Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 47575 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erdi Nur
"Pengendalian terhadap vektor penyakit demam berdarah sampai saat ini masih menggunakan insektisida dan larvasida sintetis. Penggunaan secara berulang-ulang mengakibatkan timbulnya resistensi vektor, matinya hewan lain yang bukan sasaran, dan pencemaran terhadap lingkungan. Untuk mengurangi berbagai dilema tersebut perlu dicarikan alternatif dengan menggunakan pestisida nabati.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui toksisitas ekstrak daun selasih (Ocimuni sanctum) pada berbagai konsentrasi sehingga dapat diketahui konsentrasi yang efektif untuk membunuh larva Aedes aegypti.
Rancangan penelitian adalah post-test only control design dimana subyek dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan 5 (lima) perlakuan dan 5 (lima) replikasi. Bahan yang digunakan adalah daun selasih (Ocimum sanctum) yang diekstrak dalam etanol 10%, kemudian dilarutkan dalam aquadest dengan konsentrasi 1200 ppm, 1300 ppm, 1 400 ppm, 1500 ppm, dan 1600 ppm. Selanjutnya dimasukkan larva Aedes aegypti sebanyak 40 ekor pada masingmasing kontainer yang berisi larutan ekstrak.
Untuk menentukan LC50 (LC= lethal concentration) digunakan analisis prabit. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pemberian ekstrak daun selasih (Ocimum sanctum) terhadap kematian larva digunakan uji Anova satu faktor. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna setiap perlakuan dilakukan dengan uji Bonferroni.
Dan hasil penelitian diperoleh LC50 sebesar 1293.8 ppm. Hasil uji anova diperoleh p < 0.05, yang berarti ada perbedaan yang bermakna secara signifikan pada taraf 95% antara pemberian berbagai konsentrasi ekstrak daun selasih terhadap kematian larva Aedes aegypti. 5edangkan konsentrasi yang effektif untuk membunuh larva Aedes aegypti sebesar 1523,4 ppm. Penelitian ini merekomendasikan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang zat aktif dalam daun selasih yang berperan sebagai larvasida, menentukan batas keamanan konsentrasi, dan uji lapangan sebelum diterapkan untuk pengendalian larva, serta penelitian kemungkinan dapat dimanfaatkan sebagai repelent dan insektisida.
Daftar bacaan : 38 (1983 - 2000)

Toxicity of Extract from Ocimum Sanctum Leaves Toward Death of Aedes Aegypti LarvaThe controlling for vector of dengue hemorrhagic fever has been using insecticide and synthetic larvicide?s. The use of insecticide repeatedly produces vector resistance, death of another animal that are not target, and environmental pollution. To reduce those dilemmas we have to choice alternatives for instance by using phyto pesticide. This research aimed to know toxicities of extract from Ocirnrnn sanctum leaves in various its concentration, so that we will know what concentration is effective to kill Aedes aegypti larva.
The research design is post-test only design, the subject is divided to two groups-groups for treatment and controlling with five treatments and five replications by using extract from Ocimum sanctum leaves. It is extracted in ethanol solution 10%, and then is dissolved in aquadest with 1200 ppm, 1300 ppm, 1400 ppm, and 1600 ppm. concentration. Finally 40 Aedes aegypti larva are filled in container that has been contained extract ofOc/mum sanctum leaves.
To determine LC50 (lethal concentration) has been used probit analysis and to know differences from providing Ocimum sanctum leaves extract toward larva death has been used one-way ANOVA test. While to know differences of significant test in each of treatment have been used Bonferonni test.
The results of this research described LC5o is I293.7 ppm. The result of ANOVA test is p,al,, < 0.05, it means there are significant differences in 95% confidence level between in providing various extract concentration from Ocimum sanctum leaves toward Aedes aegypti larva death.
The effective concentration to kill Aedes aegypti larva is 1523.4 ppm. Recommendations on this study are important to see about active subtance in Ocimum sanctum leaves that act as larvicide?s on further study, finally it can be use as repellent and insecticide.
References: 38 (1983 - 2000)"
Universitas Indonesia, 2000
T5206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jordan Ricky Tanuwijaya
"Hipertensi merupakan penyakit vaskular dengan jumlah penderita yang banyak di dunia, menurut catatan Badan Kesehatan Dunia WHO tahun 2011 ada satu milyar orang di dunia yang menderita hipertensi dan dua per tiga diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang. Salah satu pilihan obat antihipertensi yang digunakan adalah golongan inhibitor Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Obat golongan penghambat ACE ini juga dapat diperoleh dari produk bahan alam. Salah satunya yang diduga memiliki efek penghambat ACE adalah daun ungu (Graptophyllum pictum Griff.).
Pada penelitian ini, daun ungu diekstraksi dengan etanol 80%, kemudian difraksinasi dengan n-heksana, diklormetan, etil asetat, dan metanol untuk diuji efek penghambatan aktivitas ACE. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui fraksi ekstrak daun ungu dengan efek penghambat aktivitas ACE terbaik dan mengetahui kandungan metabolit sekunder di dalamnya.
Hasil menunjukkan bahwa fraksi metanol dan etil asetat dari ekstrak etanol daun ungu memiliki efek penghambatan aktivitas ACE terbaik dengan IC50 metanol sebesar 0,88 μg/mL dan IC50 etil asetat sebesar 0,92 μg/mL. Adapun kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada fraksi metanol ekstrak etanol daun ungu adalah alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, terpenoid, dan glikosida, sedangkan pada fraksi etil asetat ekstrak etanol daun ungu adalah flavonoid, glikosida, terpenoid, tanin.

Hypertension is a vascular disease with a large number of patients in the world. According to the World Health Organization in 2011 there are a billion people in the world who suffer from hypertension, and two-thirds of which are in low-income developing countries. One of the antihypertension drug that is being used is Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor. The ACE Inhibitor can also be obtained from natural sources. One of the natural sources that is predicted to have the effect of ACE activity inhibition is the leaf of Wungu (Graptophyllum pictum Griff.).
In this study, Wungu leaves is being extracted using 80% ethanol, then fractionated with n-hexane, dichlorormethane, ethyl acetat, and methanol to determine their ACE activity inhibition. The purpose of this study is to find out the extract fraction of Wungu with the best ACE activity inhibition effect and to determine the phytochemical contents in the fraction.
The results showed that the methanol and etyhl acetate fractions from the ethanol extract of the Wungu leaves has the best inhibitory effect of ACE activity with IC50 of methanol at 0,88 μg/mL and IC50 of ethyl acetate at 0,92 μg/mL. As for the chemical compounds contained in methanol fraction from the ethanol extract of the Wungu leaves are alkaloids, flavonoids, tannins, terpenoids, saponins, and glycosides, whereas in ethyl acetate fraction are flavonoids, glycoside, terpenoids, and tannins."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krisanti Juwati
"ABSTRAK
Penelitian efek hipoglisemik ramuan ekstrak daun tapak dara dengan biji petai cina ini merupakan penelitian lanjutan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol ramuan daun tapak dara dengan biji petai cina (0,10 g serbuk daun tapak dara + 1,04 g serbuk biji petai cina per kg berat badan) menunjukkan efek yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan dosis lain.
Pada penelitian ini dilakukan pengulangan dengan menggunakan dosis: T: 0,10 g serbuk daun tapak dara + 1,04 g serbuk biji petai cina (T2P1); II: 0,115 g serbuk daun tapak dara + 1,196 g bubuk giji petai cina (T21P11); dan III: 0,085 g serbuk daun tapak dara + 0,88 g bubuk biji petal Gina (T211P111) masing-masing per kg berat badan. Selain itu dilakukan pula uji standarisasi ekstrak ramuan dengan fraksionasi kolom dan dilanjutkan dengan analisis menggunakan GCMS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak ramuan daun tapak dara dengan biji petai cina memberikan efek hipoglisemik dan dosis yang paling baik diantara 3 dosis yang digunakan dalam percobaan adalah T21P1 I, yaitu 0,115 g serbuk daun tapak dara + 1,196 g bubuk petal cina per kg berat badan. Standarisasi dilakukan dengan menggunakan prosedur ekstraksi etanol; pengasaman dengan HC1; ekstraksi dengan petroleum eter; lapisan air diekstraksi dengan khloroform, selanjutnya, lapisan air bersifat basa diekstraksi ulang dengan khloroform: metanol. Puncak-puncak yang mungkin digunakan pada standarisasi adalah dengan waktu retensi 23,09; 28,57; dan 40,28 menit. "
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Exaudi Ebennezer
"Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terbukti kaya akan kandungan xanton yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Pada penelitian ini digunakan metode peredaman DPPH (2,2-Difenil-1-pikrilhidrazil) untuk mengetahui IC50 dari ektrak etanol kulit buah manggis dan sediaan serum. Penelitian ini merupakan aplikasi dari ekstrak kulit buah manggis dalam sediaan likuid dengan sedikit pelarut dan banyak komponen bioaktif, yang dalam istilah kosmetik disebut sebagai serum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas fisik dan pengaruh dari vitamin C terhadap aktivitas, stabilitas dan daya penetrasi ekstrak etanol kulit buah manggis pada serum antikerut. Selanjutnya ekstrak diformulasikan ke dalam tiga jenis sediaan yang terdapat variasi vitamin C sebagai peningkat penetrasi dan satu sediaan tanpa ekstrak dan vitamin C. Ketiga sediaan diuji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus betina galur Sprague-Dawley. Nilai IC50 ekstrak etanol kulit manggis adalah 15,27 ppm, sedangkan sediaan formula 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 dan 126,52 ppm. Jumlah kumulatif xanton total yang terpenetrasi dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 15,79±0,18; 26,85±1,03 dan 61,05±2,53%. Fluks dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 0,15±0,003; 0,37±0,01 dan 0,92±0,03 μg/cm2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya vitamin C akan meningkatkan daya penetrasi sediaan serum. Seluruh sediaan menunjukkan kestabilan secara fisik.

Mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) has been proved to have plenty of xanthone with high antioxidant. This study was done using DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) to determine the IC50 of ethanolic extract of mangosteen pericarp and serum preparations containing extract. This study is an application of mangosteen pericarp extract in liquid preparations with a little solvent and many bioactive components, which in terms of cosmetics called serum. The aims of this study are to test the physical stability and the effect of vitamin C on the activity, stability and penetration ability of ethanolic extract of mangosteen pericarp on antiaging serum. Furthermore, ethanolic extract formulated into three variations in preparation of vitamin C as a penetration enhancer and one preparations without extract and vitamin C. The three preparations were examined their penetration ability by in vitro Franz diffusion cell using rat abdominal skin as diffusion membrane. IC50 values of ethanolic extract of mangosteen pericarp were obtained at 15,27 ppm, whilst the preparations formula 1, 2, 3 and 4 were 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 and 126,52 ppm, respectively. Total cumulative penetration of total xanthone from formula 2, 3 and 4 were 15,79±0,18; 26,85±1,03 and 61,05±2,53%, respectively. Flux of total xanthone from formula 2, 3 dan 4 were 0,15±0,003; 0,37±0,01 and 0,92±0,03 μg/cm2.hour, respectively. Based on these results, it can be concluded that the presence of vitamin C will increase the penetration ability of serum preparation. All preparations showed physical stability.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Tamsiah Yulianti
"Penelitian laboratorium telah dilaksanakan. untuk meme
riksa 12 tanaman obat, yang diduga masing-masiig mengandung
zat bakteriostatjk atau bakterisid.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menipelajar
secara kualitatif aktifitas antibakteni in vitro dan
tanaman terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa
dan Staphylococcus aureus.
Pilihan untuk mengambil Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus sebagai kuman percoba
an didasarkan atas kenyataan, bahwa inikroorganisma tersebut
dianggap merupakan kuman patogen yang paling sening ditemu
kan pada infeksi manusia, terutama pada. infeksi genitourina
rius;. mikroorganisma tersebut pada .umumnya adalah resisten
terhadap banyak antibiotik.
Tes aktifitas antibakteni dilakukan dengan cara cakram
dengan melaksanakan teknik Kirby-Bauer dengan beberapa
modifikasi dan penyesuaian, seperti yang biasa dikerjakan
di Bagian Mikrobiolo.gi Fakultas Kedokteran Universitas Indo
nesia Jakarta.
Hasil tes aktifitas antibakteni adalah sangat baik,
oleh karena 8 dari sejumlah 12 tanaman obat yang dipeniksa
menunjukkan hasil pengaruh antibakteri secara in vitro yang
sangat jelas, seperti yang diperlihatkan berturut-turut oleh Allium sativum L, Psidium guajava L, Punica granatum L
var alba. Areca catechu L, sedangkan Lf tanaman (Averrhoa bi
limbi L, Boesenbergia pandurata (Poxb.) Schlecht, Moringa
oleifera Larnk dan Musa brachycarpa Backer) inemperlihatkan
aktifitas antibakterj yang leinah.
Aktifitas antibakterj terhadap ketiga jenis kuman (Escherichia
coil, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus)
yang dicoba diperiihatkan oleh tanarnan Ailium sativum L.
Aktifitas antibakteri hanya terhadap kuman Staphylococcus
aureus adaiah tanaman Areca catechu L, Boesenbergia pandura
ta (Poxb.,) Schlecht, Moringa oleifera Lamk, Psidium guaja-.
va L dan Punica granatum L var aiba, sedangkan Averrhoa biiirnbi
L adaiah positif antibakterial hanya terhadap Pseudomonas
aeruginosa; disamping itu Musa brachycarpa Backer agk
nya memperiihatkan a,ktifitas antibakteri yang relatif iemah
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coil.
Mernpe].ajari hasil yang diperoieh dari penelitian laboratoriurn,
maka dapat diambil kesimpuian sebagai benikut
1. Beberapa tanaman obat yang terbukti mengandung zat anti-.
bakteni, dapat digunakan iangsung sebagai obat untuk men
hiiangkari infeksi kuman, oleh masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil.
2. Dari sejumiah 12 tanaman obat yang dipeniksa, Allium sativuin
L yang aktifitas antibakterinya terhadap ke 3 spesies
kuman yang dicoba, dapat dianggap sebagal antibakteri
yang berspektrum lebar.
3. Sernua tanaman obat yang dicoba dan terbukti mengandung
zat antibakteri, sebaiknya dicoba lebih lanjut terhadap
spesies kuman yang jumiahnya lebih besar yang diasingkan
dari pasien (strain liar).
14. Semua tanarnan obat yang dicoba, yang secara kualitatif
menunjukkan aktifitas antibakteri, sebaiknya dicoba le-
: bih lanjut secara kuantitatif.
5. Oleh karena zat antibakteri yang dicoba itu merupakan ba
han kasar (crude) yang diekstraksi dari tanaman, maka Se
baiknya penelitian lanjutan dilakeanakan untuk mengetahui
zat apa yang sesungguhnya mempunyai aktifitas antibakteni.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Hanani
"ABSTRAK
Anacardium occidentale Linn atau dikenal dengan nama daerah jambu mede merupakan salah satu tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional disamping biji yang sering dimanfaatkan sebagai makanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salah satu kandungan kimia golongan flavonoid yang terdapat dalam daun jambu mede muda yang terkandung dalam fraksi etilasetat. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur panjang gelombang serapan maksimum senyawa flavonoid dengan penambahan beberapa pereaksi geser.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam daun jambu mede muda terdapat senyawa golongan flavonoid turunan flavonol yang mempunyai gugus hidroksil pada posisi 3,7, 3 dan 4."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Medicinal plants, called "Sarang Semut", myrmecodia pendens Merr. & Perry (Rubiaceae) is an epiphyt traditionally used in Papua for healing various diseases such as hyperuricemia, reumathic, and cancer. A chemical compound recognized as xanthinoxidase inhibitor has been isolated from n-buthanol fraction of the palnt extrac. The isolation was carried out by column chromatography (Sio,CHCL - MeOH = 5 : 1-1 : ) and the purification was conducted using high presure liquid chromatography (RP,C - 18 ; MeOH - = 5 : 1)). The activity test for xanthinoxidase inhibitor was performmed by using modified Noro method. The pure compound showed xanthinoxidase inhibitor activity of IC at 79,77%"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fauziah Fadhly
"Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki flora yang beragam yang memperkaya sumber daya alamnya. Dari beragam jenis flora tersebut, terdapat juga tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan. Salah satu jenis tanaman yang biasa digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat adalah tanaman Amomum cardamomum yang umumnya dikenal sebagai tumbuhan kapulaga. Tanaman ini diyakini memiliki kegunaan dalam bidang medis yang dipercaya dapat berperan dalam pengobatan berbagai jenis penyakit, seperti untuk meredakan gangguan pencernaan, saluran kencing, pernapasan, dan sistem saraf. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan kimia, khususnya fenol dan minyak atsiri, pada benih tanaman Amomum cardamomum yang nantinya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan manfaat dari ekstrak biji tanaman tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif seperti uji ekstrak, kromatografi lapis tipis, dan uji spektrofotometri. Dari berbagai tes tersebut, diperoleh hasil bahwa ekstrak biji Amomum cardamomum mengandung senyawa fenol dan minyak esensial. Dengan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa Amomum cardamomum biji mengandung minyak atsiri dan fenol yang dapat digunakan sebagai pengobatan beberapa penyakit.

As a tropical country, Indonesia has diverse floras that enrich the natural resources. Among a variety of flora, there are also plants that can be used as a medicinal plant. One type of plant commonly used by Indonesian society as a medicinal plant is a Amomum cardamomum plant commonly known as cardamom plants. These plants are believed that they are able to cure various diseases, such as to relieve digestive disorders, urinary, repiratory, and even nervous system problem. Therefore, this study was conducted to identify the chemical contents of, particularly phenols and volatile oil, the seeds of Amomum cardamomum plants that later can conduct further research to determine the benefits of this plant seed extract. This research was done by using descriptive study design such as extract test, thin layer chromatography, and spectrophotometry test. These tests obtained results that Amomum cardamomum seed extract contains phenol compounds and essential oils. By these results, it is concluded that the Amomum cardamomum seed contains phenol and volatile oil that can be used as the treatment of some diseases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Citra Resmi
"Sambiloto atau Andrographis panniculata merupakan tanaman tradisional herbal yang yang banyak ditemui di Indonesia. Penelitian Biokimia tentang efek antioksidan zat berkhasiatnya belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aktivitas antimalaria ekstrak etanol sambiloto (EES) pada hati mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei melalui pengukuran kadar malondialdehid (MDA) dan glutation (GSH).
Metode: Mencit jantan galur Balb/c dengan berat 28-30 g, 7-8 minggu, dibagi menjadi 4 kelompok secara acak, tiap kelompok terdiri atas 5 ekor mencit. Kelompok K: Kontrol, Kelompok A: kontrol negatif, Kelompok B: EES 2 mg/kgBB/hari selama 7 hari, C: klorokuin 10 mg/kgBB/hari selama 3 hari. MDA dan GSH diperiksa dengan metode spektrofotometri.
Hasil: Terlihat kadar MDA hati yang lebih rendah pada kelompok perlakuan EES dan klorokuin, walaupun tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (p≥0,05). Pada kelompok B dan C terlihat peningkatan kadar GSH dibandingkan kelompok kontrol negatif, kenaikan ini mendekati kadar kelompok kontrol. Pada pengujian statistik, tidak terlihat perbedaan yang bermakna antara kelompok K, B dan C (p≥0,05).
Kesimpulan: EES dapat menurunkan kadar MDA dan meningkatkan kadar GSH pda hati mencit yang diinfeksi dengan Plasmodium berghei, walaupun hasil ini belum bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif. Untuk aktivitas yang lebih signifikan di hati diperlukan pemberian EES dengan dosis yang lebih tinggi dari 2 mg/kgBB.

Andrographis paniculata is a traditional herb medicine usually used in Indonesia. The aim of this study were to determine the anti-malarial activity of ethanolic extract of sambiloto (EES) in Plasmodium berghei-infected mice through measuring the malondialdehyde MDA) and glutathione (GSH) levels.
Methods: Male mice (Balb/c strain) with weight 28-30 g, 7-8 weeks old, were randomly devided into 4 groups of 5 animals each. Group K: control (nil), Group A: negative control, and 2 treatment groups (B, C). Group B: EES 2 mg/kgBW, once per day for 7 days, and group C: chloroquine 10 mg/kgBW, once a day, for 3 days. All treatment was administered orally.
Results: MDA level of liver occurs lower in the EES and chloroquine treatment groups, although is not significant with negative control group (p ≥ 0.05). In B and C groups shown the increase of GSH liver level compared to the negative control group, but the level is approaching control group. On statistical analysis, there is no significant difference seen between the control, B and C groups (p ≥ 0.05).
Conclusion: EES can reduce MDA level and increased GSH level in mice liver infected with Plasmodium berghei, although this result is not significant compared to the negative control. For the significant effect, need further investigation to find the appropriate dose for hepar tissue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hening Pujasari
"Latar belakang: Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan salah satu kekayaan biodiversitas alam Indonesia khas Papua yang sejak lama dikonsumsi sebagai makanan dan dikenal memiliki khasiat obat antara lain terhadap penyakit keganasan. Namun disisi lain, dasar ilmiah cara pengobatan tersebut belum diketahui secara pasti sehingga perlu dilakukan penelitian bagi pembenaran ilmiah pemakaian tanaman obat tersebut. Minyak Buah Merah diketahui mengandung beta karoten dan tokoferol yang tinggi. Berbagai penelitian menunjukkan tokoferol dapat menghambat pertumbuhan kanker payudara manusia pada kultur melalui induksi berhentinya sintesis DNA, diferensiasi sal, dan apoptosis. Karotenoid menurunkan pertumbuhan tumor payudara, meningkatkan ekspresi gen proapoptosis p53 dan BAX, menurunkan ekspresi gen antiapoptosis Bcl-2, dan meningkatkan rasio BAX:Bcl-2 pada tumor. Gen .repressor p53 dapat menginduksi cell cycle arrest sehingga memungkinkan terjadinya perbaikan DNA dan apoptosis.
Tujuan: mengetahui pengaruh pemberian MBM per oral sebanyak 0,5ml, Iml, dan 2ml terhadap aktivitas apoptosis dan pertumbuhan tumor kelenjar susu mencit C3H.
Rancangan penelitian: merupakan penelitian in vivo, digunakan 4 kelompok, 3 kelompok uji dan 1 kelompok kontrol, masing-masing 10 ulangan. Aktivitas apoptosis dilihat melalui indeks apoptosis menggunakan uji TUNEL. Perturnbuhan tumor dinilai dengan melihat aktivitas proliferasi menggunakan pulasan histokimia AgNOR. Selanjutnya dicari kemaknaan antara indeks apoptosis dan nilai AgNOR dart kelompok kontrol dan kelompok uji.
Hasil dan Kesimpulan: Analisis varian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara indeks volume, berat, dan indeks apoptosis kelompok kontrol dan kelompok uji (p>0.05) walaupun ada kecnderungan adanya peningkatan aktivitas apoptosis pada mencit yang medapatkan MBM. Sebaliknya terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara nilai AgNOR kelompok kontrol dan kelompok uji. Dan hasil uji multiple comparison untuk menetapkan dosis optimal dart ketiga dosis (0,5m1, 1 ml, 2m1), didapatkan bahwa dosis 2m1 terbukti bermakna secara statistik menurunkan proliferasi. Dengan demikian pada penelitian ini dapat disimpulkan adanya efek penekanan aktivitas proliferasi pada mencit yang mendppatkan MBM per oral dengan dosis optimal 2m1.

Background: Red Papua (RP) is one of the Indonesian natural properties. Originally, RP comes from Papua province. It is consumed by Papua people as daily food since a long time ago. RP is considered to be cancer medicine, particularly for breast cancer treatment. Alternatively, the justification on the use of RP as an anti cancer has not been established yet. Hence, scientific evidence on anticancer effect of RP is necessary. The previous study suggests that Red Papua Oil (RPO) contains a huge amount of carotene and of tocopherol. Some studies indicate that tocopherol can inhibit the growth of human breast cancer cell culture by prohibiting of DNA synthesis, induction of cell differentiation and apoptosis. Carotene reduces the rate of growth of breast tumor, improves gene expression of pro-apoptosis and p53 of BAX, degrades gene expression of anti-apoptosis Bcl-2, and increases the ratio of BAX: BCL-2. P53 gene can induce arrest cycle cell so that it enables cells to repair the DNA and generate apoptosis.
Aims: to identify the influence of RPO intake of 0,5m1, 1m1, and 2ml doses per oral on apoptosis and its effect on tumor growth in mammary gland tumor of C3H strain mouse.
Method: Twenty-four mice were randomly divided into four groups, three groups of RPO-treated groups and one control group. After tumor was transplanted, the three doses of RPO were given to the three groups. By twenty-eight day treatment, apoptosis and proliferation activities were measured_ TUNEL essay was used to detect apoptotic activity_ The tumor growth, which was determined by proliferation activity, was assessed by a histochemical technique, AgNOR (silver-staining nucleolar organizer regions). Statistical significance of Apoptosis Index (AI) and AgNOR value in control and groups treated with varied doses of RPO were calculated
Results and Conclusion: Variant analysis indicated that there was no significant difference of volume, weight and AI among control group and treated groups (p>0.05). However, there was a tendency to an increased apoptotic activity on the treated groups. On the contrary, AgNOR values were significantly different (p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17684
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>