dan periapeks dalam persiapan untuk memanfaatkan pemakaian bahan alami getah J. curcas pada radang pulpa.
Tujuan khusus (1) Mengetahui kandungan golongan senyawa getah J. curcas. (2) Mengetahui sitotoksisitas getah J. curcas. (3) Mengetahui toksisitas akut pemberian secara oral dosis tunggal getah J. curcas pada hewan percobaan. (4) Mengetahui aktivitas hemolisis getah J. curcas pada darah manusia secara in vitro. (5) Mengetahui sifat mutagenisitas getah J. curcas. (6) Mengetahui efek getah J. curcas terhadap pembebasan interleukin-1β oleh sel makrofag. (7) Mengetahui efek getah J. curcas terhadap pembebasan kolagenase pada set fibroblast. (8) Mengetahui efek histopatologik getah J. curcas terhadap pulpa dan jaringan periapeks gigi pada hewan percobaan. (9) Mengetahui efek getah J. curcas terhadap kekerasan macro jaringan keras gigi manusia secara in vitro. (10) Mengetahui efek getah J. curcas terhadap jaringan keras gigi manusia dalam hal kelarutan unsur kalsium dan fosfat secara in vitro.
Metode penelitian: Disain penelitian eksperimental dan eksplorasi. Penelitian dibagi atas (1) skrining fitokimia, (2) tahap 1 dan (3) tahap 2 evaluasi biologik getah J. curcas. Untuk standardisasi getah J. curcas diambil dari satu petak tanaman dalam satu musim, kemudian diukur pH, volume basah, diliofilisasi, diukur berat kering, dan disimpan pada -20°C sebagai sampel.
(1). Skrining fitokimia getah J. curcas. Analisis kualitatif golongan senyawa diidentifikasi dari ekstrak eter, etil asetat, dan air.
(2). Uji toksisitas
1. Uji sitotoksisitas. (1) Metoga agar overlay. Getah J. curcas dan kontrol diserap oleh cakram selulosa, kemudian diletakkan di atas permukaan agar yang menutupi selapis sel Fib L929 yang telah diwarna neutral red. Evaluasi berdasar luas zona dekolorisasi dan zona lisis yang terbentuk setelah 24 jam. (2) Assay MTT. Getah J. curcas dalam medium diberikan pada kultur set Fib L929 cell line dan sel primer fibroblast gingiva manusia yang tumbuh dalam mikroplat 96-sumur. Setelah 1-4 hari, dilakukan assay MTT. Evaluasi berdasar perbandingan nilai OD kontrol dan perlakuan.
2. Uji toksisitas akut. Mencit diberi getah J. curcas secara intragastrik sebanyak 1 kali. Dihitung LD5O berdasar jumlah mencit yang mati. Dibandingkan antara kelompok perlakuan dan kontrol dalam hal tanda toksisitas, berat badan selama 2 minggu, pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik organ tubuh.
3. Uji hemolisis. Darah dicampur dengan berbagai konsentrasi getah J. curcas. Evaluasi berdasar pembebasan hemoglobin, dibandingkan OD kelompok perlakuan dengan kontrol positif air, dan kontrol negatif salin.
4. Uji mutagenisitas. Getah J. curcas dikultur dengan bakteri S. typhi dan E. coil mutan. Evaluasi berdasar penghitungan koloni reversi bakteri, dibandingkan kelompok perlakuan, kontrol positif dan kontrol negatif.
(3) Efek getah J. curcas terhadap makrofag dan fibroblast
1. Efek getah J. curcas terhadap pembebasan IL-1β. Lima dosis getah J. curcas dimasukkan ke dalam kultur makrofag peritoneum mencit BALB/c, secara bersamaan, sebelum, atau sesudah pemberian LPS. Setelah 1 dan 2 hari, IL-1β dalam supernatan diukur secara ELISA dengan Quantikine IL-1β for mouse kit.
2. Efek getah J. curcas terhadap pembebasan kolagenase oleh fibroblast. Empat dosis getah J. curcas dan IL-1β dimasukkan dalam kultur sel primer fibroblast gingiva manusia. Setelah 1-4 hari kolagenase dalam supematan diukur dengan assay kolagenase. Hasil degradasi kolagen dipisahkan dengan SDS-PAGE. Pita 3/4 αA diukur dengan program komputer Adobe Photo.
(4) Efek histopatologik getah J. curcas pada jaringan pulpa dan periapeks. Getah J. curcas dimasukkan ke dalam kavitas gigi monyet. Setelah 3 hari, gigi diproses untuk pembuatan sediaan histologik. Evaluasi berdasar perbandingan pemeriksaan keadaan mikroskopik jaringan pulpa dan peripeks dalam hal inflamasi dan nekrosis, antara kelompok kontrol dan perlakuan.
(5) Efek getah J. curcas terhadap jaringan keras gigi.
1. Efek getah J. curcas terhadap kekerasan mikro dentin dan email. Mahkota gigi premolar dibelah 4 longitudinal, lalu ditanam di dalam akrilik dengan 1 permukan tidak tertutup akrilik. Setelah direndam dalam 3 konsentrasi getah J. curcas, permukaan dentin dan email diberi indentasi oleh intan Knoop. Evaluasi berdasar perbandingan KHN kelompok kontrol dan perlakuan.
2. Efek getah J. curcas terhadap kelarutan kalsium dan fosfat. Mahkota gigi premolar utuh dibelah 4 secara longitudinal, lalu direndam dalam 3 konsentrasi getah J. curcas. Setelah 1-3 hari, kalsium dan fosfat yang larut dalam rendaman diukur berturut-turut dengan alat atomic absorption spectrophotometer (AAS) dan spektrofotometer (metoda asam askorbat).
Hasil penelitian pH getah J. curcas rata-rata 3,49 ± 0,09 dan perbandingan berat kering/volume basah 15,12 ± 0,31%.
(1) Skrining fitokimia: getah J. curcas mengandung golongan senyawa sterol, aglikon flavon, tanin, senyawa pereduksi, glikosida steroid, poliose, dan saponin.
(2) Uji toksisitas
1.(1) Sitotoksisitas getah J. curcas pada metoda agar overlay ditemukan zona dekolorisasi indeks 2 dari 5 indeks zona. Tak ada lisis sel, bentuk sel masih jelas.
(2) Assay MTT: pads getah J. curcas kadar 0,25% terhadap Fib L929 dan kadar 0,12% terhadap fibroblast gingiva, sel nekrosis.
2.(1) LD50 > 5 g/kg BB, sehingga getah J. curcas dapat diklasifikasi dalam toksik ringan. (2) Tidak ada perbedaan berat badan. (3) Tidak ada perbedaan makroskopik dan mikroskopik organ tubuh yang diperiksa. (4) Terjadi inaktivitas pada hari 1 pada kelompok perlakuan, selanjutnya tidak ada perbedaan.
3. Aktivitas hemolisis getah J. curcas 15% adalah 6,5% dibanding air. Tidak ada hemolisis pada konsentrasi getah J. curcas yang lebih rendah.
4. Tidak ada aktivitas mutagenisitas getah J. curcas.
(3) Efek getah J. curcas terhadap makrofag dan fibroblast
1. (1) LPS meningkatkan pembebasan 1L-1β oleh makrofag. (2) Pemberian getah J. curcas menghambat pembebasan 1L-1β oleh makrofag.
2. (1) Makin lama waktu kultur, produksi kolagenase makin banyak. (2) Getah J. curcas menurunkan pembebasan kolagenase oleh fibroblast.
(4) Efek histopatologik getah J. curcas terhadap jaringan pulpa dan periapeks
(1) Inflamasi dan nekrosis terj adi pads daerah yang terbatas dekat dengan daerah yang kontak dengan getah J. curcas. Di bawahnya terdapat jaringan pulpa normal. (2) Tingkat inflamasi pulpa kelompok perlakuan tidak lebih parah dari kelompok kontrol. (3) Tidak ada radang periapeks pads kelompok kontrol dan perlakuan.
(5) Efek getah J. curcas terhadap jaringan keras gigi.
1. Efek getah J. curcas terhadap kekerasan mikro dentin dan email. (1) Kekerasan mikro dentin tidak berbeda bermakna pada 1 dan 2 hari perendaman getah J. curcas antara kelompok kontrol dan perlakuan. Namur lebih kecil setelah 3 hari pada konsentrasi getah 15%. (2) Kekerasan mikro email tidak berbeda antara kelompok kontrol dan perlakuan pada 1 dan 3 hari, Namun lebih kecil setelah 2 hari pada konsentrasi getah J. curcas 15%.
2. Kadar kalsium dan fosfat yang larut meningkat sesuai dengan kenaikan konsentrasi getah J. curcas. Namun lama perendaman tidak berpengaruh secara bermakna terhadap kelarutan kalsium.
Kesimpulan (1) Getah J. curcas mengandung sterol, aglikon flavon, tanin, senyawa pereduksi, glikosida steroid, poliose, dan saponin. (2) Tahap 1 evaluasi biologik: getah J. curcas relatif aman pada hewan percobaan berdasar LD50>5 g/kg BB sehingga termasuk dalam klasifkasi toksik ringan; hemolisis 6,5% dibanding air; tidak mutagen; dan sitotoksik dengan nekrosis koagulasi. (3) Uji tahap 2: getah J. curcas cukup efektif dalam menanggulangi pulpalgia, berdasar nekrosis pulpa terbatas, tidak ada kelainan periapeks; kekerasan mikro email dan dentin tidak turun pada 1 hari; menghambat pembebasan IL-1β dan kolagenase. Namun getah melarutkan kalsium dan fosfat.
Kesimpulan penelitian: penelitian dapat dilanjutkan ke tahap uji klinik atau tahap 3.

Biological Study on the Effects of Jatropha Curcas (Euphorbiaceae) Latex on Dental and Periapical TissuesObjective: The objective of this study was to evaluate the safety level and the effects of J. curcas latex on dental and periapical tissues. The aims in details were (1) to identify the main classes of chemical constituent in J. curcas latex; (2) to evaluate the cytotoxicity of J. curcas latex; (3) to determine the acute toxicity of J. curcas latex after single oral administration on mice; (4) to assess hemolytic activity of J. curcas latex; (5) to evaluate mutagenic activity of J. curcas latex; (6) to evaluate the effect on J. curcas latex of IL-1 il release from macrophages; (7) to evaluate the effect of J. curcas latex on collagenase release from fibroblasts; (8) to assess the histopathological effects of J. curcas latex on monkey dental pulp and periapical tissues; (9) to determine the effects of J. curcas latex to dentin and enamel micro-hardness; (10) to assess the effects of J. curcas latex on dissolving calcium and phosphate.
Methods: Research design was experimental and explorative. To standardize the sample, J. curcas latex was collected from Balittro, Bogor in 1997, then the pH and wet volume were measured, the latex was lyophilized, dry weight was measured, and latex was stored at-20°C as sample. Biological evaluation was grouped into (1) phytochemical sreening, (2) toxicity test, (3) effects of J.curcas latex on cell, (4) effects of J.curcas latex on dental pulp and periapical tissues, and (5) effects of J.curcas latex on dental hard tissues,
(1). Phytochemical screening: the main classes of chemical constituents of J. curcas latex were analyzed qualitatively from ether, ethyl acetate, and water extracts.
(2). Toxicity test
1. Cytotoxicity test. (1) Agar overlay technique. J. curcas latex was imbibed in cellulose discs and put on the surface of agar overlaying a neutral red stained Fib L929 cell monolayer. Evaluation was judged on zone index and lysis index after 24 hours incubation. (2) MT assay. J. curcas latex was added to human gingival fibroblasts and Fib L929 cell culture in 96-well micro-plates. After 1-4 days of incubation, MTT assay was performed. Evaluation was based on comparing the OD values of control and test groups.
2. Acute toxicity. A single dose of J. curcas latex was given to male and female mice, intragastrically. LD50 was determined based on mortality rate. Assessment was also performed on 2 weeks observations of body weight, macroscopic and microscopic examinations of several organs.
3. Hemolysis test. Blood was mixed with several concentrations of J. curcas latex. The result was the extent of hemolysis expressed based on the absorbance of the test samples, negative and positive controls.
4. Mutagenicity test. L curcas latex was added to the S. ryphi and E. coil mutans culture. Assessment was based on bacterial revertant colonies, compare to positive and negative controls.
(3) Effects of J.curcas latex on macrophages and fibroblasts
1. Effects of .T. curcas latex on the release of IL-1 β from macrophages. Five doses of J. curcas latex from 75-1200 μg/ml were added into the culture of BALB/c mice peritoneal macrophages, along with, after, or before addition of LPS. Following 1-3 days of incubation, IL-1P presence in supernatant was measured by ELISA using Quantikine ]L-1P for mouse kit.
2. Effects of J. curcas latex on the release of collagenase. Four doses of J. curcas latex from 37.5-300 µg/ml were added to human gingival fibroblasts cell culture. After 1-4 days of incubation, collagenase in the supernatant was assayed with collagen. The degradation products were then separated by SDS-PAGE and the density of 3/4 αA bands was measured semi quantitatively by Adobe Photo computer program.
(4) Effects of J.curcas latex on dental pulp and periapical tissues. The latex of J. curcas was brought in contact with dental pulp and sealed. Assessment was based on the presence of inflammation and necrosis in dental pulp and periapical tissues, histopathologically.
(5) Effects of J.curcas latex on dental hard tissues
1. Effects of J. curcas latex on dentin and enamel micro-hardness. Intact premolar crowns were cut longitudinally into 4 fragments, followed by embedding of each fragment in acrylats leaving 1 free surface. The fragments were then soaked in 3 concentrations of J. curcas latex from 3.7-15% for 1-3 days. The dentin and enamel micro-hardness were assessed by Knoop hardness measurement.
2. Effects of J. curcas latex on dissolved calcium and phosphate. Intact premolar crowns were cut longitudinally into 4 fragments, followed by soaking the fragments in 3 concentration of J. curcas latex from 3.7-15% for 1-3 days. The dissolved calcium and phosphate were measured according to atomic absorption spectrophotometer and spectrophotometer (ascorbic acid method), respectively.
Results: The mean ± SD of J. curcas latex pH was 3.49 ± 0.09. The dry weight/wet volume was 15.12 ± 0.31%.
(1). Phytochemical screening: sterols, flavone aglycones, tannins, reducing compounds, sterol glycosides, poliose, and saponins were identified in J. curcas latex.
(2) Toxicity test
1. (1) Agar overlay technique. 2-5 mm decoloration zones were observed, indicating that J. curcas latex was cytotoxic. No lysis of cells was observed within the decolorized zone. (2) MTT assay. At 2.5 mg/ml J. curcas latex no living Fib L929 cells were observed, while the same result was shown at 1.2 mg/ml J. curcas latex on human gingival fibroblasts.
2. LD50 was more than 5 g/kg BW, hence dry J. curcas latex may be classified into mildly toxic substance. No significant body weight difference was observed. Macroscopic and microscopic examination on several organs showed no differences between test and control groups.
3. 6,5% hemolytic activity of 15% J. curcas latex compared to water was observed, while no hemolisis was observed with lower concentrations of latex.
4. No mutagenic ativity was observed with J. curcas latex.
(3) Effects of J.curcas latex on macrophages and fibroblasts
1. (1) LPS increased the release of IL-1β. (2) J. curcas latex inhibited the release of IL-lβ from macrophages.
2. (1) The longer the duration of incubation, the more collagenase was released. (2)
J. curcas latex decreased collagenase release by human gingival fibroblast.
(4) Effects of I. curcas latex on dental pulp and periapical tissues. Inflammation and necrosis were observed in a limited area, which was in direct contat with J. curcas latex, underneath was normal pulp. Inflammation in the pulp of test group was not greater than in the control group. No inflammation or necrosis in periapical tissues was observed in all groups.
(5) Effects of J. curcas latex on dental hard tissues
1. (1) The micro-hardness of dentin was not lowered after 1 and 2 days treatment, but lower after 3 days at 15% J. curcas latex. (2) The enamel microhardness was not decreased after 1 and 3 days immersion in J. curcas latex, but decreased after 2 days at 15% J. curcas latex.
2. The calcium and phosphate release were increased in accordance to the concentration of J. curcas latex. The duration of treatment did not influence the release of calcium, while it influenced the release of phosphate.
Conclusions (1) J. curcas latex contains sterols, flavone aglycones, tannins, reducing compounds, sterol glycosides, poliose, and saponins. (2) Level 1 biological evaluation: J. curcas latex is relatively safe in animals based on LD50>5 g/kg BW, 6,5% hemolysis compared to water, not mutagenic, but cytotoxic with coagulative necrosis. (3) Level 2 biological evaluation: J. curcas latex seems to be effective in relieving pulpal pain. It caused coagulative necrosis in pulp, which was in direct contact with J. curcas latex while the tissue underneath was normal. It did not cause inflammation of periapical tissues, and did not lower the dentin and enamel micro-hardness after 1 day of exposure, but it lowered the microhardness after 3 days. It inhibited IL-1β and collagenase release. It dissolved dental calcium and phosphate."
2000
D373
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winawati Radijanto
"Sejak PELITA III, perihal penyakit gigi dan mulut tercantum sebagai masalah kesehatan nasional yang perlu ditangani secara intensif karena prevalensi penyakit gigi dan jaringan penyangga gigi pada anak-anak usia sekolah (7-14 tahun) dan orang dewasa di Indonesia mencapai 80% dari jumlah penduduk.
Untuk mengatasinya diperlukan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut dengan meninjau berbagai aspek antara lain aspek lingkungan yang meliputi faktor sosial ekonomi, sosial budaya serta kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut.
Pencegahan penyakit gigi dan mulut anak-anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak gigi sulung mulai tumbuh karena kerusakaan gigi merupakan proses patologis yang bersifat irreversible. Bila kerusakan gigi dibiarkan berlanjut akan berakibat tidak baik bagi pertumbuhan gigi tetapnya, antara lain kerusakan pada benih gigi tetap akibat infeksi gigi sulung yang berlanjut dan tumbuhnya gigi tetap yang kurang teratur.
Sampai saat ini di Indonesia belum ada indikator prevalensi karies gigi sulung maupun kebersihan mulut anakanak. Di samping itu penelitian di Indonesia mengenai hal tersebut di atas masih sangat sedikit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menambah informasi tentang prevalensi karies gigi sulung dan tingkat kebersihan mulut anak-anak serta pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap penyakit karies gigi dan kebersihan mulut anak-anak usia prasekolah yang ditinjau dari faktor pendapatan keluarga pendidikan ibu, status kerja ibu dan perilaku ibu yang berhubungan dengankesehatan gigi dan mulut anaknya.
Penelitian dilakukan dalam lingkup kecil yaitu pada anak-anak di Taman Kanak-Kanak (TK) Putra sebanyak 7 buah di Wilayah Jabotabek yang dikelola oleh Yayasan pendidikan Putra di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
Metoda penelitian yang digunakan adalah survai diskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sejumlah 165 sampel diambil secara acak proporsional dan acak sederhana. Cara pengambilan data melalui pemeriksaan gigi dan mulut langsung pada anak-anak dan wawancara dengan ibu anak-anak tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi anak-anak TK Putra cukup tinggi (90,97) dengan rata-rata def-t 7,5 dan indeks kebersihan mulut rata-rata sedang (0,97). Hasil penelitian tersebut menyatakan adanya pengaruh faktor sosial ekonomi dan kebersihan mulut terhadap karies gigi walaupun dalam korelasi yang lemah. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut ternyata kebersihan mulut merupakan faktor yang mendominasi faktor lainnya.
Untuk mencegah risiko terjadinya karies gigi sulung perlu dilakukan upaya peningkatan kebersihan mulut, peningkatan pengetahuan serta kesadaran para orang tua anakanak TK Putra akan pentingnya pencegahan penyakit karies gigi sedini mungki, yaitu melalui penyuluhan dan pemeriksaan secara teratur yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dari lingkungan Departetnen PU serta melakukan perawatan secara singkat dan sederhana bagi anak-anak yang telah menderita karies gigi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Dahlia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan atau menjelaskan perbedaan UKGS program dengan UKGS Percontohan ditinjau dari status kesehatan gigi dan factor- faktor yang berpengaruh di Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten.
Metode penelitian : Penelitian ini dilakukan dengan design pendekaan potong lintang /cross sectional dan menggunakan analisis univariat, bivariat (dengan T-test, U Mann Whitney , korelasi Spearmen's rho untuk independent sample) dengan pengambilan sampel secara purposive di dua Sekolah Dasar yaitu SD Negeri IV dan V Pondok Ranji di Kecamatan Ciputat Tangerang dengan jurnlah sample 240 rnurid kelas II, IV dan VI.
Hasil penelitian : Hasil menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara UKGS Program dan UKGS Percontohan yang ditinjau dari status kesehatan gigi (DMF-T )dan OHIS gigi (p > 0,05 ), dan terlihat bahwa perilaku kesehatan gigi anak memberi pengaruh terbesar 0.399, dan peran serta guru memberikan pengaruh sebesar 0.140 untuk status DMF-T gigi anak SD, sedangkan perilaku kesehatan gigi orang tua tidak mempunyai pengaruh. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang berpengaruh terbesar untuk status kesehatan gigi anak SD adalah perilaku anak, partisipasi guru , dan perilaku orang tua.

School-linked preventive oral care programs for children were performed since Department of Health Republik Indonesia Objective : The ain of this study is to analyze the diffences contribution factors and oral health status that influence the UKGS Program and model UKGS.
Material and method : Research desing was cross-sectional, with use purposive sampling the intra oral examination of oral health status, and qustinair that used to know the contribution factor in UKGS Program and model UKGS, were carriet out in 240 school children that in 2nd, 4th, and 6th, class which belong to primary school of SD IV and SD V Pondok Ranji, Tangerang. All independent variables data were analyze in univariat, bivariat with T test, Mann Whitney U-test, Spearmen's rho test using computer software SPSS 30.1.
Result : Although DMF-T index ( 0,87) of model UKGS was lower than that of government programme UKGS ( 0,90 ) and good criteria of OHIS index model UKGS (75,4 %) but there were not significant different between model UKGS and government program UKGS (P > 0,05), In addition there were shown significance correlation between children and DMF-T index ( r = 0,399 , p < 0,000 ) and significant correlation between teacher participation, oral health behavior of school children and OHIS ( r .-0,539; p< 0,0001 )
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2005
T16250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Rukasa
"Upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut, merupakan salah satu kegiatan dari Puskesmas dalam rangka melaksanakan salah satu program pokok Puskesmas. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditujukan kepada keluarga serta masyarakat di wilayah kerjanya, secara menyeluruh baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Oleh karena itu peneliti mencoba mencari variabel-variabel penentu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kota Bogor.
Tujuan Penelitian : mengidentifikasi faktor-faktor penentu dalam pencapaian pemanfataan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kota Bogor.
Subjek Penelitian : masyarakat yang pemah memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta masyarakat yang belum memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kota Bogor dengan usia 18-70 tahun serta dapat berkomunikasi dengan baik.
Metode Penelitian : penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan cross sectional serta besar sampel 936 responden. Variabel-variabel bebas sesuai konsep penelitian, yang terdiri dari faktor predisposisi atau pemudah (motivasi perawatan, perilaku kesehatan), faktor-faktor enabling atau pemungkin (jarak/akses, sarana/prasarana, kemampuan membayar dan kemauan membayar), faktor reinforcing atau penguat (sikap keluarga atau teman, persepsi terhadap pelayanan petugas) dan need/kebutuhan akan perawatan gigi), sedang variabel terikat adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas.
Hasil Penelitian : hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada Puskesmas-Puskesmas di Kota Bogor adalah faktor motivasi (p = 0,000), faktor perilaku (p=0,000) dan faktor kebutuhan akan perawatan kesehatan gigi dan mulut (p=4,005). Dari ketiga faktor terebut setelah dilakukan uji "t" menunjukkan bahwa hanya faktor motivasi dan faktor kebutuhan akan perawatan kesehatan gigi dan mulut saja yang menunjukkan perbedaan bermakna antara Puskesmas yang mencapai cakupan kunjungan dengan Puskesmas yang tidak mencapai cakupan kunjungan (p<0,05).
Kesimpulan : motivasi masyarakat yang tinggi serta kebutuhan/need akan perawatan kesehatan gigi dan mulut sangat berperan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Kota Bogor.

Dental health care effort is the one of activity of Center Health Care to achieve the primary program of. Center Health Care. Dental health care is especially for family and community in activity area of Center Health Care, and its done for entire area including promotion, preventive, curative and rehabilitative, instead of that writer/examiner try to looking for the variables as a decided factor to using a dental treatment in community health center in Bogor City.
Subject of the experiment : Community which ever and before using the facilities of dental and mouth health care at Center of Health Care in Bogor City which age 18-70 years old also could communicate with good.
Method of experiment : this experiment is a non experimental experiment with Cross Sectional design and the sample size 936 respondent. Independent variable fit with concept of experiment including simplify factors (motivation health care, and health care behavior), enabling factors (distance/access, facilities, ability payment or desire of payment), reinforcing factors (family behavior or friend, perception of provider health care) and needed factor of dental health and mouth care, and dependent variable are dental and mouth health care at Center of Health Care.
Result of experiment : The result or regression logistic analysis indicate that determinant factors in using a dental treatment in community health center in Bogor City is motivation factor (p=0,000): behavioral factor (p-O,OOO) and needed factor of dental health and mouth care ( p=0,005). From third the factor that after "t" test, indicating that only factor motivate and needed factor of dental health and mouth care will be which show difference have a meaning between Center or Health Care have visit coverage with Center of Health Care which is not reach visit coverage (p<0,05).
Summary : Motivation of community also need of dental and mouth health care very useful to profitable dental and mouth health care at Center or Health Care in Bogor City.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2005
T16253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Fardaniah
"ABSTRAK
Pada pemakaian gigi tiruan sebagian jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest sering menimbulkan masalah , antara lain terjadi pengumpulan plak padsa permukaan gigi penjangkaran tersebut.Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan penelitian jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest yang berbeda pada gigi posterior bawah dan atas di daerah bukal.Yang diamati adalah 35 sampel gigi penjangkaran posterior bawah dan atas dan 35 sampel gigi tanpa cengkeram di dekat gigi penjangkaran sebagai grup control Jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest dibagi dalam 2 kelompok,yaitu jarak 0,5mm-2mm dan lebih besar dari 2mm. Sedangkan nilai Indeks Plak dibagi dalam 2 kelas,yaitu Indeks Plak Berat dan Indeks Plak Ringan.. Data. '.dianalisis dengan Tes Chi Square dan Tes Fisher dengan koreksi dari Yates dalam program Epi Info 5,yang hasilnya menunjukkan bahwa pengumpulan plak lebih-banyak pada gigi'penjangkaran posterior rahang bawah dengan jarak lengan cengkeram ke gingival crest 0,5mm-2mm.Sedangkan untuk gigi posterior atas tidak terdapat perbedaan bermakna dalam pengumpulan plak antara kelompok gigi penjangkaran dan gigi tanpa cengkeram.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada gigi penjangkaran posterior rahang bawah terdapat hubungan antara jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest dan pengumpulan plak."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayudewi Komala Indriastuti
"ABSTRACT
Latar belakang: Terbatasnya jumlah dokter gigi di Kabupaten Hulu Sungai Selatan diduga berdampak terhadap bertambahnya peran perawat gigi dalam menanggulangi permasalahan kesehatan gigi mulut masyarakat, namun belum teridentifikasi tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap Standar Pelayanan Asuhan.Tujuan: Mengidentifikasi jenis serta distribusi pelayanan oleh perawat gigi dan mengetahui tingkat kesesuaian pelayanan tersebut terhadap standar pelayanan asuhan. Metode: Penelitian analisis deskriptif dilakukan melalui kuesioner kepada masyarakat dan perawat gigi Hasil: Dari jawaban 102 masyarakat, terlihat jenis pelayanan yang terbanyak diterima yang sesuai dengan standar adalah Penyuluhan kesehatan gigi mulut, khususnya penjelasan cara menyikat gigi yang benar 83,33 ; sedangkan yang tidak sesuai standar yaitu penggunaan antibiotik dan antinyeri sebanyak 79,41 . Dari jawaban 17 perawat gigi, pelayanan yang tidak sesuai standar yang diberikan yaitu pemberian obat antibiotik dan antinyeri 94,12 dan pencabutan gigi tetap belakang 35,29 . Kesimpulan: Pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat untuk pengobatan gigi sebagian besar dipenuhi oleh perawat gigi yang beberapa dari pelayanannya tidak sesuai dengan standar.

ABSTRACT
Background The limited number of dentists in Hulu Sungai Selatan is thought to have an impact in the increase of dental nurses role in and type of services in solving oral health problems of the community, but the suitability of the services to the standard has not been identified yet. Aim To identify types and distribution of services by dental nurses and investigate the level of its suitability to the oral health care service standard. Methods This study uses descriptive analysis. Results From the total of 102 answers of community, 83.33 stated that dental health education is the most suitable to the service standard. On the other hand, 79.41 stated that the use of antibiotics and painkillers is not suitable to the service standard. Furthermore, from a total of 17 answers from dental nurses, 94.12 stated that the prescription of antibiotics and painkillers and 35.29 stated that extraction of posterior permanent teeth are not suitable to the service standard. Conclusion The fulfilment of needs of the community for oral treatment are mostly catered by dental nurses which several of their services are not suitable to the standard. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiah Yahya
"Saat ini tuntutan terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut semakin tinggi, dimana mutu pelayanan dipengaruhi oleh kepuasan kerja tenaga kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara faktor psikologis, organisasi, individu dengan kepuasan kerja tenaga kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Jakarta Pusat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang.
Hasil penelitian menunjukkan, dua variabel tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kepuasan kerja, yaitu usia dan lama kerja. Sikap kerja berkorelasi lemah dengan arah positif. Waktu kerja dan pendidikan berkorelasi sedang dengan arah positif. Fasilitas, penghasilan, ruang kerja, dan keterampilan berkorelasi kuat dengan arah positif.

Demands of quality of oral health services has increased, and the quality is affected by job satisfaction. This study aims to determine the strength of the relationship of psychological, organizational, and individual factors with job satisfaction of oral health workers at public health centers in Central Jakarta. This research is a quantitative study using cross sectional design.
The result shows, age and length of employment don?t have a significant correlation. Working attitude has a positive and weak correlation. Working time and education have a positive and moderate correlation. Facilities, income, work space, and skills have a positive and strong correlation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harindra
"Tenaga kesehatan gigi dan mulut, merupakan salah satu sumber daya yang mendukung dan menentukan keberhasilan layanan kesehatan. Pendidikan tenaga kesehatan gigi dan mulut dilakukan agar kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut secara terus menerus meningkat, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan Sekolah Pengatur Rawat Gigi, merupakan lembaga yang besar peranannya dalam meningkatkan kualitas layanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut, dan hubungan antara karakteristik siswa yang terdiri dari pengetahuan, sikap terhadap profesi dan keterampilan pre-klinik siswa dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut Selain itu penelitian ini untuk melihat bagaimana faktor Pendidikan orang tua/wali siswa dan pengalaman praktek klinik siswa mempengaruhi hubungan karakteristik siswa dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini menggunakan data sekunder, kuesioner dan pengamatan.
Jumlah siswa yang melakukan praktek di klinik Sekolah Pengatur Rawat Gigi Tanjungkarang yang menjadi subjek penelitian ini ada 67 orang. Penelitian ini bersifat kuantitatif, menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Hipotesis yang diajukan adalah : Ada hubungan positip antara pengetahuan, sikap terhadap profesi perawat gigi dan keterampilan praktikum pre-klinik siswa dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut. Hubungan positip ini semakin lemah dengan semakin tingginya pendidikan orang tua siswa dan semakin lamanya pengalaman praktek klinik siswa.
Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan positip antara pengetahuan, sikap terhadap profesi perawat gigi dan keterampilan praktikum pre-klinik siswa dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut. Dari hasil uji chi-square dengan tingkat kemaknaan a. = 0.05, didapatkan nilai p = 0.02568 untuk variabel pengetahuan,.p = 0.02273 untuk variabel sikap terhadap profesi, dan p = 0.00000. untuk variabel keterampilan pre-klinik. Analisis stratifikasi dengan variabel pendidikan orang tua siswa dan pengalaman praktek klinik siswa sebagai kontrol, menunjukkan keeratan hubungan positip antara pengetahuan, keterampilan praktikum pre-klinik dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut semakin lemah dengan semakin tingginya pendidikan orang tua dan semakin lamanya pengalaman praktek klinik siswa Sedangkan keeratan hubungan positip sikap terhadap profesi perawat gigi dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut semakin kuat dengan semakin tingginya pendidikan orang tua siswa, dan semakin lemah dengan semakin lamanya pengalaman praktek klinik siswa.

The teeth and mouth health personnel is one the human resource which support and important for success of the health service. Education of the mouth and teeth health personnel is intended to increase the continuity of the teeth and mouth health service according to the development of science and technology. The school of teeth maintenance is an institution which has an important role in increasing the quality of service.
This research is intended to obtain description of the teeth and mouth health service quality and its relationship with the student?s characteristics which consist of knowledge, attitudes toward the profession and the student?s pre-clinic skill with the teeth and mouth health service quality. Besides, this research is to study how the students' parents education and the students clinic experience influence the relationship of the teeth and mouth health service quality. This research use primary, secondary data, questioner and observation.
The number of students practice in the clinic of Tanjungkarang School of Teeth Maintenance which is the subject of this research is 67. This research is a quantitative one using a descriptive analytic methods with a cross sectional approach. The hypothesis is that there is a positive relationship between knowledge, attitudes toward the teeth and mouth health profession and the students pre-clinic practice skill with the teeth and mouth health service quality. The weaker the positive relationship, the higher the students' parent education and the longer the student clinic practice experience.
This research proved a positive relationship between knowledge, attitudes toward the teeth and mouth health profession and the students pre-clinic practice skill with the quality of teeth and mouth service. According to the chi-square test with a significance level a.= 0.05, p = 0.02568 for knowledge variable, p 0.02273 for the variable of attitudes toward the profession, p = 0.00000 for the pre-clinic skill variable. The stratification analysis with the students' parents education variable and the students' clinic practice experience as a control indicates that the closeness of positive relationship between knowledge, pre-clinic practice skill with the quality of teeth and mouth service. The relationship is weaker with the higher the education of the parents and the longer the students' clinic practice experience. While the closeness of the positive relationship of the attitudes toward the teeth and mouth health profession with the service quality of the teeth and mouth is stronger with a higher the education of the students' parents, and the weaker with the longer the students clinic practice experience.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awan Hafi Pratomo
"Asam klorogenat di dalam kopi dapat menyebabkan diskolorasi eksternal pada gigi. Untuk mengetahui pengaruh metode buangan asap penyangraian biji kopi terhadap perubahan warna gigi, 18 spesimen gigi direndam di dalam larutan kopi dengan metode: tanpa buangan asap, buangan asap separuh, dan buangan asap penuh selama 30 jam, 45 jam, atau 60 jam. Perubahan warna diperoleh melalui alat uji Vita Easyshade dan dihitung berdasarkan rumus CIE L*, a*, b*. Hasil menunjukkan nilai ∆E* yang tidak signifikan (p>0,05). Disimpulkan bahwa variasi buangan asap penyangraian biji kopi tidak mempengaruhi perubahan warna gigi.

Chlorogenic acid in coffee cause external discoloration of the teeth. To know the effect of various exiles smoke roasting of coffee bean method to tooth discoloration, eighteen tooth specimens were immersed in coffee solution with roasting method without exiles smoke, half exiles smoke, and full exiles smoke for 30 hours, 45 hours, or 60 hours. The color alteration were calculated with CIE L*, a*, b* formula using Vita Easyshade machine. Before and after immersion showed differences ΔE* were not significant (p>0.05). Variations of exiles smoke roasting coffee method does not affect tooth discoloration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S44197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardiati Nur Wahyuni
"Tujuan : Mengetahui hubungan attitude, social normsm perceived behavior control terhadap kemauan intention ibu menyikat gigi anak usia 36-71 bulan.
Metode: Desain studi ini adalah eksperimental menggunakan kuesioner TPB yang sudah dilakukan uji reabilitas. Subjek penelitian ini adalah 172 pasangan ibu dan anak usia 36-71 bulan yang dipilih melalui metode purposive sampling. Status kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut anak dinilai berdasarkan pemeriksaan dmf-t, status perdarahan gingiva, dan pemeriksaan indeks plak. Selain itu, guru memberikan dental health education kepada ibu selama 4 sesi dalam 1 bulan dan sikat gigi bersama selama 3 bulan.
Hasil : reabilitas internal kuesioner TPB Cronbach?s alpha =0,735. Hasil korelasi positif antara social norms norms of family dan norms of expert terhadap intention ibu menyikat gigi anak r= 0,6; r=0,43 serta peningkatan status OHIS anak dan penurunan secara signifikan status perdarahan gingiva anak.
Kesimpulan : Adanya hubungan antara social norms terhadap intention ibu menyikat gigi anak usia 36-71 bulan. Dental health education yang diberikan oleh guru PAUD efektif dalam meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan gigi dan mulut serta kebiasaan baik dalam kebersihan gigi dan mulut serta pada siswa pendidikan anak usia dini.

Objective: Association between attitude, social norms, and perceived behavior control to mother s intention to brush teeth of child age 36 71 month.
Methods: The study is conducted through community trial. Subjects of the study are 172 mothers and children aged 36 71 months who are selected through purposive sampling. The subjects oral health and hygiene condition are assessed by measuring the dmf t index, plaque index and gingival bleeding state. The teachers give education to the mothers for 4 sessions in a month and joint tooth brushing program in three months.
Results: internal reability test of TPB questionnaire Cronbachs alpha 0,735. There is improvement of children s OHIS state and significant decrease in gingival bleeding. The main result is significant positive correlation between social norms norms of family and norms of expert with mothers intention to brush teeth of child age 36 71 month.
Conclusion: There is association between social norms and mothers intention to brush teeth of child age 36 71 month. dental health education given by teacher improving dental and oral health status and oral hygiene in children and improving mothers knowledge, attitude, and action.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>