Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143273 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novembriawan Pangestu
"Kondisi crowding di Instalasi Gawat Darurat (IGD) telah menjadi isu global di seluruh sistem pelayanan kesehatan di seluruh dunia lebih dari dua dekade. Hal ini disebabkan karena tingginya angka boarding time  yang menyebabkan penumpukan jumlah pasien yang ada di IGD. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time di instalasi gawat darurat. Metode yang digunakan adalah literature review dengan menggunakan database Pubmed, Scopus, Proquest, Google Scholar dan Library UI menghasilkan 15 artikel terinklusi yakni artikel yang terbit sepuluh tahun terakhir, membahas faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time di instalasi gawat darurat, dan artikel dengan metode kuantitatif, kualitatif, dan mix-method. Hasil studi terinklusi dari 15 artikel menghasilkan beberapa penyebab keterlambatan boarding time di IGD diantaranya yaitu ketersediaan tempat tidur yang disebabkan oleh kepulangan pasien yang tidak terencana dan membutuhkan waktu 118 menit (2 jam) lebih lama dibandingan kepulangan yang direncanakan. Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan tidak hanya menyebabkan naiknya angka boarding time, namun juga menurunkan pelayanan kesehatan dan pasien safety. Waktu diagnosis pasien pada saat di IGD membutuhkan waktu lebih lama karena dokter perlu mengantongi data lebih banyak untuk memutuskan diagnosis pasien. Pasien yang masuk ke IGD merupakan pasien dengan kegawatdaruratan tinggi, semakin darurat membutuhkan diagnosis yang lebih lama pula dan menambah waktu boarding time di IGD. Ketersediaan bangsal khsusus memakan waktu banyak pada saat boarding time karena selain memerlukan treatment khusus, jumlah bangsal khusus ini juga terbatas. Tingkat kapasitas rumah sakit yang tinggi meningkatkan pula angka boarding time karena pasien harus menunggu pelayanan kesehatan akibat antri, sehingga meningkatkan angka boarding time. Konsultasi antara pasien dengan dokter terjadi di IGD pada pasien dengan kegawatdaruratan yang tinggi, sebab sebelum memberikan tindakan, dokter perlu mengetahui lebih dalam sakit yang dialami oleh pasien. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang berhubungan dengan keterlambatan boarding time dirumah sakit ialah ketersediaan tempat tidur, keterbatasan jumlah tenaga kesehatan, waktu diagnosis pasien, tingkat kegawatdaruratan, ketersediaan bangsal khusus, tingkat kapasitas rumah sakit yang tinggi, dan jumlah konsul dengan dokter spesialis. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian mengenai standar waktu boarding time di instalasi gawat darurat yang ada pada rumah sakit.

Crowding conditions in the Emergency Unit has become a global issue in all health care systems for more than two decades. This is due to a high number of boarding times which causes an accumulation number of patients in the ER. The purpose of this study sought was to determine the factors associated with boarding time delays in the emergency department. The researcher used a literature review as a method and used Pubmed, Scopus, Proquest, Google Scholar, and UI Library databases which produces 15 included articles, and articles published in the last ten years, discussing factors related to boarding time delays in the emergency department, and articles with quantitative methods. , qualitative, and mix-method. The results of the included study from 15 articles resulted in several causes of delays in boarding time in the ER, including the availability of beds caused by the patient's unplanned return and taking 118 minutes (2 hours) longer than the planned return. The limited number of health workers not only causes an increase in boarding time but also reduces health services and patient safety. The patient's diagnosis time in the ER takes longer because doctors need to collect more data to make a patient's diagnosis. Patients who enter the ER are patients with high emergencies, the more emergency requires a longer diagnosis and increases the boarding time in the ER. The availability of special wards takes a lot of time at boarding time because apart from requiring special treatment, the number of special wards is also limited. The high level of hospital capacity also increases the number of boarding times because patients have to wait for health services due to queuing, thereby increasing the number of boarding times. Consultations between patients and doctors occur in the ER for patients with high emergencies, because before taking action, doctors need to know more about the pain experienced by the patient. It can be concluded that the factors related to the delay in boarding time at hospital are availability of beds, limited number of health workers, time of patient diagnosis, level of emergency, availability of special wards, high level hospital capacity, and number of consuls with specialist doctors. Therefore, it is necessary to conduct a study on the standard boarding time in the emergency department at the hospital."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Eliawati
"Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan waktu tunggu rawat inap (Boarding Time)di UGD RS Awal Bros Pekanbaru.Variabel yang diteliti adalah tingkat kegawatdaruratan, pola pembayaran, pola kedatangan, kasus penyakit, jumlah pemeriksaan penunjang, jumlah konsul dokter spesialis dan jumlah pasien per hari.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, menggunakan data retrospektifdengan desain penelitian cross sectional. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model konseptual waktu tunggu Input/Throughput/Output dengan memfokuskan pada proses input dan throughput. Sampel dalam penelitian ini menggunakan penghitungan rumus penelitian cross sectional, dengan jumlah sampel 374 sampel.Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dan data sekunder dari laporan kinerja UGD. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini pada analisis bivariat menggunakan uji chi square, dan pada multivariat menggunakan uji regresi logistik.
Hasil penelitian pada uji statistic bivariat, dari semua variabel yang diteliti ada 4 yang memiliki hubungan signifikan dengan boarding time, yaitu tingkat kegawatan (p value= 0,001), pola pembayaran (p value= 0,017), jumlah pemeriksaan penunjang (p value = 0,001) dan jumlah konsul dokter (p value = 0,041). Sedangkan pada uji multivariat, hanya 2 variabel yang signifikan, yaitu tingkat kegawatdaruratan (p value = 0,023) dan jumlah pemeriksaan penunjang (p value = 0,001).

The purpose of this research is to analyse factors contributing the boarding time in emergency department of Awal Bros Pekanbaru Hospital. Variables that include to this research are triage system, payment pattern, arrival mode, amount of diagnostic examination, amount of consulting doctors, and patients per day.
This research is quantitive, retrospective research, using the cross sectional design.A queing system theory describing in acute care process as Input/Throughput/Output model was the framework used in this study, which focusing at input and throughput process. The sample size calculated from the cross sectional research design formula, total sampel was 374. Data collecting using the research instrument and emergency department performance report. Data analysis using a cross-tabulation or chi-square for bivariate analysis, and using logistic regression for multivariate analysis.
The result of this bivariate analysis show that among all varaibles, factors that contributing to boarding time was triage system ( p value= 0,001), payment pattern (p value = 0,017), amount of diagnostic examination (p value=0,001) and amount of consulting doctor (p value = 0,041). Meanwhile from the multivariate analysis show that variables that contributing the boarding time was triage system (p value = 0,023) and amount of the diagnostic examination (p value = 0,001).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Inas Pratiwi
"Bed Occupancy Ratio (BOR) Rumah Sakit Hermina Bekasi setiap tahunnya mengalami peningkatan, begitupula dengan jumlah pasien yang masuk rawat inap melalui instalasi gawat darurat. Peningkatan ini menyebabkan adanya penumpukan pasien boarding di instalasi gawat darurat yang belum dapat ditransfer ke ruang rawat inap. Penelitian ini menganalisis proses boarding dan transfer pasien dari IGD ke rawat inap melalui pendekatan lean six-sigma dengan teknik time motion study kepada 30 pasien. Pendekatan lean memperlihatkan persentase aktivitas value added dan non value added sedangkan six sigma memberikan gambaran variasi kegiatan pada proses.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien membutuhkan waktu selama 2 jam 31 menit 48 detik dalam proses boarding dan transfer dengan persentase aktivitas value added 20,77 dan non value added 79,23. Berdasarkan analisis 5whys didapatkan akar penyebab masalah yaitu pemulangan pasien yang belum terencana.

Every year, Bed Occupancy Ratio (BOR) of Hermina Hospital Bekasi has increased, as well as the number of patients who admitted to the hospital through emergency room. This increase leads to the buildup of boarding patients at emergency departments that can not be transferred to the inpatient room. This study analyzes the boarding and transfer of patients from ED to inpatient room through lean six sigma approach with time motion study from 30 patients. The lean approach shows the percentage of value added and non value added activities while six sigma provides an overview of the activity variations in the process.
The results showed that the patient took 2 hours 31 minutes 48 seconds in the process of boarding and transfer with the percentage of value added activities 20.77 and non value added activities 79.23. Based on 5whys analysis, the root cause of the problem is the unplanned discharge patient.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azkia Rahmah
"Pendahuluan: Pasien gawat darurat dengan kategori triase kuning (urgent) harus mendapatkan terapi dalam 30 menit. Waktu sejak kedatangan pasien hingga mendapatkan terapi disebut sebagai waktu tanggap pelayanan dokter. Pencapaian waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 menit untuk pasien dengan kategori triase kuning di IGD-RSCM belum mencapai 100%.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tercapainya waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 menit pada pasien non-trauma bertriase kuning di IGD-RSCM; pola kedatangan, kondisi kepadatan IGD, tercukupinya jumlah kebutuhan staf, ketepatan triase, waktu ketersediaan terapi dan adanya rujukan yang terkonfirmasi (SPGDT).
Metode: Penelitian ini adalah penelitian potong-lintang, menggunakan data retrospektif, dan melibatkan 105 subyek dengan triase tepat (kuning-kuning) dan 3 subyek dengan triase tidak tepat (hijau-kuning). Analisis bivariat antara hubungan ketepatan triase dengan waktu tanggap pelayanan dokter menggunaka seluruh subyek (108 subyek), sedangkan analisis bivariat lainnya menggunakan hanya subyek dengan triase tepat (105 subyek).
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kedatangan pasien di sore hari (p=0,032, PR=2,514; 95% CI: 1,128-5,603), tercukupinya jumlah kebutuhan EMO (p=0,021; PR=2,489; 95% CI: 1,230-5,035), dan waktu ketersediaan terapi (p<0,001) terhadap waktu tanggap pelayanan dokter. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kedatangan pasien di pagi dan malam hari (p=0,165, PR=0,459, 95% CI: 0,170-1,244 dan p=0,391, PR=0,566, 95% CI: 0,185-1,732, secara berurutan), kondisi kepadatan IGD (p=0,852; PR=1,172; 95% CI: 0,567-2,424), jumlah perawat (p=0,274; PR=0,480; 95% CI: 0,155-1,482), tercukupinya jumlah kebutuhan pemandu (p=0,094; PR=0,499; 95% CI: 0,244-1,018), ketepatan triase (p=0,484), dan adanya rujukan yang terkonfirmasi (SPGDT (p=0,524; PR=1,561; 95% CI: 0,302-8,067) terhadap waktu tanggap pelayanan dokter.
Kesimpulan: Kedatangan pasien di sore hari, tercukupinya jumlah EMO, dan waktu ketersediaan terapi berhubungan dengan tercapainya waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 menit. Hasil penelitian dan model yang disarankan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh IGD-RSCM untuk mengembangkan pendekatan untuk perbaikan pencapaian waktu tanggap pelayanan dokter dalam 30 detik.

Introduction: Emergency departments (EDs) are facing challenges in providing high quality and timely patient care, so is Cipto Mangunkusumo Hospital ED.1 Every urgent patient coming to ED has to be assessed and treated within thirty minutes.2,3 Cipto Mangunkusumo Hospital ED has not optimally reached the standard time to initial treatment for its urgent patients.
Study objective: This study evaluates whether various factors are associated with time to initial treatment.
Method: This study uses retrospective cross-sectional study design, and includes 108 subjects.
Results: This study uses bivariate analyses and shows that there are associations between patients arrivals in the evening shift p=0,032, PR=2,514), adequacy of the number of physicians needed (p=0,021; PR=2,489), and medication turnaround time (p=0,021; PR=2,489) to the achievement of thirty-minute time to initial treatment. This study also shows that there are no associations between patients arrivals in the morning and night shifts, ED overcrowding conditions, number of nurses, adequacy of the number of porters needed, accuracy of triage, and presence of pre-hospital calls to the achievement of thirty-minute time to initial treatment.
Conclusion: Patients arrivals in the evening shift, adequacy of the number of physicians needed, and medication turnaround.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wirda Murningtyas
"Perpanjangan length of stay pasien di IGD masih menjadi permasalahan yang terjadi di berbagai negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab perpanjangan length of stay pasien di IGD serta keterkaitan antara perpanjangan length of stay pasien di IGD dengan outcomes pasien dari hasil studi yang telah dipublikasikan dalam bentuk artikel jurnal. Penelitian ini merupakan jenis penelitian literature review. Artikel jurnal yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari tiga database jurnal internasional. Total artikel jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu 30 artikel jurnal. Studi ini menemukan bahwa usia pasien, shift waktu kedatangan pasien, tingkat keparahan pasien, konsultasi dokter spesialis, tes diagnostik dan keterbatasan tempat tidur di rawat inap merupakan faktor penyebab terjadinya perpanjangan length of stay pasien di IGD. Dalam literature review ini, terdapat studi yang menemukan adanya keterkaitan dan tidak adanya keterkaitan antara perpanjangan length of stay pasien di IGD dengan outcomes pasien.

Prolonged emergency department length of stay still becoming a problem in many countries. This study aims to determine the factors associated with prolonged emergency department length of stay and the association between prolonged emergency department length of stay with patient outcomes. This research is a type of literature review study. Journal articles that used in this study were obtained from three international journal databases. Amount of publication that fit the inclusion criteria in this study were 30 journal articles. The findings of this study are factors associated with prolonged emergency department length of stay consist of patients age, shift time of patient arrival, acuity of the patient, consultation of specialist doctors, diagnostic tests and bed limitations in hospitalization. In this literature review, there have been found some study with the association between emergency department length of stay to patient outcomes, but there are also some of study did not find any association between it."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Hannibal
"Salah satu aspek mutu di rumah sakit yang sering mendatangkan keluhan pasien adalah waktu tunggu. UGD ( Unit Gawat Darurat ) RS Bhakti Yudha yang mempunyai peranan penting bagi rumah sakit tersebut, dikeluhkan mempunyai waktu tunggu yang lama. Ada 6,1 % pasien yang pulang karena merasa terlalu lama menunggu.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran waktu tunggu pasien UGD, serta faktor - faktor apa yang ada hubungannya dengan lama waktu tunggu di UGD tersebut. Penelitian ini merupakan survei dengan desain cross sectional, bersifat deskriptif analitik, dimana melalui studi ini didapatkan gambaran hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Penelitian dilakukan selama seminggu dengan jumlah pasien sebanyak 339 orang, dimana ada 7 pasien ( 2,1 % ) yang pulang sebelum ditangani.
Dari hasilnya diketahui bahwa rata-rata waktu tunggu di UGD adalah 12,23 menit, waktu terpendek 4 menit, terpanjang 131 menit Ada 22 % pasien yang mempunyai waktu tunggu lebih dari 15 menit. Rata-rata waktu tunggu pasien gawat darurat 5,23 menit, yang bukan gawat darurat 18,27 menit, Rata-rata waktu tunggu pasien yang langsung masuk ke UGD ( tidak melalui loket pendaftaran ) 4,97 menit, yang melalui loket 18,27 menit.
Dari 9 variabel yang ditetiti ada 4 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan waktu tunggu yaitu cara masuk pasien, waktu kedatangan pasien, jenis kunjungan (lama/barunya pasien), status kegawatan pasien. Yang tidak bermakna adalah keterlambatan dokter, status kepegawaian dokter, pola penugasan dokter, keterampilan dokter serta jumlah pasien.
Kesimpulan, pasien yang pulang lebih kecil dari yang diperkirakan, waktu tunggu UGD relatif pendek, karakteristik dokter tidak berperan dalam waktu tunggu, karakteristik pasien berperan dalam waktu tunggu, waktu tunggu yang pendek saja tidak cukup untuk memuaskan pasien. Saran yang diberikan adalah, menambah loket pendaftaran pada pagi hari, mengoptimalkan waktu pencarian status lama, dan bila mungkin perlu membuat ruang tunggu UGD yang lebih memadai.

Study of Factors that is Related to the Emergency Unit Waiting Time at Bhakti Yudha Hospital, in Year 2000One aspect of the quality of service for a hospital and often makes the patients to complain is about the waiting time case. The services in the Emergency Unit of Bhakti Yudha Hospital have been regarded as the most important part in the Hospital itself, but, however its long waiting time has also been complained by the patients. There are 6,1 % of patients left the hospital without getting the treatment because they cannot stand to wait in the line too long.
The goal of this study is to get a picture regarding the matter that previously described and to also find out factors that is related to delay of services at waiting room in emergency ward. This study is a survey with cross sectional, characterized by analytical description, where the study can be use to derive the relationship between dependent variables and independent variables.
The study carried out for a week with 339 numbers of patients, whereas 7 patients ( 2,1 % ) went home without being taken care of. The result of this study showed that the average waiting time at the emergency roam is 12, 23 minutes, with shortest time is 0 minutes and the longest time 131 minutes. About 22 % of patients spent more than 15 minutes before getting their turn. The average waiting time for emergency patients is 5, 23 minutes, while the average waiting time for non emergency patients is 18, 27 minutes. The average waiting time for patients that directly went straight to the ER unit without going through the admission counter is 4,7 minutes, while those who went through the admission counter is 18, 27 minutes.
From 9 variables that is examined in this study, there are 4 variables have significant relationship to patient's waiting time at the emergency ward such as, method of admittance, time of arrival during the day, type of patient and patient's condition. Variables that insignificant are, tardiness of doctors, type of employment of doctors , position of doctors in the managerial, level of proficiency of doctors and number of patients.
As a conclusion, the number of patient that went home is lower than what was originally predicted, waiting time at emergency ward is relatively short , the characteristic of doctors is irrelevant to the problem, the characteristic of patients is significant to the problem, and short waiting in itself is not enough to please the patient. The advice that is given to improve the service is to add more admission counters in the morning shift, to decrease the time needed on searching for patients' records and if possible to built better waiting room for the ER unit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T5648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Lidya Merybeth
"Pendahuluan: Instalasi gawat darurat (IGD) sebagai unit yang sangat penting di rumah sakit memiliki banyak masalah terkait indikator mutu antara lain peningkatan 20,9% length of stay (LOS), adanya 2,2% pasien yang tidak mendapatkan triase, 8,6% pasien yang mendapatkan kejadian medis yang dapat dicegah dan angka kematian sebesar 14,6%. Permasalahan ini harus diselesaikan agar tidak menganggu kinerja IGD dan rumah sakit, salah satu caranya adalah menggunakan lean thinking. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lean tools yang paling banyak digunakan dan dampaknya pada indikator mutu di IGD.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review dengan penelusuran studi melalui database PubMed, Scopus dan EBSCO yang menghasilkan 19 studi terinklusi dari tahun 2011-2021.
Hasil: Penelitian ini menemukan sebagian besar IGD di studi terinklusi berhasil meningkatkan indikator mutunya melalui implementasi lean thinking. Lean tools yang paling banyak digunakan adalah Value Stream Mapping (VSM) pada fase define dan kaizen pada fase improve, sedangkan indikator mutu yang paling banyak digunakan adalah door to doctor time sebagai luaran primer dan length of stay (LOS) sebagai luaran sekunder.

Introduction: The emergency department (ED) as a very important unit in the hospital has many problems related to quality indicators, including an increase of 20.9% length of stay (LOS), 2.2% of patients who did not receive triage, 8.6% of patients who get preventable medical events and the mortality rate is 14.6%. This problem must be resolved so as not to interfere with the performance of the ED and hospital, one of the solutions is to use lean thinking. Therefore, this study aims to determine the most widely used lean tools and their impact on quality indicators in the ED.
Methods: This study used a literature review method by tracing studies through the PubMed, Scopus and EBSCO databases which resulted in 19 included studies from 2011-2021.
Results: This study found that most of the ED in the included study succeeded in improving their quality indicators through the implementation of lean thinking. The most widely used lean tools are Value Stream Mapping (VSM) in the define phase and kaizen in the improve phase, while the most widely used quality indicators are door to doctor time as the primary outcome and length of stay (LOS) as the secondary outcome.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruswati
"Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih sangat tinggi dan menjadi salah satu permasalahan kesehatan global. Tingginya angka kematian ibu di beberapa negara di dunia khususnya negara berkembang mencerminkan jika akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat rendah. Menurut Thaddeus dan Maine terdapat tiga faktor yang memengaruhi kematian pada ibu dan dikenal dengan model “Three Delays”. Salah satu contoh dari ketiga faktor tersebut yaitu adanya keterlambatan rujukan yang dialami oleh maternal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan proses rujukan pada maternal. Metode yang digunakan yaitu literature review dengan menggunakan database Pubmed, Scopus, Proquest, Garuda, dan Google Scholar menghasilkan 16 artikel sesuai kriteria inklusi yakni artikel sepuluh tahun terakhir, membahas mengenai faktor-faktor penghambat rujukan pada maternal, serta artikel dengan metode kuantitatif, kualitatif maupun mix- method. Hasil penelitian diketahui jika terdapat faktor-faktor yang memengaruhi keterlambatan proses rujukan maternal yang dibagi menjadi 3 faktor besar yaitu faktor sosioekonomi dan budaya, aksesibilitas pelayanan kesehatan, dan kualitas pelayanan dan perawatan. Faktor sosioekonomi dan budaya yaitu faktor yang melekat pada ibu maupun budaya yang ada di masyarakat. Jarak dan waktu tempuh, permasalahan transportasi, dan biaya merupakan faktor dari segi aksesibilitas. Lalu untuk faktor kulitas perawatan dan pelayanan yang memengaruhi yaitu staf, sarana dan prasarana di fasilitas kesehatan, dan manajemen tidak memadai. Berdasarkan hasil studi terinklusi semua faktor-faktor tersebut mayoritas ditemukan pada artikel yang didapatkan. Oleh karena itu diperlukan adanya penguatan sistem rujukan pada masing-masing stakeholder terkait.

The Maternal Mortality Rate (MMR) is currently very high and is a global health problem. The high maternal mortality rate in several countries, especially developing countries, reflects that people's access to quality health services is deficient. According to Thaddeus and Maine, three factors influence maternal mortality and are known as the "Three Delays" model. One example of these three factors is the delay in referrals experienced by the mother. This study aimed to determine the factors that affect the delay in the referral process to the mother. The method used is a literature review using the Pubmed, Scopus, Proquest, Garuda, and Google Scholar databases producing 16 articles according to the inclusion criteria, namely articles in the last ten years, discussing factors that inhibit maternal referrals, as well as articles using quantitative, qualitative and qualitative methods, and mix-method. The results showed that there are factors that affect the delay in the maternal referral process, which are divided into 3 significant factors, namely socio-economic and cultural factors, accessibility of health services, and quality of services and care. Socio-economic and cultural factors are factors that are inherent in the mother and the culture that exists in society. Distance and travel time, transportation problems, and costs are factors in terms of accessibility. Then for the quality of care and service factors that affect the staff, facilities and infrastructure in health facilities, and inadequate management. Based on the included studies' results, most of these factors were found in the articles obtained. Therefore, it is necessary to strengthen the referral system for each relevant stakeholder."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Eka Rusdi Antara
"ABSTRAK
Nama : Gede Eka Rusdi AntaraProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisa Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Keterlambatan Tindakan Operasi Delay To Operation di Instalasi Rawat Darurat RSUP Sanglah Desember2017-Februari 2018Pembimbing : Prof. dr. Amal Chalik Sjaaf, SKM, Dr.PHPelayanan pembedahan merupakan pelayanan kesehatan di rumah rumah sakit yang dapatmenggambarkan mutu rumah sakit. Peningkatan jumlah kunjungan, ketersediaan sarana danprasarana, ketersediaan sumber daya manusia serta lamanya waktu yang diperlukan untukmemperoleh persetujuan untuk tindakan operasi dari pasien dan keluarga dapat menyebabkanwaktu tunggu tindakan operasi menjadi panjang.Penelitian ini menggunakan rancangan mix method yaitu kuantitatif dan kualitatif. Penelitiankuantitatif merupakan penelitian observasional analitik cross sectional. Penelitian ini melibatkan54 responden pada penelitian kuantitatif dan 7 informan pada penelitian kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan kejadian bed block sebanyak 38,9 dan tidak terjadi bedblock61,1 . Persetujuan operasi diperoleh dalam waktu ge; 1 jam dari 17 responden 31,5 danpersetujuan operasi yang diperoleh dalam waktu < 1 jam sebanyak 37 responden 68,5 . Alatdan sarana didapatkan tidak lengkap 5,6 dan lengkap 94,4 . Waktu tunggu tindakan operasiyang ge; 5 jam dikategorikan delay sebanyak 33,3 , waktu tunggu tindakan operasi yang < 5 jamdikategorikan tidak delay sebanyak 66,7 . Analisis bivariat dengan Chi Square menunjukkanpvalue 0,000 untuk hubungan antara bed block dengan keterlambatan operasi, p-value 0,000 untukhubungan antara persetujuan operasi dengan keterlambatan operasi, p-value 0,012 hubungan alatdan sarana dengan keterlambatan operasi. Faktor yang paling berpengaruh adalah persetujuanoperasi dengan p-value 0,005 dengan regresi logistik.Dari penelitian ini dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara bed block,persetujuan operasi serta alat dan sarana terhadap keterlambatan operasi. Hasil penelitian ini dapatdijadikan pedoman dalam penyusunan strategi peningkatan kualitas pelayanan pembedahan diInstalasi Rawat Darurat.Key words: bed block, sumber daya manusia, persetujuan operasi, alat dan saranaoperasi, keterlambatan tindakan operasi

ABSTRACT
Name Gede Eka Rusdi AntaraProgramme Kajian Administrasi Rumah SakitTitle Analysis of Factors Causing Delay to Operation in Emergency DepartmentSanglah Hospital December 2017 February 2018Supervisor Prof. dr. Amal Chalik Sjaaf, SKM, Dr.PHSurgery is part of medical services that summarized the hospital performance. Increased hospitalvisits, unavailability of tools, unavailability of human resources, and times consumed to get patientagreement for surgery may causing delay to operation.This is mix method study, quantitative and qualitative. The quantitative study is observationalanalytic, cross sectional. This study includes 54 respondents in quantitative study and 7 informantsin qualitative study.The result showed bed block events is 38,9 . Agreement following informed consent is obtainedin ge 1 hour for 17 respondents 31,5 and 1 hour for 37 respondents 68,5 . Tools andequipment are complete and available in 94,4 cases and incomplete in 5,6 cases. Timeconsumed waiting for operation is categorized delay if ge 5 hours in 33,3 cases, categorized notdelay if 5 hours in 66,7 . Bivariate analysis using Chi Square showed p value 0,000 forcorrelation between bed block and delay to operation, p value 0,000 for correlation between timeconsumed to obtain agreement for surgery, p value 0,012 for correlation between tools andequipment with delay to operation. The most influencing factor is operation agreement with pvalue0,005 using logistic regression.From this study, we conclude there is significant correlation between bed block, time consumedfor obtain operation agreement, tools and equipment availability with delay to operation. Thisresult is a base in making strategy to improve quality of surgery services in emergency department.Key words bed block, human resources, operation agreement, tools and equipment, delay tooperation
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Puspitasari
"Latar Belakang: Jumlah kecelakaan kerja yang masih tinggi dan belum ada studi epidemiologi kasus kecelakaan kerja yang ditangani Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit di Indonesia. Penelitian ini untuk mengetahui distribusi kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan faktor di tempat kerja yang berhubungan dengan kefatalan cedera.
Metode: Desain penelitian yang digunakan cross-sectional dengan cara wawancara dan data sekunder status rekam medis. Didapatkan 131 sampel dengan convenient sampling dari 23 April sampai dengan 16 Desember 2013. Analisis yang digunakan univariat, bivariat menggunakan uji Chi-Square dan Exact Fisher’s Test serta analisis multivariat regresi logistik. Variabel yang diteliti faktor sosiodemografi, riwayat kecelakaan kerja sebelumnya, waktu terjadinya kecelakaan, perilaku kerja tidak aman, kondisi fisik pekerja tidak aman, lingkungan kerja tidak aman dan kinerja manajemen keselamatan tidak aman.
Hasil: Distribusi berdasarkan klasifikasi kecelakaan kerja didapatkan jenis kecelakaan terbanyak adalah tertumbuk atau terkena benda, penyebab kecelakaan terbanyak adalah mesin, sifat luka terbanyak adalah luka superfisial, lokasi luka terbanyak adalah ekstremitas atas, bidang pekerjaan terbanyak adalah bidang konstruksi dan pemeliharaan gedung serta jenis pekerjaan terbanyak adalah kelompok pekerja kasar. Persentase cedera fatal 7,6 % dari 131 kasus kecelakaan kerja di tempat kerja. Faktor sosiodemografi pekerja bukan formal didapatkan mempunyai resiko 12 kali mengalami cedera fatal dibanding pekerja formal. Adapun faktor sosiodemografi lain, riwayat kecelakaan kerja sebelumnya, waktu terjadinya kecelakaan, perilaku kerja tidak aman, kondisi fisik pekerja tidak aman, lingkungan kerja tidak aman dan kinerja manajemen keselamatan tidak aman didapatkan tidak berhubungan bermakna dengan kefatalan cedera.
Kesimpulan: Faktor utama yang berhubungan dengan kefatalan cedera kasus kecelakaan kerja di tempat kerja adalah pekerja bukan formal.

Background: The number of workplace accident still high and epidemiological study about workplace accident cases that treated in emergency department in Indonesia has not yet been available. This study is to determine workplace accident cases that was treated in emergency department of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital distribution and association between workplace factors with injury fatality.
Methods: Research design was cross-sectional with interview and secondary data from medical records. Sample size was obtained 131 through convenient sampling from April 23 to December 16, 2013. Analysis that conducted are univariate analysis, bivariate analysis using Chi-square and Fisher's Exact Test and multivariate analysis using logistic regression. Variables that examined were sociodemographic factors, history of previous workplace accident, the time of the accident, unsafe acts, unsafe conditions, unsafe management performance, physical condition of the workers.
Results: Distribution of workplace accident classification showed the highest number of workplace accident type was striking against or struck by objects, agency type was machine, injury nature type was superficial wound, injury bodily location type was upper limb, job field type was construction and occupation type was blue-collar workers. Percentage of fatal injury was 7.6 % from 131 workplace accidents and non-formal workers have 12 times risk of fatal injury than formal workers. The other sociodemographic factors, history of previous work accident, the time of the accident, unsafe acts, unsafe conditions, unsafe management performance, physical condition of the workers were found no significant relationship with the fatality injury.
Conclusion: Main factor that associated with injury fatality of workplace accident is non-formal workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>