Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146925 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunardi
"Kotamadya Padang adalah merupakan salah satu Daerah Tingkat II yang terdapat di Propinsi Sumatera Barat, dimana fungsi kepemimpinan kesehatan tokoh masyarakat masih perlu mendapat perhatian, dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan fungsi kepemimpinan tokoh masyarakat dalam menghadapi kemandirian daerah tingkat II Kotamadya Padang sesuai dengan tuntutan Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, hal ini disebabkan saran dan prasarana kesehatan masyarakat yang ada belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan dan cenderung menurun. Unit analisis adalah tokoh masyarakat yang selama ini telah ikut berpartisipasi dan berperan serta dalam meningkaikan pencapaian program kesehatan yang bertempat tinggal di daerah tingkat II Kotamadya Padang.
Metode pendekatan yang digunakan adalah study kuantitatif dengan jenis penelitian cross sectional, untuk melihat gambaran fungsi kepemimpinan kesehatan tokoh masyarakat di Kotamadya Padang, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan fungsi kepemimpinan kesehatan.
Hasil penelitian menunjukan gambaran fungsi kepemimpinan kesehatan tokoh masyarakat masih kurang berfungsi dengan baik sebanyak 57,1%. Kemudian dari 8 (delapan) faktor yang penulis rancang mempunyai hubungan dengan fungsi kepemimpinan kesehatan yaitu: Persepsi tokoh masyarakat terhadap pembinaan puskesmas melalui pelatihan, persepsi tokoh masyarakat terhadap pembinaan puskesmas melalui forum informal, umur responden, jenis kelamin responden, tingkat pendidikan, status perkawinan, jenis pekerjaan dan jabatan responden dengan fungsi kepemimpinan kesehatan. Empat diantaranya terbukti ada hubungan dengan fungsi kepemimpinan kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Terbukti ada hubungan antara persepsi tokoh masyarakat terhadap pembinaan puskesmas melalui forum informal dengan fungsi kepemimpinan kesehatan (Nilai P 0,001).
2. Terbukti ada hubungan antara jenis kelamin tokoh masyarakat dengan fungsi kepemimpinan kesehatan (Nilai P 0,002).
3. Terbukti ada hubungan antara tingkat pendidikan tokoh masyarakat dengan fungsi kepemimpinan kesehatan (Nilai P 0,026).
4. Terbukti ada hubungan antara jabatan tokoh masyarakat dengan fungsi kepemimpinan kesehatan (Nilai P 0,0005).
Informasi ini masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, untuk mengoptimalkan pencapaian program di daerah tingkat II Kotamadya Padang, sehingga dapat memberi dampak yang terbaik. Oleh sebab itu pertemuan yang bersifat informal masih perlu ditingkatkan mengingat tokoh masyarakat akan lebih berpartisispasi bila diikutsertakan dalam pengambilan keputusan dibidang kesehatan.

Factors having relation with health leadership function of public figures at Second Level Region of Padang Municipality, West Sumatra Province, Years 2000Municipality of Padang lied on one of Second Level Regions at West Sumatra Province in which health leadership function of public figures still having attention, within framework of empowering large public by increasing of leadership functions of public figures in facing the autonomous of Second Level Region of Padang Municipality by virtue of Laws Number 22 Year 1999 on autonomous of region, it is caused the structure and infra structure of public health had not been functioned yet as wished and trend to down. The analysis unit is public figures, currently, they had played role and participated to increase health program target residing at Second Level Region of Padang Municipality.
Approach method to be used is quantitative study by cross sectional research in order to know the indication of health leadership function of public figures at Padang Municipality and other factors having relation with health leadership function.
Research result had indicated that health leadership function of public figures had not functioned in good is 57.1%. Then, from eight (8) factors the author design it has relation with building of center for public health (Puskesmas) through training, perception of public figures against Puskesmas building through informal forum, respondents gender, educational strata, marital status, occupational variety, and respondents title with health leadership function. Four of them had been proven having relation with health leadership function as follows :
1. Having relation among public figures and Puskesmas building through informal forum by health leadership function (P value is 0.001).
2. Having relation among gender of public figures and health leadership function (P value is 0.002).
3. Having relation among educational strata of public figures and health leadership function (P value is 0.026).
4. Having relation among title of public figures and health leadership &action (P value is 0.0005).
Necessarily, this information should be implemented by further research of maximizing program target at Second Level Region of Padang Municipality, hence, it may give the best impact, However, the meeting in informal character should remain be increased in taking account of public figures will more participate if they are involved to make decision of health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djusnaini
"This research is intended to identify the description of the performance and factors that effect the performance of the drugs personnel in managing report of drug request utilization (LPLPO). The research method use cross-sectional design. The research location are all community health centers that available in distrcit of Padang Pariaman and district of Agam with respondents of 46 drug personnel of community health centers. Data collection is done by filling-up questionaire, and continued with monthly checking of documents of report of drug request utilization (LPLO).
Results of the research indicate that performance of the drug personnel of the community health is 67,4%. The results of research regarding the description of performance level of drug personnel of the community health centers is viewed in terms of internal and external factors. Regarding significant variables after chi-square test, the internal factor related with the performance of drug personnel is the work tenure and level of education, while knowledge does not show significant relationship. Within the external factors, only training is significantly related to the performance. While othe factors, i.e., remuneration, support of coworkers, supervision, and work load do not have significant relationship. From the multivariate analysis the most dominant variable is education.
The suggestion from the result of this reseacrh is that it is ecxpected that the province needs to recommend personnel recruitment to manage the drug at the community health centers with formal education of assitant pharmacist. the suggestion for districts is that refreshing training for drug personnel needs to be done periodic meetings need to be done."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1551
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berhitu, F.E.
"Perwakilan Kecamatan Majalaya adalah bagian dari kecamatan Karawang Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dimana fungsi kepemimpinan kesehatan tokoh masyarakat masih perlu ditingkatkan. Infra struktur kesehatan masyarakat belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan dan cenderung menurun. Unit analisa adalah semua tokoh masyarakat desa dan ke-Lurahan seperwakilan kecamatan Majalaya.
Metode pendekatan yang digunakan adalah studi kwantitatif dengan jenis penelitian cross sectional, untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan fungsi kepemimpinan kesehatan. Analisa statistic dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dua faktor persepsi, dua faktor predisposing dan satu faktor enabiing berhubungan dengan fungsi kepemimpinan kesehatan.
Lima hipotesa minor yang berhubungan dengan fungsi kepemimpinan kesehatan secara bermakna adalah sebagai berikut :
1. Semakin baik persepsi tokoh masyarakat terhadap pembinaan puskesmas melalui pelatihan, semakin baik fungsi kepemimpinan kesehatannya p = 0,03568.
2. Semakin baik persepsi tokoh masyarakat terhadap pembinaan puskesmas melalui forum informal, semakin baik fungsi kepemimpinan kesehatannya p = 0,00111
3. Wanita memiliki fungsi kepemimpinan kesehatan yang lebih baik dibanding pria, p = 0,00674
4. Semakin tinggi pendidikan tokoh masyarakat semakin baik fungsi kepemimpinan kesehatannya, p = 0,04621.
5. Kepala desa dan sekretaris desa atau kelurahan memiliki kepemimpinan kesehatan yang lebih baik dibanding jabatan tokoh masyarakat lainnya p = 0,00231.
Kurangnya informasi kesehatan yang terarah dan belum dimanfaatkannya forum formal sesuai ketentuan yang berlaku, memberi dampak yang kurang menguntungkan. Oleh sebab itu pelatihan yang terarah dan memanfaatkan forum formal di pedesaan adalah yang terbaik.

The Factors Effecting Leadership Function of Health Public Figure at the Representative Sub-District Majalaya Karawang West Java 1994The Representative sub-district Majalaya is a part of sub-district Karawang, Autonomous Adminstrative Region I of West Java Provincial, where the function of health public figure still needs to improve, public health infrastructure has not functioned yet as it is expected and indicated declined. Analysis unit is the entire villages and kelurahan public figures of the whole sub-district Majalaya representative.
The method of approach applied is quantitative study under cross-sectional type of research, to learn the factors related to health leadership functions. Statistic analysis by means of chi square test.
The result of research indicated that two perception factors, two predisposing factors and one enabling factor effected the improvement of health leadership function.
Five minor hypothesis significantly relating to health leadership function are as follows:
1. Getting higher the toma perception toward the training, the leadership function is getting better. P = 0,03568.
2. Getting higher the toma perception toward informal forum, the leadership function is getting better. P = 0,00111.
3. Women has better health leadership function than men. P = 0,00674
4. Getting higher toma's education is, the leadership function is getting better. P = 0,04621.
5. The head of village and the village's secretary has a better health leadership function compared with other toma's functions. P = 0.00231.
Lack of guided health information and the unused formal forum in line with the applicable stipulation has a negative impact. Therefore, the guided training and the use of formal forum is the best way.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lestari Adriyanti
"Kartu Sehat merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan pelayanan cuma-cuma bagi keluarga miskin, dalam memperoleh pelayanan kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan. Pemanfaatan kartu sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan mengetahui faktor- faktor apakah yang berhubungan dengan pemanfaatan kartu sehat, akan dapat memberikan masukan penting untuk pelaksanaan program dimasa mendatang.
Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan pemanfaatan kartu sehat di Kabupaten Limapuluh Kota dan Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat. Desain dan penelitian ini adalah cross-sectional studi. Populasi adalah keluarga yang telah mendapatkan kartu sehat. Sampel diambil secara purposif sebanyak 40 responden dari setiap desa, yang meliputi 10 desa dari 4 wilayah kerja puskesmas dan dua kabupaten dengan jumlah seluruhnya 400 responden.
Penelitian ini menggambarkan bahwa 58,5 % responden yang pernah memanfaatkan kartu sehat. Dengan analisa bivariat sebanyak 7 variabel independen tiga variabel menunjukan adanya hubungan yang signifikan (p <0,05) Pertama adalah pengetahuan tentang kartu sehat, dengan Odds ratio 3,53 (95 % CI ; 2,25 - 5,53 p = 0,0000). Artinya bahwa responden yang berpengetahuan baik 3,53 kali memanfaatkan kartu sehat dibandingkan dengan responden yang kurang pengetahuannya. Kedua adalah pendapatan , dengan Odds ratio 1,64 (95 % CI : 1,01 - 2,68 p = 0,032) artinya responden miskin, memanfaatkan kartu sehat 1,64 kali dibandingkan dengan responden tidak miskin. Ketiga adalah kesakitan yang dialami dalam 2 bulan terakhir, dengan Odds ratio 13,89 ( 95 % CI : 8,10 - 23,92 p = 0,0000 ) artinya responden yang sakit memanfaatkan kartu sehat 13,89 kali dibandingkan dengan responden yang tidak sakit.
Hasil uji multivariat dengan regresi logistik terhadap tujuh variabel diatas, memperlihatkan dua variabel yang signifikan, yaitu pengetahuan tentang kartu sehat dengan Odds ratio 2,69 p = 0,0001 dan kesakitan yang dialami dalam dua bulan terakhir dengan Odds ratio 12,29 , p = 0,0000. Model ini menunjukkan 78,75 % variasi yang ada dapat diterima yaitu pemanfaatan kartu sehat dipengaruhi oleh pengetahuan tentang kartu sehat dan kesakitan yang dialami responden dalam dua bulan terakhir.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa, meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan perlu peningkatan pemahaman tentang hidup sehat. Penekanan terhadap pengetahuan kartu sehat secara mendasar, akan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengetahuan tentang kartu sehat, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan manfaat program kartu sehat.

Some factors related to the Use of Health Card Program for Poor Families in the Limapuluh Kota and Pesisir Selatan districts, West Sumatera Province, 1999Health card is one of the instruments for Indonesian poor family to get free medical services in all public medical facilities. The use of the health card is assumed to be affected by many factors. To know what factors related with the use of health card may be a very important input for program implementation in the future.
Purpose of this research is to know about the use of and to analyze what factors related to the use of health card in Limapuluh Kota and Pesisir Selatan districts, West Sumatera Province. This research is non-experimental. The population observed was the families who possessed health card Sample were taken purposively giving 40 respondents from each village . By involving ten villages of four Health Center covered areas and two districts, the overall respondents studied are 400.
This study showed that 234 people ( 58,5 %) used their health card. By doing bivariate analysis , of seven independent variables with the dependent variable shown that three variables, showed their significant relationship (p<0,05). The first, is knowledge about health card , the use of health card, the Odds Ratio of this variable 3.53 (95 % CI : 2.25 - 5.53, p = 0.0000). Meaning those respondents who know better about health card , would use 3.53 times compare to those respondent who have not .
The second is between the income with the use of health card . The Odds Ratio is 1.64 (95 % CL : 1.01 - 2.68, p = 0,032), means that the respondents of lower income cathegory use the card 1.64 times compare to those who have higher income cathegory The third is between suffering from illnesses with the use of the health card. The Odds ratio is 13.89 ( 95 % CL : 8.10 - 23,92, p = 0.0000) explaining that respondents who have been sick within two months, used it 13,89 times compare to the health respondents or to those who have not.
This study concluded that recent illness suffered, and knowledge about the card are the important factors influencing the use of the health card
This study recommended that in order to increase the quality of healthy card's use, it is necessary to increase the people understanding about the healthy life. Strengthen the knowledge about health, health behavior and health programs, will contribute with the increase knowledge about health card, and therefore will enhance the benefit of health card program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Djauhari Thalib
"Pembangunan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan di segala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, sehingga terwujud visi Indonesia Sehat tahun 2010. Guna mencapai visi tersebut dibutuhkan strategi yang tepat, diantaranya Paradigma Sehat, Profesionalisme, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dan Desentralisasi.
Kebijakan Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Lampung Utara dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta dilaksanakan secara berkesinambungan dan diperioritaskan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan daerah tertinggal yang berisiko tinggi terhadap kesehatan melalui program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM). JPKM merupakan upaya penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan secara paripurna. terstruktur, terjamin kesinambungan dan mutunya serta pembiayaannya dilaksanakan secara pra-upaya.
Program JPKM bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sampai ketaraf optimal, meningkatkan kemampuan hidup sehat dan produktivitas keria yang tinggi melalui penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan perorangan dan keluarga secara paripurna sesuai kebutuhan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kesinambungan kepesertaan anggota JPKM di Kecamatan Bukit Kemuning Lampung Utara. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan desain cross sectional, dimana data-data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota JPKM yang terdaftar secara resmi di Kecamatan Bukit Kemuning Lampung Utara periode tahun 1998 dan jumlah sampel penelitian adalah 200 orang dihitung dengan menggunakan proportional / stratified random sampling.
Pada hasil penelitian ditemukan bahwa anggota JPKM yang masih melanjutkan keanggotaannya pada tahun 1998/1999 hanya 60% dari 200 orang peserta, sedangkan yang 40% tidak bersedia lagi untuk memperpanjang kontrak kepesertaannya. Sebanyak 43,5% responden mengatakan bahwa prosedur berobat ke Puskesmas sulit karena harus membawa surat pengantar dari Kepala Desa, Lurah atau Pengurus LKMD dan pada analisis bivariat terlihat variabel ini berhubungan dengan kesinambungan kepesertaan JPKM. Demikian juga halnya dengan tarif premi yang harus dibayar anggota, dimana 75,5% mengatakan premi yang harus dibayar terasa mahal. Padahal dibandingkan dengan besarnya penghasilan responden pertahun jumlah premi ini terlihat kecil sekali, tetapi jika dibandingkan dengan tarif Puskesmas terlihat premi JPKM lebih mahal.
Pada analisis bivariat variabel lain yang terlihat bermakna adalah pengetahuan anggota mengenai JPKM, sikap petugas Puskesmas dalam memberikan layanan kepada anggota JPKM dan sosialisasi peraturan mengenai program JPKM. Guna mempertahankan dan meningkatkan jumlah anggota JPKM, maka perlu lebih disempurnakan dan disesuaikan program yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Analysis on Variables Related with Sustainability of Public Health Maintenance Guarantee Participates at Bukit Kemuning Sub district, North Lampung, Year 1998National Development's goal is to increase public health through all field of development. Health development is one of national development effort, which directed to create awareness, willingness, and abilities of healthy lives for everyone so that Indonesia Health Vision 2010 can be realized. In order to achieve that, good strategy, namely Health Paradigm, Professionalism, Public Health Maintenance Guarantee, and Decentralization are must.
The policy of health development in North Lampung District performed in integrated ways, spread all over the places, evenly distributed and reachable by entire public and also sustainability performed. The priority of the goal is the poor, isolated people, which have high risk of health. The Public Health Maintenance Guarantee is a way to maintain health in structured, guaranteed sustainability, qualitative ways, and prepaid.
Public Health Maintenance Guarantee program's goals are to improve the health of the public to an optimal level, to increase the ability to live healthy, and to increase the work productivity through proper health maintenance whether it is personally or family done.
The goals of this research to obtain any variables that related to sustainability of Public Health Maintenance Guarantee participates in Bukit Kemuning Sub District, North Lampung. It is a descriptive research with cross sectional design where the data were gathered in same time.
The population is all of the members of the Public Health Maintenance Guarantee Program in the Bukit Kemuning Sub District, North Lampung, year 1998. Samples are 200 people and counted with proportional / stratified random sampling.
In results, members of the Public Health Maintenance Program whom continued their membership were 60% of those 200; the other 40% were not. 43.5% said that the procedures to the Puskesmas were complicated, because they had to bring a letter from the Head Village. In bivariat analysis, it was clear that this variables was related to the sustainability of Public Health Maintenance Guarantee participates. So was the insurance, which had to be paid by the members, 75.5% of them said it was too expensive. Although this insurance was very cheap comparing to the income of the members, but it was more expensive comparing to the Puskesmas' tariff.
In another bivariat analysis, the knowledge on Public Health Maintenance Guarantee Program, the attitudes of the Puskesmas' attendants of giving services, and the socialization of the rules on public health maintenance are very meaningful. To maintain and increase the members of the Public Health Maintenance Guarantee program, the program should be improved and matched with the people's needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Indra Hanafiah
"ABSTRAK
Pendahuluan. Kebijakan RS menjadi Unit Swadana mendorong peningkatan kepedulian manajemen rumah sakit terhadap efisiensi pengelolaan dan mutu pelayanan rumah sakit. Lama Hari Rawat merupakan salah satu indikator efisiensi pengelolaan dan mutu pelayanan rumah sakit. Kebijakan program kesehatan untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Maternal (safe motherhood) menjadikan makin pentingnya peran dan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan kesehatan, khususnya RSU Dati II yang berada di setiap ibu kota-Kabupaten sebagai ujung tombak (front line) pelayanan rujukan tingkat pertama yang langsung mengayomi pelayanan kesehatan dasar. Kasus obstetri patologik tetap terjadi pada sekitar 10% - 15% kehamilan walaupun telah dilakukan perawatan ante natal yang adekuat sekalipun. Kasus obstetri patologik yang memerlukan pembedahan Seksio Sesarea akan dirawat di rumah sakit umum Kelas C di ibu kota Kabupaten melalui alur dari sistem rujukan medik Ditemukan variasi yang terlalu lebar LHR pasien obstetri pulang menjalani pembedahan Seksio Sesarea di RSU Baturaja Dati II OKU, yaitu 4 sampai 20 hari. Gambaran ini menunjukkan belum efisiennya pengelolaan dan masih rendahnya mutu pelayanan rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis deskriptif faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan Lama Hari Rawat pasien obstetri pulang hidup yang menjalani pembedahan Seksio Sesarea dan menganalisis hubungan korelasionalnya.
Penelitian ini merupakan studi 'Cross Sectional' terhadap 335 kasus pembedahan Seksio Sesarea selama periode 5 tahun yang menjadi sampel penelitian. Seluruh kasus dijadikan sampel penelitian (over sampling) karena diperkirakan ada beberapa variabel yang memang variatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari status Catatan Medik. Analisis statistik yang digunakan adalah tabel frekuensi, distribusi dan statistik deskriptif untuk analisis univariat serta uji ANOVA dan analisis korelasi untuk analisis bivariat.
Tenaga Bidan masih merupakan tenaga yang amat besar dan strategis perannya dalam melakukan perawatan ante natal serta mendeteksi dini kehamilan risiko tinggi dan melakukan rujukan medik yang benar dan tepat. Penanganan kasus pra rumah sakit sebelum dirujuk ke rumah sakit masih memprihatinkan yang ditunjukkan dengan gambaran operasi yang hampir seluruhnya bersifat akut. Satu variabel bebas (mar) menunjukkan adanya kesalahan dalam pengukuran (measurement bias) sehingga tidak valid untuk dianalisa secara statistik. Dari 4 faktor yang terdiri dari 15 variabel bebas yang diduga berhubungan dengan Lama Hari Rawat, 3 variabel bebas yang secara statistik menunjukkan perbedaan rata-rata LHR yang bermakna sedangkan 12 variabel bebas lainnya menunjukkan perbedaan rata-rata LHR yang secara statistik tidak bermakna. Dua variabel bebas yang bermakna (tempat tinggal dan jumlah pemeriksaan kehamilan), ternyata menimbulkan perbedaan rata-rata LHR yang relatif kecil shingga tidak mempunyai implikasi bagi kebijakan rumah sakit, sedangkan 1 variabel bebas (alasan kepulangan) yang bermakna temyata tidak bisa diinterpretasikan karena tidak cocok untuk dilakukan pengujian statistik berhubung datanya tidak variatif. Pengelolaan RSU cukup efisien dan pelayanannya cukup bermutu walaupun ditemukan rata-rata LHR selama 9 hari yang berarti lebih lama dari standar yang ditetapkan DEPKES dan IDL. Hal ini didasarkan karena angka tersebut masih merupakan suatu hal yang wajar untuk RSU Kelas C di Kabupaten Dati II sesuai dengan unsur masukan, proses dan lingkungan yang ada.
Konsep penelitian yang disusun ternyata tidak mampu membuktikan sebagian besar faktor-faktor yang berhubungan dengan Lama Hari Rawat pasien obstetri pulang hidup yang menjalani pembedahan Seksio Seaarea. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan konsep yang berbeda untuk mengetahui faktor-faktor !ainnya yang berhubungan dengan Lama Hari Rawat pasien obstetri pulang hidup yang menjalani pembedahan Seksio Sesaera, serta penelitian lain yang mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan mutu pelayanan perinatal (ibu dan bayi) yang indikatornya lebih spesifik daripada LHR Hasil penelitian terhadap rata rata Lama Hari Rawat menunjukkan bahwa pengelolaan rumah sakit cukup efisien dan mutu pelayanan rumah sakit cukup bermutu. Status Catatan Medik yang ada perlu disempurnakan agar mampu merekam informal tentang upaya penanganan kasus pra rumah sakit yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan di tingkat pelayanan dasar, sekaligus juga perlu disempurnakan cara pengukurannya. Rumah sakit juga perlu mengembangkan standarisasi pelayanan rumah sakit yang spesifik berlaku sebagai standar di rumahsakit tersebut dan penyusunannya disesuaikan dengan unsur masukan, proses dan lingkungan yang ada. Dinas Kesehatan Dati II OKU bersama-lama RSII Baturaja (sebagai pusat rujukan kesehatan wilayah) dan IBI (sebagai Ikatan Profesi Bidan) perlu menyusun strategi, kebijakan dan program untuk meningkatkan efektivitas tenaga Bidan Desa yang sudah dan akan ditempatkan. Rumah sakit berperan secara tidak langsung sebagai tempat petatihan dalam upaya memperbaiki kualitas profesionalisme tenaga kesehatan di tingkat pelayanan dasar yang melakukan perawatan ante natal dan merujuk kasus obstetri patologik ke rurnah sakit.

ABSTRACT
Government owner?s hospital policy is to become `Unit Swadana' supports hospital management concern improvement to management efficiency and hospital service quality. Length of Stay is one of hospital management efficiency indicator as well as hospital quality of care. National health program policy to accelerate reduction Maternal Mortality Rate (safe motherhood), make the role and function of the hospital more important as the health referral center, especially the government owner?s general hospital in Dati II where each capital of regency has and as the front line of first level of referral system which is directly aegis, support and encounter the basic health service. Pathological obstetrics case is still happened around 10% - 15% of pregnancy although it has been done strong adequate antenatal care. Pathological obstetrics case, which needed Cesarean Section surgery, will be admitted at Class C general hospital at the capital of regency through mechanism and flow of medical referral system. It is found so large variation of Length of Stay of Alive discharged obstetrics patients who undergo Cesarean Section surgery at Baturaja General Hospital that is 4 to 20 days. The illustration shows that hospital management has not been efficient and hospital quality of care still low.
The research objective is to describe and to analyze factors which is be estimated relating to Length of Stay of alive discharged obstetrics patient who undergo Cesarean Section surgery and to analyze its correlation.
The research is a 'Cross Sectional' study to 335 Cesarean Section surgery cases for 5 years period as research samples. All cases are become as research samples (over sampling) because there are several variables estimated less variation. Used data is secondary data, which got from medical record status. Statistical analyses use table of frequency, distribution and descriptive statistic for univariate analyses and ANOVA test and correlation analysis test for bivariate analyses.
Midwife is still a health personnel with big and strategic role in doing antenatal cares and early detection high-risk pregnancy and in doing the right and correct medical referral. Pre-hospital case management before be referred to the hospital is still weakened and shown by operation illustration that nearly all of them are acute. One independent variable (age) shows mistaken in measurement (measurement bias) so it is not valid to analyze by statistic. At 4 factors consist of 15 independent variables are estimated relating to Length of Stay, 3 variables by statistic show significant difference Average Length of Stay (ALOS) but others 2 variables show no significant. Two significant independent variables (residency and sum of pregnancy check) show a quite small difference of ALOS so it does not have implication of hospital policy, meanwhile 1 significant independent variable (discharged reason) actually cannot be interpreted because it is not suitable to do the statistical test because there is no variation of the data. Management of hospital is quite efficient and the quality of service is enough although it is found ALOS for 9 days it means longer than stated standard of Ministry of Health (Departemen Kesehatan) and Indonesian Medical Association (IDI). It is based on that the numbers are still appropriate condition for Class C of general hospital on regency according to input, process and environment elements available.
The research concept actually cannot prove most factors relating to Length of Stay of Alive discharged obstetrics patient who undergo Cesarean Section surgery. It is necessary to follow through this research by difference concept to know others variables relating to Length of Stay alive discharged obstetrics patient who undergo Cesarean Section surgery, and to develop another research to explore factors relating to perinatal (mother and child) quality of care where the indicators is more specific than Length of Stay. Available Medical Record status need perfections so it can record the information about pre hospital case management efforts which has been done by health personnel at basic health service level, and directly also need to be perfections its measurement way. The hospital also needs to develop the specific standardization as a standard and `hospital by laws' in the hospital and arrangement is suited with input, process and environment elements available. Health Board of Dati II OKU Regency (Dinas Kesehatan Kabupaten Dati II OKU) together with Baturaja General Hospital as `the area health referral center' and Indonesian Midwife Association (Ikatan Bidan Indonesia) as the profession unity need to arrange strategy, policy and program to improve the effectiveness of `village midwife' (Bidan Desa) who have been allocated. Hospital indirectly role as the training center of health man power in the way to improve the professional quality of health personnel at basic health service level and who does the antenatal care and refers the pathological obstetrics case to hospital.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arry Yuswandi
"Akses pelayanan kesehatan dianggap berkontribusi pada status kesehatan. Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi dengan unmet need yang tinggi, artinya banyak penduduk yang membutuhkan pelayanan kesehatan tetapi mereka tidak dapat memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan data BPS (2003) terdapat 27,6% penduduk tanpa akses pelayanan kesehatan. Pada tahun 2003 ada sebanyak 16,90% penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan dan tidak diobati. Akses pelayanan kesehatan biasanya diukur dengan melihat tingkat penggunaan pelayanan kesehatan. Banyak faktor yang mempengaruhi akses pelayanan kesehatan, diantaranya adalah jenis kelamin, pendidikan, umur, pekerjaan, pendapatan, jaminan kesehatan, wilayah tempat tinggal, pengalaman kesehatan, keluhan kesehatan, tingkat keparahan penyakit, jarak fasilitas kesehatan, dan transportasi.
Penelitian ini mencoba untuk mengetahui dan memahami akses penduduk Sumatera Barat ke pelayanan kesehatan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2004 (SUSENAS 2004) yang terdiri dari kuesioner kor (VSEN2004K) dan dan kuesioner modul perumahan dan kesehatan (VSEN2004MPK). Populasi target dalam penelitian ini adalah penduduk Sumatera Barat. Sampel penelitian adalah individu yang menjadi sampel Susenas 2004 dalam hal ini adalah responden terpilih. Akses pelayanan kesehatan diukur dengan melihat penggunaan pelayanan kesehatan. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan akses pelayanan kesehatan. Uji statistik yang digunakan untuk analisis bivariat adalah uji kai kuadrat dan uji t. Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui probabilitas dan rasio odds penggunaan pelayanan kesehatan. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi logistik.
Hasil penelitian dibagi dalam dua kelompok yaitu penggunaan pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat inap. Penggunaan pelayanan rawat jalan sebesar 16,90% dan rawat inap sebesar 1,68%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan akses pelayanan rawat jalan adalah jenis kelamin, pendidikan, umur, pekerjaan, pendapatan, jaminan kesehatan, wilayah tempat tinggal, pengalaman sakit, keluhan kesehatan, tingkat keparahan penyakit. Adapun faktor-faktor yang berhubungan akses pelayanan rawat inap adalah jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan wilayah tempat tinggal. Di dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa perempuan lebih rendah dalam penggunaan pelayanan rawat jalan dibandingkan laki-laki. Penduduk yang tinggal di kota lebih rendah dalam penggunaan pelayanan rawat jalan dibandingkan penuduk yang tinggal di desa. Jaminan kesehatan meningkatkan penggunaan pelayanan rawat jalan demikian juga dengan keluhan kesehatan (batuk, pilek, sakit lainnya) dan tingkat keparahan pennyakit meningkatkan penggunaan pelayanan rawat jalan. Jarak ke fasilitas kesehatan menjadi faktor penghambat penggunaan pelayanan rawat jalan. Pada pelayanan rawat inap, penduduk yang bekerja mempunyai peluang lebih rendah dibandingkan penduduk yang tidak bekerja dalam menggunakan pelayanan rawat inap. Penyakit asma merupakan keluhan utama untuk menggunakan pelayanan rawat inap. Saran yang dapat diberikan adalah mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, penyebaran tenaga kesehatan yang merata, memberikan kesempatan pelayanan kesehatan swasta untuk dapat berkembang, dan penyediaan fasilitas kesehatan pada perusahaan, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang mudah diakses seperti Puskesmas Pembantu, Polindes dan meningkatkan cakupan asuransi kesehatan kepada masyarakat yang belum tercakup dalam askes PNS, Jamsostek, dan askeskin.

The access to health services is considered contributing to health status. West Sumatra is one of provinces with high unmet need, which means that there are many people in the province needing health services but they are not able to have them. Based on data from BPS (Central Bureau of Statistics) (2003) there were 27.6% of the people without access to the services. In 2003, 16.90% of the people complained their health but they were not cured. The access to health services is generally measured by studying the level of health service utilization. A variety of factors affect the access to health services, among others, sex, education, age, occupation, income, health insurance, residence area, health experience, health complaints, severity of illness, distance to health facilities, and transportation.
This research attempts to find out and understand the access of West Sumatra's people to health services using secondary data from National Social and Economic Survey (SUSENAS) 2004 which consist of core questionnaire (VSEN2004K) and questionnaire of housing and health module (VSEN2004MPK). The population is West Sumatra's people. The samples are selected respondents, which were the samples of Susenas 2004. The access was measured by observing the utilization of health services. Bivariate analysis was conducted to find out factors related to health service access. Statistical tests used in the bivariate analysis are chi-square test and t test. Multivariate analysis was conducted to find out the probability and odds ratio of health service utilization. Statistical test used is logistic regression test.
The results of the research are divided into two groups, namely outpatient service and in-patient service. The utilization of outpatient service is 16.90% and of in-patient service is 1.68%. Factors related to the access of outpatient service are sex, education, age, occupation, income, health insurance, residence area, health experience, health complaints, and severity of illness. Factors related to in-patient service are sex, education, occupation, and residence. It was found that the utilization of outpatient service by women is lower compared to men. The utilization is lower for people who live in towns than those who live in villages. Health insurance increases the utilization of outpatient services and so do health complaints (cough, influenza, other illnesses) and severity of illness. The distance to health facilities is a constraint factor to the utilization of outpatient service. People who work have a lower probability to use the in-patient services compared to those who do not. Asthma is major complaint for the in-patient service utilization. What can be suggested are approaching health services to people, distributing health personnel equally, giving opportunity to private health service to develop, providing health facilities at company, improving the quality of health service which is easily accessed such as Puskesmas Pembantu (branch of conununity health center), Polindes (polyclinic in villages) and increasing the coverage of health insurance for people who have not been covered in the health insurance of PNS (civil servants), Jamsostek (social insurance for workforce), and Askeskin.
"
2006
T18986
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susarto Subianto
"ABSTRAK
Puskesmas sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat kepada masyarakat memerlukan penanganan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen. Untuk itu faktor petugas puskesmas memegang peranan yang cukup penting dalam menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut di atas.
Tenaga kesehatan puskesmas di wilayah Kotamadya Dati II Bogor diharapkan mampu melaksanakan semua program upaya kesehatan pokok puskesmas seperti yang diharapkan. Dengan demikian diharapkan cakupan program upaya kesehatan pokok puskesmas meningkat.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah diperolehnya gambaran mengenai hubungan antara faktor ketenagaan yang menyangkut lama kerja, pendidikan, motivasi, pendidikan dan latihan, jumlah tenaga dengan cakupan program upaya kesehatan pokok puskesmas pada 11 puskesmas di Kotamadya Dati II Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang dilakukan terhadap tenaga kesehatan puskesmas di wilayah Kotamadya Dati II Bogor.
Hasil penelitian ini menunju.kkan bahwa cakupan program upaya kesehatan pokok puskesmas tidak berhubungan dengan faktor lama kerja, pendidikan, motivasi, pendidikan dan latihan; jumlah tenaga pada 11 puskesmas di Kotamadya Dati II Bogor. Tidak adanya hubungan bermakna secara statistik kemungkinan disebabkan jumlah sampel yang relatif kecil, yakni hanya 11 puskesmas.
Tidak tertutup kemungkinan adanya faktor-faktor lain di luar unsur ketenagaan yang benar-benar mempunyai hubungan dengan cakupan program upaya kesehatan pokok puskesmas, tetapi tidak termasuk dalam penelitian ini. Seperti faktor peran serta masyarakat, KIE, faktor lingkungan, sosial budaya dan lain-lain.
Berdasarkan hash penelitian tersebut di atas disarankan beberapa hal, yakni perlu dilakukan mutasi tenaga kesehatan puskesmas agar tercipta gairah kerja yang lebih baik dan keberhasilan program upaya kesehatan pokok puskesmas akan meningkat, perlu dilakukan seleksi dalam hal jenis pendidikan tenaga kesehatan puskesmas mengingat berbeda pula kemampuan dalam pengelolaan program. Untuk itu perlu dilakukan analisis pekerjaan yaitu merinci tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan program upaya kesehatan pokok puskesmas, pembagian tugas yang ada di setiap program perlu dipertegas lagi karena seperti terlihat dalam penelitian ini masih adanya tugas rangkap yang dipegang oleh tenaga kesehatan hampir di setiap puskesmas, perlu diadakan penelitian lanjut untuk menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan program upaya kesehatan pokok puskesmas diluar unsur ketenagaan, perlu ditingkatkan peranan faktor-faktor di luar unsur tenaga kesehatan puskesmas untuk ikut berperan dalam meningkatkan keberhasilan program upaya kesehatan pokok puskesmas. Dengan demikian diharapkan cakupan program upaya kesehatan pokok puskesmas akan meningkat sesuai yang diharapkan."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Jonni Syah R.
"ABSTRAK
Program gizi di Indonesia dilaksanakan oleh Departemen Keschatan Republik
Indonesia bemxjuan menurunkan angka penyakit kurang gizi yang terdiri dari Gangguan
Akibat Kekurangan lodium (GAKI), Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi
(AGB) dan Kekgrangan Vitamin A (KVA). Upaya ini diharapkan dapat mcndukung
akselerasi penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).
Petugas Gizi Puskcsmas sebagai salah sam tenaga terdepan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya di bidang gizi harus mernpunyai
upaya yang baik agar program gizi bisa berhasil, tetapi temyata di Kota Pontianak dan
Kabupalen Pontianak pcncapaiannya masih rendah akibat proses pelaksanaan kcgiatan
oleh Petugas Gizi Puskesmas masih mcnunjukkan kinerja rendah. Bcrkenaan dengan hal
tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dan mengetahui falctor-faktor
yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan kinexja Petugas Gizi Puskcsmae di
Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak.
Penelitian ini diiakukan d§ Puskesmas Kota Ponnanak dan Kabupaten
Pontianak pada bulan Oktober sampai Nopember 2000. Sampel penelilian adalah seluruh petugas gizi utama yang benugas di`Puskesmas Kota Pontia|1ak dan Kabupaten
Pontianak sebanyak 62 orang. J enis penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Analisis yang digunakan adaiah analisis univadat, bivariat dan multi variat :
distribusi fre!-ruensi, chi-square dan rcgresi logistik. I-Iasil pcnclitian ini menunjukkan
bahwa kinerja petugas gizi masih rendah. Dari analisa bivariat didapat faktor yang
berhubungan dengan kinelja petugas gizi (p < 0,05) adalah motivasi, pcngetahuan,
pendidikan, kcterpencilan, p¢mbinaan, rekan kezja dan kondisi kesja, sedangkan faktor
yang tidak herhubungan dengan kinenja adalah umur, pengalaman, sosial budaya,
keterjangkauan, pelatihan. Dari analisa multivariat, didapat bahwa variabel yang paling
dominan berhubungan dengan kinerja petugas gizi adalah pendidikan dan sosial budaya.
Dari hasil ini disarankan lerutama kepada Dinas Kesehatan Kota dan
Kabupaten Pontianak serta Kanwil DepkcsfDinas Kesehatan Propinsi Kalimanlan Barat
agar melakukan pcnempatan dan pengadaan tcnaga gizi sesuai dengan Iatar belakang
pendidikan dan mcmbuat pcdoman yang jelas tentang tugas pdkok dan tugas khusus
sesuai dengan permasalahan gizi di wilayah kenja puskesmas.
Daliar Bacaan 43 (I974 _ 2000) PERPUST U 5 2 l
AKA/EN PU
IINKVERSEMS ,szfsomggg
Egmbdiin/i'5§c§ah dar!

Abstract
ABSTRACT
Nutrition Program in Indonesia carried out by Indonesian Health
Departement has the objective to decrease the morbidity rate of malnutrition which
include Disturbances of lodium Deiiciency, Protein Deficiency, Anemia of Fen-um
Deficiency, and Vitamin A deficiency. 'I`his effort is expected to support thc
acceleration of The Infant Mortality Rate and The Mother Mortality Rate.
The Nutritional oflicial of Public Health Clinic as the frontline staff
practitioner/official in providing health services to public especially in the Held of
nutrition must have good effort in sueceding the Nutrition Program. However, the
achievement of the program in Pontianak City and Pontianak Distric has been low as
the result ofthe poor perfomtance ofthe Nutrition Oflicial. Dealing with this matter,
this research has thc objective to obtain and know the factors considered to have
relation with the performance of Nutrition Ofiicial of Public Health Center in
Pontianak City and Pontianak District
This study was conducted at Health Cenue in Pontianak City and Pontianak
Distric in October until November 2000. The sudy sample were 62 nutrition main
staffs who worked at Health Centre in Pontianak City and Pontianak Distric. T`his
study employed a cross sectional method. ~
The analysis techniques used were univariat, bivariat, multivariat analysis :
iiequency distribution, ch-square, and logistic regression. This study reveals that the
perfonnance ofthe nutrition staff is low. The bivariat analysis shows that factors that
correlate with low performance of the nutrition staff (p < 0,05) were motivation, knowledge, education, remoteness, couclting, workmates end worltatmosphere, while
factors that do not cotrelate with the performance are age, experience, social and
cultural background, accessibility, and training. The multivariat analysis indicates
that variables mostly correlating with thc perfonnance of the nutrition staffs are
education background and social and cultural background.
Based on the study, it is recommended that health departemcnt ofthe city and
district as well as the provincial oflice ofthe health dcpartcment of West Kalimanlan
province should recntit and assign nutrition stat? according to their education
background and should estabilish explicit guidelines concerning the staB`s'major and
minor duties based on the nutrition issues within the puskesmas service area.
References 43 (1974-2000)"
Universitas Indonesia, 2001
T 5877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Theresia Rhabina Noviandari
"Jamkesmas merupakan program pemerintah untuk menjamin kebutuhan kesehatan masyarakat miskin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Jamkesmas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi potong lintang. Populasi penelitian ini adalah masyarakat wilayah kerja Puskesmas Paal Merah I Kecamatan Jambi Selatan. Responden penelitian ini adalah 100 orang yang dipilih secara acak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 54% responden memanfaatkan Jamkesmas. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan Jamkesmas diperlukan adanya dukungan keluarga dan petugas kesehatan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, mempermudah aksesibilitas, serta meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang program Jamkesmas melalui sosialisasi yang efektif.

Jamkesmas is a government program for poor people to keeping their health needed. The purpose of this research is to find some factors related to utilization of Jamkesmas. This study is a quantitative research which uses cross sectional design. The population was community in public health service of Paal Merah I area. 100 respondents were selected by random sampling.
The results show 54% respondents used Jamkesmas. In order to increase utilization of Jamkesmas, people need supports from their family and health servants to using health service, easier accessibility, and more information about Jamkesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>