Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183585 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Titus Priyo Harjatmo
"Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler merupakan pembunuh paling besar dengan kematian hampir 12 juta diikuti oleh penyakit diare 5 juta, kanker 4.8 juta dan tuberkolosis 3 juta kematian setiap tahunnya.
Di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1996 proporsi penyakit utama sebagai sebab kematian, penyakit sirkulasi menduduki peringkat pertama sebesar 24.5%.
Profit lipida darah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Prevalensi hiperkolesterolmia cenderung meningkat dalam beberapa tahun. Hal ini terbukti dari hasil studi MONICA I pada tahun 1988 yang kemudian dilanjutkan dengan MONICA II pada tahun 1993 menunjukkan bahwa prevalensi dyslipidemia meningkat 3% selama 5 tahun (1988-1993).
Dari sejumlah teori telah diketahui bahwa konsumsi makan sangat menentukan profil lipida darah. Informasi yang belum banyak diungkap adalah pengaruh jenis makanan dan frekuensinya terhadap lipida darah.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dan penelitian "Survei Gizi dan Kesehatan pada Orang Dewasa di 12 Kota besar di Indonesia" yang merupakan kerjasama antara Direktorat Bina Gizi Masyarakat dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia tahun 1996. Rancangan penelitian adalah cross sectional yang dilakukan terhadap 309 responden di Kotamadya Bandung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58% adalah perempuan dan selebihnya (42%) berjenis kelamin laki-1aki. Bila diidentifikasi berdasarkan umur, sebanyak 26.6 % sampel berusia antara 18-24 tahun. Gambaran lipida darah sampel adalah rata-rata kolesterol total 183.5 mg% (95% CI: 177.1-189.7), kolesterol LDL 124.7 mg% (95% CI: 119.8-130.3), kolesterol HDL 36.7 mg% (95% CI: 34.9-38,3) dan trigliserida 109.5 mg % (95% Cl: 99.1-119.9), Indeks Massa Tubuh yang dikategorikan berdasarkan batasan WHO dan Departemen Kesehatan RI menunjukkan persentase yang hampir sama (61.2%) dalam kategori normal. Indeks aktifitas fisik sebagian besar dalam kategori ringan sebanyak 72.9% dan hanya sebagian kecil (0.3%) mempunyai aktifitas berat. Sebagian besar sampel (75.7%) mempunyai kebiasaan tidak merokok.
Gambaran konsumsi jenis makanan yang diidentifikasi menurut skor variasi konsumsi bahan makanan (food variety score) memperlihatkan bahwa sebagian besar (98%) dalam kategori kurang dan hanya 2% baik. Sedangkan frekuensi konsumsi jenis makanan per minggu menunjukkan bahwa ayarn goreng merupakan yang jarang dikonsumsi, sedangkan gula yang paling sering dikonsumsi.
Hasil analisis bivariate dari sejumlah variabel independen terhadap kolesterol total menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin, umur, IMT dan frekuensi konsumsi telur per minggu mempunyai hubungan yang signifikan (p<0.05). Analisis lanjut menggunakan regresi liner ganda, variabel independen yang bertahan dalam model adalah jenis kelamin, umur, IMT, frekuensi konsumsi tempe goreng dan frekuensi konsumsi telur dengan koefisien determinan sebesar 20.4%. Sedangkan variabel yang bertahan dalam model terhadap kolesterol LDL adalah jenis kelamin, umur dan IMT dengan nilai R2 sebesar 13.4%.
Analisis regresi linier ganda dengan variabel dependen kolesterol HDL, variabel yang bertahan dalam model adalah jenis kelamin, IMT, aktifitas fisik, frekuensi konsumsi sayuran hijau dan interaksi antara aktifitas fisik dan IMT dengan nilai R2 sebesar 13.1%. Koefisien determinan dari persamaan regresi liner ganda dengan variabel dependen trigliserida sebesar 14.3 % dengan variabel yang bertahan dalam model adalah umur, IMT dan frekuensi konsumsi gula pasir.
Variabel yang dominan berhubungan dengan lipida darah berdasarkan perhitungan beta standardized lebih ditentukan variabel biologis sedangkan frekuensi konsumsi bahan makanan peranannya tidak terlalu besar.
Daftar bacaan: 49 (1981-1998).

Relationship Between Food Consumption and Lipid Profile for Adult in Bandung Municipality.Cardiovascular diseases is the major causes of fatality rate in the world with 12 million cases/ year, followed with diarrhea 5 million cases/ year, cancer 4.8 million and tuberculosis 3 million cases/year. In Indonesia, based on Household Survey 1996, the major causes of fatality is cardiovascular disease in the first rank (24.5%).
Lipid profiles one of the risk factor of cardiovascular diseases. The prevalence of hypercholesterolemia tend to increased by years. The result of MONICA 1st studied in 1988 and continued with MONICA II in 1993 showed that the prevalence of dislipidemia increased 3% in five years (1988-1993).
Based on the theories, it's proved that food consumption has significant caused of lipid profile, but the association of food items frequencies has not been proved yet.
This research was part of secondary data analysis from "Nutrition and Health Survey for Adult at 12 cities in Indonesia" as a project of Ministry of Health, and School of Public Health University of Indonesia in 1996. The method of the study was cross sectional and carried out of 309 respondents in Bandung municipalities.
The result showed that 58% female and 42% male. Respondent's age mostly (26.6%) in the age of 18-24 year. Mean of choresterol 183.5 mg %(95%CI:177.1-189.7), mean of LDL cholesterol 1243 mg % (95% CI:119.8-130.0), HDL cholesterol 36.7% (95% CI: 34.9-38.3) and Triglycerides 109.5 mg % (95% CI: 99.1-119.9). Body Mass Index (BMI) based WHO and Ministry of Health standard showed 61.2% respondents has normal category. Most of respondents (72.9%) has mild physical activity index and 0.3% has severe physical activity index. Most of the respondents (753%) are non smoking and 24.3% are smoker.
Based of food variety score showed that 98% respondents are in tow category and only 2% has good category. Food frequency per week showed that chicken was rarely consumed but frequency of sugar consumed was mostly.
The result of bivariate analysis between independent variables showed that sex, age, BMI and eggs consumption per week has significantly associated with cholesterol total (p<0,05). Further analysis with multiple linear regression showed that sex, age, BMI, frequency of tempe and eggs had determinant coefficient 20A%. The variable that fit to the model of LDL cholesterol where sex, age, BMI with R2= 13.4%.
Multiple linear regression analysis with dependent HDL cholesterol showed the variable that fit to the model were sex, BM, physical activity, green vegetables and interaction of physical activity and BMI with R2 13.1%. Coefficient of determinant of multiple linear regression with triglycerides variable was 14.3% with variable that fit to the model were sex, BMI, sugar consumption.
The variables associated with lipid profiles based on 13 standardized related to biological variables and the role of food item frequency has less associated.
References: 49 (1981-1998)"
Universitas Indonesia, 2000
T2823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti K. Susilo
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas hubungan faktor karakteristik individu dan faktor lain dengan konsumsi
mi instan pada mahasiswa kesehatan masyarakat FKM UI 2011 program reguler di tahun 2012. Faktor
karakteristik individu meliputi jenis kelamin, tingkat pengetahuan mengenai gizi seimbang dan mi instan,
dan status tempat tinggal. Faktor lain meliputi peer pressure, keterpaparan terhadap media massa, uang
saku dan aksesibilitas makanan. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional di FKM UI
selama 25 April- 4 Mei 2012 dan sebanyak 132 orang mahasiswa kesehatan masyarakat FKM UI 2011
program reguler menjadi responden pada penelitian ini. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebagian
besar mahasiswa kesehatan masyarakat FKM UI 2011 program reguler (69,7%) memiliki tingkat
konsumsi mi instan yang rendah dan terdapat hubungan secara statistik yang bermakna antara status
tempat tinggal dengan tingkat konsumsi mi instan pada mahasiswa kesehatan masyarakat FKM UI 2011
program reguler(p value: 0,021).

Abstract
This study focuses to see the relation between individual?s characteristic factor and other factors
with instant noodle consumption in FKM UI 2011 public health?s regular program students. The
individual factors are gender, knowledge level of balance nutrition and instant noodle, and student?s
residence status. The other factors are food accessibility, peer pressure, and exposure to instant noodle
promotion in mass media, monthly allowance and food accessibility. This study is using cross sectional
design, held in FKM UI at 25th of April until 4th of May 2012 and followed by 132 FKM UI public
health?s regular program students as respondents. This study?s result is showing that most of FKM UI
2011 public health students (69,7%) have a low instant noodle consumption?s level and there is a
significance relation between student?s residence status and instant noodle consumption level in FKM UI
2011 public health students(p value: 0,021)."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti K. Susilo
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas hubungan faktor karakteristik individu dan faktor lain dengan konsumsi
mi instan pada mahasiswa kesehatan masyarakat FKM UI 2011 program reguler di tahun 2012. Faktor
karakteristik individu meliputi jenis kelamin, tingkat pengetahuan mengenai gizi seimbang dan mi instan,
dan status tempat tinggal. Faktor lain meliputi peer pressure, keterpaparan terhadap media massa, uang
saku dan aksesibilitas makanan. Penelitian ini dilakukan dengan desain studi cross sectional di FKM UI
selama 25 April- 4 Mei 2012 dan sebanyak 132 orang mahasiswa kesehatan masyarakat FKM UI 2011
program reguler menjadi responden pada penelitian ini. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sebagian
besar mahasiswa kesehatan masyarakat FKM UI 2011 program reguler (69,7%) memiliki tingkat
konsumsi mi instan yang rendah dan terdapat hubungan secara statistik yang bermakna antara status
tempat tinggal dengan tingkat konsumsi mi instan pada mahasiswa kesehatan masyarakat FKM UI 2011
program reguler(p value: 0,021).

Abstract
This study focuses to see the relation between individual?s characteristic factor and other factors
with instant noodle consumption in FKM UI 2011 public health?s regular program students. The
individual factors are gender, knowledge level of balance nutrition and instant noodle, and student?s
residence status. The other factors are food accessibility, peer pressure, and exposure to instant noodle
promotion in mass media, monthly allowance and food accessibility. This study is using cross sectional
design, held in FKM UI at 25th of April until 4th of May 2012 and followed by 132 FKM UI public
health?s regular program students as respondents. This study?s result is showing that most of FKM UI
2011 public health students (69,7%) have a low instant noodle consumption?s level and there is a
significance relation between student?s residence status and instant noodle consumption level in FKM UI
2011 public health students(p value: 0,021)."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahsa Faraji
"Orang-orang di seluruh dunia berperilaku berbeda terhadap makanan yang membuat budaya dan tradisi bangsa-bangsa menganggap makanan baik dalam upacara khusus atau sepanjang tahun. Pola konsumsi makanan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama oleh budaya dan tradisi, geografis tertentu, serta status sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola konsumsi makanan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya meliputi jenis kelamin, pilihan makanan, kebiasaan makan, perilaku kompensasi, dan kebiasaan tidur pada mahasiswa universitas Iran di Tehran, Iran dan mahasiswa universitas Indonesia di Jakarta, Indonesia. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional, dimana subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa universitas Iran yang berusia 18-24 tahun yang tinggal di Tehran, Iran dan mahasiswa universitas Indonesia yang berusia 18-24 tahun yang tinggal di Jakarta, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam pola konsumsi makanan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya antara mahasiswa universitas Iran di Tehran, Iran dan mahasiswa universitas Indonesia di Jakarta, Indonesia; sedangkan, tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi makanan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

People all around the world behave differently towards food which makes the nationalities’ cultures and traditions regards to food whether in special ceremonies or all over the year. Food consumption patterns can be affected by several factors, particularly by culture and tradition, specific geographic, and social and economic status. This study was concluded to determine the differences in food consumption patterns and its influential factors including gender, food choices, eating habits, compensatory behaviors, and sleeping habits among Iranian college students in Tehran, Iran and Indonesian college students in Jakarta, Indonesia. This research is quantitative with a cross-sectional approach with the subjects in this study are Iranian college students who are aged 18-24 years old who are in Tehran, Iran and Indonesian Iranian college students who are aged 18-24 years old who are in Jakarta, Indonesia. The results show that there are differences in food consumption patterns and its influential factors among Iranian college students in Tehran, Iran and Indonesian college students in Jakarta, Indonesia; while, there is no significant relationship between food consumption patterns and its influential factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bartoven Vivit Nurdin
"Tesis ini mengkaji hubungan antara kepercayaan makanan, perubahan lingkungan, dan malnutrisi di Desa Simawang, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Kepercayaan atau keyakinan makanan dilihat sebagai inti kebudayaan, yang menurut Ralph Linton (1954) adalah bagian dari kebudayaan yang sukar berubah. Perubahan lingkungan dalam tulisan ini adalah merosotnya kuantitas dan kualitas sumber makanan, khususnya, ikan bilih Danau Singkarak, sebagai akibat dibangunnya instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Ombilin beberapa tahun yang lalu. Malnutrisi dimaksud adalah kesalahan gizi yang berakibat negatif, yakni merosotnya kualitas gizi protein masyarakat setempat, khususnya lapisan masyarakat dengan tingkat sosia/ekonomi rendah atau miskin. Konsep ideologi makanan yang digunakan dalam tulisan ini meminjam konsep ideologi dari Clifford Geertz (1973) tetapi dengan konotasi yang berbeda. Apabila Geertz mendefinisikan ideologi dalam konteks sosial dan politik, maka penulis menggunakannya dalam konteks "standar-standar ideal" makanan yang senantiasa diupayakan untuk dicapai oleh warga masyarakat.
Kajian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode etnografi, yang memusatkan perhatian pada rumah tangga sebagai satuan penelitian (Saifuddin 1999), dengan metode pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara, pencatatan pola konsumsi dan menu makanan dalam rumah tangga (Quandt & C.Ritenbaugh 1986).
Dalam kajian ini ditemukan bahwa kepercayaan makanan dan perilaku makan tidak berubah karena perubahan lingkungan. Hal ini tidak sejalan dengan pendekatan ekologi (Jerome, Kandel, & Pelto 1980) bahwasanya perubahan lingkungan akan mengakibatkan perubahan kebudayaan. Seperti diketahui, kebudayaan dalam pendekatan ekologi hanya ditempatkan sebagai satu bagian dari sistem yang lebih luas. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa masyarakat Simawang melakukan seleksi dan modifikasi unsur-unsur sumber makanan yang tersedia di lingkungan yang telah berubah dan menyiasati bahan makanan tersebut akan menghasilkan rasa enak (lamak) dan wujud makanan yang "sama" dengan standar ideal makanan Minangkabau. Meski nampaknya kebudayaan berperan penting dalam proses "kebertahanan" pola ideal makanan tersebut, penelitian ini tidaklah sepenuhnya berorientasi pada pendekatan kebudayaan dalam kajian antropologi nutrisi (seperti misalnya, Goode 1992; Meigs 1975; Douglas 1971) karena masyarakat Simawang juga beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi dengan Cara menyeleksi dan memodifikasi sumber makanan yang tersedia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Iswantoro
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena masih tingginya angka KKP di Nusa Tenggara Barat dan tingkat kesehatan yang masih rendah.
Secara umum penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat konsumsi makanan anak balita pada keluarga nelayan dan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Tingkat konsumsi makanan diperoleh dengan mentransfer makanan yang dimakan dalam bentuk kalori dan protein.
Lebih rinci lagi penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh pendapatan keluarga nelayan terhadap tingkat konsumsi makanan anak balitanya. Juga faktor lain yang terkandung dalam diri Anak seperti umur dan jenis kelamin,dan yang terkandung dalam diri orang tua terutama ibu adalah tingkat pendidikan, pengetahuan tentang makanan yang baik.
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur Nusa tenggara Barat
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendapatan cross sectional dengan tehnik analisis kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data kuantitatif dilakukan dengan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan pengukuran pada tehnik recall 24 jam makan. Data kualitatif dilakukan dengan tehnik wawancara mendalam dan observasi lapangan.
Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan tehnik analisis distribusi frekwensi, uji Chi Square , Analisis varians satu faktor (ONEWAY), korelasi Pearson's, regresi sederhana dalam bentuk logaritma dan regresi logistik. Pada data kualitatif diperoleh dengan cara indepth interview, observasi. Data kualitatif dipakai sebagai pendukung data kuantitatif, untuk mempertajam analisis mengenai kondisi sosial masyarakat.
Penelitian ini dilakukan terhadap keluarga nelayan yang mempunyai anak balita dengan jumlah sampel 250. Akan tetapi karena banyak terjadi drop out maka jumlah sampel berkurang menjadi 299 responden. Penelitian dilakukan pada lima desa kawasan pantai yaitu Tanjung Luar, Pijot, Jerowaru, Pemongkong dan Batunampar.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa kondisi masyarakat keluarga nelayan di kecamatan keruak masih sangat memprihatinkan. Tingkat Konsumsi Makanan masih rendah untuk mencapai jumlah kalori dan protein yang dianjurkan. Tingkat pendapatan tidak merata, kebanyakan masih berada pada tingkat kemiskinan. Pendidikan yang diperoleh juga masih rendah dan masih banyak responden yang tidak pernah sekolah. Kemampuan membaca juga masih rendah, begitu juga kemampuan berkomunikasi juga masih belum baik.
Hasil analisis hubungan antar variabel dengan tehnik multivariate logistic regression didapatkan bahwa umur batita, kemampuan berbahasa ibu dan kemampuan membaca KK dengan konsumsi makanan bermakna. Sedangkan untuk penegetahuan tentang makanan yang baik tidak menunjukkan hubungan yang bermakana dengan konsumsi makanan. Pada varaibel pendapatan diperoleh hubungan yang berfluktuasi yaitu ketika berhubungan dengan konsumsi kalori bermakna tapi pada protein tidak bermakna dan untuk kedua-duanya bermakna.
Hasil analisis tersebut membuktikan bahwa faktor anak sangat penting dimana pada umur tersebut anak membutuhkan makan yang cukup untuk perkembangan fisik dan mentalnya. Faktor ibu di pedesaan perlu dilihat yaitu ketika tingkat pendidikan tidak bisa memberi indikasi yang baik maka kemampuan berbahsa Indonesia dijadikan sebagai indikator pada ibu di pedesaan. Pada Ayah (KK) diturunkan pada indikator kemampuan membaca. Pengetahuan ibu tentang makanan yang baik tidak selalu menjamin akan terjadinya tingkat konsumsi yang baik pula akan tetapi pengetahuan lebih terkekang adanya dominasi ketidak berdayaan dan kebiasaan makan. Tingkat pendapatan memang sebagai variabel utama dalam menentukan jumlah konsumsi dimana terjadi hubungan positif, akan tetapi dari hasil analisis demand melalui koefisien elastisitas menunjukkan perubahan kenaikan tingkat konsumsi sangat lamban.
Untuk itu perlu dipikirkan bagaimana dalam penanganan masalah kekurangan konsumsi makanan pada anak balita di keluarga nelayan kecamatan Keruak. Beberapa saran yang dapat kami ajukan adalah pertama kali ciptakan rasa aman pada masyrakat. Diberikan alternatif pekerjaan pada saat musim paceklik atau budidaya kawasan pantai. Memberi bantuan tehnologi madya pada nelayan. Penyuluhan tentang pentingnya makanan terutama sumber laut yang optimal, penyuluhan hendaknya disampaikan dengan bahasa yang mereka mengerti. Kembangkan lagi pendidikan non-formal untuk pemberantasan buta aksara, buta bahasa dan buta angka. Mengoptimalkan lembaga-lembaga kesehatan yang sudah ada dengan membentuk jaringan-jaringan dari tingkat dinas Kabupaten sampai kepada tingkat Kader Posyandu. Libatkan tokoh agama untuk menyampaikan informasi masalah kesehatan dan gizi.
Penelitian ini juga menyarankan adanya monitoring tentang kebiasaan makan, diharapkan melalui-beberapa penyuluhan tentang kesehatan dan gizi, masyarakat bisa memanfaatkan sumber makanan yang optimal.
Daftar Bacaan : 65 (1973 - 1992)
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pola konsumsi telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko dari masalah gizi pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan pola konsumsi dengan kadar hemoglobin ibu hamil. Disain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 200 ibu hamil yang dipilih secara proportional stratified random sampling. Data dikumpulkan oleh petugas lapangan yang terlatih meliputi pola konsumsi, kadar hemoglobin, berat dan tinggi badan ibu hamil.
Analisis multivariat digunakan untuk melihat hubungan pola konsumsi dan kadar hemoglobin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia ibu hamil sebesar 41% di mana umumnya anemia ringan dan sedang (54,9% dan 43,9%). Pola makan ibu hamil pada umumnya nasi, ikan, dan sayur-sayuran secukupnya. Sayuran dan buah sangat
jarang dikonsumsi dan hanya 3-6 kali seminggu. Asupan energi dan protein hanya 59% dan 72% AKG (angka kecukupan gizi) atau 1300 kcal dan 48 gr. Umumnya vitamin hanya dikonsumsi sekitar 40% AKG kecuali untuk vitamin A (76%, 605 RE), asam folat (195%, 1170 ug), dan Vitamin B12 (142%, 3,7 ug). Analisis multivariat menunjukkan lama sekolah, status gizi lingkar lengan atas (LILA), konsumsi tablet besi, asupan vitamin C dan B6 berhubungan bermakna dengan kadar hemoglobin ibu hamil (p = 0,001; R2 = 0,24). Disimpulkan bahwa kadar hemoglobin ibu hamil berhubungan dengan pendidikan, status gizi, konsumsi tablet besi dan pola konsumsi. Diharapkan perbaikan pola konsumsi dapat dijadikan program dalam mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil.
Food consumption pattern is known as a determinant factor for nutritional problems among pregnant mothers. This study was intended to assess food consumption and its relationship to anemia in Maros Districts, Indonesia. This study was conducted in two sub-districts and pregnant mothers was randomly selected (n = 200) and proportionally from both districts. Data was collected by train field workers including measurement of hemoglobin, height and weight, 24-hour recall and food frequency questionnaire. Multivariate analyses were performed to see the relationship between food consumption and anemia. It showed that anemia prevalence was 41% whereas mostly in mild and moderate levels (44% and 55% respectively). The most common pattern of food consumption was rice, fish, and some vegetables. However, vegetables and fruit mostly consumed only 3-6 time a week. Energy and protein intakes were only 59% to 72% recommended dietary allowance (RDA) or 1300 kcal and 48 gr respectively. Most vitamin was consumed only around 40% except for vitamin A (76%, 605 RE), folic acid (195%, 1170 ug), and Vitamin B12 (142%, 3,7 ug). However, iron and zinc intakes were only 6.1 gr (17.5% RDA) and 5.9 gr (44% RDA), respectively. Multivariate analyses showed that
education duration of mothers, nutritional status, iron tablet intakes, vitamin C, and B6 consumption were significantly related to anemia of pregnant mothers in the study and accounted for 24% (p<0.05). We conclude that food consumption was relatively low and caused lack intakes for both macro and micro nutrients of pregnant mothers in the
study. Education and nutritional status of the mothers contributed also to the anemia prevalence."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat;Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia, Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat], 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Etti Sudaryati
"The Sufficiency and The Quality of Family Food Consumption in Backward Village and Non Backward Village Kabupaten Simalungun North Sumatera in The Year 1995The causes of the emerge of this nutrition problem depend on the level of nutrition sufficiency. For that reason, the quality and quantity of food and nutrition are the important matter to pay attention. Food consumed has to be balanced in both the quantity and the type. Generally, the energy contribution of rice is still greater than the other foods energy contribution, namely 64.3 a for Simalungun. In the mean time, the calorie consumption for North Sumatera in 1993 is still 1976.37 cal with the quality score 69.3. The real information of food consumption, with in counting the family composition, is not available. Besides, the food consumption related to many factors, some of than are economy, production, and social factor. The poverty is a description of the lack of and the low of population socio-economy condition. One of the program alleviated the poverty has been made by the government by means of IDT program. IDT program described that there is backward village , include in Kabupaten Simalungun. For the reason, the problem of family food consumption, both the quality and the quantity based on backward village and non backward village , is an interesting matter to investigate.
The objective of this research is to understand the description and difference in the quantity of family food consumption, based on the average of energy consumption and the level of energy consumption sufficiency, and to under-stand the quality of food family consumption based on the score of food quality in backward village and non backward village.
This research is an analysis of Nutrition Consumption Survey data held by Ministry of Health, Republic of Indonesia. Design used is cross sectional with the number of sample is 1876 house-hold. Analysis are univariat and bivariat analysis, by using Epi Info version 6.0 and SPSS for windos release 6.0.
The result from the analysis is that there is no significant difference (p > 0.05) between the average of energy consumption, the level of energy consumption sufficiency and the score of food quality among family in back-ward village and non backward village.
From the research result, it is suggested to reconsider the determination of backward village which is held for this time. More over, it is suggested to consider the family composition in counting the average of energy consumption. It is also suggested to formulate the policy for the group of family which consume food greater than the sufficiency level or in balanced food, so that the family behave to consume balanced food. Besides it is suggested to carry out the advanced research about the trend of dietary pattern changing related to some possibilities which related to nutrition disorder. And the last, the implementation of the Nutrition Consumption Survey should have used 'food models'.

Penyebab timbulnya masalah gizi tidak terlepas dari tingkat kecukupan gizi, oleh karena itu kualitas dan kuantitas pangan dan gizi merupakan masalah penting yang harus diperhatikan. Pangan yang dikonsumsi harus seimbang balk jumlah maupun jenisnya. Umumnya sumbangan energi dari beras masih lebih banyak dari sumbangan energi pangan lainnya, yaitu 64,3 persen di Kab. Simalungun. Sementara itu konsumsi kalori untuk Sumatera Utara tahun 1993 masih 1976,37 kalori dengan skor mutu 69,3. Informasi konsumsi pangan yang sebenarnya, dengan memperhitungkan komposisi keluarga, belum tersedia: Disamping -itu konsumsi pangan berkaitan dengan banyak faktor, diantaranya faktor ekonomi, produksi, dan sosial. Kemiskinan merupakan gambaran dari serba kekurangan dan rendahnya keadaan sosial ekonomi penduduk, untuk itu keadaan ini harus diatasi. Salah satu program mengurangi kemiskinan telah diupayakan pemerintah melalui program IDT (Inpres Desa Tertinggal). Program IDT menggambarkan masih adanya desa tertinggal, termasuk di Kai. Simalungun. Untuk itu masalah konsumsi pangan keluarga, baik kualitas maupun kuantitas yang dilihat di desa tertinggal dan desa tidak tertinggal merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti.
Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran dan perbedaan konsumsi pangan keluarga yang dilihat dari rata-rata konsumsi energi dan tingkat kecukupan konsumsi energi, serta kualitas konsumsi pangan keluarga yang dilihat dari skor mutu pangan di desa tertinggal dengan di desa tidak tertinggal.
Penelitian ini merupakan analisa terhadap data Survei Konsumsi Gizi Tahun 1995 yang dilaksanakan oleh Depkes RI. Disain yang digunakan cross sectional, dengan jumlah sampel 1876 rumah tangga. Analisis ini dilakukan dengan analisa univariat dan bivariat, menggunakan bantuan 'Epi Info' dan 'SPSS for Windows release 6.0.
Dari hasil analisa didapat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0.05) antara rata-rata konsumsi energi, tingkat kecukupan konsumsi energi dan skor mutu pangan keluarga yang tinggal di desa tertinggal dengan keluarga di desa tidak tertinggal.
Disarankan dari hasil penelitian ini, untuk meninjau ulang kembali penentuan desa tertinggal yang selama ini dilakukan. Disamping itu disarankan untuk mempertimbangkan komposisi keluarga dalam perhitungan rata-rata konsumsi energi. Disarankan pula untuk menentukan kebijaksanaan bagi kelompok keluarga yang mengkonsumsi melebihi dari kecukupan atau mengkonsumsi pangan belum seimbang, agar berperilaku konsumsi makanan yang seimbang. Selain itu disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kecenderungan perubahan pola makan dalam kaitannya dengan berbagai kemungkinan kelainan gizi. Selanjutnya bagi pelaksanaan Survei Konsumsi Gizi agar menggunakan food models."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T8412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis perubahan pola konsumsi pangan sumber karbohidrat di Indonesia.Analisis akan di fokuskan untuk daerah perdesaan dengan pertimbangan bahwa proporsi jumlah penduduk Indonesia sebagian besar berada di perdesaan sejak tahun 2002...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nove Maria
"Latar Belakang. Asupan gizi yang baik pada tenaga kerja dapat memengaruhi produktivitas kerja. Namun , masih banyak pekerja yang tidak memerhatikan kecukupan asupan gizi mereka, termasuk pekerja helper pada perusahaan peti kemas. Berdasarkan data International Labor Office (ILO) tahun 2005, diet yang tidak seimbang dapat menurunkan produktivitas sampai 20%. Metode. Desain penelitian ini adalah pra eksperimentalyang dilakukan selama empat minggu. Sebanyak delapan belas responden yang merupakan pekerja helper diberikan makanan selingan satu kali sehari, sebesar 300 kkal selama empat minggu. Asupan makanan responden dicatat dengan food record setiap minggu dan dianalisis dengan aplikasi Nutrisurvey serta perhitungan manual. Hasil. Terdapat perbedaan rerata yang bermakna pada Indeks Massa Tubuh awal dan akhir intervensi (p = 0,026), begitu pula pada asupan karbohidrat (p = 0,003) dan lemak (p = 0,014). Tidak terdapat perbedaan rerata yang bermakna pada asupan energi minggu pertama dibandingkan minggu keempat (p = 0,341), begitu pula dengan asupan protein (p = 0,845). Terdapat perbedaan rerata yang bermakna pada lama pengerjaan total (berkurang dua jam delapan menit) sebelum dan sesudah intervensi (p < 0,001). Simpulan. Pemberian makanan selingan satu kali sehari selama 4 minggu dapat mempersingkat lama pengerjaan pada pekerja helper di perusahaan peti kemas.

Background. Good nutrition in the workforce can affect work productivity. But, many workers have not paid attention to their nutritional balance, including helper workers in container company. Based on data from the International Labor Office (ILO) in 2005, unbalanced diet on labor can reduce productivity by up to 20%. Method. This study used pre-experimental design which was conducted for 4 weeks. Eighteen respondents who were helper workers were given 300 kcal snack once a day for four weeks. The respondent's food intake was recorded with food record every week and analyzed by Nutrisurvey application and manual calculation. Result. There was significant mean difference in body mass index before and after intervention (p = 0.026) and so was carbohydrate intake (p = 0.003) and fat intake (p = 0.014). There was no significant mean difference in energy intake in first week compared to fourth week intervention (p = 0.341) and so was protein intake (p = 0.845). There was significant mean difference in the total work duration (reduced two hours and eight minutes) before and after intervention (p <0.001). Conclusion. Once a day snack intervention for four weeks could shorten the work duration of helper workers in container company."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>