Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19779 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suinn, Richard M.
London: Plenum Press, 1990
616.85 SUI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Setyaning Anandiputri Satriyo
"Tesis ini membahas tentang penerapan Theraplay pada anak usia prasekolah yang mengalami Generalized Anxiety Disorder (GAD). Penelitian ini adalah penelitian kualitatif single-case design yang melibatkan anak dan orangtua. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi Theraplay efektif dalam menangani GAD pada anak usia pra-sekolah. Efektivitas Theraplay dalam menangani GAD terlihat dari beberapa gejala GAD yang tidak lagi muncul setelah intervensi, seperti ketegangan otot dan kesulitan tidur. Selain itu, tingkat kecemasan juga menurun setelah intervensi sehingga anak tidak lagi mengalami kecemasan yang mengganggu fungsi adaptif di rumah, sekolah, dan lingkungan sosial. Setelah intervensi ia lebih mampu mengelola kecemasannya, menerima pengalaman baru secara lebih positif, dan memiliki fungsi adaptif yang lebih baik. Melalui intervensi Theraplay, terjadi peningkatan kualitas interaksi antara ibu dan anak sehingga attachment antara ibu dan anak menjadi lebih positif. Interaksi antara anak dan orangtua yang semakin positif mengubah internal working model (IWM) anak sehingga kepercayaan diri anak meningkat. Selain itu, perubahan IWM juga menjadikan cara pandang anak terhadap lingkungan dan dunia sekitarnya lebih positif. Hal ini berdampak pada penurunan skor internalizing scale dan peningkatan fungsi adaptif dalam kehidupan sehari-hari.

The purpose of this study is to examine the effectivity of Theraplay on preschool children with Generalized Anxiety Disorder (GAD). This study uses a qualitative single-case design which involves a child and his parent. Results show that Theraplay is an effective intervention for a preschooler with GAD. Several GAD symptoms were no longer present after the intervention, specifically muscle tension and sleeping problem. Furthermore, the level of anxiety also decreased to a point where the child no longer experienced excessive and uncontrollable anxiety which intervered with her adaptive functioning at home, school, and other social environments. After the intervention, she is more able to manage her anxiety, perceive new experiences more positively, and has improved adaptive functions. Through Theraplay, the quality of interaction between the mother and child evidently increased in that the attachment between them became more positive. The improved interaction between the parent and child shifted the internal working model (IWM) so that the child's self-esteem increased. Moreover, this shift in IWM also positively influenced the child`s perspective of looking at her environment. This in turn resulted in a decrease in internalizing scores and an increase in daily adaptive functioning."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Solution focused anxiety management provides the clinician with evidence-based techniques to help clients manage anxiety. Cognitive behavioral and strategic tools, acceptance-based ideas, and mindfulness are introduced from a solution-focused perspective and tailored to client strengths and preferences.
The book presents the conceptual foundation, methods, and attitudes of a solution-focused approach. Case examples illustrate how to transform anxiety into the "Four Cs" (courage, coping, appropriate caution and choice). Readers learn how to utilize solution focused anxiety management in single-session, brief, and intermittent therapy as well as in a class setting.
The book additionally includes all materials needed for teaching solution focused anxiety management in a four-session psychoeducational class: complete instructor notes, learner readings, and companion online materials.
Special features :
- Focuses on what works in anxiety management
- Presents evidenced based techniques from a solution-focused perspective
- Increases effectiveness by utilizing client strengths and preferences
- Describes applications in single session, brief, and intermittent therapy
- Supplies forms and worksheets for the therapist to use in practice
- Features clinically rich case examples
- Supplements text with online companion material
- Suitable for use as a treatment manual, reference, or course text"
London: Academic Press, 2013
e20427719
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Latumeten, Belinda Jacqueline
"ABSTRAK
Latar belakang : Cukup tingginya prosedur tindakan jantung yang dilaksanakan di
rumah sakit serta terdapatnya kecemasan pasca tindakan jantung akan mempengaruhi
kualitas hidup pasien. Latihan relaksasi otot progresif merupakan suatu bentuk latihan
relaksasi yang dapat mengatasi kecemasan pada subjek pasca tindakan jantung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat gejala kecemasan serta kualitas
hidup subjek pasca tindakan jantung sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot
progresif.
Metode : Penelitian ini adalah studi intervensi dengan desain pre dan post satu
kelompok pada 7 orang subjek pasca tindakan jantung yang mengikuti program
rehabilitasi jantung fase II. Subjek dinilai tingkat gejala kecemasan dan kualitas hidup
nya dengan menggunakan Hamilton Anxiety Scale dan SF 36. Subjek dengan gejala
kecemasan diberikan latihan relaksasi otot progresif selama 6 minggu, 2 kali perhari.
Setelah 6 minggu kembali dinilai tingkat gejala kecemasan dan kualitas hidup nya .
Hasil : Didapatkan penurunan tingkat gejala kecemasan yang bermakna (p<0,028)
(IK7,8-17,3) , dengan rerata tingkat gejala kecemasan sebelum diberikan latihan 19,2
(SB 6) dan setelah diberikan latihan 6,2 (SB 4) . Kualitas hidup subjek setelah
diberikan latihan relaksasi menunjukan perbaikan terutama pada ranah fungsi fisik,
keterbatasan peran akibat keterbatasan fisik, keterbatasan peran akibat keadaan
emosional, energi / kelelahan, keadaan emosional yang memberikan nilai yang
bermakna.
Kesimpulan : Pada penelitian ini latihan otot progresif dapat memperbaiki gangguan
gejala kecemasan dan kualitas hidup pasien pasca tindakan jantung.

ABSTRACT
Background : Quite high of cardiac intervention procedures performed in hospitals as
well as the presence of anxiety after cardiac intervention will affect patient's quality
of life. Progressive muscle relaxation training is a form of relaxation training that can
overcome anxiety on subject of post cardiac intervention procedures . This research
aimed to determine subject level of anxiety symptom and quality of life after cardiac
intervention before and after progressive muscular relaxation training .
Methods : This research is an interventional study with one group pre and post
design on 7 subjects after cardiac intervention that followed phase II cardiac
rehabilitation program. Subject level of anxiety symptom and quality of life being
assessed by using Hamilton Anxiety Scale and SF 36. Subject with anxiety symptom
provided with progressive muscular relaxation training for 6 weeks, twice a day. After
6 weeks subject level of anxiety symptom and quality of life revaluated .
Result : There were significant improvement in level of anxiety symptom (p <0,028)
(IK 7,8-17,3), mean level of anxiety symptom before intervention was 19,2 (SB6) and
mean after intervention 6,2 (SB 4). Subject quality of life was also improved
particularly at physical functioning, role limitations due to physical health, role
limitation due to emotional problem, energy/fatigue, emotional wellbeing.
Conclusion : In this research progressive muscular relaxation can improve anxiety
symptom and quality of life of patients after cardiac intervention."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58729
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veeraraghavan, Vimala
London: Sage, 2002
616.85 VEE a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Jesika
"Masalah psikososial dan kesehatan jiwa bagi penyintas COVID-19 yang paling banyak ditemukan adalah ansietas. Situasi pandemi membuat peneliti mengembangkan model dukungan kesehatan jiwa dan psikososial berbasis telenursing. Penelitian bertujuan untuk menguji efektivitas model dukungan kesehatan jiwa dan psikososial terhadap ansietas, resiliensi dan self transendence. Metode penelitian ini merupakan operational research terdiri atas 3 tahap, yaitu tahap pertama desain kualitatif deskriptif fenomenologi menggali permasalahan psikososial pada penyintas COVID-19. Tahap kedua merupakan pengembangan model teori dan aplikasi android. Tahap ketiga dilakukan uji efektivitas model dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada penyintas COVID-19 dan keluarga. Penelitian dilakukan di Bogor. Penelitian tahap 1 dilakukan pada penyintas COVID-19, keluarga dan perawat. Jumlah sampel tahap 1 : 46 responden. Hasil penelitian tahap 1 diperoleh 4 tema. Penelitian tahap 3 menggunakan desain quasy experiment dengan control group pre-post test design. Total sampel pada penelitian tahap 3 adalah 360 orang. Intervensi pada penyintas al : TKN 1-3, CBT, MBSR dan SHG dan intervensi pada keluarga : TKN 1-4. Hasil penelitian ditemukan bahwa model dukungan kesehatan jiwa dan psikososial dapat menurunkan ansietas, meningkatkan resiliensi dan self transendence secara bermakna (pValue<0,005). Rekomendasi penelitian ini bahwa perlunya pengembangan upaya preventif dan promotif melalui variasi cara sesuai dengan perkembangan teknologi.

The most common psychosocial and mental health problem for COVID-19 survivors is anxiety. Pandemic situation has led researchers to develop a model of mental health and psychosocial support based on telenursing. This study aims to examine the effectiveness of a telenursing on the anxiety, resilience, and self-transcendence of COVID-19 survivors. This research method is operational research. The first stage uses a descriptive phenomenological qualitative design. The second stage was the development of a theoretical model and an Android application. The third stage was to examine the effectiveness of the mental health and psychosocial support model. Phase 1 research was conducted on COVID-19 survivors, families, and nurses. Phase 3 of research was conducted using a quasy experiment design with a control group pre-post test design. The total sample was 360 people. Respondents in the intervention group were given the nursing intervenstions as follow: TKN 1-3, CBT, MBSR, and SHG, while family intervention was TKN 1-4. The results of the study found that mental health and psychosocial support model can reduce anxiety and increase resilience and self-transcendence significantly (p-value <0.005). This study recommends that it is necessary to develop preventive and promotional efforts in accordance with technological developments."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New Jersey: Prentice-Hall, 1976
616.891 4 HAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmawati
"ABSTRAK
Gagal jantung dan hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadipenyebab 70 kematian di dunia serta menyebabkan ansietas dan gangguan citratubuh. Tindakan keperawatan ners dan ners spesialis Acceptance and commitmenttherapy diberikan pada klien agar dapat meningkatkan penerimaan dan komitmenmerawat penyakit untuk mencapai kesembuhan. Psikoedukasi keluarga dilakukan agarkeluarga mampu membantu merawat klien dalam menghadapi penyakitnya. Metodeyang digunakan berupa laporan kasus dalam bentuk case series pada 3 klien dewasadengan gagal jantung dan hipertensi. Hasil menunjukkan bahwa ketiga klienmengalami penurunan gejala pada aspek kognitif berupa sulit konsentrasi, fokus padadiri sendiri, tidak menerima perubahan tubuh; afektif: khawatir, malu dan putus asa;fisilogis: gangguan tidur dan tidak nafsu makan; perilaku: melamun, penurunanproduktivitas; dan sosial: sulit menikmati kegiatan harian serta terjadi peningkatankemampuan klien dalam menerima penyakit dan komitmen merawat ansietas dangangguan citra tubuh. Pemberian tindakan keperawatan ners dan ners spesialis acceptance and commitment therapy serta psikoedukasi keluarga perlu dibudayakandalam pemberian pelayanan keperawatan di unit umum. Kata kunci: Ansietas, Gangguan Citra Tubuh, Acceptance and commitment therapy,psikoedukasi keluarga

ABSTRACT
ABSTRACT: Heart failure and hypertention are a non communicable diseases that cause 70 of deathsin the world and causes ansietas and impaired body image. Nursing Intervention Therapyas usual and Acceptance and commitment therapy is given to the client in order to increaseacceptance of the disease and commit to caring anxiety and impaired body image. FamilyPsychoeducation is given to improve family ability for caring client. The method used iscase reports in the form of case series in 3 adult with heart failure and hipertention. Theresults showed that the three clients experienced a decrease in symptoms on the cognitiveaspect of difficulty concentrating, focusing on self, decline body changes Affective worry,shame and despair Fisilogis sleep disorders and no appetite Behavior daydreaming,decreased productivity And social it is difficult to enjoy daily activities as well asincreasing the ability of clients in receiving illness and commitment to care for anxiety andimpaired body image. Nursing intervention and acceptance and commitment therapy and family psychoeducation should be realised in the provision of nursing services."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Guritnaningsih A. Santoso
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas tiga jenis program intervensi, yaitu Cognitive Behavior Therapy (CBT), iklan dengan tampilan humor (iklan positif), dan iklan dengan tampilan menakutkan (iklan negatif) dalam menurunkan perilaku menge mudi secara agresif. Partisipan terdiri atas 196 pengemudi yang tergolong dalam kelompok usia dewasa muda (usia 18?35 tahun), yaitu usia dimana individu berisiko untuk menampilkan perilaku mengemudi secara agresif. Kepada partisipan dilakukan pengukuran de ngan menggunakan empat macam inventori lapor diri, yaitu inventori untuk mengukur persepsi mengenai kondisi lalu lintas, derajat frustrasi, emosi marah, dan perilaku mengemudi. Analisis dengan menggunakan desain mix-faktorial menunjukkan bahwa program intervensi CBT lebih efektif dibandingkan program intervensi iklan, khususnya dalam menurunkan derajat frustrasi dan emosi marah. Sedangkan antara iklan dengan tampilan humor dan iklan dengan tampilan menakutkan tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam menurunkan derajat frustrasi dan emosi marah. Baik program CBT maupun kedua jenis program intervensi iklan tidak cukup efektif untuk menurunkan perilaku mengemudi secara agresif. Mengacu pada Teori A-B-C tentang ketergugahan emosi yang dikemukakan oleh Ellis, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sasaran akhir yaitu perilaku mengemudi secara aman (faktor C) pada pengemudi usia dewasa muda tidak dapat tercapai walaupun keyakinan dan emosi mereka (faktor B) berhasil diubah menjadi lebih positif. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa untuk sampai terjadinya perubahan perilaku mengemudi secara aman diperlukan teknik modifikasi perilaku yang lain, misalnya pemberian sangsi yang kuat dari pihak otoritas yaitu polisi.

This study was conducted to examine the effectiveness of three intervention programs, i.e. CBT (Cognitive Behavior Therapy), humor appeal advertisements (positive ads), and fear appeal advertisements (negative ads) in reducing aggressive driving behavior. 196 young adults age between 18?35 years old, who are considered to be at risk in performing aggressive driving behavior had completed four self report inventories. The four inventories measures perception on traffic conditions, degree of frustration, anger emotion, and driving behavior. Analysis of mix factorial desigm shows that CBT intervention program is more effec tive than the advertising intervention program, particularly in reducing the degree of frustration and emotional upset. However, no significant difference between humor appeal and fear appeal advertisements in reducing the level of frustration and anger emotion. Moreover, CBT program as well as the other two advertising intervention programs is not sufficient enough to reduce driving behavior. Based on the A-B-C Theory of Emotonal Arousal proposed by Ellis, this result indicates that safety driving behavior (factor C) among young drivers cannot be achieved through these intervention programs, although their belief and emotion (factor B) has been changed. This study implies that other modification behavior technique, i.e. strong penalty from the authority (police) is needed to encourage safer driving behavior of Indonesian young driver."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anadia Wanda Putri
"Sebagai mahasiswa, berada pada masa transisi dari remaja akhir menuju dewasa awal dan memiliki berbagai tuntutan yang diemban dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan mental salah satunya yakni kecemasan. Fenomena kecemasan ini dapat berdampak buruk hingga fatal pada individu jika terus meningkat. Oleh karena itu, penting bahwasannya untuk mengetahui hal-hal yang berperan dalam menurunkan tingkat kecemasan pada mahasiswa. Penelitian ini memiliki bertujuan untuk mengetahui apakah peran dari perceived social support terhadap kecemasan dimoderasi self-esteem. Variabel kecemasan diukur dengan 10 item dimensi kecemasan dari Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), perceived social support diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan self-esteem diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Sebanyak 747 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia merupakan responden dalam penelitian ini. Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa perceived social support berhubungan secara negatif terhadap kecemasan, namun hubungan di antara keduanya tidak dimoderasi self-esteem.

As a college student, being in the transition from late teenage to young adult and have a lot of role demands may leads to increase mental illness which one of them is anxiety. This anxiety phenomenon can bring bad impact up to fatalities if it keeps on escalating. Therefore, it is important to know the matters that have impact on reducing the anxiety level of college students. This research’s goal is to know the role of perceived social support to anxiety level and moderated by self-esteem. The anxiety variable was measured using 10 items anxiety dimension of Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), the perceived social support was measured using Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and the self-esteem was measured using Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Total of 747 college students from various colleges in Indonesia were respondents in this research. The result of this research indicates that perceived social support has a negative relationship to anxiety, but the relationship between both is not moderated by self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>