Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185688 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arkitra Nura Hismayana
"Media sosial adalah media yang memiliki banyak pengguna dan digemari oleh masyarakat saat ini. Salah satu media sosial yang paling banyak digunakan adalah Instagram. Di Instagram, kita dapat membagikan informasi dan berinteraksi melalui teks, video, foto, dan suara.  Namun, ternyata fungsi Instagram saat ini bukan hanya sebagai media komunikasi saja, tetapi juga dapat membentuk citra diri seseorang. Citra diri ini berkaitan erat dengan self-representation. Para pengguna Instagram seakan-akan merasa mendapatkan bentuk penghargaan diri yang sangat luar biasa karena dapat melakukan representasi diri melalui media sosial yang sesuai dengan ekspektasi mereka. Salah satu bentuk dari self-representation adalah dengan membangun citra tubuh agar dapat menarik lebih banyak pengikut. Karena memiliki daya tarik dan exposure yang tinggi, mereka bisa mendapatkan tawaran dari berbagai brand dan menghasilkan uang. Hal tersebut dilakukan oleh mayoritas selebriti mikro tanah air. Dalam implementasinya, selebriti mikro memiliki kharisma  dan penampilan fisik bukan seperti orang biasa. Hal ini bukanlah hal yang negatif jika media sosial dijadikan self-representation, namun hal ini dapat mempengaruhi persepsi representasi diri bagi pengguna media sosial yang dapat berdampak pada kehidupan yang sesungguhnya.

Social media is the media most favored by the public in the current era. One of the most widely used social media is Instagram. On Instagram, we can share information and interact through text, video, photos and sound. However, it turns out that the current function of Instagram is not only as a medium of communication, but also can shape one's self-image. This self-image is closely related to self-representation. Instagram users seem to feel that they are getting an extraordinary form of self-esteem because they can represent themselves through social media according to their expectations. One form of self-representation is building body image in order to attract more followers. Because they have high traction and exposure, they can get offers from various brands and make money. This is done by the majority of Indonesian micro celebrities. In its implementation, micro celebrities have charisma and physical appearance that are not like ordinary people. This is not a negative thing if social media is used as self-representation, but this can affect the perception of self-representation for social media users which can have an impact on real life."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia;, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ursula Toding Allorante
"

Seiring berkembangnya budaya selebriti dan teknologi, fenomena selebriti mikro kini marak dijumpai dalam media baru. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar relasi kuasa melalui pencarian bentuk-bentuk komodifikasi oleh selebriti mikro dalam media sosial Instagram. Sesuai bentuk komodifikasi milik Mosco (2009), peneliti melihat praktik tersebut dilanggengkan oleh selebriti mikro dalam media sosial. Penelitian ini menggunakan kacamata kritis, serta mengacu pada semiotika sosial dari Halliday sebagai teknik analisis data. Peneliti menemukan bahwa selebriti mikro menciptakan relasi yang tidak setara melalui penyusunan caption, serta melanggengkan komodifikasi konten melalui konten berbayar dan komodifikasi pengikut. Meskipun identik dengan kebebasan bersuara dan perluasan akses, media sosial tetap sarat akan kepentingan ekonomi dan pemasaran.


Within the development of celebrity culture and technology, the phenomenon of micro celebrities is now prevalent in new media. This study aims to dismantle the power relations through the search for forms of commodification by micro celebrities on social media Instagram. Following Moscos commodification form (2009), researcher see that the practice is perpetuated by micro celebrities in social media. This study uses critical point of view, referring to Hallidays social semiotics as a data analysis technique. Researcher found that micro celebrities create inequality through captions, and perpetuate the commodification of content through paid content and the commodification of followers. Although social media is known for its accessibility and freedom of speech, it remains full of economic and marketing interests.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Kanina
"ABSTRAK
Studi ini memperhatikan pentingnya keterlibatan Instagram terhadap wanita muda berusia 18 hingga 23 tahun di Indonesia. Menggunakan purposif teoretis sampling, penelitian ini menyampel orang-orang berdasarkan potensi mereka untuk mengetahui bagaimana penggunaan Instagram di Indonesia berdampak terhadap persepsi citra tubuh wanita muda saat ini. Dengan penelitian ini, peneliti menemukan bahwa pengguna Instagram wanita muda di Indonesia telah terikat pada platform karena fenomena influencer dan koneksi teman sebaya. Instagram telah mendukung perubahan perilaku pada generasi wanita muda, termasuk mempromosikan rasa tidak aman pada diri sendiri dan kekecewaan terhadap tubuh mereka sendiri.

ABSTRACT
The study pays attention to the importance of Instagram engagement towards the young women of 18 to 23 years old in Indonesia. Using purposive theoretical sampling, this research samples related people on the basis of their potential to know how Instagram usage in Indonesia make impact toward the perception of young women s body image nowadays. By this research, it was agreed that young women Instagram users in Indonesia are attached to the platform due to the phenomenon of influencers and peer connections. Instagram has support the changing behaviors on the young women generation, including promoting insecurities and disappointment toward their own bodies."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adefrid Marcelino
"L’Oréal merupakan sebuah merek kosmetik sekaligus nama perusahaan kosmetik multinasional dari Perancis yang menonjol sebagai pelopor industri kosmetik global. Keberhasilan L’Oréal sebagai salah satu perusahaan terbesar di industri kecantikan internasional tidak terlepas dari proses branding, salah satunya adalah corporate branding. Di Indonesia, L’Oréal didirikan sejak 1979 dan menjadi perusahaan fast moving consumer goods terdepan dalam menyediakan produk luxury bagi masyarakat. Dalam perkembangannya, L’Oréal juga melakukan proses branding melalui media sosial. Tulisan ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis proses corporate branding yang dilakukan L’Oréal Indonesia melalui media sosial (Instagram) dari tiga dimensi, yaitu corporate associations, corporate values, dan corporate benefits. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis konten sebagai metode pengumpulan data. Hasil analisis menunjukkan bahwa L’Oréal Indonesia menampilkan ketiga dimensi di atas dalam akun Instagram (@lorealindonesia) dengan dimensi yang paling ditonjolkan adalah corporate associations dimana L’Oréal Indonesia menggunakan bantuan selebriti dan tokoh publik untuk mendukung mereknya serta membantu membentuk asosiasi yang positif.
L’Oréal is a cosmetic brand also the name of a multinational cosmetics company from France that stands out as a pioneer in the global cosmetics industry. L’Oréal’s success in becoming one of the largest companies in the international beauty industry is not irrespective of branding processes, one of which is corporate branding. In Indonesia, L’Oréal was founded in 1979 and has become the leading fast moving consumer goods company in providing luxury products for society. In its development, L’Oréal also carried out branding processes through social media. This paper is aimed to understand and analyse the corporate branding process carried out by L’Oréal Indonesia through social media (Instagram) from three dimensions, which are corporate associations, corporate values, and corporate benefits. This paper uses a qualitative approach with content analysis as the data collection method. The results of the analysis show that L’Oréal Indonesia displays the three dimensions above in its Instagram account (@lorealindonesia) with the most prominent dimension being corporate associations where L’Oréal Indonesia uses the help of celebrities and public figures to support its brand and help form positive associations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Velia Lukita
"Di tengah persaingan yang ketat antar perusahaan konsultan periklanan, corporate branding sebagai usaha untuk melakukan diferensiasi semakin marak dilakukan, terutama melalui media sosial Instagram. Usaha tersebut terlihat pada salah satu perusahaan konsultan periklanan Indonesia, yaitu Dentsu Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memahami aspek-aspek corporate branding yang ditonjolkan Dentsu Indonesia melalui media sosial Instagram. Penelitian ini menggunakan data yang didapat melalui metode analisis tematik konten kualitatif yang secara kontekstual diinterpretasikan sebagai analisis terarah (directed content analysis). Dari hasil analisis yang dilakukan, Dentsu Indonesia terlihat cenderung lebih menonjolkan dua aspek corporate branding, yaitu people dan citizenship, dibandingkan aspek lainnya. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa Dentsu Indonesia membentuk branding sebagai perusahaan yang memiliki sumber daya manusia kompeten serta memiliki kepedulian pada lingkungan, karyawan, dan masyarakat.

In the midst of intense competition between advertising consulting companies, corporate branding as an effort to differentiate is increasingly being carried out, especially through Instagram. This effort can also be seen in one of advertising consulting companies in Indonesia, which is Dentsu Indonesia. This study aims to understand aspects of corporate branding highlighted by Dentsu Indonesia through their Instagram. This study uses data obtained through qualitative thematic content analysis methods which are contextually interpreted as directed content analysis. From the results of the analysis, Dentsu Indonesia tends to emphasize two aspects of corporate branding, which are people and citizenship, compared to other aspects. Hence, it can be concluded that Dentsu Indonesia establishes a branding as a company that has competent human resources and has concern for the environment, employees, and society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adefrid Marcelino
"L’Oréal merupakan sebuah merek kosmetik sekaligus nama perusahaan kosmetik
multinasional dari Perancis yang menonjol sebagai pelopor industri kosmetik global.
Keberhasilan L’Oréal sebagai salah satu perusahaan terbesar di industri kecantikan
internasional tidak terlepas dari proses branding, salah satunya adalah corporate branding. Di Indonesia, L’Oréal didirikan sejak 1979 dan menjadi perusahaan fast moving consumer goods terdepan dalam menyediakan produk luxury bagi masyarakat. Dalam perkembangannya, L’Oréal juga melakukan proses branding melalui media sosial. Tulisan ini bertujuan untuk memahami dan menganalisis proses corporate branding yang dilakukan L’Oréal Indonesia melalui media sosial (Instagram) dari tiga dimensi, yaitu corporate associations, corporate values, dan corporate benefits. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis konten sebagai metode pengumpulan data. Hasil analisis menunjukkan bahwa L’Oréal Indonesia menampilkan ketiga dimensi di atas dalam akun Instagram (@lorealindonesia) dengan dimensi yang paling ditonjolkan adalah corporate associations dimana L’Oréal Indonesia menggunakan bantuan selebriti dan tokoh publik untuk mendukung mereknya serta membantu membentuk asosiasi yang positif.

L’Oréal is a cosmetic brand also the name of a multinational cosmetics company from France that stands out as a pioneer in the global cosmetics industry. L’Oréal’s success in becoming one of the largest companies in the international beauty industry is not irrespective of branding processes, one of which is corporate branding. In Indonesia, L’Oréal was founded in 1979 and has become the leading fast moving consumer goods company in providing luxury products for society. In its development, L’Oréal also carried out branding processes through social media. This paper is aimed to understand and analyse the corporate branding process
carried out by L’Oréal Indonesia through social media (Instagram) from three dimensions, which are corporate associations, corporate values, and corporate benefits. This paper uses a qualitative approach with content analysis as the data collection method. The results of the analysis show that L’Oréal Indonesia displays the three dimensions above in its Instagram account (@lorealindonesia) with the most prominent dimension being corporate associations where L’Oréal Indonesia uses the help of celebrities and public figures to support its brand and help form positive associations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuni Widya Febriyanti
"Semakin canggih berkembangnya media komunikasi memberikan ruang yang semakin luas pula bagi setiap individu dalam menampilkan citra diri sebaik mungkin. Citra diri virtual yang terus ditingkatkan merupakan suatu proses berkelanjutan yang dilakukan secara terus menerus seperti di dunia nyata. Kecenderungan untuk menampilkan “diri” sebagai individu yang cantik secara penampilan dan produktif sering dilakukan dalam setiap postingan yang dibagikan di Instagram sebagai perwujudan personal branding mahasiswi Universitas Indonesia. Personal branding dijadikan ukuran untuk merasa lebih tinggi daripada orang lain. Penelitian ini melibatkan mahasiswi Universitas Indonesia yang berupaya menunjukkan sisi penampilan terbaiknya di Instagram baik secara fisik maupun pencapaian. Dalam penelitian ini, kosmetik dan pakaian merupakan aksesoris (adornments) yang digunakan oleh mahasiswi Universitas Indonesia dalam rangka memperoleh penampilan fisik yang sesuai dengan konsepsi kecantikan ideal mereka. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penggunaan kosmetik dan pakaian mampu mengubah rasa tidak puas terhadap penampilan fisik (body dissatisfaction) yang dialami mahasiswi menjadi rasa puas (body satisfaction), serta menunjukkan bahwa rasa percaya diri (self-esteem) turut meningkat akibat perasaan dan pengalaman positif yang dihasilkan oleh rasa puas terhadap penampilan fisik (body satisfaction) sehingga personal brand lainnya yang dibangun di Instagram dapat tersampaikan dengan baik kepada orang lain.

The more sophisticated the development of communication media provides an increasingly more expansive space for each individual to display the best possible self- image. The virtual self-image that is continuously improved is a continuous process carried out as in the real world. The tendency to show "self" as an individual who is both physically beautiful and productive is often done in every post shared on Instagram as an embodiment of personal branding for University of Indonesia female students. Personal branding is used as a measure to feel superior to others. This research involves female students from the University of Indonesia who try to show their best appearance on Instagram physically and in terms of achievement. In this study, cosmetics and clothing are accessories (adornments) used by University of Indonesia students to obtain a physical appearance to their ideal conception of beauty. The results of this study show that the use of cosmetics and clothing can change the dissatisfaction with physical appearance (body dissatisfaction) experienced by female students into body satisfaction and shows that self-esteem also increases due to positive emotions and experiences. They are generated by a sense of pride in physical appearance (body satisfaction) so that other personal brands built on Instagram can be appropriately conveyed to others."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Nariswari Nayadheyu
"ABSTRAK

Tesis ini membahas objektifikasi dan normalisasi tubuh perempuan yang terjadi pada media sosial, khususnya akun Instagram @dramaojol.id. Akun ini tidak hanya dimanfaatkan untuk pembagian informasi terkait dengan transportasi online, namun juga sebagai tempat hiburan dimana tubuh perempuan seringkali diobjektifikasi. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif. Teori objektifikasi Fredickson & Roberts dan teori kekuasaan Foucault digunakan untuk melihat objektifikasi dan normalisasi tersebut. Data dianalisis melalui semiotika sosial Theo van Leeuwen melalui 3 tahap, yakni metafungsi representasi, interaksi, dan komposisi. Hasil yang ditemukan adalah pada metafungsi representasi, perempuan selalu ditempatkan sebagai tujuan (goal), metafungsi interaksi menunjukkan bahwa perempuan ditampilkan kepada khalayak sebagai penawaran (offer), dan metafungsi komposisi perempuan selalu ditempatkan ditengah sebagai fokus utama. Objektifikasi yang sering ditemukan pada akun ini adalah fungibility, penyamaan tubuh dengan obyek lain. Normalisasi dilakukan melalui wacana humor dengan karakteristik oposisi seksual dan non-seksual serta penggunaan teks maskulin melalui naming and androcentrism, double entendres, dan euphemism and taboo.


ABSTRACT

The focus of this study is objectification and normalization of woman's body that happen in social media, particularly @dramaojol.id's Instagram account. This account is not only used as a place to share information regarding to online transportation, but also as a place for recreation where women's body is often objectified. This research is a qualitative research using critical paradigm. Fredickson & Roberts' objectification theory and Foucault's power theory is used to explain the process of objectification and normalization. The data is analysed by using Theo van Leeuwen's social semiotics through 3 steps of analysis, namely metafunction of representation, interaction and composition. The findings are, at the level of representation woman is always placed as a goal. At the level of interaction, woman is presented as an offer to the followers and at composition woman's body is always placed as a focus to be objectified. It is also found that objectification that often happen in @dramaojol.id Instagram account is fungibility, treating the person as interchangeable with objects. Furthermore, normalization is done through humor with characteristics of sexual and non-sexual opposition whereas masculinity is portrayed by naming and androcentrism, double entendres and euphemism and taboo.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51831
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brigitta Sasotya Maharani
"ABSTRAK
Membentuk citra perusahaan sebagai tempat bekerja yang diinginkan merupakan upaya penting bagi perusahaan mengingat ketatnya persaingan untuk mendapatkan calon calon karyawan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengeksplorasi identitas employer branding melalui nilai-nilai perusahaan dan employer value propositions yang dimiliki oleh agensi X mengenai employer branding yang dilakukan lewat media sosial, dan juga positioning employer branding yang terlihat dari konten Instagram agensi X dan citra brand agensi X bagi calon karyawan Penelitian ini menggunakan paradigma post-positivisme dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah agensi X hampir seluruhnya menyampaikan elemen-elemen employer branding lewat Instagramnya-nya yang diturunkan dari nilai-nilai perusahaan dan employer value propositions. Nilai yang dominan muncul pada instagramnya adalah nilai sosial dengan indikator lingkungan kerja dan kolega yang menyenangkan. Sebagian besar konten mendapatkan kesan positif dan dianggap ideal oleh calon karyawan

ABSTRACT
Establishing a company image as a desired place of work is one of the important efforts for the company given the tight competition in attracting prospective employees. This study aims to describe and explore the identity of employer branding through Agency X's corporate values and employer value propositions regarding employer branding carried out through social media, and the positioning of employer branding seen from Agency X's Instagram contents and how they are perceived by prospective employees. This study uses the post-positivism paradigm with a qualitative approach. The results of this study are that Agency X presents the elements of employer branding through its Instagram almost entirely. The dominant value that appears on the instagram is social values indicated by fun working environment and good relationship between colleagues. Most content gains a positive impression and is considered ideal by prospective employees."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rainy Elmira Monalisa
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana terjadinya konstruksi citra milenial pasangan penantang Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pada khalayak milenial followers akun Gerakan Milenial Indonesia dalam kampanye politik di media sosial Instagram. Obyek penelitian ini adalah sejumlah followers akun Instagram GMI @gerakanmilenialindonesia dengan latar belakang sosial budaya dan preferensi politik yang berbeda-beda pada Pemilu 2014. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data didapatkan melalui observasi, studi literatur, dan juga wawancara mendalam.  Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana sejumlah followers tersebut terkonstruksi oleh citra milenial pasangan penantang  Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Citra milenial yang tidak hanya berarti terikat pada batasan usia identitas milenial, tetapi menyangkut juga hal-hal lain seperti penampilan fisik yang masih terlihat muda, dengan segala atribut yang biasa digunakan oleh anak muda, kemudian nilai-nilai sosial budaya dan perilaku mencerminkan milenial yang biasa dilakukan oleh milenial seperti berolahraga, aktif dalam media sosial, serta yang paling penting adalah janji politik dalam visi misi pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam mengembangkan potensi milenial.

This study aims to see how the construction of the millennial image of the challenger couples Prabowo Subianto and Sandiaga Uno to the millennial audience followers of the Indonesian Millennial Movement in political campaigns on Instagram social media. The object of this research is number of followers of the GMI Instagram account gerakanmilenialindonesia, with different socio-cultural backgrounds and political preferences in the 2014 election. The approach taken in this study is a qualitative approach with a case study research strategy. Data collection techniques are obtained through observation, literature study, and in-depth interviews. The results of this study show how a number of these followers were constructed by the millennial image of the challenger couples Prabowo Subianto and Sandiaga Uno. Millennial image that does not only mean being bound by the age limit of millennial identity, but also concerning other things such as physical appearance that still looks young, with all attributes commonly used by young people, then socio-cultural values and behavior reflect ordinary millennial conducted by millennials such as exercising, being active in social media, and the most important is political promises in the vision and mission of the pair Prabowo Subianto and Sandiaga Uno in developing the millennial potential."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T54181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>