Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71008 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudi Sugiarto
"Setiap rumah sakit pasti menghasilkan berbagai macam limbah klinis yang terdiri dari limbah infeksius, toksik dan radioaktif, hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, sangat penting bagi rumah sakit untuk selalu menjaga lingkungan. Rumah sakit juga harus tahu bahwa banyak faktor yang mempengaruhi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan membuat model tentang lingkungan rumah sakit, sehingga rumah sakit dapat menjaga kinerja lingkungannya. Penelitian ini menggambarkan tentang faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan, dimana rumah sakit menghasilkan faktor tersebut. Hasilnya menunjukan bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap limbah cair rumah sakit adalah sumberdaya manusia, instalasi pengolah limbah, program pengelolaan limbah cair, pengelolaan limbah bahan berbahaya dan minimisasi maupun reuse. Faktor utama dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah sumberdaya manusia dan organisasi, desinfeksi dan cuci tangan, kaliberasi alat sterilisasi, surveilans dan sanitasi rumah sakit. Semua faktor tersebut harus mengacu kepada peraturan yang ada dan tingkat kepatuhannya atau ketaatannya kepada peraturan digambarkan dengan peringkat hitam sampai keperingkat emas untuk yang paling patuh.

Model Hospital Performance Rating In Environment Pollution ControlAny hospital produces many medical wastes that contain infectious, tout or radioactive substances which are very dangerous for public health and environment. Therefore it is very important that all hospitals take serious care of their environment. They must know there are many factors that influence the hospital environment. This research is aimed at learning and making a model of environment of hospital that can prevent pollution. This research describes factors creating various kinds of hospital pollution and identifies the major kinds of pollution that hospitals generally produce. The results indicate that there are three kinds of pollution. They are liquid wastes, nosokomial infection and solid wastes. The factors that hospitals must consider in managing liquid wastes are human resources, liquid waste installation, and program for liquid wastes processing according to the Minister Environment decree, No. 58 / 1995 and processing of dangerous waste water, program in managing liquid wastes, minimization and reuse. The main factor of Nosokomial infection are human resources and organization, disinfectant and hand washing, calibration for sterilization instruments, program for sterilization, structure of building, hospital sanitation and surveillance. The main factors of solid waste are human resources, incinerator, and solid waste place, recycle, repurchase, minimization and mouse and insect control. The hospital management waste must adhere to the rules, so the ranks depend on adherence from black rating until gold rating."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T7791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmy Sulastri
Jakarta: Universitas Indonesia, 1998
M.18 Sul d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hardiyoto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1990
S41876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Yuniarti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26556
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Andriansyah
"Pemeringkatan industri rumah sakit berdasarkan kinerja merupakan sumber informasi yang berharga bagi berbagai stakeholder dalam industri tersebut. Agar pemeringkatan terhadap berbagai nlmah sakit dapat dilakukan, maka diperlukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja rumah sakit. Kinerja setiap rumah sakit kemudian diukur relatif terhadap faktor-faktor tersebut kemudian dibandingkan dengan kinexja nlmah sakit lain untuk mengetahui peringkat suatu rumah sakit dalam industri rumah sakit secara keseluruhan.
Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) digunakan untuk memexingkatkan rumah sakit berdasarkan kinerjanya. Langkah awal yang dilalcukan adalah mengidentiiikasi herbagai ul-curan kinerja rumah sakit yang dibagi ke dalam kriteria dan subkriteria. Perbandingan berpasangan kemudian dilalcukan untuk mengetahui bobot masing-masing kriteria dan subkriteria. Berikutnya dilakukan perhitungan lconsistensi pada setiap matriks perbandingan berpasangan sebagai bentuk valiclasi dari model yang telah terbentuk. Langkah akhir penyelsaian model adalah dengan membuat skala intensitas untuk setiap subkxiteria pada model.
Model pengukuran kinerja yang terbenmk terdiri dari delapan kliteria utama dan 34 subkriteria. Setiap matriks perbandingan berpasangan memiliki rasio konsistensi kurang dad 10%, sehingga model bersifat konsisten. Aspek-aspek kualitatif memiliki bobot lebih besar daripada aspelc kuantitalif dalam penentuan kinerja rumah sakit. Penclilian Icbih lanjut untuk menentukan interval skala intcsitas untuk masing-masing subkriteria masih diperlukan.

Hospital performance rating is valuable information for stakeholders of hospital industry. ln order to rate hospitals, we need to identiU factors that contribute to the overall performance of hospital, namely hospital performance measures. Perfomance of a hospital is then measured relative to the performance measures and is compared to another hospital’s performance. From the comparison process, we obtain hospital perfomiance rating within the industry.
The Analytic Hierarchy Process is carried out to rate hospitals based on their performance. The iirst step is to identify hospital perfomiance measures that are divided into criteria and sub criteria. Pairwise comparison is then applied to generate weights for criteria as well as sub criteria. Next, consistency ratio calculation for each pairwise comparison matrix is needed to validate the performance measurement model. Finally, rating intensities are constructed for sub criteria in the model.
As a result, performance measurement model for hospital rating consists of 8 criteria and 34 sub criteria. All of the pairwise comparison matrixes have consistency ratio value less than 10%, meaning that the model is consistent. It seems that qualitative performance measures affect hospital performance greater than quantitative performance measures, as can be seen from their relative weights.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Subirosa Sabarguna
Jakarta: Sagung Seto, 2008
362.1 BOY p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amin Subandrio W. Kusumo
Jakarta: UI-Press, 2004
PGB 0176
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Josi Khama Dewi
"Keterbukaan akses informasi merupakan salah satu mekanisme untuk mengkontrol kinerja alat lingkungan. Alat lingkungan berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan. Salah satu alat lingkungan yang dicanangkan dan telah kontinu dilaksanakan pemerintah adalah PROPER. PROPER dibuat oleh pemerintah untuk mengawasi kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan. Keterbukaan akses informasi mendukung kinerja PROPER. Salah satu bentuk keterbukaan informasi adalah melalui pengumuman hasil PROPER menggunakan pencitraan simbol warna. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini ingin mengetahui proses implementasi akses informasi PROPER. Dari hasil identifikasi didapatkan mekanisme pelaksanaan dalam mengakses informasi yaitu secara langsung (datang ke KLH) dan tidak langsung (menggunakan media perantara). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi PROPER adalah adanya penguatan kapasitas, peningkatan transparansi, peningkatan koordinasi dan perbaikan sistem sosialisasi. Dari hasil analisis SWOT (Strengths Weakness Opportunities Threats) di kuadran I yang memiliki kekuatan serta peluang, dirumuskan strategi yang pertama yaitu meningkatkan transparansi penilaian, kedua dengan mempertahankan penilaian dengan pencitraan simbol warna dan berskala nasional karena merupakan cara yang mudah untuk menginformasikannya kepada seluruh lapisan masyarakat dan strategi yang ketiga dengan memanfaatkan tokoh masyarakat untuk berperan dalam mengedukasi warga agar memahami PROPER.

Public Access to Information or information disclosure is one of mechanisms to control the performance of environmental equipment, which contributes to sustainable development. One of the environment tools that has been proclaimed and has been continuously implemented by the government is PROPER. PROPER is developed by the Ministry of Environment to oversee the company's environmental management performance. Public Access to Information supports PROPER performance. In the case of PROPER, one of the information disclosure forms is through the announcement of the PROPER by using color imaging symbol. The purpose of this study is to better understand the implementation process of information disclosure in PROPER. From the research, it is understood that public access to information mechanisms in PROPER can be divided into direct access to information (by coming in person to Ministry of Environment Office) and indirectly (by using an intermediary medium). The study also reveals factors that could improve effectiveness of PROPER that include capacity building, increased transparency, as well as improved coordination and socialization systems. From SWOT (Strengths Weakness Opportunities Threats) analysis in quadrant I that has strengthen and oppurtunity for the available strategies, the strongest strategy to improved PROPER performance would be increasing transparency on the PROPER valuation process, second is keeping the use of color imaging symbol, and the third is giving role to community leaders in educating the public to understand PROPER."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T30204
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wiku Bakti Bawono Adisasmito
Jakarta: Rajawali, 2012
362.196 WIK a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>