Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35518 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Vanda Rossdiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan operasi hitung bagi siswa sekolah dasar. Peneliti merasa prihatin karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara di beberapa sekolah di Purwakarta banyak siswa SD di kelas tinggi yang masih kesulitan melakukan hitung perkalian, sehingga mereka kesulitan memahami konsep-konsep matematika yang lain. Subjek dalam hal ini penelitian adalah siswa kelas 3 SDN 2 Nagrikaler Purwakarta. Metode yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan 3 siklus matematik untuk meningkatkan ketrampilan berhitung operasi perkalian siswa SD. Selain itu penelitian ini akan mendeskripsikan hasil belajar sebelum, sesudah dan akyivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan permainan funtastic ganbate dan bingo matematik. Penelitian ini telah akan menghasilkan Silabus dan RPP, media, model serta alat evaluasi pembelajaran operasi hitung perkalian matematika dengan menggunakan model permainan funtastic "
JURPEND 15:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Saripuspita
"Kegiatan instruksional yang terjadi di sekolah umumnya dimulai dengan guru menerangkan materi yang ada dalam buku pelajaran kepada siswa di depan kelas. Materi sebenarnya tersedia dan dapat dibaca sendiri oleh siswapada buku pelajaran. Namun di kelas siswa dapat mendengerakan penjelasannya dari guru. Walaupun beberapa guru memberikan tambahan informasi yang relevan dengan materi yang dibahas, namun kebanyakan guru hanya menerangkan apa-apa yang terdapat dalam buku pelajaran. Sementara yang dilakukan siswa adalah belajar pasif, yaitu hanya mendengarkan penjelasan guru.
Pada kegiatan belajar seperti ini guru menyuapi pengetahuan pada siswa. Tes evaluasi belajar hanya membutuhkan kemampuan mengingat dari siswa untuk mengeluarkan kembali pengetahuan yang telah didapatnya. Kemampuan mengingat adealah kemampuan kognitif yang ditekankan dari pendidikan sekolah.
Pengetahuan memang seharusnya mempersiapkan siswa untuk menghadapi masalah yang mungkin dihadapi dalam kehidupannya. Namun kenyataannya tidak setiap masalah mempunyai jawaban pemecahan langsung, apalagi sudah mempunyai jawaban yang tersedia. Siswa sendirilah yang harus menentukan pemecahannya, memilih pengetahuan mana yang relevan untuk digunakan, menghubungkannya dengan masalah, dll. Singkatnya siswa membutuhkan kemampuan berpikir lebih tinggi, yang lebih baik dari hanya kemampuan mengingat atau menghafal. Sekolah sebaiknya mengajarkan kemampuan berpikir pada siswa.
Thomas (1998) menyatakan bahwa tahapan atas dari hirarki proses kognitif mencerminkan kemampuan higher order thinking. Hirarki proses kognitif yang paling luas diterima dalam dunia pendidikan adalah taksonomi kognitif Bloom yang sebenarnya adalah taksonomi hasil belajar. Taksonomi ini terdiri dari enam tahap, mengurutkan kemampuan sederhana dan konkret hingga yang kompleks dan lebih abstrak. Keenam tahap ini secara berurutan adalah tahap pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analilsa, sintesa, dan evaluasi. Tahap aplikasi hingga evaluasi mencerminkan kemampuan higher order thinking (Thomas, 1998).
Cara meningkatkan kemampuan higher order thinking melalui pengajaran dalam kelas adalah menciptakan lingkungan kelas yang kondusif, mengikutsertakan siswa dalam kegiatan yang memacu kemampuan ini, dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing kemampuan higher order thinking. Salah satu kegiatan yang memacu kemampuan berpikir seperti ini adalah Cooperative Leaming.
Cooperative Leaming (CL) adalah suatu metode alternatif dari kondisi pengajaran kelas secara tradisional yang menggunakan kelompok kecil sehinga siswa dapat bekerja sama untuk saling memaksimalkan pembelajaran masingmasing (Johnson & Johnson, 1987).
Pada penelitian ini, peneliti mendesain suatu program belajar CL untuk melatihkan higher order thinking siswa, namun karena keterbatasan waktu sehingga hanya bertujuan meningkatkan kemampuan Aplikasi. Kemampuan aplikasi sendiri terdiri dari lima tahap, yaitu merestruktur masalah, mengklasifikasikan masalah, menentukan abstraksi, menggunakan abstraksi, dan menyatakan solusi.
CL mempunyai beberapa macam metode. Program pembelajaran pada penelitian ini mengacu pada salah satu metodenya, yaitu Student Teams-Achievement Divisions (STAD) yang mempunyai tiga karakteristik utama, yaitu individual accountability, imbalan kelompok (group reward), dan adanya kesempatan yang sama bagi tiap siswa untuk bisa berprestasi.
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar. Pada tingkatan pendidikan lanjutan akan semakin banyak pengetahuan yang akan didapat siswa di sekolah. Ada baiknya jika sejak masa Sekolah Dasar siswa diajarkan untuk dapat menggunakan kemampuan yang didapatnya, sehingga tidak menganggap pengetahuan itu hanya sesuatu yang harus dipelajari dan dihafalkan untuk menghadapi ujian sekolah semata.
Program pembelajaran ini meliputi enam sesi belajar STAD yang akan dilakukan selama tiga minggu. Setelah dua kali sesi belajar, subyek mengikuti kuis. Sebelum program ini berlangsung, perlu diadakan kegiatan uji coba untuk membiasakan siswa dengan metode belajar kelompok yang benar-benar menekankan peran aktif mereka. Pretest dan Posttest juga diberikan untuk memantau perkembangan kemampuan siswa.
Semua subyek dalam penelitian ini menunjukan adanya perkembangan positif, walau tiap subyek menunjukan kemajuan yang berbeda-beda. Berbeda dalam jenis kemampuannya, dan juga dalam kualitas."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inti Nusaida Awaningrum
2010
T37946
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR. Ayu Ratih Puteri
"ABSTRAK
Underachievement terjadi saat ada kesenjangan antara prestasi siswa dengan
potensi yang dimilikinya tanpa adanya kesulitan belajar atau gangguan fisik
(Rimm, 1996) Underachiever tipe If-Then Students mengalami masalah prestasi
karena mereka tidak melihat sekolah sebagai hal yang penting, mereka juga tidak
memiliki kebiasaan belajar yang baik (Peters, 2000). Penelitian ini dilakukan
untuk meneliti efektivitas intervensi Self-Regulation Empowerment Program
(SREP) untuk meningkatkan Regulasi diri siswa Underachiever Tipe If-Then
Students yang dimodifikasi dari model SREP yang dikembangkan Cleary dkk
(2008). Penelitian dilakukan dengan desain tunggal AB. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa program intervensi berhasil meningkatkan keterampilan
task-analysis, menetapkan tujuan dan menyusun rencana strategi pada siswa dan
berhasil untuk meningkatkan keterampilan regulasi diri siswa tersebut.

ABSTRACT
Underachievement is a discrepancy between child’s school performance and
some index of the child’s ability that occurs without any learning disabilities or
physical impairments (Rimm, 1996) If-Then type of underachiever students
experiencing performance problems because they don’t see school as important
thing, they also lack of good study habits (Peters, 2000). This study was
conducted to examine the effectiveness of Self-Regulation Empowerment Program
(SREP) to improve students' Self-Regulation in If-Then type of underachiever
students. This program were modified from the SREP modal that was developed
by Cleary, et al (2008). The study was conducted with a single case AB. The
results showed that the intervention program successfully increased task-analysis,
goals setting and strategic planning skills in the student, and improving the
students' self-regulation skills."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Mutiara
"Skripsi ini membahas mengenai kebutuhan informasi dan cara pemenuhan kebutuhan informasi siswa kelas XI di SMKN 57 Jakarta dalam rangka meningkatkan keterampilan hidup (life skills) untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi dan cara pemenuhan kebutuhan informasi dalam meningkatkan keterampilan hidup siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMKN 57 Jakarta memenuhi kebutuhan informasinya dengan menggunakan saluran informasi seperti guru, teman, dan para ahli dalam bidang kuliner. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah mendapatkan informasi secara formal dari sekolah, namun siswa juga memerlukan informasi yang lebih luas secara informal dari luar lingkungan sekolah. Selain itu, siswa juga menggunakan sumber-sumber informasi seperti internet, media elektonik, dan media cetak.

This thesis discusses the information needs and how to meet the information needs of students of class XI in Jakarta 57 SMK in order to increase life skills to prepare to enter the workforce. This study used a qualitative approach to the case study method. This study aims to identify information needs and how to meet the needs of information in increase students' life skills.
The results showed that the students of class XI SMK 57 Jakarta to meet the needs of information using information channels such as teachers, friends, and experts in the culinary field. This suggests that the students already have a formal information from the school, but students also need more extensive information informally from outside the school environment. In addition, students also use other sources of information such as the Internet, electronic media, and print media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasuki
"Pembangunan kesejahteraan sosial terhadap penyandang cacat (tubuh) dewasa ini telah banyak yang berhasil mengangkat harkat dan martabat sebahagian penduduk miskin dan rentan, khususnya bagi penyandang cacat Pembangunan itu dilaksanakan melalui program rehabilitasi vokasional baik oleh pemerintah maupun masyarakat pada lembaga sosial atau panti-panti sosial penyandang cacat. Upaya tersebut merupakan perjuangan untuk mewujudkan memperoleh hak yang sama dalam mendapatkan pekerjaan guna memperbaiki kesejahteraan dan kondisi kehidupan para penyandang cacat.
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Jepang (IMCA) membangun Pusat Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (PRVBD) di Cibinong Bogor. Pusat ini merupakan salah satu lembaga di bawah Departemen Sosial RI yang melaksanakan program pemberdayaan para penyandang cacat berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tujuan utama PRVBD adalah meningkatkan sumber daya manusia penyandang cacat di bidang keahlian maupun keterampilan dalam bidang tertentu seperti : elektronik, penjahitan, percetakan, komputer dan meta/ work.
Kegiatan evatuasi program rehabilitasi vokasional dalam pemberdayaan pelayanan dimaksudkan untuk mempelajari dan mendalami perencanaan strategis dan pelaksanaan manajemen kinerja, dalam upaya penyaluran pendayagunaan tenaga kerja penyandang cacat di masyarakat.
Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sejauh mana keberhasilan kinerja pemberdayaan yang telah banyak dilakukan oleh lembaga pelayanan sosial dapat dimonitor. Pelaksanaan evaluasi dilakukan melalui beberapa cara antara lain dengan membandingkan rencana strategis dan rencana operasional dengan kenyataan yang terjadi. Berbagai indikator mengenai rencana strategis dan program ditentukan untuk mengukur kinerja agar dapat diketahui tingkat perkembangan maupun kemajuannya.
Analisis SWOT dikerjakan untuk mempelajari kekuatan dan kelemahan lembaga dalam mernanfaatkan peluang, dan kesempatan terhadap kegiatan yang dilaksanakan dengan mengurangi ancamannya. Untuk melengkapi informasi juga dilaksanakan wawancarai, diskusi, dan observasi terhadap kinerja PRVBD.
Berdasarkan hasil kajian di lapangan diperoleh fakta bahwa posisi pelayanan sebagai petaksana kegiatan program rehabilitasi vokasional menunjukkan lancarnya pelaksanaan bimbingan dan keterampilan, dapat menyerap pengetahuan dan dapat mengembangkan kualitas diri secara integritas dengan kinerja, serta sistematis dalam proses pemberdayaan. Prinsipnya terietak pada faktor kekuatan dan hambatan diri dalam proses pemberdayaan itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyaluran pendayagunaan tenaga lokal selama empat angkatan pada umumnya dapat ditempatkan dalam pasar tenaga kerja.
Pada akhir pembahasan pelaksanaan hasil evaluasi program rehabilitasi vokasional bina daksa, untuk kegiatan tidak lanjut bagi arah perkembangan lembaga pelayanan sosial penyadang cacat di masa depan, dapat di rumuskan formulasi strategi kebijaksanaan berupa penetapan dari beberapa rekomendasi bagi kegiatan kinerja pelayanan. Penetapan kebijakan ini akan menjadi pola acuan pelaksanaan program dalam mencapai keberhasilan menghadapi masa depan organisasi, antara lain sebagai berikut :
1. Mendukung tersedianya peluang pasar tenaga kerja kelayan berdasarkan kompetensi manajemen.
2. Meningkatkan strategi manajemen organisasi dalam resosialisasi penyaluran penempatan tenaga kerja kelayan.
3. Meningkatkan soslalisasi program PRVBD terhadap Iembagal instansi/ perusahaan dalam upaya mengatasi kompetisi tenaga kerja di masyarakat.
4. Memperkuat kompetensi staff dan manajemen dalam mengantisipasi pengaruh giobalisasi.
5. Meningkatkan kemampuan kinerja kerjasama guna memanfaatkan UU Penyandang cacat dan PP UPKS Penyandang carat terhadap peluang pasar tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan.
6. Meningkatkan kepedulian program pemberdayaan penyandang cacat tubuh kepada perusahaan-perusahaan.
7. Meningkatkan kerjasama inter/ antar Iembagal perusahaan di dukung staf dan perlengkapan saranal prasarana kantor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T1326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marchantia Andranita
"Siswa underachiever adalah siswa yang prestasi akademiknya berada dibawah potensi kecerdasan yang ia miliki. Siswa underachiever dengan tipe coasting digambarkan sebagai siswa yang tidak termotivasi dan kurang peduli dalam menyelesaikan tugas sekolah serta aktivitas yang dilakukan terkait nilai yang dicapainya. Kurang peduli dan belum memiliki kebiasaan belajar yang baik membuat siswa underachiever dengan tipe ini kurang memiliki regulasi diri terkait belajar. Program intervensi Self Regulation Empowerment Program (SREP) adalah salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan regulasi diri.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program intervensi (SREP) dalam meningkatkan regulasi diri pada seorang siswa underachiever dengan tipe coasting. Setelah dilakukan analisis perbandingan hasil pre-test dan post-test dengan alat ukur MLSQ, diketahui bahwa program yang diberikan dapat meningkatkan regulasi diri pada siswa underachiever dengan tipe coasting.

Underachievement has explained as the difference between potential and actual output. Meanwhile, coasting underachiever has described as unmotivated, easygoing and doesn’t have concern in completing assignments and also activities in learning. Lack of achievement and study habit makes the underachiever doesn’t have good self regulation in learning. Self Regulation Empowerment Program (SREP) can enhance self regulation skill.
This study aim is to test the effectiveness of SREP to enhance self regulation of coasting underachiever. MSLQ is measure changes of behavior before and after intervention. It is shows SREP effective in enhancing self regulation of coasting underachiever.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>