Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127270 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Teguh Apriliyanto
"Keberhasilan Garuda melewati proses turn around bernilai strategis karena menjadi indikasi membaiknya kondisi perusahaan dari kebangkrutan. Selama 1992 sampai 1995 passanger load factors dan pendapatan perusahaan tetap rendah akibat krisis Perang Teluk pada 1991. Garuda tidak banyak melakukan usaha mengurangi dampak keuangan yang muncul. Metode penelitian skenario dapat digunakan untuk menyusun kebijakan jangka panjang termasuk penyusunan upaya untuk mengetahui kemungkinan perkembangan perusahaan PT Garuda Indonesia di masa mendatang khususnya berbasis pelayanan penerbangan berjadwal internasional. Metode pembuatan skenario penelitian ini bersifat kualitatif berupa metoda pendekatan intuitif logik Wilson (1998: 81 - 108), yaitu menentukan fokus keputusan, mengidentifikasi faktor keputusan kunci, mengidentifikasi dan mengkaji faktor kunci eksternal, membangun logika skenario, menseleksi dan mengelaborasi skenario serta mengintepretasikan skenario.
Penelitian menyimpulkan ada empat kemungkinan skenario pengembangan perusahaan PT Garuda yang paling masuk akal di masa mendatang. Skenario A `Garuda Berjaya' terjadi jika iklim bisnis airline di kawasan Aspak semakin terbuka dan kondisi Indonesia makin stabil. Proses restrukturisasi organisasi berjalan dengan baik dan peluang proses privatisasi Garuda paling mungkin terjadi. Skenario B `Garuda Tumbuh Biasa' terjadi jika iklim bisnis airline di kawasan Aspak tetap diregulasi dan kondisi Indonesia stabil. Proses restrukturisasi perusahaan berjalan baik dan privatisasi kemungkinan besar bisa lakukan. Skenario C `Garuda Stagnan' terjadi jika iklim bisnis airline di kawasan Aspak semakin terbuka tetapi kondisi Indonesia tetap bergejolak. Proses . restrukturisasi perusahaan tidak berjalan baik dan pemerintah masih sepenuhnya memiliki saham Garuda. Terakhir, skenario D `Garuda Terkubur' terjadi jika iklim bisnis industri airline di kawasan Aspak tetap diregulasi dengan kondisi Indonesia tidak stabil. Proses restrukturisasi perusahaan tidak berjalan baik dan pemerintah tetap menguasai saham Garuda. Dari keempat skenario maka skenario A `Garuda Berjaya' adalah skenario yang paling mungkin terjadi pada Garuda di masa mendatang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruri Suhada Budiastyo
"PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara adalah sebagai perusahaan maskapai penerbangan tertua di Indonesia dan the Airline of Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline. Pada program magang ini, penulis ditempatkan di divisi Commercial Research (CMR) pada bagian Marketing. Jabatan penulis adalah karyawan magang di divisi Commercial Research. Penulis diberikan pekerjaan yaitu updating competitor profile, yakni mencari dan memperbaharui informasi terbaru perkembangan dari para pesaing pada rute internasional. Penulisan laporan magang ini menganalisis strategi pemasaran pesaing pada rute internasional yang mencakup analisis Segmenting, Targeting, Positioning, dan Marketing Mix.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk is one of the State-Owned Enterprises as the company is the oldest airline in Indonesia and the Airline of Indonesia has its own concept as a full service airline. In the internship program, the author placed in the Commercial Research (CMR) division of the marketing. The author title is an intern position. The author's job work is to update competitor profiles which is searching and updating the latest information and development of the competitors on the international route. This report analyzes the competitor marketing strategy on the international route that includes segmenting, targeting, positioning, and marketing mix analysis.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zorawar
"ABSTRAK
PT Garuda Indonesia adalah perusahaan penerbangan nasional dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibawah Departemen Perhubungan yang saat ini memberikan jasa pelayanan penerbangan ke beberapa kota besar didalam negri maupun penerbangan
Internasional.
Dengan semakin gencarnya dorongan era globalisasi khususnya di Indonesia, maka pemerintah sudah mengantisipasi dampak makro yang berhubungan dengan pertumbuhan perekonomian didalam negri sehingga timbul kebijaksanaan - kebijaksanaan pemerintah yang membuka kesempatan yang semakin luas bagi perusahaan perusahaan baik dari dalam ataupun luar negri untuk ekspansi lebih jauh dalam bisnisnya.
Dalam bidang jasa perhubungan, khususnya perhubungan udara dampak yang paling nyata adalah semakin kuatnya kompetisi persaingan dengan perusahaan - perusahaan penerbangan swasta baik
yang berasal dari dalam negri maupun yang berasal dari luar negri dalam melayani jalur- jalur penerbangan domestik ataupun Internasional.
Kondisi ini merupakan pemic.u bagi PT. Garuda Indonesia untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan manajemen dalam mempertahankan bahkan meningkatkan pangs a pasarnya. Untuk itu dalam menentukan strategi pemasaran khususnya untuk penerbangan domestik, perlu dikaji strategi korporasi Garuda Indonesia Group yang misi maupun visinya merupakan masukan bagi strategi bisnis PT. Garuda Indonesia. Kemudian penjabaran broad action programe pada fungsional unit dikaji dengan menganalisa variabel - variabel apa yang mempengaruhi besar atau kecilnya jumlah penumpang yang memanfaatkan pelayanan penerbangan dengan Garuda Indonesia.
Dengan menggunakan analisa regresi dan korelasi program statistik dari MYSTAT diperoleh hasil yang memperlihatkan bahwa untuk meningkatkan jumlah penumpang yang mamanfaatkan jasa
penerbangan dengan Garuda Indonesia untuk jalur penerbangan Jakarta. - Surabaya perlu dilakukan beberapa strategi yaitu dengan :
1. Menambah frekwensi penerbangan khususnya untuk penerbangan
pada pagi hari ( antara jam 06.00 sampai dengan jam 11.00 ).
2. Khusus untuk segmen pasar pemakai jasa penerbangan pagi hari
diberlakukan diskon harga tiket pada kelas ekonomi.
3. Khusus untuk segmen pasar pemakai jasa penerbangan siang
hari ( antara jam 11.00 sampai dengan jam 18.00 ) diberlakukan
diskun harga tiket pada kelas eksekutif.
4. Demikian juga untuk segmen pasar pemakai jasa penerbangan
malam hari antara jam 18.00 sampai dengan jam 23.00 ) diberikan
diskon harga tiket untuk kelas eksekutif.
Pemberian diskon pada kelas tertentu untuk waktu yang tertentu pula mempunyai tujuan mengoptimisasikan perolehan yield bagi perusahaan untuk penerbangan pada jalur tersebut. Untuk mengantisipasi melonjaknya jumlah penumpang dan juga meningkatkan citra pelayanan perusahaan yang tidak mudah ditiru oleh pesaing perusahaan penerbangan domestik lainnya,Garuda Indonesia dapat mengatasinya dengan :
A. Menyediakan pesawat terbang yang memil iki kapasi tas seat
yang lebih besar yang masih masuk dalam klasifikasi pesawat
untuk penerbangan medium range.
B. Atau dapat pula dengan menambah frekwensi penerbangan pada
jalur tersebut.
Dengan melakukan strategi yang disebutkan diatas, Garuda Indonesia mempunyai peluang yang besar untuk merebut pangsa pasar penumpang yang membutuhkan pelayanan penerbangan pada
route Jakarta - Surabaya bahkan memperoleh peningkatan yield bagi perusahaan.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Bahrawi
"Perkembangan perusahaan-perusahaan penerbangan (airline) dengan konsep biaya murah (low cost airlines) sejak pertengahan tahun 2000 berdampak pada terjadinya kompetisi antar airline. Persaingan antar perusahaan penerbangan dalam rangka mendapatkan pasar dapat kita lihat dari terjadinya 'perang tarif' antar perusahaan. Perang tarif antar airline perlu dikaji dan dicermati, sehingga tidak merugikan baik konsumen selaku pengguna jasa maupun perusahaan penyedia jasa itu sendiri.
Untuk itu perlu diadakan suatu kajian mengenai kompetisi yang terjadi antar perusahaan penerbangan. Sumatera Utara dengan bandaranya Polonia merupakan salah satu daerah yang juga dilayani oleh perusahaan penerbangan berbiaya mewah. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan dokumentasi dan mengkaji kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan low cost carriers, mengetahui tingkat elastisitas pengguna jasa penerbangan (jumlah penumpang) dengan tingkatan tarif untuk masing-masing maskapai penerbangan.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah masih cenderung reaktif atas perkembangan yang terjadi di lapangan. Hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan adalah setelah terjadinya suatu peristiwa atau kejadian di lapangan. Dari hasil model utilitas yang dibangun, dimana variabel-variabel yang digunakan adalah variabel kenaikan harga, keterlambatan yang dialami selama penerbangan dan sumber dana yang ada didapatkan bahwa ketiga variabel tersebut sangat mempengaruhi probabilitas pemilihan suatu airline. Model utilitas dibangun dengan menggunakan data yang didapatkan dari quisioner dengan menggunakan metode stated preference."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Ismachria
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji faktor yang menyebabkan delay di sisi udara (Airfield delay) pada Bandara Ngurah Rai. Observasi dilakukan untuk melihat pengaruh faktor-faktor penyebab airfield delay yang mengakibatkan gangguan operasional penerbangan di Bandara Ngurah Rai. Metode yang dilakukan adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap variable push back time, taxing time dan waiting time dengan cara menghitung waktu pergerakan pesawat di setiap variable. Pengolahan data dilakukan dengan cara uji korelasi dan regresi, kemudian hasilnya nilai koefisien determinasi (r2) adalah 0.650, sehingga dapat dikatakan bahwa Push Back, Taxiway dan Waiting Time berkontribusi 65% terhadap Delay Airfield, sisanya karena faktor-faktor lain. Selain itu dilakukan uji Chi-Square untuk membandingkan waktu hasil observasi dengan waktu yang dipersyaratkan oleh pihak bandara. Berdasarkan hasil uji Chisquare menyebutkan bahwa waktu hasil observasi untuk ketiga variabel lebih besar dari waktu yang di persyaratkan. Waktu rata-rata hasil observasi push back time 296,46 detik, taxing time 443,60 detik dan waiting time 243,14 detik sedangkan waktu rata-rata yang dipersyaratkan oleh pihak bandara push back time 180 detik, taxing time 360 detik dan waiting time 120 detik.

This study aimed to examine the factors that cause delay in the air (Airfield delay) at the Ngurah Rai Airport. Observations carried out to see the influence of underlying factors that lead to disruption delay Airfield flight operations at Ngurah Rai Airport. Method that does is make direct observations of the variable push-back time, taxing time and waiting time by calculating the movement of aircraft in each variable. Data processing is done by means of correlation and regression testing, then the result value of the coefficient of determination (r2) is 0,650, so it can be said that the Push Back, Taxiway and Waiting Time Delay contribute 65% of the Airfield, the remainder due to other factors. Besides Chi-Square test performed to compare the observations with the time required by the airport. Based on the results of Chi-square test states that the observations for the third variable is greater than the time requisite. The average time of observation push back time 296.46 seconds, 443.60 seconds taxing time and waiting time 243.14 seconds while the average time required by the airport push back time of 180 seconds, 360 seconds taxing time and waiting time 120 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31774
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmaya Annisah
"Persaingan dalam dunia bisnis penerbangan semakin bergejolak akhir-akhir ini. Strategi "low cost airline" atau strategi berkonsep murah menjadi tren yang sedang naik daun. Namun yang jelas Pemerintah Indonesia sampai detik ini belum pernah mengumumkan adanya Low Cost Airline.
Kebijakan pemerintah di bidang angkutan udara membawa dampak positif dan negatif bagi industri penerbangan. Sisi positif ditandai dengan peningkatan sisi pelayanannya karena adanya persaingan yang ketat, operasi yang lebih efisien dan efektif, serta harga tiket yang relatif murah sehingga bisa dinikmati konsumennya dan tidak hanya terbatas konsumen lama tetapi juga konsumen baru. Istilah Garuda, membidik pasar menengah ke bawah. Sedang sisi negatifnya adalah apabila manajemen maskapai penerbangan tidak mampu bertahan dengan situasi bersaing, maka kemungkinannya hanya dua, pertama, perusahaan tidak akan mampu bersaing dalam pasar, yang kedua apabila dipaksakan, faktor kenyamanan dan keselamatan konsumen dapat diabaikan. Kecenderungan yang terjadi di pasar adalah tarif yang ditawarkan kepada pelanggan jauh berada di bawah publish fare. Kondisi ini terjadi karena keadaan pasar airline business saat ini adalah penawaran lebih besar daripada permintaan. Penawaran disini dimaksudkan banyaknya perusahaan penerbangan yang masuk pasar, sedangkan permintaan seat dan space lebih kecil dari seat dan space yang tersedia. Akibatnya timbul persaingan yang tajam dan tidak sehat di antara perusahaan penerbangan dalam menentukan tarif yang akan diberlakukanya dari segi produk, promosi dan saluran distribusi hampir semua perusahaan penerbangan yang beroperasi baik di domestik maupun di dunia internasional, memiliki pola yang hampir sama. Hal ini menyebabkan perusahaan penerbangan baik penerbangan domestik maupun penerbangan internasional melakukan kebijakan tarif yang jauh lebih rendah dari tarif batas atas, sehingga pemerintah mengambil tindakan menetapkan tarif referensi.
Inovasi dan diversifikasi usaha juga dapat menjadikan perusahaan tetap bersaing dan bermain dalam pasar. Inovasi dilakukan terhadap penetapan tarif, untuk itu Garuda melakukan product differentiation & innovative pricing (multiple-price) berdasarkan customer value setiap sub-classes dengan tujuan Garuda dapat mengambil lebih banyak surplus produsen dengan sub-classes jika dibanding single price. Pola Nub & Spoke memungkinkan perusahaan penerbangan mengurangi atau menekan biaya operasinya dengan cukup signifikan: Dengan demikian mampu meningkatkan efisiensi dan menawarkan pelayanan angkutan udara kepada para konsumennya dengan harga yang cukup murah. Diversifikasi juga dilakukan Garuda dengan membuat produk citilink. Citilink dari Garuda merupakan product differentiaton yang bertujuan untuk membidik pasar menengah ke bawah menjadi strategi yang baik dalam meningkatkan performance perusahaan.
Pada dasarnya Regulasi di bidang angkutan udara niaga berjadwal yang mengetengahkan masalah penyelenggaraan udara, penetapan tarif dan juga kebijakan persaingan dapat dikatakan cukup memadai dan merespon keinginan masyarakat. Deregulasi yang terjadi pada kebijakan penyelenggaraan angkutan udara dan penetapan tarif membuka kompetisi di udara, sehingga menciptakan iklim kondusif bagi industri penerbangan itu sendiri. Sementara kebijakan persaingan merupakan suatu pendekatan baru dalam sistim hukum kita, oleh karena itu dapat dimaklumi apabila substansi dan cara pemecahannya masih diperlukan pengalaman dan pemahaman baik dari dunia usaha, pemerintah dan lembaga penegak hukum."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Wijaya
"Skripsi ini mengajukan pendekatan matematis dalam optimasi kegiatan distribusi inflight service material. Kegiatan distribusi logistic adalah salah satu aktivitas operasional utama dalam bisnis inflight service. Salah satu tantangan dalam proses ini adalah kerumitan dalam melakukan kegiatan distribusi untuk memenuhi kebutuhan pada station-station. Hal ini disebabkan banyaknya faktor yang mempengaruhi kebutuhan pada station tertentu, dan pada waktu tertentu. Faktor tersebut antara lain demand/supply, lead time pengolahan barang, dan lead time pengiriman. Dalam menangani kasus ini digunakan metode rolling horizon dengan rentang tiga jam tiap periode dan satu bulan sebagai planning horizon. Optimasi dilakukan pada barang multi-use. Hasil penelitian menunjukkan kecocokan metode ini sebagai tools dalam pembuatan keputusan pengiriman maupun distribusi.

This Literature proposes a mathematical programming approach in inflight service material distribution. Logistic is core activity in inflight service process. One main challenge is the complexities undergo the distribution activity to fulfill the demand in certain station and certain time. This is due to several factors in concern in distribution decision making, such as demand/supply, material treatment lead time, and delivery lead time. Rolling horizon procedure is adapted with periods of three hours and one month as planning horizon. Optimization objects are multi-use wares. The research resulting the methods effectively appropriate in dealing with the problem, as tools in supporting delivery and purchasing decision making."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45021
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taviana Dewi K
"ABSTRAK
Pada saat ini PT Garuda Indonesia dalam peijalanan menuju ?world class airline?. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, kinerja perusahaan perlu terus ditingkatkan. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah meningkatkan kinerja karyawan dengan pemahaman akan nilai-nilai kerja sebagai landasan sikap kerja yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas.
Dalam mengevaluasi kinerja karyawan diperlukan komponen yang dapat mendukung sistem tersebut dan dapat dipakai sebagai tolok ukur kinerja karyawan. Salah satu cara dalam mengukur kinerja karyawan adalah penilaian prestasi kerja (performance appraisal).
Awak kabin PT Garuda Indonesia dalam fungsinya sebagai 'operating core' menjadi pendukung langsung fungsi layanan penerbangan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa awak kabin melakukan aktifitas dasar yang berhubungan langsung dengan produk/jasa. Dalam menjalankan fungsinya awak kabin berpedoman pada Standard Operating Procedures (SOP) yang penjabaran/petunjuk pelaksanaannya secara teknis diatur dalam Cabin Attendant Manual (CAM) dan Purser's Handbook serta tetap mengacu pada prosedur kinerja standar (standard performance procedures).
Pada saat ini sistem penilaian prestasi kerja awak kabin PT Garuda Indonesia menggunakan tolok ukur yang sama dengan sistem yang digunakan bagi pegawai lainnya (pegawai darat, penerbang dan juru mesin udara). Oleh karena itu, diperlukan sistem penilaian prestasi kerja yang tepat sesuai dengan analisis jabatan awak kabin serta sistem yang dapat memotivasi awak kabin dalam meningkatkan kinerjanya agar mendukung kualitas layanan penerbangan.
Salah satu alternatif sistem penilaian yang sesuai untuk jabatan awak kabin adalah dengan menerapkan teori sistem manajemen kinerja (performance management system) dari Konsultan Hay yang dimodifikasi dengan sistem skala rating (rating scale). Proses sistem manajemen kinerja merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara : a) Penetapan Kinerja (sasaran pokok dan sasaran kompetensi) atau juga disebut Goal Setting (untuk awak kabin menggunakan standard performance), b) Pembinaan (Coaching) yang dilakukan secara formal maupun informal, c) Penilaian Kinerja (Performance Review), d) Imbalan (Reward).
Modifikasi sistem manajemen kinerja dengan rating scale, yaitu dalam hal pencatatan keputusan tentang kinetja dalam suatu skala.
Faktor-faktor yang dinilai dalam sistem manajemen kinerja awak kabin berkaitan Iangsung dengan key result area dan kompetensi awak kabin dalam menjalankan tugasnya. Penggabungan dua metode ini merupakan model yang tepat untuk awak kabin, karena sesuai dengan basil analisis jabatan awak kabin dan diharapkan dapat memotivasi awak kabin dalam menjalankan tugasnya.
"
1997
T 17251
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meity Barbara Pellokila
"Dewasa ini dunia sedang bergerak memasuki era globalisasi. Sering dengan berjalannya globalisasi, liberalisasi perekonomian pun tidak bisa dihindari. Hal ini mendorong terlaksananya perdagangan bebas. Melalui perdagangan bebas peluang pasar semakin terbuka lebar, tetapi di lain pihak ancaman persaingan juga semakin ketat. Dalam kondisi seperti ini resiko ketidakpastian maupun komponen biaya tetap seperti biaya jaringan pemasaran, biaya penelitian dan pengembangan, dan sebagainya sangat tinggi. Yang mampu bertahan serta meraih peluang hanya perusahaan yang kinerjanya baik serta mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang akan terjadi. Dalam situasi seperti inilah Garuda Indonesia sebagai maskapai penerbangan membawa bendera bangsa Indonesia harus mempertahankan eksistensinya. Salah satu strategi yang dilaksanakan oleh Garuda adalah mengembanggkan aliansi strategik dengan KLM Riyal Dutch Airlines, maskapai penerbangan membawa bendera Bekanda. Dengan KLM, Garuda melakukan aliansi strategik dalam 20 jenis aktivitas bersama mencakup bidang-bidang operasi penerbangan, perawatan pesawat, sumber daya manusia, pemasaran dan sistem informasi. Skripsi ini bertujuan untuk melihat prospek aliansi strategik antara Garuda dengan KLM khususnya dalam bidang pemasaran. Terkait dengan ini akan dianalisis kondisi pasar yang ada dan perkembangannya, serta aktivitas bauran pemasaran yang dapat dikembangkan dalam kerangka aliansi strategik ini. Melalui aliansi strategiki ini diperkirakan efisiensi dan efektivitas kegiatan pemasaran serta perluasan pasar Garuda dapat ditingkatkan guna menunjang peningkatan kinerja Garuda secara keseluruhan. Untuk jangka panjang aliansi strategik ini dapat dimanfaatkan oleh Garuda sebagai kerangka antisipatif dalam menghadapi lonjakan penumpang yang diperkirakan akan terjadi di kawasan Asia Pasifik serta persaingan yang ketat dalam pasar jasa angkutan udara internasional. Pada bagian terakhir penulis mencoba mengemukakan beberapa saran berkaitan dengan pelaksanaan aliansi strategik bidang pemasaran antara Garuda dengan KLM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S18992
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>