Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136057 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niniek L. Karim
2000
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yusida Lusiana
"Studi ini menguji model teoritik mengenai sikap intoleransi politik, bertujuan untuk membuktikan bahwa ODS, RWA, dan identifikasi agama sebagai faktor kepribadian, serta persepsi ancaman sebagai faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap pembentukan sikap intoleransi politik. Sebanyak 390 mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang berusia 18-31 tahun mengisi kuesioner untuk mengukur variabel-variabel di atas. Hasil menunjukkan bahwa RWA dan persepsi ancaman memberikan pengaruh langsung positif dan bermakna terhadap intoleransi politik, sementara identifikasi agama memberikan pengaruh tidak langsung yaitu melalui persepsi ancaman. Dengan demikian, faktor pribadi dan lingkungan secara bersama-sama mempengaruhi intoleransi politik. Satu variabel, yaitu ODS, dalam studi ini ternyata tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap intoleransi politik. Hal lain yang menarik dalam penelitian ini adalah pembuktian bahwa agama tidaklah sebagai penyebab seseorang untuk bersikap intoleran. Agama hanya dijadikan media untuk mengekspresikan sikap intoleran ketika pemeluknya merasakan adanya keterancaman. Agama justru sama sekali gagal menjadi aspek pemicu ketika seseorang tidak merasa adanya ancaman dalam dirinya. Namun, agama akan menjadi faktor penting dalam meningkatkan intoleransi seseorang ketika dia mengalami keterancaman atas hadirnya kelompok lain. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah menguji kembali variabel ODS dan intoleransi politik, studi kualitatif (analisis wacana) dan kuantitatif (structural equation modeling) pada masyarakat non-mahasiswa, non-Islam, dan di luar Unsoed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Dwita Apriani
"Tesis ini dilatarbelakangi oleh keterpilihan seorang perempuan sebagai bupati untuk pertama kalinya di provinsi Bali yang dikenal memiliki budaya patriarki kuat. Selain itu terdapat kesenjangan antara penelitian sebelumnya dengan hasil akhir dari pemilukada Tabanan 2010, dimana kandidat yang di dalam survei prapemilukada memiliki elektabilitas tertinggi karena dinilai sebagai figur pemimpin yang baik oleh masyarakat, pada hasil akhir pemilukada Tabanan berhasil dikalahkan oleh kandidat perempuan yang pada saat survei hanya memiliki elektabilitas sebesar 5,7 persen, namun diusung oleh partai yang berbasis di daerah itu. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban bagaimana pengaruh faktor partai politik dan faktor kandidat terhadap perilaku memilih dalam pemilukada Tabanan, 2010.
Sebagai pijakan teoritis, penelitian ini menggunakan teori perilaku memilih khususnya pendekatan psikologis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian bertipe eksplanatif dengan sumber data primer dan skunder. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 400 responden, sehingga tingkat kepercayaannya 95% dan margin of errornya 5%.
Temuan di lapangan memperlihatkan bahwa dalam pemilukada Tabanan 2010, faktor identifikasi partai politik terutama identifikasi pemilih dengan PDIP berpengaruh terhadap perilaku memilih masyarakat di daerah itu. Di lain sisi, faktor figur cukup berpengaruh namun bukan faktor utama yang mempengaruhi perilaku memilih masyarakat Tabanan dalam pemilukada 2010.
Implikasi teoritis menunjukkan bahwa pendekatan psikologis dalam teori perilaku memilih dapat diaplikasikan dalam kasus pemilukada Tabanan 2010. Tesis ini juga membantah tesis Yudistira Adnyana yang menemukan bahwa faktor kandidat atau figur merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku memilih di Bali dan faktor partai politik sangat lemah.

The thesis is directed by the election of a woman as a head of district in Bali for the first time,which has been regarded as a Province in a strong patriarchy culture. Beside that,there is a huge diference between the results of the former research with the result of this Tabanan local election,where the candidate that is proven as the one with the highest electability,for it's good leadership in the society, was being defeated by the women candidate that only scored 5.7% electability on the survey,that was also done to answer how the political party and candidate factors affect the result of Tabanan local election.
As the theoritical basis, this research uses voting behavior theory, especialy the phsycological approach. The method that is being used in this research is the quantitative method. It's an explanatory research with a primary and secondary data usage. The sample used in this research is 400 respondents,hence it's confident interval is 95% and 5% margin of eror.
Data found in the field showed that in Tabanan local election 2010,the factor of political party identification among the society-especially the one with PDIPaffects the voting behavior. Meanwhile,the factor of figure personal attribute affects but not as the main factors in the voting behavior of Tabanan local election.
The theoritical implication shows that the phsycological approach in voting behavior may be applied in Tabanan Regent General Election in 2010. This thesis also denied the Yudistira Adnyana's thesis. He found that the candidate factors or figure factors are the main factors determining/affecting the voting behavior in Bali,and so the political factor contributes in a small amount.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T29602
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ilmi Amalia
"ABSTRAK
Pemilihan Umum 2004 diwarnai dengan usaha untuk meningkatkan jumlah
perempuan di parlemen. Usaha tersebut adalah adanya undang-undang yang
mewajibkan partai politik untuk menyediakan kuota 30% dalam daftar calon
legislator dan sosialisasi yang gencar untuk meningkatkan kesadaran jender
pemilih perempuan.
King (2000) pada penelitiannya di Amerika Serikat menyatakan bahwa calon
legislator perempuan memiliki peluang lebih besar untuk dipilih oleh perempuan,
tetapi jumlah perempuan di parlemen selalu jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah laki-laki. Faktor-faktor yang menyebabkan sedikitnya jumlah
perempuan di parlemen, antara lain, adalah ideologi peran jender tradisional
pemilih (Karra, dalam Sari 2002) dan rendahnya identifikasi perempuan sebagai
kelompok (Zellman, 1978). Faktor lain yang mempengaruhi suara pemilih adalah
identifikasi dengan partai politik dan isu politik (Campbell et al., 1960).
Penelitian ini bertujuan mengetahui peluang calon legislator perempuan
memperoleh dukungan dari pemilih perempuan dibandingkan dengan calon
legislator laki-laki; pengaruh ideologi peran jender dan tingkat identifikasi
kelompok jender terhadap dukungan terhadap calon legislator perempuan; dan di
antara keempat independen variabel, ideologi peran jender, identifikasi dengan
kelompok jender, identifikasi dengan partai politik, dan isu politik, yang mana
yang dapat menjadi prediktor bagi dukungan pemilih perempuan kepada calon
legislator perempuan pada Pemilihan Umum 2004.
Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan peluang antara
calon legislator perempuan dan calon legislator laki-laki untuk dipilih oleh
pemilih perempuan; apakah terdapat perbedaan ideologi peran jender antara
pemilih perempuan yang memilih calon legislator laki-laki dan pemilih
perempuan yang memilih calon legislator perempuan; apakah terdapat perbedaan
tingkat identifikasi kelompok jender antara pemilih perempuan yang memilih
calon legislator laki-laki dan pemilih perempuan yang memilih calon legislator
perempuan; dan manakah di antara keempat variabel independen, ideologi peran
jender, identifikasi dengan kelompok jender, identifikasi dengan partai politik,
dan isu politik yang dapat menjadi prediktor bagi pemilih perempuan untuk
memilih calon legislator perempuan. Untuk menjawab permasalahan itu,
digunakan kuesioner yang terdiri dari lima skala yang mengukur setiap variabel independen dan pertanyaan mengenai jenis kelamin calon legislator yang dipilih
pada Pemilu 2004.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan peluang antara calon
legislator perempuan dan calon legislator laki-laki untuk dipilih oleh pemilih
perempuan dan tidak ada perbedaan ideologi peran jender serta identifikasi
dengan kelompok jender pada pemilih perempuan yang memilih calon legislator
perempuan dan calon legislator laki-laki. Selanjutnya, penelitian ini juga menunjukkan perilaku pemilih perempuan untuk memilih calon legislatif
perempuan tidak dapat diprediksi oleh variabel ideologi peran jender, identifikasi
dengan kelompok jender, isu politik, dan identifikasi dengan partai politik. Saran
untuk penelitian selanjutnya adalah memperbaiki proses pengambilan sampel,
memperluas subjek penelitian pada laki-laki, menambahkan variabel lain, seperti stereotip jender dan mengikutsertakan proses kognitif dalam aktivitas memilih."
2004
S3411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Debora Eflina
"Peneiitian ini mengenai pengaruh rraifs kepribadian dan komitmen organisasi terhadap perilaku kewarganegaraan organisasi (PKO). Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui tingkat PKO, komitmen organisasi dan affairs kepribadian karyawan; (2) membuktikan bahwa traits kepribadian dan komitmen organisasi secara hersama-sama memberikan pengaruh langsung yang cukup besar terhadap perilaku kewarganegaraan organisasi; (3) membuktikan bahwa If-airs kepribadian memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perilaku kewarganegaraan organisasi daripada kornitmen karyawan terhadap organisasi.
Penelitian ini diiakukan karena meningkatnya dinamika tim kerja dan perampingan organisasi pada perusahaan-perusahaan di seluruh dunia akhir-akhir ini, sehingga perusahaan harus mempertahankan karyawan-karyawan terbaik, yang bersedia melakukan hal-hal yang iebih daripada yang harus dilakukannya. Sesuai dengan alasan itu, maka perusahaan yang dipilih untuk dijadikan sarnpel penelitian adalah perusahaan yang menerapkan sistem tim kerja dan sedang mengalami proses perampingan organisasi. Jumlah responden penelitian adalah sebanyak 222 responden yang berasal dari enam planr.
Alat ukur yang digunkan berupa kuesioner yang terdiri dari tiga bagian, yaitu alat ukur PKO dari Konovsky dan Organ (1995) yang dimodifikasi oleh peneliti, komitmen organisasi Ali Nina (2002), dan NEO-FFI Costa dan McCrae (1992). Analisis dilakukazn dengan metode regresi berganda dan analisis perbedaan skor rata-rata dengan I-test dan F-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa traits Kepribadian dan kornitmen organisasi secara bersama-sama memiliki pengaruh langsung dan cukup besar terhadap PKO, yaitu sebesar 42,2%. Traits extraversion, openness to experience, conscientiousness dan komitmen afektif berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap PKO, sedangkan komitmen kontinuans berpengaruh secara negatif dan signitikan terhadap PKO. Hasil analisis tambahan dari penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel rrairs kepribadian dan komponen-komponen komitmen organisasi berpengaruh secara signitikan, baik positif maupun negatif, terhadap dimensi-dimensi PKO.
Saran utama unluk penelitian selanjutnya pada topik yan sama adalah agar melakukan penyempurnaan terhadap alat ukur PKO sehingga didapatkan sebuah alat ukur PKO yang valid dan reliabel untuk digunakan di Indonesia.
Saran selanjutnya adalah agar perusahaan memperhatikan aspek kepribadian dan meningkatlcan komitmen afektif karyawan melalui pelatihan-pelatihan pengembangan diri dan pemberian perhatian pada kesejahteraan karyawan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah El Qadriani
"Banyaknya tuntutan akademis mahasiswa dapat memunculkan rasa malas untuk segera memulai mengerjakan maupun menyelesaikannya. Menunda untuk segera mengerjakan tugas akademis disebut dengan prokrastinasi akademis. Dari berbagai faktor penyebab, penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh faktor kepribadian Big Fivedan self-efficacy for self-regulated learning SESRL terhadap perilaku prokrastinasi akademis pada mahasiswa Universitas Indonesia. Instrumen yang akan digunakan adalah Academic Procrastination Scale APS oleh McCloskey dan Scielzo 2015 untuk mengukur prokrastinasi akademis, Mini International Personality Item Pool ndash; Five Factor Model Mini-IPIP oleh Donnellan, Oswald, Baird, dan Lucas 2006 untuk mengukur faktor kepribadian Big Five, dan Self-Efficacy for Self-Regulated Learning Scale SESRLC oleh Gredler dan Schwartz 1997 untuk mengukur SESRL. Partisipan penelitian berjumlah 400 mahasiswa Universitas Indonesia 310 perempuan, 90 laki-laki: M= 20.14.
Melalui teknik statistik multiple regression, diketahui bahwa faktor kepribadian conscientiousness, extraversion, opennessto experience dan SESRL berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademis R2= 0.339, F 1,400 = 35.178, p< 0.05 . Di sisi lain, faktor kepribadian neuroticism dan agreeableness ditemukan tidak berpengaruh signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki disiplin diri yang tinggi dan yakin untuk mampu melakukan regulasi diri memiliki kecenderungan yang rendah untuk melakukan prokrastinasi akademis, sedangkan individu yang mudah terdistraksi oleh kegiatan bersosialisasi atau mudah terdistraksi untuk melakukan kegiatan yang baru ditemukan mudah menunda tugas akademisnya. Hasil penelitian memperkuat argumentasi pentingnya mahasiswa untuk beradaptasi dengan kehidupan akademis sesuai dengan kepribadiannya dan yakin akan kemampuannya untuk dapat melakukan regulasi diri dalam proses pembelajaran agar menghindari dari perilaku prokrastinasi akademis.

The number of academic tasks can make students reluctant to immediately start working on and finish the tasks. The phenomenon of postponement of academic task is called academic procrastination. From various factors, this research aims to discover the effect of Big Five personality factors and self efficacy for self regulated learning SESRL on academic procrastination in University of Indonesia rsquo s student. The instruments used are the Academic Procrastination Scale APS by McCloskey and Scielzo 2015 to measure academic procrastination, Mini International Personality Item Pools Five Factor Models Mini IPIP by Donnellan, Oswald, Baird, and Lucas 2006 to measure Big Five personality factors, and Self Efficacy for Self Regulated Learning Scale SESRLC constructed by Gredler and Schwartz 1997 to measure SESRL. The study participants amounted to 400 students 310 women, 90 men M 20.14.
The statistical techniques multiple regression indicated that conscientiousness, extraversion, openness to experience and SESRL have a significant effect on academic procrastination R2 0.339, F 1,400 35.178, p 0.05 . On the other hand, neuroticism and agreeableness found to have no significant effect. Individuals who have high self discipline and are confident to be able to self regulate have a lower tendency to procrastinate their academic tasks, whereas individuals who are easily distracted by socializing or with new activities to perform will easily delay their academic assignment. This study strengthens the importance for students to adapt to academic life in accordance with their personality and to be confident of their ability to self regulate their learning process to avoid academic procrastination.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumandari Sunarwinto
"ABSTRAK
Dalam era globalisasi, dengan terlibatnya teknologi maju ( advanced technology ),
seperti komputer, telekomunikasi dan sistim infonnasi modem di lingkungan
perbankan, seluruh ja jaran karyawan bank dipacu untuk meningkatkan kemampuan
dan ketangguhan bersaing. Tuntutan seperti ini dalam kunm wal-tu tertentu d.apat
menimbulkan stres kerja yang berlebihan. Sebagaimana dinegara-negara maju kerugian
materi maupun kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang ditimbulkan oleh stres
kezja ini sangat besar ( 1. 4, 5, 24 ).
Subyek penelitian adalah karyawan 3 bank swasta nasional devisa di Jakarta, dengan
aktiva total masing-masing diatas I triliun rupiah, jumlah karyawan diatas 1000 orang
serta memiliki jaringan cabang lebih dari 20 buah, yang tersebar diselurull Indonesia.
Jenis profesi yang dipilih adalah dealer aan auditor .Kedua jenis tugas tersebut sangat
kontras, yakni sebagai pelaksana transaksi (dealer ) dan sebagai pengawas (auditor).
Jumlab sampel setiap kelompok sebanyak 30 orang ( N 30 ).
Dengan analisis Multiple Regression dilihat pengaruh 3 variabel kepribadian,
yakni kepribadian eksttovert introvert, perilaku tipe dan tempat kendali
( locus of conmol ) terhadap stres kerja ( job stress ) kedua kelompok tugas
tersebut.Lebih lanju juga dilibat pengahlh ke-3 variabel bebas ( I.V.) terhadap bagian
pokok dari job stress, yakni job pressure dan lack of SUJlPDrl. Selanjutnya, dengan
t-test dilihat pula perbedaanjob stress, JOb pressure dan Jaclrofi upport pada kedua
kelompok.
Penelitian menggunakan metode kajian lapangan yang non-eksperimental dan menguji
hipotesis.Pengambilan sampcl mcnggunakan teknik. Non Probability Sampling yang
tergolong purposive . Analisis data menggurlakan metdde Stepwise dengan bantuan
program komputer SPSS I PC ver. 4.0.
Hasil uji hipotesis menunjukkan korelasi yang tidak cukup signifikan antara ke 3 l V.
dengan D.V.-nya dan tidak ada perbedaan antara stres ker:ja pada kedua kelompok
yang diteliti ( t kurang dari 2,0.)
Saran yang dianjurkan antara lain menggunakan alat ukur yang lebih tinggi validitas
dan reliabilitasnya ( diatas 0,80 ), serta jumlah sampel yang lebih besar ( N lebih dari 200 ).
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitto Rafael Tahar
"Tesis ini berupaya mengkaji salah satu aspek dalam pelaksanaan politik luar negeri Cina yaitu dalam hubungannya dengan tetangga terdekatnya yaitu Jepang. Selama berabad-abad kedua negara telah menjalin hubungan baik. Tetapi di awal abad 20 Jepang melakukan invasi ke Cina pada tahun 1937 hingga akhir Perang Dunia II. Peristiwa invasi ini telah menimbulkan korban jiwa dipihak Cina mencapai 21 juta jiwa. Akibatnya Cina terlihat memendam trauma terhadap Jepang, sehingga selalu menimbulkan kecurigaan di pihak Cina terhadap semua tindakan Jepang yang dianggapnya sebagai indikasi bangkitnya militerisme Jepang, sehingga menimbulkan semacam sensitivitas yang mempengaruhi impelementasi poltik luar negerinya dengan Jepang.
Faktor inilah yang kerap muncul sejak normalisasi hubungan kedua negara tahun 1972 yang ditunjukkan lewat berbagai insiden. Namun di sisi lain Cina juga selalu berupaya untuk tidak terlalu merusak hubungannya dengan Jepang. Sikap ini ditunjukkan dengan perilaku yang terkesan kooperatif dalam beberapa kasus yang relevan dengan faktor sensitivitas sejarah tersebut. Sehingga timbul permasalahan apakah memang benar faktor sensitivitas sejarah ini memiliki pengaruh pada perilaku politik luar negeri Cina terhadap Jepang.
Dalam pembahasan ini digunakan kerangka pemikiran dari Whiting yang menekankan pentingnya persepsi bangsa Cina terhadap Jepang yang dibentuk oleh pengalaman sejarah. Selain itu juga digunakan kerangka pemikiran dari Thomas W. Robinson dan Carol Lee Hamrin yang intinya menyatakan adanya keterkaitan faktor eksternal dan domestik Cina yang menyebabkan perilaku yang dualistis tersebut.
Dalam pembahasan kemudian ternyata memang terbukti bahwa faktor Sensitivitas ini memang berpengaruh bagi Cina dalam perilaku politik luar negerinya terhadap Jepang. Sikap sensitif ini sebenarnya berakar dari sikap mental dan budaya Cina yang memang sangat mementingkan masa lalu dalam menghadapi persoalan masa kini. Tapi disisi lain karena adanya faktor prioritas domestik yaitu pembangunan ekonomi dan peristiwa Tiananmen, membuat Cina berkepentingan menjaga hubungannya dengan Jepang agar tidak sampai menjadi konflik terbuka. Hal ini karena Cina memerlukan suatu lingkungan internasional yang kondusif dan juga aliran dana serta teknologi dalam rangka mendukung program modernisasi Cina. Selain itu perubahan kondisi birokrasi Cina yang semakin plural telah menyebabkan semua kebijakan memerlukan proses konsultasi dan koordinasi yang kompleks. Hal inilah yang menjelaskan Sikap Cina yang kooperatif tersebut. Walaupun begitu pada dasarnya politik luar negeri Cina memang selalu akan dipengaruhi oleh faktor sensitivitas tersebut, sehingga dengan sendirinya berpengaruh pada hubungan kedua negara di masa depan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirmala Adisti Karunia
"Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor kemenangan yang dihadapi Angela Merkel dalam pemilihan Kanselir Jerman tahun 2005, berdasarkan studi tentang identitas marjinal dan identifikasi politik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan mengenai persoalan identitas dan identifikasi politik dalam proses Pemilu Jerman 2005. Identitas marjinal terkait dengan identitas Merkel sebagai perempuan dalam masyarakat Jerman yang Patriarkhis dan sebagai orang (bekas) Jerman Timur yang memiliki kesenjangan antar kelas sosial dengan masyarakat (bekas) Jerman Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan keberadaan masalah identitas marjinal Angela Merkel, sebagai kandidat, yang bertentangan dengan identifikasi identitas partai politiknya, CDU, dalam proses Pemilu. Sehingga penelitian ini menemukan faktor-faktor kemenangan dalam proses pencapaian kesuksesan Angela Merkel sebagai Kanselir Jerman terpilih. Faktor-faktor kemenangan ini dibagi menjadi faktor-faktor internal dan eksternal.

This thesis discusses the marginal identity problem and winning factors which were encountered by Angela Merkel in Germany 2005 chancellor election, based on study about marginal identity and political identification. This study used qualitative research method to explain about the matter of political identity and identification in the Germany 2005 election. The marginal identity is associated with Merkel's identity as a woman in a patriarchal society and as an (former) East German which has a social class gap with the (former) West German. The result of this study indicates the existence of Angela Merkel?s (as a candidate) marginal identity problem, which was contrary to the identity identification of her political party, the CDU, in the election process. So this research found some winning factors in the process of achieving Angela Merkel?s success as elected chancellor. These winning factors are divided into internal and external factors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>