Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amanda Widlanisia
"Pemberian ASI merupakan usaha dan investasi yang mudah dilakukan untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak. Keterlambatan pemberian ASI pertama dapat diakibatkan oleh metode kelahiran yang dipilih seperti secara pervaginam atau persalinan sesar. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional dan pendekatan kuantitatif menggunakan data SDKI 2017 untuk mengetahui hubungan antara persalinan sesar dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Provinsi DKI Jakarta. Sampel yang digunakan adalah wanita usia subur 15-49 tahun saat survei di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki anak terakhir yang lahir dalam 2 tahun terakhir sebanyak 236 responden. Dilakukan analisis statistik univariat, bivariat menggunakan chi-square (CI 95%) dan analisis multivariat uji regresi logistik berganda. Hasil analisis menunjukkan ibu yang melahirkan secara persalinan sesar berisiko 0,52 [95%CI 0,27-1,01] kali lebih rendah melakukan IMD dibandingkan ibu yang melahirkan secara pervaginam. Analisis multivariat pada penelitian ini memperlihatkan bahwa ibu secara persalinan sesar berisiko 0,54 [95%CI 0,18-1,61] kali lebih rendah melakukan IMD dibandingkan ibu yang melahirkan secara pervaginam setelah dikontrol dengan variabel tingkat pendidikan, usia, dan status ekonomi. Maka disimpulkan bahwa pembuatan kebijakan dan pemberian intervensi akan bagaimana pelaksanaan dan pentingnya inisasi menyusu dini perlu dilakukan pada ibu yang memiliki tingkat Pendidikan rendah, usia dibawah 35 tahun, status ekonomi rendah, dan yang berencana melahirkan dengan metode persalinan sesar.

Breastfeeding is an easy way to reduce morbidity and mortality in infants and childrens. The delay in giving the first breast milk can be caused by the chosen method of birth such as vaginal or cesarean delivery. This study was conducted in a cross sectional and quantitative approach using the 2017 IDHS data to determine the relationship between cesarean delivery and Early Breastfeeding Initiation (EBFI) in DKI Jakarta Province. The sample used was women of childbearing age 15-49 years during the survey in DKI Jakarta Province who had their last child born in the last 2 years as many as 236 respondents. Univariate, bivariate statistical analysis was performed using chi-square (95% CI) and multivariate analysis with multiple logistic regression tests. The results of the analysis showed that mothers who gave birth by cesarean had 0.52 times [95% CI 0.27-1.01] times lower risk of having an EBFI than mothers who gave birth vaginally. Multivariate analysis in this study showed that mothers who delivered by cesarean had 0.54 times lower risk [95% CI 0.18-1.61] of having an EBFI compared to mothers who gave birth vaginally after controlled by variables such as education level, age, and economic status. It is concluded that policy making and providing interventions on how to implement and the importance of early breastfeeding initiation need to be carried out on mothers who have low levels of education, age under 35 years, low economic status, and who plan to give birth by cesarean delivery method."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Latipatul Anshor
"ASI merupakan gizi terbaik untuk mengoptimalkan tumbuh kembang bayi dan sistem kekebalan tubuh bayi. WHO menganjurkan untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. IMD merupakan kunci keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara pelaksanaan IMD dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Indonesia menurut SDKI 2017. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan menggunakan SDKI 2017. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Wanita Usia Subur (WUS) 15-49 tahun di Indonesia, sampel sebanyak 1243 WUS dengan anak usia 0-5 bulan dan masih menyusui serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah ASI eksklusif, variabel independen utama yaitu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan variabel kovariat umur, paritas, pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi, daerah tempat tinggal, frekuensi kunjungan ANC, tempat persalinan, metode persalinan dan penolong persalinan. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat, bivariate dengan chi square dan analisis multivariate dengan regresi logistic ganda model faktor resiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan di Indonesia yaitu sebesar 37,5%, dan IMD (39,5%). Hasil analisis multivariate menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara IMD dengan pemberian ASI eksklusif setelah dikontrol oleh variabel kovariat dengan (p=0,001 dan OR=2,537) artinya ibu yang melaksanakan IMD memiliki peluang 2,537 untuk memberikan ASI eksklusif. Pada penelitian ini tidak ada variabel konfounding dalam hubungan IMD dengan pemberian ASI eksklusif. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatan capaian pemberian ASI eksklusif yaitu optimalisasi proses KIE terkait IMD dan ASI eksklusif, memfasilitasi ibu untuk melakukan IMD sesuai prosedur, pelatihan pelaksanaan IMD untuk setiap tenaga kesehatan yang menjadi penolong persalinan dan adanya kebijakan yang terintegrasi di setiap fasilitas kesehatan dari pusat ke daerah terkait pelaksanaan IMD sesuai flowchart.

Breast milk is the best nutrition to optimize baby growth and development and the baby's immune system. WHO recommends exclusive breastfeeding for 6 months. Early initiation of breastfeeding (EIBF) is the key of exclusive breastfeeding’s success. The purpose of the study was to determine the relationship between EIBF and exclusive breastfeeding for infants 0-5 months in Indonesia according to the 2017 IDHS. This research was a cross-sectional study using the 2017 IDHS. The population of this study were all of fertile women 15- 49 years old in Indonesia, a sample of 1243 women on fertile age who have the children 0-5 months and still breastfeeding and met the inclusion and exclusion criteria. The dependent variable in this study was exclusive breastfeeding, the main independent variable EIBF and the covariates were age, parity, education, employment status, economic status, area of residence, frequency of ANC visits, place of delivery, delivery method and birth attendant. The analysis for this research is univariate analysis, bivariate with chi square and multivariate analysis with logistic regression. The results showed that the percentage of exclusive breastfeeding for infants 0-5 months in Indonesia (37,5%) and EIBF (39,5%). The results of the multivariate analysis showed that there was a significant relationship between early initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding after being controlled by covariate variables with (p=0.001 and OR=2.537) meaning that mothers who carried out early initiation of breastfeeding had a 2.537 chance of exclusive breastfeeding. In this study, there were no confounding variables between early initiation of breastfeeding and exclusive breastfeeding. Various efforts need to be done to increase the achievement of exclusive breastfeeding with optimizing the IEC process related to EIBF and exclusive breastfeeding, facilitating mothers to carry out EIBF according to procedures, training in the implementation of EIBF for every health worker who assists childbirth and the existence of integrated policies in every health facility from the center to areas related to the implementation of EIBF according to the flowchart."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sunya Kumala
"Cakupan inisiasi menyusu dini (IMD) di Indonesia masih rendah. Tempat persalinan dan penolong persalinan dapat mendukung wanita bersalin untuk melakukan IMD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tempat dan penolong persalinan dengan praktik IMD pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dan menggunakan data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007 dan 2017. Sampel pada penelitian ini adalah wanita usia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir dalam periode 5 tahun terakhir sebelum survei . Hasil analisis dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara WUS yang bersalin di rumah dan di rumah sakit pemerintah dibandingkan dengan yang bersalin di rumah sakit swasta/ RSIA/ RS bersalin dalam praktik IMD. Sementara WUS yang bersalin di poskesdes/ polindes (AOR: 1,78, 95% CI: 1,35-2,35), puskesmas (AOR: 1,53, 95% CI: 1,31-1,78), praktik bidan mandiri (AOR: 1,56, 95% CI: 1,37-1,77), dan bidan desa (AOR: 1,35, 95% CI: 1,14-1,59) berpeluang lebih besar melakukan IMD daripada tempat bersalin lainnya. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dibandingkan dengan yang ditolong oleh dukun bayi menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam praktik IMD. Peningkatan monitoring pelaksanaan IMD, sosialisasi dan pelatihan secara periodik kepada tenaga kesehatan, jumlah fasilitas kesehatan yang menerapkan Baby-Friendly Hospital Initiative, serta promosi kesehatan kepada masyarakat luas diperlukan untuk memperbaiki cakupan IMD.

The coverage of early initiation of breastfeeding (EIBF) in Indonesia is still low. The place of delivery and birth attendants can support women who give birth to perform EIBF. This study aims to determine the relationship between place and birth attendant with the practice of EIBF in women of childbearing age (WCA) in Indonesia. . The design of this study is cross sectional and uses secondary data from the 2007 and 2017 Indonesian Health Demographic Survey. The sample in this study were women aged 15-49 years who gave birth to their last child in the last 5 years before the survey. The results of the analysis by multiple logistic regression tests showed that there was no significant difference between WCA who gave birth at home and in government hospitals compared to those who gave birth in private hospitals birth in EIBF practice. While WCA who gave birth at the village health post/ village maternity post (AOR: 1.78, 95% CI: 1.35-2.35), primary health center (AOR: 1.53, 95% CI: 1.31-1.78), private midwives (AOR: 1.56, 95% CI: 1.37-1.77), and village midwives (AOR: 1.35, 95% CI: 1.14-1.59) had a greater chance of EIBF than other delivery places. Deliveries assisted by health personnel compared to those assisted by traditional birth attendants showed no significant difference in EIBF practice. Improved monitoring of EIBF implementation, periodic outreach and training to health workers, the number of health facilities implementing the Baby-Friendly Hospital Initiative, and health promotion to the wider community are needed to improve EIBF coverage."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hadi Budhy Setyanto
"Pada 2017, 2,5 juta anak meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupan mereka di seluruh dunia. Berdasarkan DHS Indonesia 2017, kematian neonatal di Indonesia mencapai 15 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara Inisiasi Dini Menyusui dan Kematian Neonatal di Indonedia 2017. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah case-control dengan sumber data Indonesia Demographic and Health Survey 2017. Proporsi antara kasing dan kontrol adalah 1: 4. Sampel terdiri dari 282 kasus, yang menjadi anak terakhir dalam lima tahun terakhir dan meninggal pada bulan pertama hidupnya di data SDKI 2012. Selain itu, ada 1128 kontrol yang dapat bertahan hidup di bulan pertama hidupnya. dan memiliki kriteria yang sama dengan kasus.
Studi ini menemukan bahwa neonatal yang tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini memiliki 3,56 kali (95% CI = 2,65 - 4,78) peluang lebih tinggi kematian neonatal daripada neonatal yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Kemudian, setelah dikontrol oleh variabel usia ibu saat kelahiran, berat lahir, dan bantuan persalinan, neonatal yang tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini memiliki 2,87 kali (95% CI = 1,85 - 4,45) peluang lebih tinggi kematian neonatal daripada neonatal yang melakukan Inisiasi Dini Menyusui. Strategi untuk meningkatkan kelangsungan hidup neonatal harus memberdayakan ibu, keluarga, dan masyarakat untuk melakukan dan mendukung inisiasi menyusui dini untuk memastikan kesehatan dan meningkatkan kekebalan neonatal. Komitmen pemerintah juga penting untuk mengatasi ketersediaan yang harus dilakukan dan mendukung inisiasi menyusui dini di setiap layanan kesehatan. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nailina Farah
"Pemberian ASI eksklusif adalah salah satu upaya untuk mengurangi malnutrisi dan kematian bayi. Namun, cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih perlu ditingkatkan untuk mencapai target percepatan penurunan stunting sebesar 80%. Berdasarkan data tahun 2021, prevalensi pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-5 bulan sebesar 71,5% sehingga masih perlu ditingkatkan. Salah satu faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif yaitu metode persalinan. Persalinan sectio caesarea diketahui dapat menurunkan peluang pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persalinan caesar dengan pemberian ASI eksklusif di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SDKI tahun 2017 dengan desain cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 1.290 yang merupakan wanita usia subur (15-49 tahun) sudah menikah dan melahirkan anak terakhir dalam keadaan hidup berusia 0-5 bulan. Regresi logistik model faktor risiko diterapkan untuk melihat hubungan persalinan caesar dengan pemberian ASI eksklusif dengan mengontrol beberapa variabel kovariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persalinan caesar dengan pemberian ASI eksklusif setelah dikendalikan oleh usia bayi, tingkat pendidikan ibu, regional, dan status ekonomi. Terdapat interaksi antara persalinan caesar dengan tingkat pendidikan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif sehingga hubungan persalinan caesar dengan ASI eksklusif berbeda menurut tingkat pendidikan ibu dimana risiko paling tinggi tidak memberi ASI eksklusif pada ibu yang melakukan persalinan caesar dengan pendidikan ≤ SD (AOR: 0,290). Berdasarkan hal tersebut, diperlukan peningkatan informasi ASI eksklusif pada ibu menyusui terutama untuk ibu dengan pendidikan rendah yang melakukan operasi caesar serta perlu membentuk kelompok pendukung ASI di masyarakat.

Exclusive breastfeeding is one of the strategies to reduce malnutrition and infant mortality. However, exclusive breastfeeding coverage in Indonesia still needs to be increased to achieve the accelerated stunting reduction target of 80%. Based on 2021 data, the prevalence of exclusive breastfeeding in infants aged 0-5 months was 71.5%, so it still needs to be improved. One of the factors that influence exclusive breastfeeding is the method of delivery. Sectio caesarean delivery is known to reduce the chances of exclusive breastfeeding. Therefore, this study aimed to determine the relationship between caesarean delivery and exclusive breastfeeding in Indonesia. This study used data from the 2017 IDHS with a cross-sectional design. The study sample was 1,290 women of childbearing age (15-49 years) who were married and gave birth to their last living child aged 0 - 5 months. Logistic regression risk factor model was applied to see the association of caesarean delivery with exclusive breastfeeding by controlling several covariate variables. The results showed that there was a significant association between caesarean delivery and exclusive breastfeeding after controlling for infant age, maternal education level, region, and economic status. There was an interaction between caesarean delivery and mother's education level on exclusive breastfeeding so that the relationship between caesarean delivery and exclusive breastfeeding differed according to the mother's education level where the highest risk of not giving exclusive breastfeeding was in mothers who had caesarean delivery with education ≤ SD (AOR: 0.290). Based on this, it is necessary to increase information on exclusive breastfeeding for breastfeeding mothers, especially for mothers with low education who have a cesarean section and need to form breastfeeding support groups in the community."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrunnisa Ahmad
"Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah meletakkan bayi di dada ibu segera setelah bayi lahir dan dibersihkan untuk melakukan kontak kulit antara dada ibu dan bayi, membiarkan bayi menemukan puting ibu untuk menyusu. Proporsi IMD di Dunia sebesar 42% ; ASIA Timur 32% ; ASIA Selatan 40%; dan di Indonesia 56,5%. Penundaan IMD biasanya disebabkan karena bayi lahir dengan dengan sectio cesarea (SC) karena perawatan pasca operasi yang lama sehingga menunda kontak ibu-bayi dan kemungkinan dilakukannya IMD menjadi kecil. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh persalinan Caesar terhadap upaya pelaksanaan IMD, menggunakan data individu Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017 dengan desain cross-sectional. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu ibu dengan bayi yang melakukan IMD (n=8418) dan ibu dengan bayi yang tidak melakukan IMD (n=4238). Data bersifat kategorik dan dianalisis dengan uji regresi logistik ganda. Persalinan dengan SC berisiko 2,7 kali untuk tidak melakukan IMD setelah dikontrol oleh variabel paritas; kunjungan ANC; berat lahir; interaksi antara persalinan Caesar dengan pekerjaan suami; interaksi antara persalinan Caesar dengan pendidikan ibu; dan interaksi antara persalinan Caesar dengan kunjungan ANC. Diharapkan agar dilakukan penapisan secara ketat agar persalinan tanpa indikasi tidak dilakukan tindakan SC, sehingga menurukan angka persalinan SC. Dibuatnya undang-undang mengenai upaya pelaksanaan IMD segera setelah bayi lahir baik bayi yang lahir dengan pervaginam maupun SC.

Early initiation of breastfeeding (EIBF) is placing the baby on the mother's chest as soon as the baby is born and clean to make sure skin-to-skin contact between the mother's chest and the baby, letting the baby find the mother's nipple. The proportion of EIBF in the world was 42%; East ASIA 32%; South ASIA 40%; and in Indonesia 56.5%. Delayed of initiation of breastfeeding was usually caused by the baby was born by cesarean section (CS) because prolonged postoperative care, delaying mother-infant contact, making EIBF less likely. This study was conducted to determine the effect of the CS delivery on the implementation of early initiation of breastfeeding using the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) data with a cross-sectional design. The sample of this study were grouped into two groups, baby-mothers who did EIBF (n=8418) and baby-mothers who did not EIBF (n=4238). Data were categorical and analyzed by multiple logistic regression tests. Delivery with c-section had a 2.7 times risk of not getting EIBF after being controlled by the parity variable; ANC visit; birth weight; the interaction between the type of delivery and the work of the husband; the interaction between the type of delivery and the mother's education; and the interaction between the type of delivery and the ANC visit. It is hoped that a strict screening will be carried out so that deliveries without indications will not be performed by c-section, thereby reducing the number of CS deliveries. The drafting of a law regarding the implementation of EIBF immediately after the baby is born, either babies born with vaginal or CS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Rispah Sulistianingsih
"Latar Belakang: Angka penggunaan metode sesar pada persalinan di Indonesia semakin meningkat bahkan melebihi target yang ditetapkan World Health Organization (WHO). Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dukun diduga berkontribusi terhadap tingginya angka komplikasi kehamila atau persalinan yang merupakan indikasi dilakukannya persalinan sesar.
Tujuan : Mengetahui hubungan tenaga pemeriksa kehamilan dengan penggunaan metode sesar pada persalinan di Indonesia.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sumber data penelitian yaitu data sekunder SDKI 2017. Variabel yang diteliti yaitu metode persalinan sebagai variabel dependen, variabel independen utama yaitu tenaga pemeriksa kehamilan, dan variabel kovariat meliputi, faktor sosiodemografi, riwayat kehamilan dan riwayat persalinan ibu. Analisis menggunakan regresi logistik dengan software SPSS 21.
Hasil: Dari 14.646 WUS, 3,9% memeriksakan kehamilan pada dukun, 30,7% pada dokter ahli kandungan dan 65,7% oleh bidan/dokterumum/perawat. Hasil analisis multivariat menunjukkan adanya interaksi antara tenaga pemeriksa kehamilan dengan komplikasi persalinan. Jika dibandingkan dengan wanita yang memeriksakan kehamilan pada bidan/dokter umum/perawat dan tidak mengalami komplikasi persalinan maka, Wanita yang memeriksakan kehamilan pada dokter ahli kandungan dan mengalami komplikasi persalinan berpeluang 0,73 kali untuk menggunakan metode sesar. Wanita yang memeriksakan kehamilan pada dokter ahli kandungan dan tidak mengalami komplikasi persalinan berpeluang 2,95 kali untuk menggunakan metode sesar. Wanita yang memeriksakan kehamilan pada dukun dan mengalami komplikasi persalinan berpeluang 1,84 kali untuk menggunakan metode sesar. Wanita yang memeriksakan kehamilan pada dukun dan tidak mengalami komplikasi persalinan berpeluang 0,58 kali untuk menggunakan metode sesar. Wanita yang memeriksakan kehamilan pada bidan/dokter umum/perawat dan mengalami komplikasi persalinan berpeluang 1,48 kali untuk menggunakan metode sesar.
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara wanita yang memeriksakan kehamilan pada dokter ahli kandungan dan dukun dengan penggunaan metode sesar. Hubungan tersebut berbeda berdasakan ada tidaknya komplikasi persalinan. Oleh karena itu, promosi kesehatan terkait pentingnya pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan yang kompten perlu dilakukan. Adanya reward bagi bidan atau puskesmas jika cakupan pemeriksaan kehamilan pada teanga kesehatan mencapai 100% di wilayah kerjanya.

Background: The rate of use of the cesarean delivery method in Indonesia has increased even more than the target set by the World Health Organization (WHO). Pregnancy checks conducted by traditional birth attendants are thought to contribute to the high rates of pregnancy complications or labor, which is an indication of cesarean delivery.
Objective: to determine the relationship between pregnancy examiners and the use of cesarean delivery methods in Indonesia.
Method: This study used a cross sectional design. The source of research data is the secondary IDHS 2017 data. The variables studied were the method of labor as the dependent variable, the main independent variables were the pregnancy examiner staff, and the covariate variables included, sociodemographic factors, history of pregnancy and maternal labor history. Analysis using logistic regression with SPSS 21 software. Results: Of the 14,646 WUS, 3.9% had a check-up on a dukun, 30.7% in an obstetrician and 65.7% by a midwife / doctor / nurse / nurse. The results of the multivariate analysis showed an interaction between pregnancy examiners and labor complications. When compared with women who examined their pregnancies in midwives / general practitioners / nurses and did not experience labor complications then, women who had a pregnancy examination with obstetricians and had labor complications had a chance of 0.73 times to use the cesarean method. The woman who examined the pregnancy at the obstetrician and did not experience labor complications had a chance of 2.95 times to use the cesarean method. Women who had a pregnancy check up on a dukun and had labor complications were 1.84 times more likely to use the cesarean method. Women who examined their pregnancies in a dukun and did not experience labor complications had a 0.58 chance to use the cesarean method. Women who examined their pregnancies in midwives / general practitioners / nurses and experienced labor complications had a chance of 1.48 times to use the cesarean method. Conclusion: There was a significant relationship between women who examined the pregnancy in obstetricians and traditional birth attendants with the use of the cesarean method. The relationship is different based on the presence or absence of labor complications. Therefore, health promotion related to the importance of prenatal check- ups by a qualified health worker needs to be done. There is a reward for midwives or health centers if the coverage of prenatal care in health care reaches 100% in the work area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Sekarini
"Angka Kematian Bayi AKB menjadi salah satu poin prioritas pembangunan kesehatan dan indikator kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu cara untuk menurunkan tingginya AKB adalah dengan memenuhi kebutuhan gizi bayi dan balita melalui pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Cakupan ASI eksklusif di Jakarta tahun 2015 sebesar 67,1, sedangkan di wilayah kota Jakarta Selatan sebesar 34,5 dan untuk wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu pada tahun 2015 sebesar 68 dan mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 59,4 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hubungan pengetahuan ibu, Inisiasi Menyusu Dini, dan keterpaparan informasi susu formula dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 ndash; 6 bulan di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Tahun 2017. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitaif dengan responden seluruh ibu yang mempunyai bayi usia 7 ndash; 24 bulan sebanyak 84 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, kemudian dianalisa secara univariat dan bivariat menggunakan chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 35,7 responden yang ASI eksklusif. Hasil analisis bivariat yang terbukti berhubungan secara bermakna adalah pengetahuan ibu p=0,024, dan Keterpaparan informasi dan promosi susu formula p=0,009 dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Disarankan bagi Puskesmas kecamatan Pasar Minggu untuk memberikan informasi tentang ASI eksklusif dan IMD pada ibu dan keluarganya sejak dalam masa kehamilan, meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan mengenai tata cara pelaksanaan IMD dan kebijakan terkait IMD dan ASI eksklusif dan melakukan supervisi, serta meningkatkan sosialisasi pentingnya pemberian ASI eksklusif dan larangan pemberian susu formula untuk bayi 0 - 6 bulan tanpa indikasi medis, menyediakan klinik laktasi atau sarana konsultasi laktasi untuk ibu yang mengalami kesulitan atau masalah dalam proses menyusui. Bagi Ibu dan keluarga untuk meningkatkan mereka suami/ibu/ibu mertua tentang ASI sejak kehamilan, tentang IMD dan peraturan pemerintah tentang larangan penggunaan susu formula untuk bayi 0 ndash; 6 bulan tanpa indikasi medis.

Infant Mortality Rate IMR became one of the priority points of health development and quality of life indicator and public health status. The way used to decrease the high rate of IMR is to fulfill the nutritional needs of infants and toddlers through exclusive breastfeeding for 6 months. The coverage of exclusive breastfeeding in Jakarta in 2015 amounted to 67.1, while in South Jakarta city area was 34.5 and for the Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu area in 2015 was 68 and decreased in 2016 to 59.4 . This study aims to determine the relationship of knowledge of mother, Initiation of Early Breastfeeding, and exposure of infant formula information with exclusive breastfeeding in infants aged 0 6 months in Puskesmas Pasar Minggu Subdistrict 2017. The design of this study is a quantitative study with respondents all mothers who have infants aged 7 24 months as many as 84 respondents. Technique of collecting data using questioner, then analyzed by univariat and bivariate using chi square.
The results showed that only 35.7 of respondents were exclusive breastfeeding. The result of bivariate analysis that proved to be significantly related was maternal knowledge p 0,024, and exposure of information and promotion of infant formula p 0,009 with exclusive breastfeeding behavior. Suggested to Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu to provide information on exclusive breastfeeding and IMD to mothers and their families since pregnancy, to increase the knowledge of health personnel on IMD implementation procedures and related policies on IMD and exclusive breastfeeding and to supervise and to increase the socialization of the importance of exclusive breastfeeding and prohibition of infant formula feeding 0 6 months without medical indication, providing lactation clinic or lactation consultation facility for mother having difficulties or problems in breastfeeding process. For mothers and families to improve their knowledge husband mother mother in law about breastfeeding since pregnancy, IMD and government regulations about the prohibition of using infant formula 0 6 months without medical indication.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrida Fitri
"Kecamatan Limo merupakan kecamatan di Kota Depok dengan cakupan ASI eksklusif terendah pada tahun 2015 dan mengalami penurunan pada tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan pelaksanaan inisiasi menyusu dini IMD terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah keraja UPT. Puskesmas Kecamatan Limo tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data laporan KP-ASI yang dikumpulkan oleh kader masing-masing posyandu sepanjang tahun 2017 dan register kohort ibu yang dikumpulkan oleh Puskesmas Kecamatan Limo sejak tahun 2015 - 2017.
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa ibu yang melaksanakan IMD 5,03 kali lebih berpeluang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan dibandingkan ibu yang tidak melaksanakan IMD OR = 5,03 : 95 CI 2,8 ndash; 8,4. Serta terdapat perbedaan peluang pada masing-masing kategori variabel usia ibu, wilayah tempat tinggal, paritas, kunjungan ANC dan penolong persalinan dengan melaksanakan inisiasi menyusu dini IMD terhadap pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Dimana peluang terendah pada ibu berusia < 20 tahun OR = 2,7 : 95 CI 0,28 ndash; 26,6 dan peluang tertinggi pada ibu yang tinggal di Kelurahan Limo OR= 6,5 : 95 CI 2,2 ndash; 19,4, ibu primipara OR= 5,7 : 95 CI 1,6 ndash; 9,8 , ibu dengan kunjungan ANC ge; 4 kali OR= 8,5 : 95 CI 2,1 ndash; 33,8, dan ibu dengan persainan di tolong oleh Dokter OR= 36,8 : 95 CI 3,4-396,7.

Limo sub district is a sub district in Depok City with the lowest coverage of exclusive breastfeeding in 2015 and decreased by 2016. The purpose of this study was to examine the relationship of early breastfeeding initiation IMD to exclusive breastfeeding in the Heath Center District of Limo in 2017. This study used cross sectional study design with data source of KP ASI report collected by each posyandu cadre during 2017 and mother cohort register collected by Limo District Health Center since 2015 2017.
The result of this research found that mother who carried out IMD 5,03 times more likely to give exclusive breastfeeding to her infant for 6 months than mother who did not implement IMD OR 5,03 95 CI 2,8 8,4. There was also difference of opportunity in each category of variable maternal age, residence area, parity, ANC visit and birth attendant by initiation u early IMD against exclusive breastfeeding 6 months. Where the lowest probability was for mothers aged.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viola Karenina Handayani
"Human Immunodeficiency Virus (HVI) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat global, dimana pada akhir tahun 2020 diperkirakan ada sekitar 37,7 juta orang di dunia yang hidup dengan HIV. Di Indonesia hingga Maret 2021 terdapat 427.201 orang dengan HIV dimana 89,7% terjadi pada usia subur (15-49 tahun). Provinsi DKI Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah penderita HIV terbanyak, yaitu 71.473 orang. Tingginya tingkat perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV berdampak pada keengganan untuk melakukan tes HIV dan berobat serta cenderung menyembunyikan status penyakitnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan sampel sebanyak 1.354 responden, laki-laki dan perempuan berusia 15-49 tahun, pernah mendengar tentang HIV, dan berdomisili di Provinsi DKI Jakarta. Regresi logistik multivariat diterapkan untuk menentukan determinan perilaku diskriminatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV di Provinsi DKI Jakarta sebesar 30,3%. Berdasarkan model regresi logistik multivariat, usia yang lebih muda, tingkat pendidikan yang lebih rendah, tidak terpapar media massa, dan pengetahuan yang kurang komprehensif merupakan variabel yang berhubungan bermakna dengan perilaku diskriminatif terhadap orang dengan HIV (p-value kurang dari 0,10). Usia merupakan variabel yang paling berhubungan, usia 15-24 tahun memiliki risiko 1,58 (95% CI = 1,12 - 2,16) untuk melakukan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dibandingkan dengan usia 35-49 tahun setelah dikendalikan oleh pendidikan, paparan sumber informasi , dan pengetahuan yang komprehensif. Direkomendasikan untuk mengintensifkan penyebaran informasi HIV/AIDS, khususnya terkait penularan HIV/AIDS, dengan memperkuat kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan pengetahuan dan jangkauan masyarakat di Provinsi DKI Jakarta.

Human Immunodeficiency Virus (HVI) is still a global public health problem, where by the end of 2020 it is estimated that there are around 37.7 million people in the world living with HIV. In Indonesia until March 2021, there were 427,201 people with HIV of which 89.7% occurred in the fertile age (15-49 years). The Province of Jakarta became the province with the highest number of people with the HIV, which was 71,473 people. The high level of discriminatory behavior towards people with HIV has an impact on the reluctance to do HIV tests and seek treatment and tends to hide their disease status. The purpose of this study was to determine the determinants of discriminatory behavior toward people with HIV in Jakarta Province. This study used a cross-sectional study design with a sample of 1,354 respondents, male and female aged 15-49 years, had heard of HIV, and domiciled in Jakarta Province. The multivariate logistic regression was applied to determine the determinants of discriminatory behavior. The results of this study indicate that the discriminatory behavior against people with HIV in Jakarta Province is 30.3%. Based on the multivariate logistic regression model, the younger age, lower educational level, un-exposed to mass media, and lack of comprehensive knowledge are variables significantly related to discriminatory behavior towards people with HIV (p-value less than 0.10). Age is the most related variable, age 15-24 years have a risk of 1.58 (95% CI = 1.12 - 2.16) to discriminate against towards people with HIV compared to age 35-49 years after being controlled by education, exposure to information sources, and comprehensive knowledge. It recommended that intensify the dissemination of information on HIV/AIDS, especially related to the transmission of HIV/AIDS, by strengthening the collaboration of various parties to increase knowledge and reach of society in DKI Jakarta Province.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>