Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158490 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sophia Hermawan
"Penyakit karies gigi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Hal ini terlihat dari angka prevalensi karies gigi pada murid sekolah usia 14 tahun di seluruh propinsi Indonesia pada akhir Pelita III, IV dan tahun 1995 sebesar 72,76 %, 73,41 % dan 74,41 %. DKI Jakarta merupakan daerah yang mempunyai prevalensi karies gigi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 93,38 % dan rata-rata angka pengalaman karies gigi (DMF-T) =2,82 gigi per anak dan angka PTI (jumlah gigi yang ditambal dibanding dengan pengalaman karies) sebesar 9,06 %. Angka ini masih jauh dibawah standar indikator target derajat kesehatan gigi dan mulut tahun 2000 yaitu minimal 50% pada usia 12 tahun. Hal ini menunjukkan kurangnya motivasi untuk berobat. Dengan demikian di DKI penyakit karies gigi masih merupakan masalah yang perlu diprioritaskan untuk dilakukan upaya penanggulangan. Namun upaya kuratif termasuk relatif mahal, sehingga dipilih altematif pencegahan karies yang antara lain dengan kumur Fluor. Berdasarkan altematif tersebut maka dapat digambarkan masalah penelitian yaitu belum adanya evaluasi tentang hubungan antara pemberian kumur Fluor dengan angka DMF-T, serta faktor lain yang diduga turut berperan dalam hubungan tersebut.
Adapun tujuan penelitian adalah diketahuinya rata-rata angka pengalaman karies gigi murid SD di DKI Jakarta dan diketahuinya hubungan pemberian kumur Fluor dengan angka DMF-T pada murid SD di DKI Jakarta, setelah dikontrol dengan variabel kebiasaan sikat gigi, konsumsi gula, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua dan pengetahuan pemeliharan kesehatan gigi.
Pada penelitian ini digunakan disain Cross Sectional , dengan populasi adalah seluruh murid SD di 5 wilayah DKI Jakarta, baik yang mendapat kumur Fluor maupun tidak. Sedangkan sampel adalah murid SD kelas 5 dan 6 yang berusia 12 tahun pada SD tertentu yang dipilih secara acak bertingkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata angka DMF-T pada murid SD di DKI Jakarta adalah 3,020 gigi per anak, berarti sedikit melampaui Batas maksimal indikator derajat kesehatan gigi tahun 2000 ( lebih kecil dari 3 ). Namun rata-rata angka DMF-T pada kelompok kumur Fluor lebih kecil /lebih baik (2,74) gigi per anak, dibandingkan kelompok non kumur Fluor yaitu 3,30 gigi per anak. Dilihat dari segi hubungan, maka terdapat hubungan yang bermakna antara variabel kumur Fluor, kebiasaan sikat gigi dan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi, sehingga cocok dimasukkan dalam permodelan. Dari faktor kekuatan hubungan dan peluang meningkatnya kekuatan hubungannya dengan angka DMF-T , faktor kebiasaan sikat gigi adalah yang paling kuat hubungannya, diikuti kumur Fluor dan pengetahuan kesehatan gigi. Ditinjau dari segi efektivitas kegiatan sikat gigi masal dalam program UKGS disertai penyuluhan tentang kebiasaan sikat gigi merupakan Cara yang paling efektif, efisien dan serta alternatif yang paling tepat.
Pada penelitian ini penulis menyarankan agar kegiatan sikat gigi masal dan penyuluhan tentang kebiasaan sikat gigi terus dilakukan secara intensif dan berkesinambungan di seluruh Indonesia. Sedangkan kumur Fluor khusus pada daerah dengan konsentrasi Fluor dalam air minum rendah. Khusus DKI Jakarta dan kota besar lainnya dengan sosial ekonomi cukup baik, dianjurkan kegiatan sikat gigi masal disertai penyuluhan tentang kebiasaan sikat gigi dengan menggunakan pasta mengandung Fluor.

The Association between fluorides mouth rinsing and Caries Experience (DMF-T) score in primary school students at DKI Jakarta in 1995-1996.Caries dentist is still a serious health problem. It was shown by dental caries prevalence in 14 years students in Pelita III, IV and 1995, is 72,76 %, 73,74 °/o and 74,41 %. DKI Jakarta has a high caries prevalence, that is 93,38 % and DMF-T = 2,82 teeth for each student and PTI (Performance Treatment index or the amount of teeth have been filled compared by DMF-T score) = 9,06 %. This percentage is much lower than the standard of dental health indicator in the year of 2000, which will be achieved as 50% at 12 years students. It was proved that there is lack of motivation to treat dental caries. That's why dental caries is still a main priority problem to solve. But as we know, curative effort is relative more expensive, so it was chosen alternative for preventing caries by fluorides mouth rinsing. Due to this alternative, there are several research problems : there are no evaluation about association between fluorides mouth rinsing and DMF-T score after controlling by another factor had relationship.
The purpose of the research is getting the mean of DMF-T score at primary school students at DKI Jakarta and knowing the association between fluorides mouth rinsing and DMF-T score after controlling by several factors such as tooth brushing habitual, sugar consumption, level of education of the parents, job of the parents and knowledge about dental health care. In this Cross Sectional research, we use population of all primary school students in 5 area in DKI Jakarta. The sample are the 5 and 6 years primary school students who are 12 years old, and chosen by multistage random sampling method.
This research shows that the mean of DMF-T score is 3.020 teeth for each student, or little bit higher than the standard of dental health target in the year of 2000. (< 3). But if we compare in 2 groups, the mean DMF-T score in fluoridation group (2.74) is smaller or better than in non fluoridation group (3.30). Concerning about the association, there is a association between flour mouth rinsing, tooth 'brushing habitual and knowledge of dental health care, so it was fit to be a best model. If we note about the strength of the association and the probability estimate of the association to DMF-T score, tooth brushing habitual has a strongest association and followed by fluorides mouth rinsing and knowledge of dental health care. Mass tooth brushing in School Dental Programmed (UKGS) and promotion about tooth brushing habitual is the most effective and the best alternative.
In this research the writer suggests that mass tooth brushing and promotion about tooth brushing habitual would be done intensively and continuously in the whole area of Indonesia. Fluorides mouth rinsing is recommended for certain area, which are fluorides concentration in water supplies is low. Especially for DKI Jakarta and other big cities, which are the sicio-economic condition is relative good , it was suggested mass tooth brushing and promotion about tooth brushing habitual with fluorides paste.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesian are having oral health disease which relate with oral hygiene. Most of oral health diseases are dental caries and periodontal disease. Dental crowding is one type of dental malocclusion that cause those diseases. On the other hand, behaviour has an important role to influence oral health status. The aim of this study to get information about the relation between behaviour and oral hygiene of school children with dental crowding in DKI Jakarta. This study has been done on 277 fourth to sixth grade elementary school children from 5 district at DKI Jakarta. This observasional study has been done by chi-square test. The result has shown that there is no relation between behaviour to oral hygiene of dental crowding school children (p=0,93)."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Hartini Sundoro
"Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh minum air susu ibu dan minum susu dengan botol terhadap terjadinya karies pada gigi sulung, dengan subyek anak usia 3-5 tahun di Posyandu dari 5 wilayah di DKI Jakarta. Sebanyak 105 anak diperiksa gigi-giginya untuk mengetahui frekuensi, def-t dan def-s rata-rata, keparahan karies yang diukur dengan klasifikasi Ochiai (1963), serta urutan jenis permukaan gigi yang paling banyak terkena karies. Kebiasaan minum susu sejak lahir ditanyakan kepada ibu-ibu subyek. Ternyata 92.38% dari subyek menderita karies dengan def-t rata-rata 8.28 dan def-s rata-rata 19.62. Pada anak yang minum air susu ibu frekuensi karies dan rata-rata def-t dan def-s lebih tinggi dibandingkan dengan minuet susu dengan botol. Demikian pula ukuran keparahan karies, yang ditunjukkan dengan banyaknya penderita karies kelas 4. Namun dengan perhitungan statistik keparahan karies antara yang minum ASI, minum susu botol, dan kombinasi ASI dan botol, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Sedang urutan jenis permukaan gigi yang paling banyak terkena karies antara yang minum air susu ibu dan susu botol adalah sama; yaitu permukaan proksimal, kemudian permukaan halus, dan yang terakhir permukaan oklusal."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Made Rasmini, Author
"ABSTRAK
Penyakit gigi dan mulut adalah penyakit yang terdapat secara luas pada masyarakat, baik pada anak-anak maupun orang dewasa, karena dapat terjadi pada gigi susu maupun gigi tetap. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan umum, yang penting dalam fungsi pengunyahan, bicara dan kecantikan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan maka perlu ditanamkan kebiasaan hidup sehat sejak dini yang dimulai dalam lingkungan keluarga dan disekolah. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada murid sekolah yang disebut Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) mempunyai tujuan agar tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Hasil penelitian Study Evaluasi Program UKGS di wilayah DKI Jakarta pada tahun 1988, menunjukkan prevalensi karies gigi 86,71 % dengan DMF-T rata-rata 2,98 dan tahun pada tahun 1996 meningkat menjadi 93,72 % dan DMF-T menurun menjadi 2,66. Performed Tratment Index (PTI) adalah 9,06 % pada tahun1988 dan menurun menjadi 6,39 % pada tahun 1996.
Melihat keadaan tersebut dan mengingat indikator derajat kesehatan gigi mulut pada tahun 2000 adalah DMF-T rata-rata < 3 dan PTI > 50 % serta kebersihan mulut termasuk kriteria baik, untuk umur 12 tahun, maka perlu diadakan suatu penelitian untuk memperoleh informasi faktor-faktor yang menyebabkan belum tercapinya PTI pada murid SD yang telah menerima pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Tahap III.
Peneltian menggunakan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian pada 6 SD di Kecamatan Palmerah dan 4 SD di Kecamatan Tambora. Sampel yang diteliti adalah murid kelas 6 yang telah memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dimana sample
diambil secara multistage cluster random sampling, dengan jumlah sampel 426 murid. Juga dilakukan wawancara dengan guru UKS dan pelaksana UKGS yang bertugas pada SD terpilih, dimana jumlahnya masing-masing 10 orang. Wawancara pada murid dilakukan untuk mendapatkan data, faktor demografi, pengetahuan, perilaku pelihara diri dalam bidang kesehatan gigi dan mulut serta dilakukan pemeriksaan kesehatan gigi . Wawancara dengan guru UKS untuk memperoleh data mengenai peran serta guru dalam kegiatan UKGS sedangkan wawancara dengan tenaga kesehatan gigi untuk memperoleh pelaksanaan kegiatan UKGS di lapangan. Data diolah secara statistik, mulai analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik mutipel dengan program stata.
Hasil penelitian memperlihatkan prevalensi karies pada murid kelas 6 adalah 82,9 % dengan DMF-T rata-rata 3,04 dan PTI murid adalah 6 %. Hasil model akhir menunjukkan bahwa PTI murid dipengaruhi oleh : pendidikan ibu, kebersihan mulut murid, jenis kegiatan dan tindakan kuratif yang dilaksanakan tenaga kesehatan gigi serta adanya interaksi pendidikan ibu dan jenis tindakan kuratif
Kesimpulan dari penelitian ini adalah selain pendidikan ibu murid mempunyai peranan yang besar dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan kegiatannya kurang melibatkan guru UKS dan orang tua murid. Pada penelitian ini kurang terlihat peranan guru UKS dalam kegiatan UKGS.
Disarankan bagi tenaga kesehatan gigi agar dalam melaksanakan kegiatan UKGS, selain guru kelas, hendaknya melibatkan guru UKS dan guru kelas 1 dan 2, karena materi kesehatan gigi dan mulut diberikan pada saat murid duduk di kelas 1 dan 2. Juga sangat diperlukan memberikan penjelasan pada orang tua murid secara langsung atau paling tidak pada POMG, sehingga dimengerti manfaat dari program. Untuk meningkatkan PTI, bagi murid yang takut perawatan gigi dengan bur. dapat digunakan bahan tumpatan Atrarrmatic Restorative Treatment.
Daftar Pustaka : 46 ( 1962 - 1998 )

ABSTRACT
Oral and dental diseases are widely spread community diseases which are found in both children and adults since they affect deciduous as well as permanent teeth. Oral Health constitutes an integral part of health in general with important aspects in relation with the mastication, speech and esthetic functions.
In order to enhance the quality of health, healthful living styles should be instituted as early as possible in life, starting within the family and school environments. The objective of oral health care services for schoolchildren, or School Oral Health Services ( SONS ), is the achievement of an optimal degree of oral and dental health.
The School Oral Health Service Evaluation Study Program in the Jakarta Special Area in 1988 showed a dental caries prevalence of 86.71% with an average DMFT of 2.98; the prevalence figure rose to 93,72 in 1996 while for that same year the average DMFT decreased to 2,66. Performed Treatment Index ( PTI) decreased from 9.06% in 1988 to 6.39% in 1996.
In view of these developments and the established dental health indicators for 2000 which comprise among others an average DMFT not exceeding 3,0, a PTI of at least 50% and a "satisfactory" degree of oral hygiene for the 12-year age group, a study to obtain further information on the factor relating to the failure to achieve an acceptable PTI level for schoolchildren with degree III SOHS in Jakarta was undertaken.
The study is of cross-sectional design. It involves six primary schools in the Palmerah and four primary school in the Tambora subdistricts. The sample studied are sixth graders who have received oral health care; the sample was taken through multistage cluster random sampling amounting to a total of 426 children. Also caned out were interviews with schoolteachers responsible for school health services and operators of SOHS, with a total of 10 persons at each target school. The objective of the interviews with the children was the collection of data on demography and knowledge and self care practices in dental health.
The children received dental examinations. Interview with the school health teachers was to acquire data on the participation and role of teachers in SOHS, while information on the implementation of SOHS was the goal of the interview with the dental health stag The data obtained was statistically processed, from univariat to bivariat and multivariat analysis with multiple logistic regression and strata program.
The results show a caries prevalence of 82,9% with and average DMFT of 3,04 and a PTI of 6%. The latest model indicates that PTI in schoolchildren is influenced by their mother's level of education, the children's state of oral hygiene, types of activities and curative care provided by the dental personnel and the existence of interaction between the level of the education of the mother and type of curative care rendered.
he conclusions reached in this study are that apart from the prominent role of the level of education of the children's mothers in maintaining oral health care, school health teachers and parents have not been adequately involved in SOHS activities. The role of the school health teacher in SOHS is in this study not too apparent.
It is recommended that beside the classroom teachers involved, the dental health staff also need to actively participate the school health teachers and the this and second grade teachers, since the school curriculum already provides dental health information material for first and second graders. It is also essential that information be disseminated directly to parents or in parent-teacher-association meetings to permit better understanding of the school dental program. To help increase the PTI figure, schoolchildren unwilling to be treated with dental burs should be provided treatment according to the Atraumatic Restorative Treatment ( ART) method.
Reading : 46 (1962 - 1998)
"
Depok: Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinebar Sekar Sukomasaji
"Latar Belakang: Prevalensi karies gigi di Indonesia 90% (2010). "Suku Anak Dalam" di pedalaman hutan Provinsi Jambi menganut paham animisme yang mempunyai pantangan menggunakan pasta gigi. Tujuan Penelitian: Mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan tindakan murid "Sokola Rimba" serta kaitannya dengan kepercayaan memelihara kesehatan gigi dan mulut terhadap risiko karies gigi. Metode: Deskriptif kualitatif etnografi dan kuantitatif cross-sectional dengan metode convenience sampling. Hasil Penelitian: Status karies gigi menurut indeks deft anak usia 5-10 tahun 5,18; indeks DMFT anak usia 5-10 tahun 4,59 dan remaja usia 12-18 tahun 16,53. Kesimpulan: Status karies gigi berkaitan dengan perilaku dan kepercayaan masyarakat "Suku Anak Dalam".

Background: Prevalence of caries in Indonesia is 90% (2010). "Suku Anak Dalam" in the jungle of Jambi Province believed in animism which prohibits the use of toothpaste. Objective: To identify the knowledge, attitudes, and practice "Sokola Rimba" students with its relation to the belief of maintaining dental and oral health on the risk of dental caries. Methods: Descriptive qualitative ethnographic and quantitative cross-sectional with convenience sampling method. Result: Caries status according to def-t index 5,18 children 5-10 years of age; DMF-T index of 4,59 children aged 5-10 years and adolescents aged 12-18 years are 16,53. Caries severity is related to the behavior and beliefs in "Suku Anak Dalam"."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winawati Radijanto
"Sejak PELITA III, perihal penyakit gigi dan mulut tercantum sebagai masalah kesehatan nasional yang perlu ditangani secara intensif karena prevalensi penyakit gigi dan jaringan penyangga gigi pada anak-anak usia sekolah (7-14 tahun) dan orang dewasa di Indonesia mencapai 80% dari jumlah penduduk.
Untuk mengatasinya diperlukan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut dengan meninjau berbagai aspek antara lain aspek lingkungan yang meliputi faktor sosial ekonomi, sosial budaya serta kesadaran dan perilaku masyarakat terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut.
Pencegahan penyakit gigi dan mulut anak-anak sebaiknya dilakukan sedini mungkin, yaitu sejak gigi sulung mulai tumbuh karena kerusakaan gigi merupakan proses patologis yang bersifat irreversible. Bila kerusakan gigi dibiarkan berlanjut akan berakibat tidak baik bagi pertumbuhan gigi tetapnya, antara lain kerusakan pada benih gigi tetap akibat infeksi gigi sulung yang berlanjut dan tumbuhnya gigi tetap yang kurang teratur.
Sampai saat ini di Indonesia belum ada indikator prevalensi karies gigi sulung maupun kebersihan mulut anakanak. Di samping itu penelitian di Indonesia mengenai hal tersebut di atas masih sangat sedikit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menambah informasi tentang prevalensi karies gigi sulung dan tingkat kebersihan mulut anak-anak serta pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap penyakit karies gigi dan kebersihan mulut anak-anak usia prasekolah yang ditinjau dari faktor pendapatan keluarga pendidikan ibu, status kerja ibu dan perilaku ibu yang berhubungan dengankesehatan gigi dan mulut anaknya.
Penelitian dilakukan dalam lingkup kecil yaitu pada anak-anak di Taman Kanak-Kanak (TK) Putra sebanyak 7 buah di Wilayah Jabotabek yang dikelola oleh Yayasan pendidikan Putra di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum.
Metoda penelitian yang digunakan adalah survai diskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sejumlah 165 sampel diambil secara acak proporsional dan acak sederhana. Cara pengambilan data melalui pemeriksaan gigi dan mulut langsung pada anak-anak dan wawancara dengan ibu anak-anak tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi anak-anak TK Putra cukup tinggi (90,97) dengan rata-rata def-t 7,5 dan indeks kebersihan mulut rata-rata sedang (0,97). Hasil penelitian tersebut menyatakan adanya pengaruh faktor sosial ekonomi dan kebersihan mulut terhadap karies gigi walaupun dalam korelasi yang lemah. Dari faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut ternyata kebersihan mulut merupakan faktor yang mendominasi faktor lainnya.
Untuk mencegah risiko terjadinya karies gigi sulung perlu dilakukan upaya peningkatan kebersihan mulut, peningkatan pengetahuan serta kesadaran para orang tua anakanak TK Putra akan pentingnya pencegahan penyakit karies gigi sedini mungki, yaitu melalui penyuluhan dan pemeriksaan secara teratur yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dari lingkungan Departetnen PU serta melakukan perawatan secara singkat dan sederhana bagi anak-anak yang telah menderita karies gigi."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Fardaniah
"ABSTRAK
Pada pemakaian gigi tiruan sebagian jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest sering menimbulkan masalah , antara lain terjadi pengumpulan plak padsa permukaan gigi penjangkaran tersebut.Untuk mengatasi hal ini maka dilakukan penelitian jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest yang berbeda pada gigi posterior bawah dan atas di daerah bukal.Yang diamati adalah 35 sampel gigi penjangkaran posterior bawah dan atas dan 35 sampel gigi tanpa cengkeram di dekat gigi penjangkaran sebagai grup control Jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest dibagi dalam 2 kelompok,yaitu jarak 0,5mm-2mm dan lebih besar dari 2mm. Sedangkan nilai Indeks Plak dibagi dalam 2 kelas,yaitu Indeks Plak Berat dan Indeks Plak Ringan.. Data. '.dianalisis dengan Tes Chi Square dan Tes Fisher dengan koreksi dari Yates dalam program Epi Info 5,yang hasilnya menunjukkan bahwa pengumpulan plak lebih-banyak pada gigi'penjangkaran posterior rahang bawah dengan jarak lengan cengkeram ke gingival crest 0,5mm-2mm.Sedangkan untuk gigi posterior atas tidak terdapat perbedaan bermakna dalam pengumpulan plak antara kelompok gigi penjangkaran dan gigi tanpa cengkeram.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada gigi penjangkaran posterior rahang bawah terdapat hubungan antara jarak lengan cengkeram kawat ke gingival crest dan pengumpulan plak."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etty S. Bakrie
"ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh pemolesan terhadap penglepasan ion fluor pada beberapa produk bahan tumpat semen Gelas lonomer yaitu Fuji-Ionomer tipe 11, Ketac-Fil, dan Ketac-Silver, yang dilakukan secara in-vitro pada 54 lempeng bahan tumpat semen Gelas Ionomer dan dibagi dalam 3 kelompok menurut jenis produknya. Dari tiap kelompok dibagi lagi menjadi 2 sub-kelompok yang tidak dipoles dan dipoles masing-masing 9 buah sampel. Dari tiap sub-kelompok dibagi lagi menjadi tiga kelompok yang masingmasing akan diukur penglepasan ion fluornya pada waktu yang berbeda yaitu setelah 24 jam, 2x24 jam, dan 6x24 jam sesudah pemolesan masing-masing sampel direndam dalam aquabidest, dan kemudian larutan rendaman tersebut diukur kadar ion fluornya yang dilepaskan dari lempengan sampel, dengan alat Spektrofotometri. Hasil penelitian yang dianalisis dengan ANOVA SATU ARAH dan t test menunjukkan bahwa jumlah fluor yang dilepaskan dari Ketac-Fil adalah yang terbanyak, disusul oleh Fuji Ionomer tipe II dan Ketac-Silver, baik pada kelompok tidak dipoles maupun dipoles. Sedang jumlah ion fluor yang dilepaskan dari sampel yang tidak dipoles dan dipoles tidak berbeda bermakna di antara ketiga jenis bahan tumpat semen Gelar Ionomer."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Anindita Hutomo Putra
"Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan untuk menyikat gigi sebelum tidur malam pada siswa-siswi kelas 5 di SDN 04 Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2012. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain non eksperimental, data dikumpulkan secara Cross Sectional. Sampel penelitian ini adalah 74 siswa kelas 5 SDN 04 Ciangsana. Dari hasil pengolahan data, terdapat satu faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan kepatuhan menyikat gigi sebelum tidur, yaitu ketersediaan fasilitas untuk menyikat gigi dengan p value 0.000. Diharapkan pihak sekolah, Puskesmas, dan Dinas terkait UKS dapat terus melaksanakan program-program kesehatan gigi dan mulut bagi siswa sekolah dasar.

This research discusses factors associated with students’ compliance of night tooth-brushing in the 5th grade students of Primary School 04 Ciangsana, district of Bogor 2012. Using quantitative approach and non-experimental design, this research collects data with Cross Sectional method. The sample of this research are 74 5th grade students of Primary School 04 Ciangsana. The results of data processing was, only one variable that had significant connection with the compliance of night tooth-brushing that was the availability of tooth-brushing facilities. It is expected that the school, Health Centre, and UKS-related agencies could continue to execute the oral health programs in primary schools schools."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harindra
"Tenaga kesehatan gigi dan mulut, merupakan salah satu sumber daya yang mendukung dan menentukan keberhasilan layanan kesehatan. Pendidikan tenaga kesehatan gigi dan mulut dilakukan agar kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut secara terus menerus meningkat, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan Sekolah Pengatur Rawat Gigi, merupakan lembaga yang besar peranannya dalam meningkatkan kualitas layanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut, dan hubungan antara karakteristik siswa yang terdiri dari pengetahuan, sikap terhadap profesi dan keterampilan pre-klinik siswa dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut Selain itu penelitian ini untuk melihat bagaimana faktor Pendidikan orang tua/wali siswa dan pengalaman praktek klinik siswa mempengaruhi hubungan karakteristik siswa dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini menggunakan data sekunder, kuesioner dan pengamatan.
Jumlah siswa yang melakukan praktek di klinik Sekolah Pengatur Rawat Gigi Tanjungkarang yang menjadi subjek penelitian ini ada 67 orang. Penelitian ini bersifat kuantitatif, menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Hipotesis yang diajukan adalah : Ada hubungan positip antara pengetahuan, sikap terhadap profesi perawat gigi dan keterampilan praktikum pre-klinik siswa dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut. Hubungan positip ini semakin lemah dengan semakin tingginya pendidikan orang tua siswa dan semakin lamanya pengalaman praktek klinik siswa.
Hasil penelitian membuktikan adanya hubungan positip antara pengetahuan, sikap terhadap profesi perawat gigi dan keterampilan praktikum pre-klinik siswa dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut. Dari hasil uji chi-square dengan tingkat kemaknaan a. = 0.05, didapatkan nilai p = 0.02568 untuk variabel pengetahuan,.p = 0.02273 untuk variabel sikap terhadap profesi, dan p = 0.00000. untuk variabel keterampilan pre-klinik. Analisis stratifikasi dengan variabel pendidikan orang tua siswa dan pengalaman praktek klinik siswa sebagai kontrol, menunjukkan keeratan hubungan positip antara pengetahuan, keterampilan praktikum pre-klinik dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut semakin lemah dengan semakin tingginya pendidikan orang tua dan semakin lamanya pengalaman praktek klinik siswa Sedangkan keeratan hubungan positip sikap terhadap profesi perawat gigi dengan kualitas layanan kesehatan gigi dan mulut semakin kuat dengan semakin tingginya pendidikan orang tua siswa, dan semakin lemah dengan semakin lamanya pengalaman praktek klinik siswa.

The teeth and mouth health personnel is one the human resource which support and important for success of the health service. Education of the mouth and teeth health personnel is intended to increase the continuity of the teeth and mouth health service according to the development of science and technology. The school of teeth maintenance is an institution which has an important role in increasing the quality of service.
This research is intended to obtain description of the teeth and mouth health service quality and its relationship with the student?s characteristics which consist of knowledge, attitudes toward the profession and the student?s pre-clinic skill with the teeth and mouth health service quality. Besides, this research is to study how the students' parents education and the students clinic experience influence the relationship of the teeth and mouth health service quality. This research use primary, secondary data, questioner and observation.
The number of students practice in the clinic of Tanjungkarang School of Teeth Maintenance which is the subject of this research is 67. This research is a quantitative one using a descriptive analytic methods with a cross sectional approach. The hypothesis is that there is a positive relationship between knowledge, attitudes toward the teeth and mouth health profession and the students pre-clinic practice skill with the teeth and mouth health service quality. The weaker the positive relationship, the higher the students' parent education and the longer the student clinic practice experience.
This research proved a positive relationship between knowledge, attitudes toward the teeth and mouth health profession and the students pre-clinic practice skill with the quality of teeth and mouth service. According to the chi-square test with a significance level a.= 0.05, p = 0.02568 for knowledge variable, p 0.02273 for the variable of attitudes toward the profession, p = 0.00000 for the pre-clinic skill variable. The stratification analysis with the students' parents education variable and the students' clinic practice experience as a control indicates that the closeness of positive relationship between knowledge, pre-clinic practice skill with the quality of teeth and mouth service. The relationship is weaker with the higher the education of the parents and the longer the students' clinic practice experience. While the closeness of the positive relationship of the attitudes toward the teeth and mouth health profession with the service quality of the teeth and mouth is stronger with a higher the education of the students' parents, and the weaker with the longer the students clinic practice experience.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>