Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125088 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Analistiana Dewi
"Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan, dengan teknologi yang semakin canggih, salah satunya adalah teknologi Internet of Things (IoT). Internet of Things menyediakan layanan kesehatan karena berbagai fungsinya, seperti aksesibilitas dan keterjangkauan layanan kesehatan. Makalah ini menyajikan solusi untuk memudahkan pengguna dalam memantau kesehatan dengan menggunakan parameter tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan saturasi oksigen. Dengan berbasis Early Warning Score sehingga perawatan dan pemantauan kesehatan dapat dilakukan di rumah berdasarkan pemantauan real-time dan dicatat serta disimpan secara lokal. Sistem juga ditampilkan melalui situs web dan dapat dikirim melalui email untuk analisis lebih lanjut. Subyek dimonitor pada jam-jam tertentu, 1 jam, 2 jam dan 3 jam. Hasil tanda vital dari 15 subjek dengan rentang usia 18±63 menunjukkan rata-rata tekanan darah sistolic 125, tekanan darah diastolic 81, nadi 88,55, suhu tubuh 36,88, dan saturasi OK 97,53. Pengukuran tanda-tanda vital rata-rata pada pria menunjukkan tekanan darah sistolic 131, tekanan darah diastolic 84, detak jantung 93,3, suhu tubuh 36,9, dan saturasi oksigen 97,63. Sedangkan rata-rata pengukuran tanda vital pada wanita menunjukkan tekanan darah sistolic 119, tekanan darah diastolic 79, detak jantung 84,4, suhu tubuh 36,9, dan saturasi oksigen 97,44. Penelitian dari 15 subjek menunjukkan perhitungan skor total ews secara otomatis <4, hal ini menunjukkan bahwa risiko klinis rendah dari 15 subjek.

Health is an important thing in life, with increasingly sophisticated technology, one of which is Internet of Things (IoT) technology. The Internet of Things provides health services because of its various functions, such as the accessibility and affordability of health services. This paper presents a solution to make it easier for users to monitor health by using parameters of vital signs such as blood pressure, pulse, body temperature, and oxygen saturation. With an Early Warning Score based so that health care and monitoring can be carried out at home based on real-time monitoring and recorded and stored locally. The system is also displayed via the website and can be emailed for further analysis. Subjects were monitored in certain hours, 1 hour, 2 hours and 3 hours. The results of the vital signs of 15 subjects with an age range of 18±63 showed an average of 125 systolic blood pressure, 81 diastolic blood pressure, 88.55 pulse, 36.88 body temperature, and 97.53 OK saturation. The average vital signs measurements in men showed a systolic blood pressure of 131, a diastolic blood pressure of 84, a pulse of 93.3, a body temperature of 36.9, and an oxygen saturation of 97.63. Meanwhile, the average measurement of vital signs in women showed systolic blood pressure of 119, diastolic blood pressure of 79, pulse of 84.4, body temperature of 36.9, and oxygen saturation of 97.44. Research from 15 subjects showed the calculation of the total ews score automatically <4, this indicates that the clinical risk is low from 15 subjects."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Dwi Purnamasari
"Early Warning System EWS merupakan alat skoring yang digunakan untuk memantau kondisi pasien di ruang perawatan maupun di Instalasi Gawat Darurat IGD. Pada IGD yang cenderung overcrowded dan memiliki arus perpindahan pasien yang lambat penggunaan EWS digunakan untuk memantau kondisi pasien melalui tanda-tanda vital sehingga perburukan kondisi pasien dapat segera dikenali.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang initial assessment dengan penatalaksanaan EWS. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelatif dengan desain cross-sectional yang dilakukan kepada 70 perawat IGD.
Hasil menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan perawat terhadap initial assessment dengan penatalaksanaan EWS di IGD p= 0.001 yang menunjukan semakin tinggi tingkat pengetahuan perawat tentang EWS yang terdapat dalam initial assessment maka penatalaksanaan EWS yang dilakukan semakin baik, sehingga peningkatan pengetahuan melalui pelatihan perlu ditingkatkan agar penatalaksanaan EWS yang baik dapat dilaksanaakan secara menyeluruh.

Early warning system EWS is a physiological scoring to observe the patients condition not only in hospital wards but also in Emergency Department ED. At an overcrowded ER that have slow of patient flow, EWS is use as an early detection of patients deterioration by observing the vital signs.
The purpose of this study is to identify the relationship between nurses knowledge of initial assessment and the application of EWS at emergency department. This is a quantitative study that used descriptive correlative with cross sectional design toward 70 emergency nurses.
The result showed there is a relationship between Nurses Knowledge of Initial Assessment and The Use of Early Warning System at Emergency Room p 0 .001 that show that the higher the level of nurses knowledge, their behavior is better. It is recommended to maintain the use of EWS in ED that already good through training regularly re sertification.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Prastio
"

Kondisi pasien selama di Instalasi Gawat Darurat dapat mengalami perburukan, sehingga perlu melakukan deteksi dini dengan Early Warning Score yang harus dilaksanakan sesuai dengan Standar Prosedur Operasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi perawat mengenai kesesuaian pelaksanaan Early Warning Score. Penelitian deskriptif ini menggunakan purposive sampling yang melibatkan 70 perawat di Instalasi Gawat Darurat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 44 perawat (62,9%) telah mempersepsikan dirinya melaksanakan Early Warning Score sesuai Standar Prosedur Operasional. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal untuk penelitian selanjutnya dan menjadi evaluasi bagi perawat dalam pelaksanaan Early Warning Score sesuai Standar Prosedur Operasional di Rumah Sakit.


The condition of the patient while in the Emergency Department can be deteriorating, so it is necessary to conduct early detection with an Early Warning Score which must be carried out in accordance with Standard Operating Procedures. This study aims to determine the perceptions of nurses regarding the suitability of the implementation of Early Warning Score. This descriptive study used purposive sampling involving 70 nurses in the Emergency Department. The results of this study indicate that 44 nurses (62.9%) have perceived themselves to be implementing Early Warning Score according to the Standard Operating Procedures. This research is expected to be preliminary data for further research and can be used as evaluation for nurses in implementing Early Warning Score according to the Standard Operating Procedures at the hospital.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Wicaksono
"Studi ini mengkaji ke(tidak)selarasan antara berbagai budaya bencana, Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (InaTEWS), dan profil risiko setempat yang diungkap oleh tsunami non-tektonik tahun 2018 yang dipicu oleh erupsi Gunung Anak Krakatau di Labuan. Dengan mengembangkan model hubungan segitiga, penelitian ini bertujuan untuk menilai sejauh mana sistem peringatan tsunami telah disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik lokal. Berdasarkan pengumpulan data kualitatif, penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum tsunami 2018 dan tanpa mengingat memori tsunami Krakatau 1883, berbagai kelompok lokal memiliki pemahaman yang sangat seragam tentang tsunami yang hanya dipicu oleh gempa. Setelah tsunami 2018, informan melaporkan peningkatan kesadaran tentang berbagai jenis tsunami dan risiko gempa. Namun, ini tidak serta-merta menjadi kenyataan praktik di lapangan; faktor struktural dan budaya secara signifikan menghambat pemerintah lokal dan lembaga manajemen bencana. Penelitian ini mengidentifikasi langkah-langkah untuk meningkatkan keselarasan, misalnya, melibatkan anggota masyarakat dalam pemeliharaan teknologi peringatan, menyesuaikan materi peningkatan kesadaran dengan profil bahaya setempat dan menghubungkan peningkatan kesadaran dengan tradisi lokal. Namun, reformasi lebih dalam dari InaTEWS diperlukan, termasuk mengatasi ego sektoral dan menggabungkan pengetahuan dan pengalaman lokal ke dalam pembuatan kebijakan. Dengan menangani ketidakselarasan ini, penulis berpendapat bahwa pihak berwenang dapat lebih baik mendukung masyarakat dalam memahami dan merespons risiko tsunami, dan pada akhirnya meningkatkan kesiapsiagaan.

This study examines the (mis)alignments between multiple disaster cultures, the Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS), and local risk profiles revealed by the 2018 non-tectonic tsunami triggered by the Anak Krakatau volcanic eruption in Labuan. Developing a triangle model, the research aims to assess to what extent the tsunami warning system is adapted to local needs and characteristics. Based on qualitative data collection, it shows that before the 2018 tsunami and notwithstanding memories of the 1883 Krakatau tsunami, different local groups shared a strikingly homogeneous understanding of tsunamis as exclusively triggered by earthquakes. After the 2018 tsunami, participants reported increased awareness of different tsunami types and earthquake risks. However, this rarely translated into practical changes on the ground; structural and cultural factors significantly hampered local government and disaster management agencies. The research identifies steps to improve alignment, e.g., involve community members in warning technology maintenance, tailor awareness-raising materials to the local hazard profile and connect awareness-raising with local traditions. However, deeper reform of the InaTEWS is necessary, including overcoming sectoral silos and incorporating local knowledge and experiences into policy-making. By addressing these (mis)alignments, we argue authorities can better support communities in understanding and responding to tsunami risks, ultimately enhancing preparedness."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muhyidin Farid
"Salah satu upaya perlindungan dari potensi bahaya radiasi di lingkungan sebagai dampak dari adanya lepasan radiasi disekitar fasilitas nuklir adalah dengan pemantauan dosis radiasi di lingkungan secara waktu nyata dan terus-menerus. Penelitian ini mengkaji sistem pemantaun radiasi di lingkungan yang telah diterapkan saat ini, kemudian mengembangkan sistem tersebut agar lebih berdayaguna dalam rangka kesiapsiagaan nuklir. Pengembangan sistem dilakukan melalui penambahan jaringan sensor nirkabel dan fitur peringatan dini.Jaringan sensor nirkabel JSN yang diaplikasikan kedalam sistem, meliputi JSN berbasis radio frekuensi RF dan general packet radio service GPRS. Faktor koreksi hasil pengukuran JSN GPRS tipe Pancake terhadap peralatan komersial JSN RF untuk pengukuran paparan radiasi lingkungan adalah 0.657, sedangkan faktor koreksi JSN GPRS tipe NaI Tl adalah 0,502. Data yang dikirim oleh perangkat deteksi gamma dikumpulkan di server yang dikelola oleh Pusat Pendayagunaan Informatika dan Kawasan Strategis Nuklir PPIKSN-BATAN. Data yang diterima server disimpan di database xmonitoring, dapat dilihat secara langsung nilai paparan radiasi di lingkungan melalui phpmyadmin. Disain website dapat dikunjungi pada alamat http: 223.25.97.90/radmon-farid/index.php. Sistem peringatan dini akan dikirimkan ke operator penanggungjawab sistem radmon, apabila parameter pembatas paparan radiasi lingkungan sebesar 0,3 ?Sv/jam terlampaui. SMS peringatan dini akan dikirimkan kepada operator sistem radmon setelah 15 - 60 detik data pengukuran paparan radiasi lingkungan diterima oleh server.

One effort to protection from increasing of potentially environmental radiation hazards as impact of radiation discharge around nuclear facilities by environmental radiation monitoring in real time and continuously. This research focus on radiation monitoring sistem, then develop this sistem more efficiently for nuclear preparedness. This system was developed through addition of wireless sensor networks and early warning features. Wireless sensor networks WSN was applied to this system, including WSN based on radio frequency RF and general packet radio service GPRS. The correction factor of WSN GPRS Pancake type measurement results compare to WSN RF commercial equipment for environmental radiation exposure is 0.657, and correction factor for WSN GPRS NaI Tl type is 0.502. Data has been collected on the servers, who manage by Center for Informatics and Nuclear Strategic Zone Utilization BATAN Serpong. The value of doserate data was received of the server will be viewed on the graph of the website, with address 223.25.97.90 radmon farid index.php. This system will be sent to the radmon operator, if the parameters of threshold environmental radiation level was exceeded from 0.3 Sv h. after 15 60 seconds of measurement data of environmental radiation exposure received by the server. SMS early warning will be delivered to the operator this system, after 15 60 seconds environmental radiation exposure measurement was received."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berry Satria Hendrawan
"Sistem informasi memainkan peran penting dalam bisnis manufaktur saat ini terutama dalam bidang Supply Chain Management (SCM) yang memerlukan dukungan sistem Information, Communication, And Technology (ICT) yang handal.
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki jalannya proses dalam supply chain planning dalam memberikan umpan balik yang cepat terhadap sales forecast yang diberikan oleh tim sales. Lamanya umpan balik yang diterima oleh tim sales menyebabkan angka forecast accuracy menurun dan juga tingkat inventory menjadi tinggi sehingga dapat menghambat proses rantai pasok secara keseluruhan.
Pada penelitian ini berhasil di rancang suatu sistem peringatan dini yang dapat menghindari kegagalan peramalan sehingga dapat meningkatkan performa perencanaan rantai pasok menggunakan metode rekayasa proses bisnis untuk mendeteksi kegagalan peramalan sistem ERP. Penggabungan terhadap 5 (lima) usulan perbaikan menghasilkan 3 (tiga) skenario gabungan perbaikan dan dilakukan simulasi terhadap skenario tersebut.
Skenario terbaik didapatkan melalui skenario ke-3 yang menghasilkan waktu siklus pemberian umpan balik kepada tim sales menjadi 14 hari dari waktu semula 52 hari yang berarti terjadi pengurangan waktu sebesar 73% dengan menghilangkan 7 proses dalam aliran informasi perencanaan rantai pasok.

Information systems play a vital role in today's manufacturing business, especially in the field of Supply Chain Management (SCM), which requires reliable support system of Information, Communication, and Technology (ICT).
This study aims to improve the way in supply chain planning processes in providing rapid feedback to the sales forecast provided by the sales team. The length of feedback received by the sales team's lead figure decreased of forecast accuracy and inventory levels become too high that can hamper overall supply chain process.
This research succeeded in designing an early warning system to avoid the forecast failure during this study so it can improve the performance of supply chain planning using business process engineering methods to detect failure of forecasting ERP system. Merging the five (5) of the proposed improvements resulted in 3 (three) joint scenarios and simulation improvements to the scenario.
The best scenario is obtained through 3rd scenario that produces the cycle time providing feedback to the sales team to 14 days from the time of the original 52-day time which means a reduction by 73% by eliminating the 7 processes in the flow of information supply chain planning.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perdata Muda
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang model dan matriks key risk indicators KRI atau indikator risiko kunci atas risiko-risiko signifikan perusahaan, serta merancang proses penerapannya dalam proses manajemen risiko perusahaan. Penelitian yang dilakukan merupakan studi kasus pada unit analisa PT ABC yang bergerak pada bidang perkebunan kelapa sawit. Metode yang digunakan pada tesis ini adalah kuantitatif dan kualitatif metode campuran . Analisis dan perancangan KRI yang dilakukan berupa penentuan akar risiko, indikator pemantauan, serta ambang batas threshold dari risiko-risiko signifikan yang berpengaruh pada penurunan kinerja keuangan perusahaan. Risiko-risiko yang signifikan tersebut diidentifikasi dari laporan tahunan perusahaan tahun 2015, di antaranya risiko rendahnya produksi Tandan Buah Segar TBS sawit, risiko kerusakan perkebunan karena bencana kebakaran, risiko fluktuasi pada nilai tukar mata uang, dan risiko fluktuasi pada harga komoditas. Perancangan juga dilakukan atas kerangka kerja KRI dalam penerapannya pada manajemen risiko perusahaan. Perancangan KRI ini diharapkan membantu perusahaan untuk melakukan proses pemantauan monitoring , terutama terhadap peristiwa-peristiwa yang menjadi indikasi terjadinya suatu risiko. Berdasarkan peringatan dan informasi dini dari KRI, perusahaan dapat melakukan berbagai tindakan mitigasi lebih awal guna mengurangi kemungkinan terjadinya peristiwa risiko likelihood maupun dampak impact yang ditimbulkan oleh risiko tersebut.

ABSTRACT
The purpose of this research is to design the model and matrix of key risk indicators KRI for the significant risks in the company, as well as to design the implementation process in the enterprise risk management process. This research is a case study on PT ABC as analysis unit which is engaged in oil palm plantation business. The methods used in this research are quantitative and qualitative mixed methods . The analysis and design of KRI are in the form of determining the risk root causes, indicators used to conduct monitoring, and thresholds of significant risks that affect the decline in company rsquo s financial performance. These significant risks are identified based on company 39 s annual report 2015, which is risk of low palm oil FFB production, risk of damage to plantations due to fire disasters, risk of fluctuations in exchange rates, and risk of fluctuations in commodity prices. This research also design the framework of KRI in its application to company rsquo s risk management process. The design of this KRI is expected to help the company to conduct the monitoring process on the events that indicate the occurrence of a risk based on warnings and early information from the KRI system. Afterward, the company may undertake early various mitigation actions to reduce the likelihood and impact of those risks."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shintia Silvana
"Sebagian besar pasien yang mengalami kondisi kritis atau henti jantung menunjukkan minimal satu tanda klinis abnormal pada 6?8 jam sebelumnya. Karakteristik tenaga kesehatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi mortalitas pasien di rumah sakit. Pengetahuan perawat mempengaruhi kemampuannya dalam mengidentifikasi pasien dengan perburukan kondisi.
Penelitian ini merupakan studi korelasi dengan pendekatan cross-sectional untuk mengidentifikasi hubungan antara karakteristik perawat, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, beban kerja dan pengalaman seminar atau pelatihan, dengan tingkat pengetahuan tentang Early Warning Score. Sebanyak 110 perawat dipilih secara total sampling.
Hasil penelitian menujukkan sebagian besar perawat memiliki pengetahuan cukup (66,7%) dan terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan (p = 0,009; CI = 95%; α = 0,05). Penelitian selanjutnya diharapkan agar meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas penerapan Early Warning Score. Pelatihan dan evaluasi rutin perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan perawat. Materi Early Warning Score sebaiknya mulai diperkenalkan kepada mahasiswa di institusi pendidikan keperawatan.

Most patients in critical condition or that experienced cardiac arrest showed at least one abnormal clinical signs in 6-8 hours before the events. Health care providers? characteristic is one of several factors that influences in-hospital patients mortality. Nurses? knowledge affects their ability to recognize the deteriorating patients.
This research is a correlation study with cross-sectional method to identify the relationship between nurses? characteristics, which are age, gender, level of education, word duration, workload and experience in training and attending workshop, with level of knowledge on Early Warning Score. 110 nurses were selected by total sampling.
The results showed most nurses have enough knowledge (66,7%) and there is relationship between gender with level of knowledge (p = 0,009; CI = 95%; α = 0,05). Next researches are expected to identify the other factors that affect the effectiveness of Early Warning Score implementation. Training and evaluation should be conducted to improve nurses knowledge. Early Warning Score should be introduced to students in nursing schools.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liswati
"Early Warning Score (EWS) merupakan suatu proses sistematis untuk mengevaluasi dan mendeteksi dini kondisi abnormal pasien dengan mengukur parameter klinis pasien. Kurangnya identifikasi kegawatan sejak dini dapat mengakibatkan angka kematian yang tinggi dan rendahnya mutu pelayanan keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang Early Warning Score (EWS). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif cross sectional dengan tehnik total sampling. Total responden sebanyak 58 di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan memakai analisa data univariat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang berpengetahuan baik sebanyak 23 orang (39,7%) dan responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 35 orang (60,3%). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa responden yang berpengetahuan baik lebih sedikit daripada responden yang berpengetahuan cukup. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti merekomendasikan untuk diadakan program pelatihan tentang EWS di rumah sakit. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan perawat tentang EWS, sehingga kegawatan pada pasien dapat diidentifikasi sejak dini dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu keperawatan.

Early Warning Score (EWS) is a sistematic process to evaluate and to identify patient deterioration based on clinical parameters. The lack of early detection caused into patient deterioration even high mortality and decrease quality of nursing care services. The aim of this study was to identify description level of nursing knowledge about Early Warning Score (EWS). The method was descriptive cross sectional study with total sample. The respondents were 58 nurses in RSKB Cinta kasih Tzu Chi. The data was collected by questionaire with univariat analysis. The results, show that the level of knowledge was in medium level knowledge. Respondents have a good level knowledge were 23 (39,7%). Respondent who have medium level knowledge were 35 (60,3%). The result of this study recommend that EWS training is needed for nurses in RSKB Tzu Chi hospital. By this training a good capability of nurses to do early detection can be develop, so the quality of nursing care services can be improved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Alfarabay
"Kondisi kesehatan lansia yang memilih untuk tinggal sendiri sering kali luput dari pantauan keluarga. Para lansia bertempat tinggal jauh dari anggota keluarga dan minimnya fasilitas perawatan kesehatan lansia mempersulit pemantauan terhadapnya. Diperlukan sebuah teknologi yang mampu mempermudah pemantauan kesehatan lansia oleh anggota keluarga agar pemantauan dapat dilakukan dengan mudah serta dapat memperoleh respons cepat ketika lansia dalam kondisi kritis. Dengan merancang alat healthcare berbasis Internet of Things, permasalahan pemantauan kesehatan para lansia dapat teratasi. Alat berupa wristband dapat menampilkan parameter detak jantung, suhu tubuh, lokasi pengguna, fall detection dan status pergerakan pengguna secara real-time melalui aplikasi android dari data yang disimpan sementara di Firebase. Guna melengkapinya, dipergunakan alat berupa alarm untuk memberikan peringatan kepada masyarakat di lingkungan sekitar. Adapun hasil simulasi alat wristband dengan perbandingan penggunaan oximeter dan thermogun menunjukan adanya persentase error sebesar 2.92% dan 1.71%. Setelah melakukan pengukuran detak jantung dan suhu tubuh, lokasi pengukuran di luar atau di dalam ruangan turut mempengaruhi hasil pembacaan sensor. Adapun perbedaan hasil pembacaan wristband dengan oximeter adalah gangguan sinar matahari mengakibatkan overreading ke photodetector pada sensor detak jantung. Sementara perbedaan hasil pengukuran suhu tubuh diakibatkan adanya gap pada sensor suhu dan kalibrasi yang dilakukan di luar ruangan. Selain itu, pengujian alarm dengan skenario berhasil dilakukan untuk melihat respons ketika lansia dalam kondisi kritis.

The health condition of elderly individuals who choose to live alone often goes unnoticed by their family members. The elderly reside far from their family members, and the lack of elderly healthcare facilities makes it challenging to monitor their health. Technology is needed to facilitate the monitoring of the elderly's health by family members, enabling easy monitoring and providing quick responses in critical situations. By designing an Internet of Things (IoT) based healthcare device, the issues related to monitoring the health of the elderly can be addressed. The device, in the form of a wristband, can display real-time parameters such as heart rate, body temperature, user location, fall detection, and user movement status through an Android application, using data temporarily stored in Firebase. Additionally, an alarm device is used to provide alerts to the surrounding community. The simulation results of the wristband device compared to the use of an oximeter and a thermogun show an error percentage of 2.92% and 1.71%, respectively. The location of the measurements, whether indoors or outdoors, also affects the sensor readings after measuring heart rate and body temperature. The difference between the wristband and the oximeter readings is due to sunlight interference, resulting in an overreading in the heart rate sensor's photodetector. Meanwhile, variations in body temperature measurements are caused by gaps in the temperature sensor and calibration conducted outdoors. Furthermore, successful alarm testing with various scenarios has been performed to observe the response when the elderly are in critical conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>