Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130788 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji kebutuhan guru pendidikan dasar dan menengah (dikdasmen), kekurangan dan kelebihan guru dikdasmen, serta rasio siswa per guru dikdasmen. metode yang digunakan adalah studi dokumentasi atau kepustakaan. hasilnya menunjukkan bahwa kebutuhan guru dikdasmen sebesar 2.865.116 orang, sehingga masih terjadi kekurangan guru sebesar 126.522 orang. berdasarkan rasio siswa dan guru menurut kebutuhan dan yang ada untuk SD, SLB, dan SMK maka terjadi kekurangan karena untuk SD adalah 14,78 dan 15,91, untuk SLB adalah 3,39 dan 5,21, untuk SMK adalah 16,74 dan 22,43. sebaliknya, untuk SMP dan SMA terjadi kelebihan guru karena untuk SMP adalah 18,41 dan 16.43 dan untuk SMA adalah 16,90 dan 16,18. simpulannya, untuk guru dikdasmen masih terjadi kekurangan guru tetapi SMP dan SMA telah kelebihan guru. sarannya, kekurangan guru supaya dipenuhi melalui pengadaan guru baru, kelebihan guru supaya disalurkan ke mata pelajaran serumpun, dan lulusan BP/BK supaya segera disalurkan ke sekolah-sekolah yang memerlukan."
JDSP 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Kintamani Dewi Hermawan
"Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji kebutuhan guru pendidikan dasar dan menengah (dikdasmen), kekurangan dan kelebihan guru dikdasmen, serta rasio siswa per guru dikdasmen. metode yang digunakan adalah studi dokumentasi atau kepustakaan. hasilnya menunjukkan bahwa kebutuhan guru dikdasmen sebesar 2.865.116 orang, sehingga masih terjadi kekurangan guru sebesar 126.522 orang. berdasarkan rasio siswa dan guru menurut kebutuhan dan yang ada untuk SD, SLB, dan SMK maka terjadi kekurangan karena untuk SD adalah 14,78 dan 15,91, untuk SLB adalah 3,39 dan 5,21, untuk SMK adalah 16,74 dan 22,43. sebaliknya, untuk SMP dan SMA terjadi kelebihan guru karena untuk SMP adalah 18,41 dan 16.43 dan untuk SMA adalah 16,90 dan 16,18. simpulannya, untuk guru dikdasmen masih terjadi kekurangan guru tetapi SMP dan SMA telah kelebihan guru. sarannya, kekurangan guru supaya dipenuhi melalui pengadaan guru baru, kelebihan guru supaya disalurkan ke mata pelajaran serumpun, dan lulusan BP/BK supaya segera disalurkan ke sekolah-sekolah yang memerlukan."
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014
507 JDSP 2:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Soediman Kartohadiprodjo
Jakarta: Yayasan Pembangunan Jakarta, 1953
320.1 Kar n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Stix, Andi
"Di zaman sekarang ini, guru bukanlah penceramah kelas yang mencekoki siswa dengan pelajaran secara satu arah. Metode ini dinilai sudah ketinggalan zaman dan membuat potensi siswa kurang bisa berkembang. Buku ini berbicara tentang metode pelatihan yang sudah terbukti berhasil dibidang olahraga dan bisnis untuk diterapkan oleh guru di dalam kelas. Metode pelatihan ini bisa digunakan para guru untuk membuat siswa terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran mereka. Buku ini dapat membantu para guru untuk menjadi agen pembaharuan dalam dunia pendidikan dengan memberdayakan para siswa sehingga mampu mengatasi permasalahan akademis, emosi, dan interaksi sosial mereka."
Jakarta: Erlangga, 2007
371.102 STI tt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Polarys
"Dalam Pasal 82 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberikan batas waktu pelaksanaan bagi Guru yang belum memiliki kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik paling lama 10 sepuluh tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini, dan merupakan hal penting yang harus terpenuhi sebagai wujud kepastian hukum. Dalam penelitian ini yang ingin dicapai adalah tentang profesionalisme Guru berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia, upaya pemenuhan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik melalui asas umum pemerintahan yang baik dan institusi dalam menyelesaikan masalah peningkatan profesionalisme tersebut. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pelaksanaan dalam mencapai guru yang profesional tidak terwujud oleh karena adanya celah hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 35 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sehingga para guru terfokuskan untuk memenuhi target mengajar. Selain itu juga Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam implementasinya bertentangan dengan asas umum pemerintahan yang baik khususnya dalam hal asas kepastian hukum dan kemanfaatan. Oleh karena itu, perlu dibentuk Institusi Pendidikan Nasional yang tujuannya adalah menciptakan guru-guru yang professional dan berintegritas, sehingga semua guru di Indonesia wajib mengikuti pendidikan di institusi tersebut, yang pada akhirnya adalah persamaan atas kualitas guru di Indonesia.

Article 82 of Law Number 14 Year 2005 regarding Teachers and Lecturers provides a time limit for teachers who have not fulfilled academic qualifications and teachers certificate no later than 10 ten years since the enactment of this Law, and as a form of legal certainty it must be fulfilled. The goal of this research is to figure out teachers professionalism according to Indonesian regulation, the fulfillment of academic qualification and teachers certificate through the general principle of good governance, and of upgrading teachers professionalism problem solved by the institution. The results of the study shows that the implementation in achieving professional teachers is not achieved because of the legal loopholes in Article 35 paragraph 2 of Law Number 14 Year 2005 on Teachers and Lecturers, so that the teachers are focused to meet the teaching target. In addition, The implementation of this Law is in a contrary to the general principle of good governance, especially in terms of legal certainty and benefit. Therefore, it is necessary to establish a national education institution whose goal is to create professional teachers with integrity so that all teachers in Indonesia are required to attend the institution 39 s education, which in turn is the equality of the quality of teachers in Indonesia.Professionalism, Teacher, Legal Certainty."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Achjani Zulfa
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1995
S21710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arrohman Prayitno
Jakarta: Universitas Trisakti, 2004
920 ARR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Masdalipah N
"Masa merupakan remaja merupakan masa kritis seseorang untuk memasuki dunia dewasa. Berbagai perubahan fisik dan psikis pada diri remaja seringkali menimbulkan berbagai persoalan yang harus dihadapi dan diatasi. Agar remaja dapat lebih berhasil mengatasi masalahnya, ia membutuhkan bantuan berupa bimbingan dari orang lain dalam menentukan pilihan, penyesuaian dan pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapinya. Artinya, ada siswa-siswa yang membutuhkan bimbingan pribadi atau bimbingan dalam mengatasi masalah-masalah pribadinya.
Orang lain yang diharapkan bisa memberikan bimbingan pada remaja di sekolah adalah guru. Peran sebagai pembimbing bagi guru sebenarnya merupakan bagian dari tugasnya sebagai pendidik. Mengingat banyaknya jumlah siswa dalam satu sekolah, memang tidak selayaknya bila penanganan seluruh siswa bermasalah diserahkan pada guru-guru Bimbingan dan Penyuluhan semata. Turut sertanya guru-guru bidang studi dalam membantu siswa-siswanya yang bermasalah akan lebih menunjang keberhasilan program bimbingan maupun siswa bersangkutan di sekolah.
Kepribadian seorang guru ternyata berhubungan dengan perilakunya dalam mendidik. Posisi sentral dari kepribadian adalah persepsi diri. Persepsi diri sendiri memiliki 2 dimensi, yaitu konsep diri (deskripsi diri) serta harga diri (penilaian terhadap deskripsi dirinya). Karena persepsi diri tidak terlepas dari nilai-nilai individu, maka selain konsep diri dan harga diri, penulis juga berupaya melihat bagaimana nilai guru tentang perannyanya tersebut. Nilai ini digali dari konsep penilaian peran (role evaluation) dari Biddle dan Thomas (1966).
Subyek penelitian ini adalah guru-guru bidang studi tingkat Sekolah Lanjutan Atas (SLTA) di Jakarta yang seluruhnya berjumlah 70 orang dan terbagi dalam 2 kelompok, yaitu kelompok guru sekolah tidak rawan masalah dan kelompok guru sekolah rawan masalah (tiap kelompok 35 orang). Pembagian kelompok didasarkan atas berapa kali siswa-siswa sekolah yang bersangkutan terlibat perkelahian pelajar. Perkelahian pelajar disini hanya merupakan indikator mengenai banyaknya siswa yang bermasalah atau kurangnya pelaksanaan bimbingan di sekolah tersebut.
Alat pengumpulan data penelitian ini terdiri dari 4 skala, yaitu: skala konsep diri, skala harga diri, skala kekerapan pelaksanaan bimbingan dan skala kepuasan terhadap kekerapan pelaksanaan bimbingan. Skor-skor yang diperoleh kemudian diolah dengan t-test, melalui bantuan komputer program SPSSPC+.
Hasil penelitian ini ménunjukkan tidak adanya perbedaan konsep diri dan harga diri antara antara kedua kelompok guru tersebut. Keduanya mendeskripsikan dirinya sebagai pembimbing yang baik serta sama-sama menyukai dirinya. Perbedaan antara kedua kelompok itu terletak pada nilai mereka tentang peran sebagai pembimbing. Guru sekolah tidak rawan masalah memiliki nilai yang menunjukkan bahwa sebagai guru mereka perlu melaksanakan bimbingan. Sedangkan guru sekolah rawan masalah memiliki nilai yang menunjukkan bahwa bimbingan bukan hal penting untuk mereka perhatikan dan lakukan.
Bagi guru-guru sekolah rawan masalah, dengan pelaksanaan bimbingan yang cenderung kurang, ternyata mereka mendeskripsikan dirinya sebagai pembimbing yang baik. Namun karena nilai mereka menunjukkan bahwa bimbingan bukan hal penting yang perlu mereka lakukan, maka ada kemungkinan dengan apa yang mereka lakukan tersebut, mereka sudah merasa menjadi pembimbing yang baik dan merasa cukup dengan apa yang sudah dilakukannya itu.
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis lebih menyarankan pada perlunya guru melakukan introspeksi diri, yang bertujuan agar guru lebih menyadari akan pentingnya pelaksanaan bimbingan serta lebih menyadari apa yang mereka lakukan masih belum mencukupi. Dari sini diharapkan berkembang nilai-nilai yang mendukung perlunya pelaksanaan bimbingan, khususnya pada guru-guru bidang studi.
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik pada penelitian serupa, penulis menyarankan dipergunakannya jumlah subyek yang lebih besar serta mempergunakan tehnik wawancara dalam pengumpulan datanya. Dan untuk memperkaya informasi tentang masalah bimbingan oleh guru ini, ada baiknya dipergunakan patokan selain perkelahian pelajar sebagai indikator banyaknya siswa bermasalah yang membutuhkan bimbingan dalam satu sekolah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2922
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>