Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59409 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Lady Vani Romauli
"Grup idola Korea BTS (Bangtan Sonyeondan) terkenal karena mengekspresikan pesan mereka melalui musik, salah satu lagu mereka adalah 'Epiphany' yang mengekspresikan dukungan untuk harga diri. Melalui lirik tersebut, BTS terlihat membuka aspek emosional dengan makna menerima dan mencintai diri sendiri. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui representasi harga diri dalam lirik Epiphany BTS dengan mengkaji makna yang terkandung. Lebih lanjut, artikel ini juga memaparkan wawasan dari para penggemar (ARMY) mengenai keberadaan harga diri dalam lagu tersebut. Penelitian kualitatif deskriptif ini menggunakan analisis semiotik Roland Barthes untuk mengkaji representasi dan dorongan harga diri dalam lirik “Epiphany” yang diproduksi oleh BTS. Temuan menunjukkan adanya dorongan harga diri dalam bentuk menyukai diri sendiri yang selanjutnya mendorong pendengar, terutama penggemar, untuk memiliki tingkat harga diri yang lebih tinggi. Selanjutnya, temuan tersebut juga diikuti dengan tanggapan dari para penggemar mengenai esensi menyukai diri sendiri dalam musik.

Korean idol group BTS (Bangtan Sonyeondan) are famous for expressing their messages through music, one of their songs is ‘Epiphany’ that expresses a support for self-esteem. Through the lyrics, BTS become apparent to open the emotional aspect with the meaning of accepting and loving themselves. This article aims to discover the representation of self-esteem in BTS’ Epiphany lyrics by examining the meaning contained. Furthermore, this article also describes the insight from the fans (ARMY) regarding the existence of self-esteem in the song. This descriptive qualitative research utilizes Roland Barthes' semiotic analysis to examine the representation and encouragement in regards to self-esteem in the “Epiphany” lyrics produced by BTS. The findings demonstrate the presence of self-esteem encouragement in the form of self-liking which further urges listeners, especially fans, to have a higher level of self-esteem. Further, the findings also followed by the response from the fans regarding the self-liking essence in the music."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Della
"Menjadi seorang mahasiswa memberikan tekanan tersendiri karena mahasiswa menghadapi tugas perkembangan maupun masalah-masalah lain yang harus diselesaikan dan seringkali tekanan ini memberikan distres psikologis bagi mahasiswa yang bersangkutan. Hal ini juga terjadi kepada mahasiswa UI dan berdasarkan penelitian sebelumnya, salah satu sumber distres psikologis pada mahasiswa UI adalah penyesuaian akademis. Meskipun mahasiswa telah dibekali berbagai macam keterampilan untuk menyesuaikan diri secara akademis, nyatanya keluhan mengenai penyesuaian akademis masih saja muncul. Hal ini menunjukkan bahwa ada masalah lain yang mendasari keluhan tersebut.
Berdasarkan beberapa penelitian maupun literatur, self esteem merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kemampuan penyesuaian diri ini. Oleh karena itu, penting untuk membantu mahasiswa yang mengalami distres psikologis untuk meningkatkan self esteem yang dimilikinya. Metode intervensi yang digunakan untuk meningkatkan self esteem pada penelitian ini adalah metode cognitive behavior therapy. Partisipan yang terlibat sebanyak tiga orang dan ketiga partisipan tersebut mengikuti intervensi sampai sesi terakhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi ini efektif meningkatkan self esteem pada mahasiswa yang mengalami distres psikologis. Hal ini terlihat dari peningkatan skor self esteem dan penuruan skor distres psikologis serta refleksi partisipan yang menunjukkan adanya kemampuan dalam mendeteksi unhelpful thoughts yang muncul, penurunan emosi negatif yang dirasakan, dan perubahan perilaku dimana partisipan mengurangi perilaku menghindar.

Being a college student brings certain pressure because students are faced with developmental task and other problems that?s need to be dealt with and this can evoke psychological distress to the students. The same problem also happens to college students of University of Indonesia and based on latest research, one of the source of psychological distress among students of UI is academic adjustment. Although the students has already been thought the skill to help them adjust academically, but the complaint about the problem still persists. This suggests that there's other issue that underlie the complaint.
Based on researches and literatures, self esteem is considered as one of the factors that's related to academic adjustment. Therefore, it's important to help students increase their self esteem. The intervention method that's used to increase self esteem in this research is cognitive behavior therapy. There were three participants that were involved and they followed until the last session.
The result suggests that this intervention effectively increased self esteem for students with psychological distress. It can be seen from the increasing of self esteem's score, decreasing of psychological distress' score, and participant' reflection which indicates ability to detect unhelpful thoughts, decreasing of negative emotions, and changing of behavior in which participants reduce avoidance behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30989
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Aisha
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas penerapan Cognitive Behavior Therapy CBT untuk meningkatkan self esteem Partisipan dalam penelitian ini adalah anak laki laki usia 10 tahun yang memiliki self esteem rendah Self esteem diukur dengan menggunakan skala Self Perception Profile for Children dari Susan Harter 2012 dan didukung dari hasil wawancara dengan orang tua Intervensi Cognitive Behavior Therapy CBT yang diberikan untuk meningkatkan self esteem yang rendah terdiri dari empat tahapan Tahap pertama yaitu pra intervensi dilakukan sebanyak dua sesi Tahap kedua yang berisipsikoedukasi kepada orang tua terkait dengan peran orang tua dalam mendukung intervensi CBT dilakukansebanyak dua sesi Tahap ketiga yaitu tahap intervensi terdiri dari 12 sesi Tahap keempat yaitu post intervensi diberikan sebanyak dua sesi Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan self esteem terutama pada domain kemampuan sosial kemampuan atletik penampilan fisik dan self esteem secara keseluruhan Peran orang tua yang mampu menerapkan teknik SUPPORT Show Understand Patient Prompt Observe Reward Talk diduga turut mendukung keberhasilan intervensi yang sudah dilakukan pada anak

The aim of this study was to know the effectiveness of Cognitive Behavior Therapy CBT to increase self esteem The participant of this study is a 10 years old boy who has low self esteem Self esteem was measured by Self Perception Profile for Children from Susan Harter 2012 and supported by interviewing with parents Cognitive Behavior Therapy CBT that wasdoneconsisted of four stages Stage one that was pre intervention consisted of two sessions Stage two that includedpsychoeducation to parents about their roles to support CBT to their child consisted of two sessions Stage three was the intervention to the child that consisted of 12 sessions Stage four that was post intervention consisted of two sessions The result of this study showed thatCBTcould increase self esteem especially insocial competence athletic competence physical appearance and global self esteem Parent rsquo s role to apply SUPPORT technique Show Understand Patient Observe Reward Talk was predicted supportingthe success of this intervention "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Gisela Herabadi
"Sejauh ini sudah cukup banyak hasil penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara body esteem seseorang dengan harga dirinya secara umum, namun belum banyak yang memaparkan dinamika proses pembentukan harga diri itu sendiri. Penelitian berikut ini bertujuan untuk: (1) menemukan prediktor-prediktor dari rendahnya body esteem, dan (2) bagaimana prediktor-prediktor tersebut bersama-sama dengan body esteem selanjutnya berkontribusi terhadap pembentukan harga diri yang rendah.
Subyek penelitian adalah 458 orang mahasiswa Unika Atma Jaya (229 laki-laki dan 229 perempuan), mereka mengisi kuesioner yang antara lain terdiri dari skala untuk mengukur BMI (Body Mass Index); evaluasi subyektif (kepuasan) terhadap tubuh; kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh; body esteem; dan harga diri. Analisa hasil menunjukkan bahwa hanya kepuasaan terhadap tubuh; kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh; serta BMI seseorang yang mampu memprediksi body esteem. Namun patut diperhatikan bahwa evaluasi subyektif seseorang lebih berkontribusi terhadap pembentukan harga diri dibandingkan dengan pengukuran proporsi tubuh yang lebih obyektif seperti misalnya BMI. Selanjutnya, body esteem dan kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh mampu memprediksi harga diri.
Sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan betapa pentingnya kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh --- bila dibandingkan dengan BMI, yang sebenarnya merupakan pengukuran proporsi tubuh yang lebih obyektif --- dalam memprediksi body esteem; dan kesimpulan lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa kebiasaan berpikir negatif tentang tubuh juga memberikan kontribusi yang langsung dalam memprediksi harga diri secara umum, tidak seperti halnya kepuasaan terhadap tubuh yang hanya berkontribusi terhadap harga diri lewat kontribusinya terhadap body esteem.

A considerable body of research has acknowledge the relationship between body esteem and the more general self esteem, however not much has been revealed concerning the dynamic process of self esteem development.The following research was intended to: (1) identify the predictors of low body esteem, and (2) how these predictors and body esteem itself consequently contribute to low self esteem.
Participants were 458 college students in Atma Jaya Catholic University Jakarta (229 males and 229 females), they responded to a set of questionnaire that includes scales to measure BMI (Body Mass Index); subjective evaluation (satisfaction) on one's own body; negative thinking habit about one's own body; body esteem; and self esteem. Analyses revealed that only satisfaction on one's own body; negative thinking habit about one's own body; and BMI predicted body esteem. However, individual's subjective evaluation contribute more in the development of self esteem compared to the more objective measure of body proportion such as the BMI. Consequently, body esteem and negative thinking habit about one's own body predicted the more general self esteem.
Results highlight the importance of negative habit of self thinking about one's own body --- rather than BMI, the more objective measure of body proportion --- in predicting body esteem; and another imperative conclusion is that negative habit of self thinking about one's own body has a direct contribution to predict general self esteem, unlike satisfaction on one's own body which only contribute to self esteem through the mediation of body esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Handayani Ermanza
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan citra tubuh pada remaja putri yang mengalami obesitas dari kalangan sosial ekonomi (sosek) menengah atas. Masalah ini dianggap penting untuk diteliti karena salah satu faktor pendukung pembentukan harga diri adalah citra tubuh, keduanya terbentuk dan berkembang di saat remaja. Menurut Rice (1990), penerimaan dan penilaian citra tubuh pada remaja erat kaitannya dengan harga diri. Citra tubuh dan harga diri juga terkait dengan status sosial ekonomi yang melatarbelakangi remaja tersebut. Pada sosek menengah atas remaja dengan mudah dapat memenuhi segala kebutuhan yang terkait dengan citra tubuhnya. Tetapi, untuk menjaga harga dirinya, ia juga dituntut untuk memiliki berat badan ideal dan mengikuti tren agar diterima oleh lingkungannya. Penelitian kuantitatif ini menggunakan alat ukur Self Esteem Inventory (SEI) dan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire (MBSRQ) dalam pengumpulan data, dan pearson correlation dalam analisis data. Responden penelitian ini adalah 32 remaja putri yang mengalami obesitas dari kalangan sosek menengah atas dengan rentang umur 15-20 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara harga diri dan citra tubuh pada remaja putri yang mengalami obesitas dari kalangan sosek menengah atas.

The aim of this research is to find out correlation between self-esteem and body image on obese female teenagers from middle-upper socio-economic class. Reason to conduct this study is due to the fact that body image is one of the key factors in developing self-esteem. Both, self-esteem and body image, mainly develop during the adolescence. As Rice (1990) states, self-esteem influences the acceptance and evaluation of body image in female teenagers. Besides, body image and self-esteem can be seen from the background of the teenagers? socioeconomic class. Teenagers from middle-upper socio-economic class can easily fulfill their needs, particularly relevant with their body image. However, in order to promote their self-esteem, they have to maintain their ideal weight and follow the current trend to be accepted by their peers and social groups. This quantitative research employed Self Esteem Inventory (SEI) dan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire (MBSRQ) in data collection and pearson correlation in data analysis. The subject of the research is 32 obese teenagers from middle-upper socio-economic class, ranging from 15 to 20 years of age. It is found out that there is no significant correlation between self-esteem and body image on obese female teenagers from middle-upper socio-economic class."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Maryatun
"Penyalahgunaan narkotika setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kondisi tersebut menimbulkan masalah psikologis harga diri rendah. Logotherapy bertujuan meningkatkan harga diri melalui proses penemuan makna hidup. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh logotherapy terhadap harga diri narapidana perempuan dengan narkotika di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIA Palembang. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Penelitian dilakukan terhadap 56 responden yaitu 28 orang kelompok intervensi dan 28 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan harga diri (kognitif, perilaku, afektif) yang signifikan pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan logotherapy. Rekomendasi hasil penelitian adalah perlunya pelaksanaan logotherapy dalam program pembinaan mental.

Abuse case of narcotics each year has increased. These conditions led to psychological problems of low self-esteem. Logo therapy was aimed to raise self esteem through the discovery process of the meaning of life. The research objective was to analyze the influence of logo therapy for the dignity of women prisoners with a drug in the class IIA Palembang Penitentiary. Design of this research used ?Quasi experiment by using pre post test with control group? on 56 samples. The consist of samples were 28 peoples for intervention group and 28 peoples for control group. The results showed that there were significantly different in self-esteem (cognitive, behavioral, affective) aspects in the intervention group before and after logo therapy. It was recommended that there was a need for implementation of logo therapy in mental health program."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Mustika Krissetiyanto
"Proses pembentukan harga diri pada anak usia sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh penerimaan keluarga, tapi juga dipengaruhi oleh penerimaan teman sebaya, lingkungan sekolah, dan Iain-lain. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan matematika denan harga diri pada anak usia sekolah. Populasi dari penelitian ini adalah siswa SDN Parung 01. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling. Data mengenai kemampuan matematika siswa diperoleh dari guru terkait dan data mengenai pencapaian harga diri diperoleh melalui kuesioner yang dimodikasi dengan menggunakan skala Likert. Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kemampuan matematika dengan harga diri pada anak usia sekolah."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5603
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardine Az-Zhahrani Athaya Putri
"Semakin tinggi tingkatan perkuliahan, semakin kompleks tuntutan akademiknya. Termasuk pengerjaan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa. Tekanan selama prosesnya memengaruhi keyakinan evaluatif individu terhadap gambaran diri secara keseluruhan atau harga diri individu. Gambaran kapasitas keyakinan dan kepercayaan diri individu dalam memegang nilai juga bisa dijelaskan oleh virtue (kebajikan) manusia yang disebut sebagai intellectual humility. Melalui pemaknaan konsep harga diri dan virtue intellectual humility di atas walaupun terlihat berkaitan namun masih jarang penelitian yang membahas kedua variabel yaitu intellectual humility dan harga diri. Hasil penelitiannya juga masih inkonsisten. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antara intellectual humility dan harga diri mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di Indonesia. Partisipan terdiri dari 121 mahasiswa berusia 20 – 24 tahun. Intellectual humility diukur menggunakan Comprehensive Intellectual Humility Scale dan harga diri diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intellectual humility dan harga diri. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk intervensi bagi mahasiswa tingkat akhir dalam mewujudkan keberadaan intellectual humility dan tingkat harga diri yang sehat.

Semakin tinggi tingkatan perkuliahan, semakin kompleks tuntutan akademiknya. Termasuk pengerjaan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa. Tekanan selama prosesnya memengaruhi keyakinan evaluatif individu terhadap gambaran diri secara keseluruhan atau harga diri individu. Gambaran kapasitas keyakinan dan kepercayaan diri individu dalam memegang nilai juga bisa dijelaskan oleh virtue (kebajikan) manusia yang disebut sebagai intellectual humility. Melalui pemaknaan konsep harga diri dan virtue intellectual humility di atas walaupun terlihat berkaitan namun masih jarang penelitian yang membahas kedua variabel yaitu intellectual humility dan harga diri. Hasil penelitiannya juga masih inkonsisten. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menguji korelasi antara intellectual humility dan harga diri mahasiswa tingkat akhir yang sedang mengerjakan skripsi di Indonesia. Partisipan terdiri dari 121 mahasiswa berusia 20 – 24 tahun. Intellectual humility diukur menggunakan Comprehensive Intellectual Humility Scale dan harga diri diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara intellectual humility dan harga diri. Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk intervensi bagi mahasiswa tingkat akhir dalam mewujudkan keberadaan intellectual humility dan tingkat harga diri yang sehat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Juniarni
"Harga diri rendah situasional adalah penilaian diri yang negatif yang muncul pada kondisi tertentu akibat adanya stressor. stressor pekerjaan dapat memberikan dampak psikologis bagi klien dewasa muda. Tidak bekerja merupakan stimulus fokal yang menimbulkan perilaku tidak efektif yaitu perilaku harga diri rendah situasional. Harga diri rendah situasional perlu ditangani dengan memberikan latihan asertif diantaranya dengan Assertivenes training (AT) yang dikombinasikan dengan pemberian Terapi Kelompok Terapeutik (TKT). Kerangka yang digunakan adalah Model Stres Adaptasi Stuart dan Model Adaptasi Roy. Aplikasi TKT dan AT dapat menstabilitasi mekanisme koping yang adaptif dan memodifikasi perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif. Analisa dilakukan pada 12 klien.
Hasil analisa menunjukkan bahwa penurunan tanda dan gejala harga diri rendah situasional yang dimediasi atau difasilitasi oleh peningkatan kemampuan melakukan stimulasi tahap perkembangan dewasa muda dan peningkatan kemampuan asertif. Saran dari Karya Ilmiah Akhir ini adalah untuk meningkatkan dukungan sosial diperlukan klien dewasa muda yang tidak bekerja, baik dari teman, keluarga maupun perawat CMHN untuk menstabilisasi perilaku adaptif yang sudah dipelajari.

Situational low self esteem is a negative self-assessment that appear in certain circumstances caused by the stressor. job stressors can provide psychological impact for all the adult client. Job less is the focal stimulus that causes ineffective behaviors like situational behaviors of low self esteem. Situational low self esteem need to maintain with Assertivenes Training (AT) such as AT combined with Therapeutic Group Therapy (TKT). Stress Adaptation Model Stuart and Roy used as a framework in this study. Applications of AT and TKT can stabilize adaptive coping mechanisms and modify maladaptive behaviors become adaptive behavior. 12 client joined in this study.
The analysis showed that the reduction in signs and symptoms of situational low self esteem situational mediated or facilitated by an increase in the ability to stimulated the young adult development of and assertive capacity. This study suggest to improve sosial support to young adult klien who are job less. They need support from friend, family and CMHN caregiver. Nursing to Stabilize the adaptive behavior which learned by clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Tria Febrina G.
"Self-esteem merupakan penilaian afektif terhadap konsep diri yang terdiri dari perasaan berharga dan penerimaan yang dikembangkan dan dipertahankan sebagai konsekuensi kesadaran akan kompetensi dan umpan balik dari dunia luar (Guindon, 2010). Permasalahan self-esteem yang menurun pada remaja merupakan hal yang sangat krusial untuk dilakukan penanganannya karena berdampak pada beberapa area penting dalam perkembangan remaja, seperti prestasi akademik dan fungsi hubungan sosial. Subjek penelitian ini adalah seorang remaja laki-laki berusia 12 tahun yang memiliki karakteristik self-esteem rendah. Program intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan self-esteem subjek penelitian ini adalah teknik self-instructional training. Teknik self-instructional training dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap menurut Harris (dalam Maag, 2018) yakni mengidentifikasi keyakinan diri negatif, melakukan dialog Socrates dan mempelajari positive self-talk, mempelajari langkah-langkah berperilaku dengan teknik selfinstruction, dan menentukan self-reinforcement saat berhasil mengatasi situasi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah single-subject A-B-A design. Program intervensi terdiri dari 6 sesi intervensi dan 7 hari praktik yang dilakukan selama 2 minggu dengan durasi 1-2 jam/sesi. Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), observasi dan wawancara sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi, pencapaian tujuan pada setiap sesi, menunjukkan bahwa program intervensi self-instructional training terbukti efektif meningkatkan self-esteem remaja.

Self-esteem is the affective judgments placed on the self-concept consisting of feelings of worth and acceptance which are developed and maintained as a consequence of awareness of competence and feedback from the external world (Guindon, 2010). The declining self-esteem problem in adolescents is crucial things because it affects important areas of adolescent development, such as academic achievement and social relations function. The subject of this study was a 12-years-old boy who had low self-esteem characteristics. Intervention program conducted to improve selfesteem used technique of self-instructional training. The technique of self-instructional training in this study was carried out through four stages that is identified negative self-beliefs, initiated Socrates dialogue and studied positive self-talk, studied the steps of behaving with self-instruction techniques, and determine self-reinforcement when successfully overcoming situations (Harris, in Maag, 2018). The research design used in this research is single-subject A-B-A design. The intervention program consisted of 6 intervention sessions and 7 days of practice for 2 weeks with duration of 1-2 hours/session. Based on measurements using Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), observations and interviews before and after the intervention, achievement of objectives at each session, shows that self-instructional training have proven to be effective in improving adolescent self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>