Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64246 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Harrington, H. James
New York: McGraw-Hill, 1995
658 HAR t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Yahya
"Facility Management (pengelolaan fasilitas) adalah bidang yang mengintegrasikan proses pengoperasian, pemeliharaan, peningkatan, dan pengadaptasian suatu bangunan (fasilitas) dan infrastruktur dari sebuah organisasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung organisasi dalam mencapai tujuan organisasi tersebut (Barrett and Baldry (2003)). Pengelolaan fasilitas saat ini banyak dikelola oleh pihak ketiga (outsourcing) yang berdampak negatif terhadap pemborosan biaya yang tidak disadari (Shawn McCray (2008)). Terlebih lagi pengelolaan fasilitas di dunia perbankan sangatlah menarik. Banyak aturan-aturan yang harus terpenuhi dan lingkungan beserta orang yang dinamis karena perubahan yang cepat. Dan terkadang sulit untuk dikendalikan oleh perusahaan.
Untuk mengelola fasilitas dengan efektif dan efisien, diperlukan penerapan Strategic Management (Sebastian Raisch dan Julian Birkinshaw (2009)). Penerapan Strategic Management perlu dibuatkan alat (tools) pengukuran kinerja yang memiliki indikator yang jelas dan mudah diukur (Lívia Róka-Madarász (2011)). Brian Atkin dan Adrian Brooks (2009) menjabarkan 11 strategi pengembangan pengelolaan fasilitas yang dikenal sebagai Total Facilities Management (TFM). Namun Total Facilities Management yang dikembangkan oleh Brian Atkin dan Adrian Brooks masih belum mendefinisikan indikator-indikator penilaian secara spesifik, terukur dan memiliki target pencapaian.
Oleh sebab itu perancangan penilaian kinerja pengelolaan fasilitas perbankan menggunakan sebelas strategi TFM yang ditambah dengan pendefinisian, penjelasan cara mengukur, dan memiliki target serta bobot dari masing-masing indikator penilaian, diharapkan mempermudah perusahaan dalam pengelolaan fasilitas yang lebih efektif dan efisien. Langkah pertama yang dilakukan adalah perancangan 33 indikator dengan pakar pengelolaan fasilitas di Bank XYZ. Setelah itu dilakukan validasi indikator dengan sampling 100 karyawan pengelolaan fasilitas Bank XYZ. Hasilnya didapat 26 indikator yang dianggap penting oleh responden.
Tahap selanjutnya adalah pendefinisian, penentuan target (2014 ? 2016) dan pembobotan setiap indikator. Dalam pendefinisian dan penentuan target ke-26 indikator terpilih, 7 indikator belum memiliki data baseline. Pada tahap terakhir, pembobotan indikator dilakukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dibantu dengan software Expert Choice. Hasilnya adalah 26 indikator memiliki bobot dari 1.17% sampai 10.36%.

Facility Management is an area which integrates operation, maintenance, adaptation, and improvement process of facility and infrastructure for an organization, in order to create an environment that supports an organization to achieve its goals (Barrett and Baldry (2003)). Nowadays, facility management mostly runs by third party (outsourcing) and may lead to budget-consuming that exceeds certain level (Shawn McCray (2008)). Moreover, facility management in banking industry is very interesting due to various regulations and dynamic environment which sometimes hard to controlled by an organization.
To manage facility effectively and efficiently, there is a need to apply strategic management (Sebastian Raisch and Julian Birkinshaw (2009)). To apply strategic management, a tool must be made in order to measure performance which has clear indicators (Lívia Róka-Madarász (2011)). Brian Atkin and Adrian Brooks (2009) stated eleven strategies in developing facility management, known by total facilites management (TFM), although they are not defining measurement indicators specifically and did not have a target.
Therefore, this research is designing performance measurement tools for banking facility management using total facilities management based on eleven TFM strategies, added with indicator measurement definition, how to measure the indicators, and also targets of each indicator in order to help organization in managing facilities effectively. The first step of this research is creating 33 indicators with facility management expert in XYZ Bank. The next step is validating indicators by sampling on 100 employees, and resulted in 26 indicators defined as important by respondents.
In addition, each indicator is defined and had a 3 years target (2014-2016) which has its own weighting. From 26 indicators, 6 of them did not have a baseline data. For final step, indicators weighting are being done by using Analytical Hierarchy Process (AHP) helped by software Expert Choice. The result is 26 indicators that have weight from 1.17% until 10.36%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Ridwan
"Perbaikan-perbaikan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja sering tidak berlangsung kontinyu karena tidak ada dukungan dan komitmen penuh dari karyawan maupun top manajemen. Total Performance Scorecard (TPS) mengintegrasikan pribadi dan organisasi dalam perbaikan, pengembangan, dan pembelajaran yang berkelanjutan. Penerapan TPS melalui Gugus Kendali Mutu (GKM) menimbulkan keterlibatan pribadi karyawan dan perusahaan sehingga lebih berkomitmen dan perbaikan bisa berlangsung kontinyu.
Dalam tahap awal dirumuskan Personal Balanced Scorecard (PBSC) yang memfokuskan pada perbaikan kinerja perorangan dengan dimensi: misi, visi, faktor penentu keberhasilan, tujuan, tolok ukur, target, dan tindakan pribadi karyawan dalam pelaksanaan GKM. Selanjutnya dirumuskan Organizational Balanced Scorecard (OBSC) dengan dimensi yang sama dalam PBSC yang memfokuskan pada perbaikan proses bisnis berkelanjutan untuk mengembangkan visi dan strategis perusahaan.
Tindakan perbaikan dajam OBSC yang telah diberikan bobot prioritas diterjemahkan ke dalam scorecard tiap departemen, tim dan rencana kinerja karyawan sehingga semua berkomitmen untuk melaksanakan perbaikan. Ambisi karyawan dalam PBSC berusaha diselaraskan dan disesuaikan dengan ambisi perusahaan dalam OBSC dengan diskusi yang interaktif dan terbuka secara informal. Perbaikan GKM dilaksanakan dalam 7 langkah dan 7 alat bantu statistik dengan hasil perbaikan yang terukur dalam 4 perspektif scorecard yaitu keuangan, pelanggan, proses internal, pengetahuan dan pembelajaran. Selanjutnya perusahaan membuat program-program pengembangan karyawan dan pembelajaran organisasi untuk meningkatkan motivasi dan semangat karyawan dalam perbaikan-perbaikan berikutnya.

Many improvements was performed to get higher performance but there were not continous because employees and top management did not have full commitment. Total Perfomance Scorecard (IPS) integrated personal and organizational in continous improvement, development, and learning. TPS implementation through Quality Control Circle (QCC) activity encouraged employees personal involvement and company so they were more commitment and QCC activity was continous.
The first step was formulated Personal Balanced Scorecard (PBSC) that focused to improve personal performance with dimension : mission, vission, critical success factors, objectives, performance measures, targets, and improvement actions. Then, fomiulated Organizational Balanced Scorecard (OBSC) with same dimension like PBSC that focused to continous business process improvement to translate vission and strategic of the company.
Improvement actions in OBSC that was given weight then translated to departement scorecard, team scorecard, and individual performance plan so all of them have more commitment to perform improvement. Employee personal ambitions in PBSC try to be adapted and adjusted with shared organizational ambition in OBSC with interactive and open discussion as informal. QCC activity was performed with seven steps and seven tools with the results of improvement was measured at four scorecard perspective: financial, customer, internal process, knowledge and learning. The next, company made employee development programs and organization learning to improve employees motivation and spirit in the next improvements."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggalo, Engelbertus
"Pengukuran kinerja berbasis Balanced Scorecard (BSC) belum sesuai dengan kebutuhan perusahaan berskala kecil menengah yakni pengukuran kinerja yang sederhana dan mampu mendorong karyawan untuk menyelaraskan perilaku mereka dengan tujuan perusahaan. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan suatu usulan perbaikan terhadap pengukuran kinerja berbasis BSC agar lebih sesuai untuk diimplementasikan di perusahaan berskala kecil menengah di Indonesia. Usulan perbaikan yang diajukan merupakan kombinasi dari tiga metode yakni TOPSIS-AHP, Total Performance Scorecard, dan Pay for Performance.
Berdasarkan hasil pengujian penerimaan karyawan, tingkat penerimaan karyawan lebih baik terhadap pengukuran kinerja yang baru. Dengan demikian, usulan perbaikan ini diharapkan lebih sesuai untuk kebutuhan perusahaan berskala kecil menengah di Indonesia.

BSC based - performance measurement has not fitted the needs of small medium enterprises which are simple yet able to encourage employees to allign their behaviour with company's objective. This research is intended to get an improvement proposal upon BSC based ? performance measurement that more suitable to be implemented in Indonesian small medium enterprise. The improvement proposal is combination of three methods which are TOPSIS - AHP, Total Performance Scorecard, and Pay for Performance.
Based on employees acceptance test, it is concluded that the employees acceptance towards the new performance measurement is better. Therefore, this improvement proposal is expected to be more suitable with the needs of Indonesian small medium enterprises.
"
Salemba: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fina Firdiani
"Penelitian ini bertujuan untuk menentukan KPI manajemen pemeliharaan pada penerapan TPM di industri otomotif. Metodologi pengumpulan data penelitian adalah melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner ke industri otomotif di Jakarta. Dari 8 perusahaan otomotif, 5 perusahaan berpartisipasi dalam penelitian dengan mewakilkan seorang praktisi manajemen pemeliharaan. Penelitian menghasilkan 30 indikator kinerja kunci manajemen pemeliharaan yang sesuai dengan konsep TPM. Indikator yang paling banyak direkomendasikan adalah indikator A1 (rasio down time terhadap waktu operasi total), B7 (pencatatan breakdown dan analisa permasalahan), dan D1 (adanya proses perencanaan dan penjadwalan yang terdokumentasi), dengan total skor 24. Sedangkan, indikator dengan skor terendah adalah M5 (competency safety skill), dengan total skor 4.

The purpose of this study is to determine KPI of maintenance management on TPM method application in automotive industry. Research methodologies are interview and deploy the questionnaires to automotive industry in Jakarta. There are 5 from 8 companies participate the research represented by maintenance expert. earch finds 30 KPIs of maintenance management in automotive industry agree with TPM concept. The most recommended performance indicators are A1 (the ratio of downtime to total operating time), B7 (breakdown recording and problem analysis), and DI (planning and scheduling documentation), with 24 point total score. The most unlike performance indicator is M5 (competency safety skill) with 4 point total score."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52138
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Anindito Wibisono
"Tesis ini membahas tentang pengaruh penerapan filosofi TQM terhadap kinerja operasional dengan studi kasus di salah satu industri otomotif yaitu PT Astra Daihatsu Motor. Variabel TQM yang diteliti adalah kepemimpinan, fokus pelanggan, pelatihan dan pemberdayaan karyawan, manajemen proses, dan perbaikan berkelanjutan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan sumber data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode regresi berganda menggunakan perangkat lunak SPSS v.22.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa TQM secara simultan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja operasional. Secara parsial, variabel fokus pelanggan, manajemen proses, dan perbaikan berkelanjutan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja operasional. Namun, variabel kepemimpinan dan variabel pelatihan dan pemberdayaan karyawan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja operasional perusahaan.

The purpose of the study was to learn effect TQM implementation on operational performance in PT Astra Daihatsu Motor. TQM variable that be investigated on this research were leadership, customer focus, employee training and empowerment, process management, and continuous improvement. This study was quantitative research that using questionnaire to collect primary data. The data was analyzed by multiple regression using SPSS v.22.
The result indicates that TQM simultaneously have positive and significant impact on operational performance. Partially, customer focus, process management and continuous improvement have positive and significant impact on operational performance. However, leadership and employee training and empowerment haven rsquo t significant impact on operational performance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ide Asara
"Skripsi ini membahas pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi dimediasi total quality management, penelitian dilakukan dengan survei menggunakan kuesioner kepada 330 responden terbagi dari staf lebih dari 2
(dua) tahun, manajemen pelaksana dan manajemen menengah pada PT Pegadaian (Persero). Hasil hipotesis menggunakan model Structural Equation Model (SEM), menunjukkan budaya organisasi dan total quality management berpengaruh
positif terhadap kinerja organisasi pada PT Pegadaian (Persero). Manfaat dari penelitian mungkin dapat menjadi sumber informasi sebagai implikasi manajerial pada PT Pegadaian (Persero). Penelitian selanjutnya dapat menggunakan satuan faktor total quality management agar dapat menemukan faktor yang paling berpengaruh meningkatkan kinerja organisasi.

In this paper discusses the effect of organizational culture on organizational performance mediated by total quality management, the study was conducted with survey using a questionnaire to 330 respondents divided from staff more than 2 (two) years, executive management and middle management at PT Pegadaian (Persero). The results of the hypothesis using Structural Equation Model (SEM), the model indicate organizational culture and total quality management have positive effects to organizational performance in PT Pegadaian (Persero). The benefits of research may be a source of information as
managerial implications at PT Pegadaian (Persero). Recommendation for the further research is to use units of total quality management factors in order to find the factors that more enhance to organizational performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Nugroho Rasuanto
"SBU Total Logistik merupakan unit usaha di PT. Pos Indonesia yang bergerak di bidang jasa logistik. Mengingat usianya yang baru berusia 2 tahun maka munculah tuntutan untuk melakukan kajian atau evaluasi atas kinerja (performance) aktifitas Supply Chain Management yang dilakukannya. Pengukuran dan evaluasi ini selain melihat rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam Supply Chain Management itu sendiri juga sebaiknya melibatkan tolak ukur lain seperti kepuasan pelanggan yang menikmati jasa layanan SBU Total Logistik PT. Pos Indonesia.
Di sisi lain terdapat kondisi di mana dalam masa operasi selama 2 tahun ditemukan adanya indikasi penurunan jumlah pelanggan tetap SBU Total Logistik. Hal ini diduga berkaitan dengan performa Supply Chain Management yang diterapkan oleh unit tersebut. Sementara itu pihak manajemen mengungkapkan bahwa mereka tidak pemah menurunkan standar operasional di lapangan dan seluruh sistem pelayanan telah berjalan sebagaimana seharusnya.
Atas dasar tersebut penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji hubungan antara Supply Chain Management Performance saluran distribusi SBU Total Logistik PT. Pos Indonesia dengan kepuasan (satisfaction) pelanggan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey deskriptif yaitu melalui penyebaran kuesioner dengan target responden adalah para pelanggan perusahaan (corporate customer) tetap dari SBU Total Logistik PT. Pos Indonesia. Adapun penelitian ini dimulai dengan menganalisis secara terpisah antara Supply Chain Management Performance dan Customer Satisfaction untuk melihat kondisi independen masing-masing dan selanjutnya mencari hubungan antara keduanya.
Hasil penelitian atas Supply Chain Management Performance saluran distribusi SBU Total Logistik PT. Pos Indonesia yang diukur dengan menggunakan enam aspek yang meliputi cooperation, commitment, trust, conflict, conflict resolution dan compliance menunjukan bahwa aspek conflict resolution merupakan aspek yang telah dijalankan paling baik dan aspek compliance merupakan aspek yang dijalankan belum sepenuhnya baik. Sementara itu tingkat kepuasan responden dalam melakukan kerjasama supply chain dengan PT. Pos Indonesia menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi dimana hal ini dilihat dari tingginya nilai respon atas keuntungan dan kepuasan bertransaksi bisnis dengan SBU Total Logistik PT. Pos Indonesia.
Selanjutnya hasil analisis regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara Supply Chain Management Performance terhadap Customer Satisfaction, di mana aspek Cooperation dalam variabel Supply Chain Performance merupakan satu-satunya aspek yang memiliki hubungan dan pengaruh yang paling signifikan dibandingkan aspek-aspek yang lainnya.
Adapun saran yang diberikan untuk menindaklanjuti hasil penelitian tersebut adalah agar SBU Total Logistik lebih mengupayakan peningkatan konsep kerja sama (Cooperation) yang memiliki kaitan tujuan bisnis jangka panjang dimana hal ini penting bila SBU Total Logistik berkeinginan untuk lebih meningkatkan kepuasan pelanggannya. Sementara itu keberadaan kelima unsur lain dari Supply Chain Management Performance yaitu commitment, trust, conflict, conflict resolution dan compliance sebaiknya tetap menjadi perhatian untuk tidak diabaikan karena apabila seluruh keenam unsur ini mampu berperan dengan baik maka kinerja Supply Chain SBU Total Logistik akan jauh lebih baik pula dan otomatis akan turut juga mempengaruhi kepuasan pelanggan.

SBU Total Logistik is a business unit of PT. Pos Indonesia in logistic service. As it was 2 years old, the unit has a need for study and evaluation of Supply Chain Management performance. In addition to measurement and evaluation of Supply Chain Management activities, it is necessary to involve other measurements such as customer satisfaction that have benefit from SBU Total Logistik service of PT. Pos Indonesia.
On the other side, there is indication of decrease in the number of regular SBU Total Logistik customers for 2 years in operation. It is supposedly relating to Supply Chain Management performance by the unit. While management expressed that they never do reduction of operational standard in the field operation and the entire service system were well work.
Based on the matters, the research is designed to examine the relationship between Supply Chain Management Performance of SBU Total Logistik PT. Pos Indonesia distribution channel and customer satisfaction. The research is conducted by using a descriptive survey method with the distribution of questionnaires to the regular corporate customers of the SBU Total Logistik of PT. Pos Indonesia as the target respondents. The research is beginning by separately analyses of Supply Chain Management Performance and Customer Satisfaction to observe independent conditions of each Supply Chain Performance and Customer Satisfaction, and then to seek for relationship of both sides.
The results of the research in Supply Chain Performance, the SBU Total Logistik distribution channel of PT. Pos Indonesia, measured by using six aspects including cooperation, commitment, trust, conflict, conflict resolution, and compliance, shown that the conflict resolution is the aspect put in best work and compliance is put in still not yet completely work. At the same time, the respondent satisfaction in cooperation of supply chain and PT. Pos Indonesia suggest high satisfaction. It is true of high response to profit and satisfaction in business deal with SBU Total Logistik of PT. Pos Indonesia.
Furthermore, the results of the regression analysis shown that there is relationship between Supply Chain Performance and Satisfaction, where aspect of Cooperation in the Supply Chain Performance variable is the only aspect with most significant effect and correlation than other aspects.
To follow up the results of the research, the SBU Total Logistik is proposed to seek for conceptual improvement of Cooperation in relation to long-term business goals, for purposes to increase its customer satisfaction. In meanwhile, the existence of other five elements of Supply Chain Performance - commitment, trust, conflict, conflict resolution, compliance - should be paid attention. As all of five elements take significant roles, the Supply Chain performance of SBU Total Logistik may be much more significant value and therefore influence customer satisfaction.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>