Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156963 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Fenty Aprina
"Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan di Indonesia. Pada tahun 1995 Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup (Survey Kesehatan Rumah Tangga), Penyebab utama kematian ibu ini adalah karena perdarahan, infeksi, keracunan kehamilan. Hal ini disebabkan karena beberapa hal mulai dari latar belakang kondisi sosial ekonomi sampai ke faktor demografi. Tiga keterlambatan sebagai penyebab kematian ibu yaitu: keterlambatan dalam keputusan mencari pelayanan kesehatan, keterlambatan mencapai tempat pelayanan kesehatan, dan keterlambatan menerima pelayanan kesehatan. Banyak upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu ini. Antara lain dengan program peningkatan pelayanan kesehatan yang dapat terjangkau masyarakat secara luas sampai ke tingkat desa terpencil. Untuk mempercepat maksud diatas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia menempatkan bidan di desa untuk mempermudah pelayanan persalinan di desa sehingga cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat ditingkatkan.
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 1998 adalah 62,69%. Untuk Propinsi Sumatera Selatan adalah 62,5%. Proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan hanya 46,16%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 1998 sebesar 63,6%. Tahun 1999 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 71,1% dan tahun 2000 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 72,7%. Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Selatan tahun 2000, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Musi Banyuasin berada di urutan ke-6 dari 10 kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Selatan. Bila dilihat dari 418 desa yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin, 349 desa telah mempunyai bidan di desa (82%) cakupan persalinan di Kabupaten Musi Banyuasin masih rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis cakupan persalinan di kabupaten Musi Banyuasin, untuk menggali informasi yang lebih dalam mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan persalinan bidan di desa digunakan pendekatan kualitatif Penelitian dilakukan dengan diskusi kelompok terarah pada 12 bidan di desa, 12 bidan subkoordinator, wawancara mendalam dengan 4 pimpinan puskesmas, 1 kepala seksi ibu, 1 kasubdin kesehatan keluarga dinas kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama tugas, sosialisasi bidan, supervisi, dan pelatihan berhubungan dengan cakupan persalinan bidan di desa. Bidan mengharapkan adanya supervisi dari pimpinan secara terjadwal dalam rangka bimbingan teknis untuk meningkatkan cakupan persalinannya. Dengan pelatihan yang bersifat teknis dan magang pengetahuan dan ketrampilan bidan akan meningkat.
Melihat hasil penelitian ini disarankan kepada dinas kesehatan untuk memberikan rekomendasi perpanjangan kontrak Pegawai Tidak Tetap (PTT) bidan di desa, kepada bidan yang ingin memperpanjang PTTnya tanpa menghambat pada proses perpanjangan tersebut. Penyelenggaraan pelatihan diharapkan lebih banyak yang bersifat magang dan studi kasus, disamping itu topik manajemen Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih diperlukan guna meningkatkan kemampuan manajerial bidan di desa. Perlu dibuat konsep yang jelas sebelum dinas mengadakan pelatihan sehingga pelatihan dapat terakreditasi dan akhirnya berguna untuk bidan. Untuk pimpinan puskesmas agar memasukkan jadawal supervisi ke dalam perencanaan puskesmas secara rinci dan terjadwal. Memanfaatkan minilokakarya scbagai forum belajar dan evaluasi bagi seluruh pengelola program puskesmas terutama bidan di desa.

Analize Coverage Child Birth Midwives in the Village in the Regency of Musi Banyuasin by year 2001Maternal Mortality Rate is an indicator health development in Indonesia. By year 1995 Maternal Mortality Rate in Indonesia is the highest in Southeast Asia is 373 per 100.000 alive birth (Dwelling Health Survey, 1997). The main cause of maternal mortality is because of bleeding, infection, eclampsi. This matter is caused of some things start social economic condition background until demography factor.
Three of the latest of maternal mortality cause is the latest in deciding seek Health Service, the latest to achieve health service place and the latest of receiving Health Service. Some effort have been done to decrease this Maternal Mortality Rate with Health Service raising program, which can be reached by society at large until the small village.
To accelerate the meaning above, Health Department, Republic of Indonesia, place midwives in the villages to make Child Birth Service in the villages easily, so the coverage of child birth, which is helped by health skilled-person can be developed.
The coverage of child birth by National Health skilled-person by year 1998 is 62,69 %. For Province of South Sumatera is 62,5 %. Child birth proportion which is helped by health skilled-person only 46,16 %. The coverage of child birth by health skilled-person in the Regency of Musi Banyuasin by year 1998 amount 63,6 %. By year 1999 the coverage of child birth by health skilled-person is 71,1% and by year 2000 the coverage of child birth by health skilled-person is 72,2 %.
Based on the Health Profile South Sumatera by year 2000, the coverage of child birth by health skilled-person in the Regency of Musi Banyuasin is number 6 from 10 regencies in Province of South Sumatera. If we take a look at 418 villages in Regency of Musi Banyuasin, 349 villages have had midwives in the villages (82 %). The coverage of child birth in Regency of Musi Banyuasin is still low.
The research aims to analyze the coverage of child birth in Regency of Musi Banyuasin to dig some complete information about factors, which are correlated to coverage of child birth in the village is used qualitative approach. The research with focus group discussion method was done to 12 midwives in the villages, sub coordinator midwives, indepth interview with 4 Health Centre Leaders, 1 Chief of Mother Section, 1 Chief Sub District of Family Health in Musi Banyuasin.
The results of this research show that duty duration, midwives socialization, supervision and training, which are correlated to the coverage of child birth midwives in the villages. The midwives hope with supervision from the chief with schedule in the framework of technical guidance to raise the coverage of child birth. With this technical training and knowledge apprentice and midwives' skill in the villages will be raised.
Looking at this research, it is suggested to the chief of the Health District to give recommendation of freelance contract extension for midwives in the villages, and to the midwives, ,who want to extend the contract without obstacle on the extend process. Training organization is hoped apprentice more and case study, beside that the topic of Save Motherhood Management is used to raise the midwives' management abilities in the hospital.
It is necessary to make a clear concept before Health District to organize the training, so the training can be accredited and at least it is used for midwives. To the chief of Health Centre to fullfill supervision schedule into Health Centre Arrangement in detail and scheduled. Making use of mini workshop as a study forum and evaluation for all arrangement of the Health Centre Program especially midwives in the villages."
2001
T638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herawaty
"Derajat kesehatan masyarakat khususnya keluarga, sangat ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak, yang merupakan kelompok penduduk yang rawan terhadap gangguan kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Menurut SDKI 1994 390 per 100.000 kelahiran hidup dan SKRT 1995 373 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun ada penurunan, tetapi masih berada jauh di atas rata-rata.AKI di negara tetangga (ASEAN). Penyebab utama tingginya AKI adalah perdarahan, keracunan dan infeksi, sedangkan faktor lain yang dapat menambah resiko kematian adalah umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua, jumlah paritas yang tinggi dan jarak antar kehamilan yang pendek. Menurut Menteri UPW (1996) faktor lain yang dapat mempengaruhi tingginya AKI adalah pendidikan dan pengetahuan ibu, sosial ekonomi, sosial budaya, geografis, lingkungan dan aksesibilitas ibu pada fasilitas kesehatan modern.
Sejak tahun 1989/1990 pemerintah menetapkan kebijaksanaan pengadaan dan penempatan bidan di desa, dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu dan kelahiran bayi dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran penerimaan masyarakat - khususnya ibu hamil - terhadap keberadaan bidan di desa di Kabupaten Musi Banyuasin.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif karena masalah yang dikaji merupakan suatu proses dari kesatuan yang menyeluruh. Informan penelitian ini. adalah ibu hamil, tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat. Tehnik pengumpulan data dengan fokus grup diskusi dan wawancara mendalam. Pengolahan data dengan menggunakan analisis tema.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil menerima keberadaan bidan di desa dengan perasaan senang, dapat mengikuti kegiatannya dengan jelas. Namun masih ada kegiatan bidan yang kurang menyenangkan. Waktu pemeriksaan telah dijadwalkan, ibu hamil mematuhinya, tempat pemeriksaan di rumah bidan, Motivasi ibu hamil memeriksakan dirinya dengan bidan karena kemauan sendiri, tidak ada yang memaksa. Persiapan menghadapi persalinan dilakukan ibu hamil dengan mengikuti petunjuk dan nasehat yang diberikan. Banyak manfaat dan perubahan yang diperoleh masyarakat setelah ada bidan di desa. Sebagian kecil ibu hamil menyatakan bidan jarang di tempat, pelayanan kurang menyenangkan dan kegiatan administrasi kurang dilaksanakan.
Masyarakat khususnya ibu hamil sangat berkepentingan dengan keberadaan bidan di desa. Oleh karena itu perlu tambahan fasilitas dan sarana pelayanan kegiatan bidan dan perlu dipikirkan pengembangan karier bidan yang lebih dari 3 tahun. Pada pelaksanaan pendidikan bidan, perlu ditambah beban materi pengajaran untuk ilmu kesehatan masyarakat dan sosial budaya.

Perception Community Acceptance to Midwives' Existance in Rural Areas of Musi Banyuasin Regency, South SumateraPublic health status, especially of the family's is greatly determinated by the health level of mothers and children as they are the group who are prone to sickness. Maternal mortality rate (MMR) in Indonesia is relatively high. According to SDKI 1994, it is 390 out of 100.000 life at birth, and to SKRT 1995, 373 out of 100.000. It has decreased, yet, it's still far above the average MMR in other ASEAN countries. The main reason has been haemorage, drugged and infection, while other factors increasing mortality are that the mothers are either too young as too old, the parity is too high, and the short time span between pregnancies. According to the Minister of UPW (1996) other factors may have affected the high MMR are mother's education and knowledge, socio-economy, socio-culture, location, environment, and their accessibility to modern health facilities.
Since 1989/1990, the government's policy has been educating and placing midwives in rural areas in order to enhance the equalization of health services, and decreasing the MMR and BR (birth rate) as well as increasing the social awareness of healthy life behaviors.
This research has been intended to gain the description of public acceptance - especially the pregnant mothers' - to the presence of midwives in rural areas in Musi Banyuasin regency. Qualitative method has been used in this study because the problems studied have been a process of wholistic unity. Data resources have been pregnant mothers, medical staff and social figures. Techniques for data collection were focused on group discussion and indepth interviews, while the data analysis have implemented thematic analysis.
The result of the research show that (1) most pregnant mothers welcome the presence of midwives in rural areas, and can follow their activities well. (2) However, some of their activities are less accepted. (3) Examination is scheduled, well followed by the pregnant mothers, located in the midwives' home. (4) The pregnant mothers have come for examination voluntarity. (5) Preparation for giving birth has been conducted by following the instructions and advices given, (6) Many advantages and changes have been attained by mothers since the exixtance of midwives in rural areas. Yet, few mothers hope that improvement should be made in midwives' presence in clinic and services, and the administration.
The people, mainly pregnant mothers, are very concerned in midwives' presence in the villages. For that reason, facilities and equipment for service should be improved and midwives' career development - should be thought of In the education for midwives, the load of teaching items on public health and socio-culture subjects should be increased.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Mutika
"Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi dan balita. Di Indonesia proporsi kematian bayi dan balita oleh ISPA terutama pnemonia masih sangat besar yaitu 38,1% dan 38,8%, sekitar 150.000 balita meninggal oleh pnemonia pertahun. Upaya menurunkan kematian karena ISPA dilakukan dengan meningkatkan pelayanan kesehatan dan penatalaksanaan kasus ISPA secara benar dan tepat waktu. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di Indonesia diharapkan memiliki kemampuan manajemen yang baik, sehingga berbagai masalah kesehatan dalam wilayah kerjanya dapat diatasi secara paripuma mandiri.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi tentang sistem manajemen puskesmas yang berkaitan dengan cakupan Program P2 ISPA di Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2000. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan analisis deskriptif kuantitatif dengan unit analisis adalah puskesmas. Sampel adalah total populasi yaitu 40 puskesmas di Kabupaten Musi Banyuasin.
Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel independen yaitu input yang terdiri dari tenaga pelaksanan program, buku pedoman, Standard Operating Procedure (SOP), Sarana dan Prasarana serta dana dan process terdiri dari Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP), Mini Lokakarya, Supervisi dan Bimbingan teknik serta Pencatatan dan Pelaporan. Sedangkan variabel dependen adalah cakupan Program P2 ISPA. Dengan uji statistik Chi-Square didapatkan ada hubungan yang bermakna antara variabel Buku Pedoman, SOP, Sarana dan Prasarana, PTP, MinIok, serta Supervisi dan Bimbingan Teknis dengan cakupan Program P2 ISPA. Secara keseluruhan input dan process mempunyai hubungan yang bermakna dengan cakupan Program P2 ISPA. Selanjumya uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang memberikan pengaruh yang paling besar terhadap cakupan Program P2 ISPA adalah SOP serta Supervisi dan Bimbingan Teknis.
Disarankan agar Petugas pelaksana Program P2 ISPA di Puskesmas bekerja dengan menggunakan Standard Operating Procedure (SOP) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Musi Banyuasin harus melaksanakan supervisi Program P2 1SPA secara terjadwal dan adekuat.

In a number of developing countries, acute respiratory infection (ISPA) is still the first cause of death of infants and toddlers. In Indonesia the death proportion of infants and toddlers caused by ISPA and pneumonia in particular is large, about 38.1% and 38.8% or approximately 150,000 infants die annually due to pneumonia. Efforts to lower the death rate caused by ISPA have been taken by means of improving health treatment and the treatment of ISPA cases properly and in timely manner. Puskesmas (community health center) as spearhead of health service in Indonesia is expected to have good management so that it can solve and overcome various health issues within its work completely and area autonomously.
This study was aimed at obtaining information on the management system of puskesmas relating to the scope of P2 ISPA program in Musi Banyasin district in 2000. This study employed a cross sectional research design with quantitative descriptive analysis. Puskesmas was the unit of analysis. The sample consisted of total population of 40 puskesmas in Musi Banyuasin district.
The study variables were of two types. The first was independent variable consisting of program executor, guideline book, Standar Operating Procedure (SOP), facilities and infrastructure and processes (puskesmas-level planning, mini workshop, supervision, technical guidance and recording as well as reporting. While the dependent variable consisted of scope of P2 ISPA Program. By employing Chi-Square statistic test, it was revealed that there was a significant correlation between guideline book, Standar Operating Procedure (SOP), facilities, infrastructure, puskesmas-level planning, mini workshop, supervision and technical guidance and scope of P2 ISPA Program. Throughly the input and process have a significant correlation with scope of P2 ISPA Program .In addition the logistic regression test also indicated that the most affecting variables on the scope of P2 ISPA Program were SOP, supervision and technical guidance.
A recommendation is made for program executor of P2 ISPA Program in puskesmas work by using Standar Operating Procedure (SOP) and Health Departement in Musi Banyuasin district have to implement the supervision and technical guidance scheduledly and adequatly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastini
"Untuk dapat mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010 maka diterapkan empat misi pembangunan kesehatan dan salah satunya adalah memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit telah dikembangkan akreditasi dan di Puskesmas dikembangkan Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan Dasar atau Quality Assurance (QA).Dalam QA pelayan kesehatan dasar mengukur penampilan terhadap standarstandar, yang dapat dipantau dengan menggunakan daftar tilik yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan petugas dc;.lam menerapkan standar yang telah ditetapkan.
Rendahnya kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal di 9 puskesmas Kabupeten Musi Banyuasin yang telah mendapat pelatihan QA mendorong peneliti untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal di 9 puskesmas Kabupaten Musi Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan tahun 2001 dan faktor internal dan ekstemal yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal.
Penelitian ini dilakukan di 9 puskesmas Kalmpaten Musi Bayuasin Propinsi Sumatera Selatan pada bulan April s/d Juni 2001. Sampel penelitian adalah semua bidan yang bertugas di unit KIA puskesmas sejumlah 50 orang. Jenis penelitian adalah cross sectional.
Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi, bivariat dengan chi squere dan multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan bidan di 9 puskesmas masih rendah yaitu 54%.
Dari analisis bivariat didapatkan faktor internal yang berhubungan dengan kepatuhan bidan adalah sikap, motivasi, sedangkan faktor ekstemal adalah beban kerja dan supervisi. Dari hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan adalah supervisi.
Disarankan terutama kepada kepala puskesmas agar melakukan supervisi internal kepada bidan secara terus menerus dalam rangka bimbingan teknis dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan sehingga dapat memberikan pelayanan antenatal yang lebih bermutu. Disamping itu juga agar sistem reward and punishment dilaksanakan dengan konsisten serta uraian tugas para bidan ditinjau kembali, sehingga tidak terjadi bidan mempunyai tugas rangkap. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten agar merubah cara pendekatan supervisi lebih kearah menasehati dan membimbing serta membantu pemecahan masalah."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8430
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiana Afwina
"Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode dekriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, pengamatan dan studi kepustakaan. Wawancara dilakukan terhadap 10 informan yang sengaja dipilih secara purposive oleh peneliti berdasarkan kebutuhan informasi yang diperlukan dan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian didapatkan pokok-pokok hasil kesimpulan bahwa keberhasilan kebijakan sekolah gratis di Kabupaten Musi Banyuasin dikarenakan dalam proses implementasi kebijakan itu dilakukan mulai dari aktifitas organisasi, interpretasi dan penerapan sesuai dengan prosedur dan maksud dari kebijakan serta didukung oleh faktor-faktor komunikasi, sumber daya, sikap pelaksana dan struktur birokrasi.

This research using quaiitativc approach with deseriptive method. Data collectcd by using interview, observation and literature study. Interview was done to 10 informan whose being chosen purposive by researcher bccause of the needs of the research.
According to analysis, some principal can be take as conclusion of the research is the successed of the free school policy at Musi Banyuasin District happened because of the process it self that begin since the organization activity, the interpretation and aplication that fit with procedur and the purpose of the policy and also being support by communication faetor, the resources, executor attitude and birocrat structure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T25921
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurleka Yulastri
"Perkembangan anak pada periode emas sangatlah penting karena menentukan kualitas individu terutama pada 1 tahun pertama. Berdasarkan data WHO lebih dari 200 juta anak di negara berkembang berisiko perkembangan terhambat.Di Beiji diketahui prevalensi perkembangan terhambat sebesar 9,7 %. ASI eksklusif merupakan faktor yang berkaitan dengan perkembangan anak. Di Musi Banyuasin prevalensi ASI eksklusif baru mencapai 56,83%.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan suspek terhambat pada anak usia 12 bulan. Di samping itu dilakukan metode kualitatif kepada 11 informan yang bertujuan menggali pemahaman ibu secara mendalam mengenai hubungan ASI eksklusif dan perkembangan anak. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional. Responden terdiri dari 320 anak usia 12 bulan yang berasal dari 19 Puskesmas di Kabupaten Musi Banyuasin.
Diperoleh hasil hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dan perkembangan dengan PR adjusted 1,932 (95% CI: 0,719-5,186). Selain itu diketahui mayoritas ibu telah paham bahwa ASI eksklusif berhubungan dengan perkembangan anak, namun tradisi pemberian makan dari nenek sebagai faktor utama dalam pencapaian ASI eksklusif.

The children development in golden period is very important because determine quality of individu especially in the first year. Based on WHO data, more than 200 millions children in developing countries had developmental delay risk. In Beiji, the prevalence of developmental delay 9,7%. Exclusive breastfeeding as a factor of developmental delay. In Musi Banyuasin regency, the prevalence of exclusive breastfeeding is 56,3%.
This study purposes is to analyze the relationship between history of exclusive breastfeeding and suspected delayed development among 12 months infants. Besides, we had done qualitative methode among 11 informans to mining the deeply knowing of mom about relationship of exclusive breasfeeding to infant development. This study used cross sectional design involved 320 sample (infants) at 19 Puskesmas in Musi Banyuasin Regency.
The result showed that the relationship between exclusive breastfeeding and developmental delay among infants was PR adjusted 1,932 (95% CI: 0,719-5,186). Furthermore, study found that mostly moms had known that exclusive breastfeeding related to infant development, but feeding tradition from grand mothers were play as a role factor in practicing exclusive breastfeeding among mothers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44577
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardani Nurman
"Belum optimalnya manajemen lokakarya mini di puskesmas dicerminkan dengan proses perencanaan yang belum tersusun dengan baik dan pelaksanaan dari Iokakarya mini yang belum teralur dengan frekwensi pelaksanaan lokakarya mini yang tidak teljadwal scsuai deugan pctunjuk pedoman lokakarya mini puskesmas, yang akhimya evaluasi dari lokakarya mini itu sendiri tidak dapat diiakukan.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran proses manajemen lokakarya mini puskcsmas dan faktor-faktor yang melatar-belakangi proses manajemen lokakarya mini puskesmas itu sendiri.
Penelitian menggunakan metode kualitatif dcngan melakukan wawancara mendalam pada pimpinan puskesmas dan sraf yang terkail sepcrti kepala tata usaha, koordinator komunisasi puskesmas Sukajadi dan Lais di Kabupaten Musi Banyuasin serta observasi proses manajemen lokakarya mini yang ada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di puskesmas Sukajadi proses lokakarya mini puskesmas telah bcijalan dengan baik sesuai dcngan buku pedoman lokakarya mini puskesmas. Hal ini terlihat dari pcrcncanaan tingkat puskesmas (PTP) dan perencanaan jadwal serta pérencanaan frekwensi kegiatan lokakarya mini sudah dibuat yang melibatkan seluruh staf pada waktu menyusun perencanaan iingkat puskesmas.
Dari hasil evaluasi lokakarya mini tampak bahwa kebersamaan dan kcrjasama tim telah beijalan dengan baik, sehingga beban kerja jauh berkurang Semcntaia di puskesmas Lais prosesi lokakarya mini puskesmas tidak berdasarkan buku panduan Iokakarya mini puskesmas. Ini tériihat bahwa percncanaan tidak disusun scwaktu awai tahun dan pcrcncanaan tingkat puskesmas (PTP) juga tidak dibuat sehingga kcgialan lokakarya mini tidak sesuai dcngan pedoman lokakarya mini puskesmas yang ada. Pelaksanaan lokakaqfa mini puskesmas itu sendiri lidak memberikan hasil yang dapat meningkatkan cakupan program-program puskesmas. Analisa hambatan dan pemecahan masalah serta pembuatan rencana kerja bulan berikutnya, yang akhimya evaluasi pelaksanaan lokakarya mini itu tidak bisa dilakukan penilaian akan kemajuan program bulan sebelumnya.
Hasil penelitian ini menyarankan kegada Dinas Keschatan Kabupaten Musi Banyuasin: untuk melakukan perencanaan bimbingan teknis dari Dinas Kesehatan ke puskesmas yang belum menjalankan manajemen puskesmas termasuk lokakarya mini puskesmas, pembinaan oleh kepala puskesmas yang telah berhasil dalam menjalankan manajcmen ke puskesmas sekitamya yang belum baik manajemennya dalam rangka memperlancar proses transformasi pendidikan manajemen puskesmas dan lokakarya mini.
Bagi puskesmas Lais disarankan membuat perencanaan tingkal puskcsmas (PT P) dan perencanaan manajemen lokakarya mini puskesmas yang sesuai dengan buku pedornan Iokakarya mini, taar akan jadwal lokakarya mini yang trlah ditetapkan, mcngadakan studi banding ke puskesmas lain yang telah berhasil dalam manajemen puskesmas baik dalam kabupalen maupun lain kabupaten unluk mencari masukan untuk perbaikan manajemen puskesmas dan lokakarya mini. Untuk puskesmas Sukajadi agar memperlahankan atau meningkatkan iinensitas manajcmen puskesmas dan Iqkakarya mini yang telah ada agar kelangsungan fungsi manajemen itu temp bcrjalan.

Small workshop management in public health center (PHC) is not optimum as rchccted not well arranged, implementation irregular and unscheduled time as suggested in thc guideline of small workshop in public health center, finally, small workshop couldn?t evaluation.
This study is to tind out why the small workshop management is not optimum, it has the aim to shows describe management process of small workshop in public health center and detemtinant factors.
The method of the research is qualitative by in-depth interview with the public health center chief and staffs in Sukajadi and Lais public health iventer, and observation to small workshop management process.
The result of this study shows that small workshop in Sukajadi public health center have been realization as well as, appropriate with the small workshop guideline. this could be showed at PHC level planning (PTP), schedule planning, and small workshop licquencies planning_ which have made at the same time, all PHC staffs has been participated when the prepare of PHC level planning.
The result of small workshop evaluated, togethcrness and teamwork was well applied, so that it can decrease of workload. On the contrary, small workshop in Lais public health centre is not based to the the small workshop guideline, this could be showed at planning is not prepare in the beginning of this year and not prepare of PHC level planning, so that small workshop was not appropriated with small workshop guideline. Small workshop in Lais PHC is not collective, because not increase of PHC programs scope, trouble analysis, and problem solving. Small workshop was not evaluated program for the progress of the month before.
The results of this research is suggest to chief of Health Ofiice Musi Banyuasin to implementation of technical guidance plan tiom health office to PHC, include the small workshop and establishment by chief PHC. To Lais PHC is recommendation to make PI-IC level planning and PHC management planning of small workshop that _was appropriate with small workshop guideline, discipline of small workshop schedule, comparative study to PHC has been progress in the management in the other municipaiities. For Sukajadi public health center to maintain or improve of PHC management and small workshop so that survival of the management function will be exist.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsiah
"Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Dalam mewujudkan tujuan tersebut, program keluarga berencana nasional memakai beberapa metoda kontrasepsi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi fisik peserta KB itu sendiri. Menggunakan alat kontrasepsi merupakan salah satu metoda KB yang terbaik untuk mengatur kelahiran anak, AKDR merupakan alternatif pilihan bagi pasangan muda yang ingin menunda kehamilannya, juga merupakan alternatif kedua setelah kontap bagi pasangan tua yang ingin mengakhiri kehamilannya.
Di Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, persentase akseptor berdasarkan metode kontrasepsi adalah, suntik KB (47,58%), p11 (21,90%), implant (19,77%), AKDR (6,20%), khusus AKDR relatif rendah bila dibandingkan dengan nasional (13,6%), juga bila dilihat dari propinsi Sumatera Selatan (6,25%). Hal ini tentunya banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya pemakaian AKDR di wilayah tersebut salah satu diantara faktor tersebut adalah faktor sosial budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, dengan responden 102 orang akseptor KB. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan teknik analisis chi square dan regresi logistik.
Alasan responden memilih AKDI sebagian besar mengatakan aman (78,8%), sedangkan alasan tidak memakai AKDR mayoritas mengatakan takut efek samping (88,23%). Hasil analisis chi square menunjukkan adanya hubungan antara umur, pendidikan suami, jumlah anak hidup dan dukungan suami dalam memilih alat kontrasepsi. Analisis regresi logistik diperoleh faktor yang paling dominan adalah dukungan suami.
Dalam rangka meningkatkan pemakaian AKDR di wilayah khususnya Serasan Jaya, Soak Baru dan Balai Agung, perlu diberi KIE (komunikasi informasi dan edukasi) terutama ditujukan untuk PUS yang belum menggunakan alat kontrasepsi .

The Role of Husbans to Support to the Selection of Contraceptive Device on Family Planning Patient at Serasan Jaya Village, Soak Baru and Balai Agung Sub-Districts, Musi Banyuasin District, South Sumatera Province, 2002The National Family Planning Movement has double aims that are to increase mother and child welfare, and also to form prosperous and welfare of the small family norm (NIXBS). In parsing those goals, the National Family Planning Program used some contraceptive methods that adjusted to situation and condition of Family Planning physical patient herself The using of contraceptive device is one of the best Family Planning methods to arrange child birth, IUDs is the alternative selection for young couple who wants to postpone her pregnancy, it also second alternative after "kontap" for old couple who wants to ending her pregnancy.
In Sekayu Sub-District, Musi Banyuasin District, the percentage of acceptor based on contraceptive method are injectable (47,58%), pill (21,90%), implant (19,77%), IUDs (6,25%), especially for IUDs relative small if compared with national (13,6%), also when it seen at South Sumatera (6,25%). The factor that influences to lowering the use of IUDs on those areas, one of them is social-demographic.
The objective of this study is to know factors that were related in the selection of contraceptive device at Serasan Jaya, Soak Baru, and Balai Agung villages. The study design used cross-sectional, with the respondent is 102 acceptors of Family Planning. The data is collected by questionnaire, and then the data is analyzed by univariate, bivariate, and multivariate used technical analysis chi-square and regression logistic.
Reason of respondent selected IUDs the most of them are safety (78,8%), while the reason was not used IUDs, the majority of them afraid the side effects (88,23%). The result of chi-square analysis showed that there was relationship between age, husband's education, the number of live birth child, and husband's support in selecting the contraceptive device, Regression logistic analysis obtained that the most dominant factor is husband's support.
In order to improve the using of IUDs at the villages, especially at Serasan Jaya, Soak Baru and Balai Agung, it is need to provide Information, Education, and Communication) especially addressed to fertile-age couple.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7933
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>