Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124758 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atikah Nadiah Syafei
"Pengelolaan limbah medis di Indonesia menghadapi banyak tantangan berupa regulasi, daya tampung pengolahan, sinkronisasi antar lembaga, peran pemerintah daerah, sarana prasarana yang belum mencukupi, sumber daya manusia yang belum mumpuni, masalah perizinan, serta pembiayaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengelolaan limbah medis B3 Covid-19 pada rumah sakit di Kota Tangerang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Timbulan limbah medis yang dihasilkan dari RS A dan B sebanyak 3,19 kg/tempat tidur/hari dan 3,16 kg/tempat tidur/hari. Alur pengelolaan limbah medis B3 Covid-19 yang dilakukan oleh RS A dan RS B dimulai dari pemisahan yang dilakukan pada sumbernya, pewadahan, pengangkutan, penyimpanan, dan pengangkutan menuju pihak ke 3. Sarana prasarana pengelolaan limbah rumah sakit sudah tersedia cukup baik sesuai dengan syarat Permenkes No.18 Tahun 2020. Sejauh ini, belum adanya rencana terkait antisipasi pengelolaan limbah medis apabila timbulan limbah medis membludak yang disiapkan oleh pemerintah. Dalam hal pengangkutan limbah oleh pihak ke 3, terdapat beberapa kali keterlambatan untuk waktu kedatangan ke rumah sakit untuk mengangkut limbah medis. Kesimpulan dalam penelitian ini yakni pengelolaan limbah medis B3 Covid-19 rumah sakit di Kota Tangerang saat ini terkontrol dengan baik.

Medical waste management in Indonesia faces many challenges in the form of regulation, processing capacity, synchronization between institutions, the role of local governments, inadequate infrastructure, inadequate human resources, licensing problems, and financing. This study aims to determine the description of the management of B3 Covid-19 medical waste in hospitals in Tangerang City. This research is a quantitative and qualitative research with a descriptive approach. The medical waste generated from Hospitals A and B was 3.19 kg/bed/day and 3.16 kg/bed/day. The flow of B3 Covid-19 medical waste management carried out by Hospital A and Hospital B starts from the separation carried out at the source, storage, transportation, storage, and transportation to third parties. Hospital waste management infrastructure facilities are already quite good in accordance with the requirements Minister of Health Regulation No. 18 of 2020. So far, there is no plan related to anticipating medical waste management in the event of an overabundance of medical waste that has been prepared by the government. In the case of transporting waste by 3rd parties, there are several delays in arrival time to the hospital for transporting medical waste. The conclusion in this study is that the management of hospital B3 Covid-19 medical waste in Tangerang City is currently well controlled."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Syifa Salsabila
"Rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dalam menjalankan perannya menghasilkan limbah. Diperkirakan timbulan limbah medis selama pandemi COVID-19 mengalami peningkatan sebanyak 30-50% di Indonesia. Limbah medis yang tidak dikelola dengan benar dapat berdampak baik bagi kesehatan maupun lingkungan. Permasalahan pengelolaan limbah di Indonesia adalah selisih yang besar antara timbulan dan kapasitas pengolahan limbah medis, belum dilakukannya pengurangan dan pemilahan limbah, serta belum tersedianya TPS di fasilitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengelolaan limbah medis B3 di rumah sakit selama masa pandemi COVID-19 di Indonesia dilihat dari pelaksanaan pengelolaan limbah dan karakteristik limbah menggunakan systematic review. Literatur yang digunakan sebanyak 7 literatur yang akan disintesis terdiri atas 6 artikel jurnal dan 1 tugas akhir (skripsi). Hasil kajian sistematis menunjukkan rumah sakit sudah melaksanakan pengelolaan limbah medis. Namun, tidak semua melakukan kegiatan pengelolaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Terdapat rumah sakit yang mengalami peningkatan jumlah limbah medis dan ada yang menurun. Sumber limbah yang dihasilkan berasal dari berbagai unit rumah sakit dan jenis limbah yang banyak ditemui dalam literatur adalah limbah APD. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan saran bagi rumah sakit maupun pemerintah, serta menjadi panduan bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian dengan kondisi serupa.

Hospital as one of the providers of health services produces waste. In Indonesia, medical waste generation during the COVID-19 pandemic is estimated to increase by 30-50%. Improper management of medical waste can have impact on both health and environment. The problems of waste management in Indonesia are the large difference between the generation and capacity of medical waste treatment, and lack of reduction and segregation of medical waste and storage. This study aims to analyze the medical waste management in hospitals during the COVID-19 pandemic using a systematic review. There are 7 literatures used consisting of 6 journal articles and 1 thesis. The results show hospitals has implemented medical waste management. However, not all hospitals in the study carried out management activities in accordance with applicable regulations. Some hospitals experienced an increased amount of waste generated, and some have decreased. Sources of waste generated come from various hospital units and the type of waste that is commonly found in the literatures is PPE. The results of this study are expected to be input and suggestions for hospitals and the government and as a guide for other researchers who want to continue research with similar conditions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Putriansyah
"Keberadaan limbah B3 medis padat yang dihasilkan oleh fasyankes masih menjadi perhatian, apabila tidak dikelola dengan tepat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar. Rumah sakit sebagai penghasil utama limbah B3 medis diwajibkan mengelola limbah B3 yang dihasilkannya dengan tepat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021. Namun di DKI Jakarta, masih banyak limbah B3 medis dari fasyankes yang belum dikelola sesuai standar, dimana hanya 52,9% fasyankes yang melakukan pengelolaan limbah B3 medis sesuai standar, sementara daerah lain mampu mencapai 84,6%. Sejumlah tantangan masih harus dihadapi DKI Jakarta dalam mengelola limbah B3 medis rumah sakit. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap pengelolaan limbah B3 medis padat rumah sakit di DKI Jakarta. Desain penelitian ini merupakan kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan deskriptif studi kasus yang dilakukan pada lima RSUD di DKI Jakarta. Pengambilan data dilakukan secara langsung di rumah sakit melalui metode wawancara, observasi, dan telaah dokumen terkait dengan praktik pengelolaan limbah B3 medis padat rumah sakit. Karakteristik limbah B3 medis padat di lima RSUD DKI Jakarta meliputi limbah infeksius, patologis, benda tajam, farmasi, dan kimia, dengan tambahan limbah sitotoksik di RSUD 1, RSUD 4, dan RSUD 5. Sumber utama limbah berasal dari instalasi rawat inap, IGD, unit hemodialisa, dan kamar operasi. Rata-rata timbulan harian kelima RSUD mencapai 416,44 kg/hari, dengan jumlah tertinggi di RSUD 4. Serta, rata-rata harian timbulan limbah B3 medis padat berdasarkan jumlah tempat tidur sebesar 0,88 kg/tempat tidur/hari. Seluruh rumah sakit telah memenuhi standar pelatihan, sarana, dan prasarana, sementara pengelolaan mencakup pengurangan, pemilahan, pewadahan, penyimpanan, hingga pengangkutan eksternal yang dilakukan oleh pihak ketiga berizin. Tingkat kesesuaian pengelolaan limbah tertinggi dicapai oleh RSUD 1 (93,4%) dan terendah RSUD 3 (80,7%). Pengelolaan limbah B3 medis padat di RSUD DKI Jakarta telah memenuhi sebagian besar standar regulasi, namun peningkatan diperlukan pada aspek pemilahan, pewadahan, dan jalur pengangkutan internal untuk mencapai kesesuaian yang lebih baik secara menyeluruh.

The presence of solid hazardous medical waste generated by healthcare facilities remains a significant concern. If not properly managed, it can pose serious threats to human health and the surrounding environment. Hospitals, as the primary producers of hazardous medical waste, are required to manage this waste in accordance with Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021. However, in DKI Jakarta, a significant amount of medical hazardous waste from healthcare facilities is still not managed according to standards, with only 52.9% of facilities complying, compared to 84.6% in other regions. DKI Jakarta continues to face various challenges in managing hospital medical hazardous waste effectively.This study aims to provide an overview of the management of solid hazardous medical waste in hospitals in DKI Jakarta. The research employed a mixed-methods design, combining qualitative and quantitative approaches, using a descriptive case study conducted at five regional general hospitals (RSUD) in DKI Jakarta. Data collection was conducted directly at the hospitals through interviews, observations, and reviews of relevant documents on waste management practices. The characteristics of solid hazardous medical waste (B3) in the five regional general hospitals in DKI Jakarta include infectious, pathological, sharp, pharmaceutical, and chemical waste, with additional cytotoxic waste identified in RSUD 1, RSUD 4, and RSUD 5. The primary sources of waste originate from inpatient wards, emergency rooms, hemodialysis units, and operating rooms. The average daily waste generation reaches 416.44 kg/day, with the highest amount recorded at RSUD 4. Also, the average daily generation of solid medical B3 waste based on the number of beds is 0.88 kg/bed/day. All hospitals have met the standards for training, facilities, and infrastructure, while waste management encompasses reduction, segregation, containment, storage, and external transportation handled by licensed third parties. The highest compliance level in waste management was achieved by RSUD 1 (93.4%) and the lowest by RSUD 3 (80.7%). The management of solid hazardous medical waste in five regional general hospitals across DKI Jakarta has met most regulatory standards; however, improvements are needed in segregation, containment, and internal transportation routes to achieve better overall compliance. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defi Darylianty Debora
"Menurut data Kementrian Kesehatan (2018), Puskesmas yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai dengan standar sangat minoritas yaitu sekitar 6,89%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengangalisis kondisi pengelolaan limbah B3 medis di Puskesmas Kota Bogor saat ini, mencari kendala yang dihadapi serta membangun perbaikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode campuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa potensi perbaikan meliputi prosedur/SOP, sarana prasarana, dan SDM. Terdapat 3 kelompok kendala yaitu keterbatasan lahan, kelemahan prosedural dan internalisasai biaya lain. Dengan menggunakan AHP didapatkan bahwa pencarian dan penunjukkan vendor LB3 paling disukai bagi puskesmas yang belum memiliki lemari pendingin limbah infeksius. Dengan SWOT analisis didapatkan bahwa strategi yang paling direkomendasikan berada pada kuadran III (WO), beberapa strategi yang dapat dipakai untuk melakukan perbaikan berkelanjutan terutama peningkatan kapasitas SDM, perbaikan prosedur maupun sarana prasarana. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pembinaan dan pembiayaan berkelanjutan diperlukan untuk mencapai kinerja operasional puskesmas secara baik dan optimal.

According to data from the Ministry of Health (2018), only 6.89% Puskesmas have proper management of their medical waste. The aim of this research is to analyze current condition of medical waste management in Puskesmas of Bogor City, analyze the root cause problems, and develop corrective actions. This research uses qualitative approach and mix methode analysis. There are findings on several potential improvements including procedures/SOPs, facilities and human resources. There are 3 groups of root cause problems: limited land, procedural weaknesses and internalization of other costs. By using AHP, appointing lisenced vendors was most preferred especially for puskesmas with lack of temporary cold storage for infectious waste. Within SWOT analysis, the most recommended strategy lays on third kuadran (WO), however several strategies can be adopted for continual improvement especially on increasing human resource capacity, improving procedures and facilities. The conclusion of this research is that sustainable development and financing are still needed to achieve good and optimal puskesmas’s medical waste management performancy."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fortuna Dewi Cahyo
"Tempat isolasi mandiri terpusat merupakan fasilitas yang disediakan bagi pasien positif COVID-19 yang memerlukan isolasi mandiri, dalam aktivitasnya tempat isolasi mandiri terpusat menghasilkan limbah, salah satunya limbah B3 medis. Penelitian ini membahas mengenai pengelolaan limbah B3 medis di tempat isolasi mandiri terpusat pada masa pandemi COVID-19. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jumlah pasien positif COVID-19, mengetahui kesiapsiagaan dan respon dari pemangku kepentingan, mengidentifikasi aspek-aspek pengelolaan limbah B3 medis, dan menganalisis perbedaan pengelolaan limbah sebelum dan sesudah menjadi tempat isolasi. Metode penelitian ini adalah campuran atau mixed methods, kuantitatif dan kualitatif dengan analisis deskriptif. data dan informasi yang diperoleh berasal dari wawancara dan observasi data sekunder, pedoman dan peraturan, serta dokumen dari tempat isolasi mandiri terpusat. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan pada pengelolaan limbah B3 medis di Guest House PSJ UI sebelum dan sesudah menjadi tempat isolasi mandiri terpusat. Jenis dan sumber limbah yang dihasilkan sebagian besar adalah limbah infeksius, seperti APD dan alat bekas rapid test. Regulasi yang digunakan mengacu pada PP RI Nomor 22 Tahun 2021 dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/537/2020. Perbedaan pengelolaan limbah di Guest House PSJ UI sebelum dan sesudah menjadi tempat isolasi sebagian besar terdapat pada karakteristik limbah yang dihasilkan.

A centralized self-isolation place is a facility provided for COVID-19 patients who require self-isolation. In their activities, a centralized self-isolation place produces waste, one of which is medical B3 waste. This study discusses the management of medical B3 waste in a centralized self-isolation area during the COVID-19 pandemic. This study aimed to determine the number of positive COVID-19 patients, determine preparedness and response from stakeholders, identify aspects of medical B3 waste management, and analyze differences in waste management before and after becoming a centralized self-isolation place. This research method is mixed, quantitative, and qualitative with descriptive analysis. Interviews and observations of secondary data, guidelines, and regulations, as well as documents from a centralized self-isolation place, obtain data and information. This study's results indicate differences in the management of medical B3 waste at the Guest House PSJ UI before and after becoming a centralized self-isolation place. The types and sources of waste generated are mostly infectious, such as PPE and used rapid test equipment. The regulations refer to PP RI Number 22 of 2021 and the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number HK.01.07/MENKES/537/2020. The difference in waste management at the Guest House PSJ UI before and after becoming a centralized self-isolation place is mainly in the characteristics of the waste produced."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Syakura
"Skripsi ini membahas cakupan pengelolaan limbah medis Covid-19 yang sesuai standar dari RS Rujukan Covid-19 di DKI Jakarta pada Tahun 2020 berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 537 Tahun 2020. Peneliti ini juga menganalisis potensi optimalisasi pemanfaatan sarana prasarana dalam rangka percepatan pemusnahan limbah medis Covid-19 di DKI Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain studi ekologi yang menggunakan metode analisis spasial. Analisis spasial yang digunakan mencakup analisis overlay, analisis buffer, dan analisis vektor distance to nearest hub. Hasil penelitian yang diukan adalah cakupan pengelolaan limbah medis Covid-19 di DKI Jakarta berdasarkan aspek yang diteliti adalah 75,3%. Alternatif optimalisasi sarana prasarana dalam pemusnahan limbah dapat dilakukan dengan cara penguburan limbah bagi RS yang memiliki lokasi yang memungkinkan atau kerja sama dengan pengolah potensial terdekat. Hasil penelitian ini menyarankan pemangku kebijakan di DKI Jakarta untuk mengupayakan agar pemenuhan standar dapat mencapai 100% melalui optimalisasi sarana prasarana dengan memprioritaskan Jakarta Timur, meningkatkan pendataan limbah medis Covid-19 di Kabupaten Kepulauan Seribu, dan membuat sistem pendataan limbah medis Covid-19 dalam satu portal.

The focus of this thesis is to discuss the coverage of Covid-19 medical waste management standardized by the Covid-19 Referral Hospital in DKI Jakarta in 2020 based on the Regulation of the Minister of Environment and Forestry Number 56 of 2015 and the Decree of the Minister of Health Number 537 of 2020. Researcher also analyzes the potential for optimizing available infrastructures in regards to accelerating the eradication of Covid-19 medical waste in DKI Jakarta. This research is a descriptive study with an ecological study design that uses spatial analysis methods, including overlay, buffer, and vector analysis distance to nearest hub. The results of the study found that the coverage of Covid-19 medical waste management in DKI Jakarta based on the aspects studied was 75.3%. The alternative of optimizing infrastructures includes burial of waste for hospitals that have a safe location or collaboration with the nearest potential waste destructor. The result of this study suggests that the policy makers should strive to achieve 100% standard compliance through the optimization of facilities while prioritizing East Jakarta, increasing data collection on Covid-19 medical waste in the Thousand Islands Regency, and create a Covid-19 medical waste data collection system in one portal."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Almira Khalsum
"Rumah sakit merupakan salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan yang dalam kegiatan pelayanannya, menghasilkan sejumlah limbah yang diantaranya adalah limbah medis. Penelitian ini membahas pengelolaan limbah medis rumah sakit pada kondisi darurat pandemi viruskorona (COVID-19). Tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui aspek yang akan diteliti meliputi karakteristik limbah medis (jenis, sumber, dan jumlah timbulan), aspek regulasi, aspek sumber daya (petugas pengelola, sarana dan prasarana, serta keuangan), dan aspek teknis (pemilahan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, penguburan, penimbunan). Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan analisis deskriptif observatif. Data dan informasi yang digunakan berasal dari wawancara tiga institusi, observasi melalui data webinar, peraturan dan pedoman pengelolaan limbah, serta dokumen tahun 2019 hingga 2020 dari Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kondisi darurat pandemi COVID-19 jumlah timbulan limbah nasional diperkirakan naik 30%, namun di RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto terjadi penurunan. Jenis dan sumber limbah yang dihasilkan paling banyak limbah infeksius seperti APD dan berasal dari unit perawatan rawat inap. Regulasi yang digunakan mengacu pada PermenLHK No. 56 Tahun 2015. Kapasitas pengolahan limbah di Indonesia masih kurang. Sarana dan prasarana yang digunakan sama dengan keadaan normal hanya ditambah desinfektan. Dana yang dibutuhkan untuk mengelola limbah ditanggung oleh setiap rumah sakit. Teknis pengelolaan limbah medis COVID-19 rumah sakit secara prinsip sama dengan pengelolaan limbah pada kondisi normal. Perbedaan pengelolaan limbah medis sebelum dan saat pandemi COVID-19 terdapat pada karakteristik limbah dan aspek sumber daya.

The hospital is one of the health service providers which in its service activities generates a number of wastes, including medical waste. This study discusses the management of hospital medical waste in a pandemic virus corona emergency (COVID-19). The purpose of this study is to find out aspects that will be examined include the characteristics of medical waste (type, source, and amount of generation), regulatory aspects, aspects of resources (management officers, facilities and infrastructure, and finance), and technical aspects (sorting, storage, transportation, processing, burial, landfill). This research method is a qualitative research with descriptive observational analysis. The data and information used came from interviews of three institutions, observations through webinar data, regulations and waste management guidelines, as well as documents from 2019 to 2020 from the Environmental Health Installation of the Presidential Hospital of Gatot Soebroto Hospital. The results of this study indicate that in an emergency condition the COVID-19 pandemic the number of national waste generation is estimated to increase by 30%, but in the Presidential Hospital of Gatot Soebroto Army Hospital there is a decrease. The types and sources of waste produced are most infectious waste such as PPE and are from inpatient care units. The regulation used refers to PermenLHK No. 56 of 2015. Waste treatment capacity in Indonesia is still lacking. The facilities and infrastructure used are the same as in normal conditions only with disinfectant added. The funds needed to manage waste are borne by each hospital. Technical management of hospital medical waste of COVID-19 is in principle the same as waste management under normal conditions. Differences in management of medical waste before and during the COVID-19 pandemic are in the characteristics of waste and resource aspects."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Amanda Andika Putri
"Sebagai penghasil limbah padat B3, rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkannya. Ketidakpatuhan rumah sakit dalam mengelola limbah padat B3 dapat berdampak buruk terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat, terlebih dalam kondisi pandemi COVID-19 dimana jumlah produksi limbah padat B3 yang dihasilkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan semakin meningkat. Dalam rangka melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat dari dampak timbulan limbah padat B3, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepatuhan pengelolaan limbah padat B3 pada rumah sakit di Indonesia pada saat sebelum dan selama pandemi COVID-19. Penelitian ini dilakukan terhadap 343 rumah sakit di Indonesia dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Sikelim (Sistem Informasi Kelola Limbah Medis) milik Kemenkes RI. Data akan dianalisis menggunakan uji chi-square, mann whitney, dan regresi logistik model determinan. Berdasarkan hasil analisis, terjadi peningkatan tingkat kepatuhan pengelolaan limbah padat B3 oleh rumah sakit di Indonesia, yaitu dari 82% menjadi 86% selama pandemi. Meskipun capaian tingkat kepatuhan sudah cukup baik, perlu adanya upaya dalam meningkatkan kegiatan pengolahan limbah padat B3 secara mandiri oleh rumah sakit dimana ditemukan hanya 6% rumah sakit yang melakukan pengolahan limbah padat B3 secara mandiri menggunakan insinerator yang memenuhi izin selama pandemi COVID-19 tahun 2020.

Hospitals generate many types of medical wastes. Therefore, they have the responsibility to manage the waste they produce. Improper management of medical waste can have a negative impact on the environment and public health, especially during the COVID-19 pandemic where the amount of medical waste generated by health care facilities is increasing. To protect the environment and public health from the negative impact of medical waste, this study was conducted to determine the level of compliance of medical waste management in hospitals before and during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Cross-sectional study was conducted among 343 hospitals in Indonesia. The data used in the research is secondary data from the medical waste management information system owned by the Ministry of Health of the Republic of Indonesia. The data will be processed using chi-square, mann whitney, and logistic regression test. The research found that there was an increase in the hospital’s compliance level of medical waste management in Indonesia, from 82% to 86% during the pandemic. Although the level of compliance was adequate, there should be an effort to improve independent treatment of medical waste by hospitals where only 6% of hospitals doing treatment for medical waste independently using incinerators that meet the standards during the COVID-19 pandemic in 2020."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiolyn Wina Putri
"Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas menghasilkan limbah padat bahan berbahaya dan beracun (B3) yang akan berdampak pada permasalahan lingkungan dan kesehatan. Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah salah satu kota yang mengalami laju pertumbuhan penduduk cukup besar dan memiliki jumlah Puskesmas terbesar kedua di Provinsi DKI Jakarta, sehingga jumlah limbah yang dihasilkan akan semakin bertambah. Dengan demikian, diperlukan pengelolaan limbah berkelanjutan yang terintegrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengelolaan limbah padat B3 Puskesmas di Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan menilai aspek pengelolaan limbah yang terintegrasi dan berkelanjutan dan menentukan prioritas masalah pada aspek pengelolaan limbah padat B3. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif dengan jumlah sampel 35 Puskesmas Kelurahan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa skor aspek pengelolaan limbah di Puskesmas Kota Administrasi Jakarta Selatan tergolong baik, dengan nilai 79,18 dari 100. Prioritas masalah disusun berdasarkan nilai terendah yaitu dimulai dari aspek kelembagaan dengan skor 60, aspek sosial budaya dengan skor 66,29, aspek teknis dengan skor 75,36, aspek lingkungan dengan skor 94,29, dan aspek hukum dengan skor 100.
Public Health Center (PHC) is a health service facility that organizes public health and individual health efforts. Health service activities in PHC produce hazardous and toxic solid waste that will have an impact on environmental and health problems. South Jakarta City has a fairly large population growth rate and second largest number of PHC in DKI Jakarta Province so that the amount of waste generated will increase, therefore integrated sustainable waste management is needed. This study aims to determine the description of the management of toxic and solid waste in South Jakarta City PHC by assessing the waste management aspects and determining the priority problems in the aspects of hazardous and toxic solid waste management. This research is a quantitative study with a descriptive research design with a sample size of 35 Village Public Health Centers. The results of this study indicate that the score of waste management aspects in South Jakarta City PHC is classified as good, with a score of 79,18 out of 100. Priority problems are arranged based on the lowest value, starting from the institutional aspects (score 60), socio-cultural aspects (score 66,29), technical aspects (score 75,36), environmental aspects (score 94,29), and legal aspects (score 100)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Riwu Kore
"Skripsi ini mengkaji permasalahan pengaturan tatalaksana jenazah Covid-19, kewajiban dan kewenangan rumah sakit dalam penetapan pengelolaan jenazah Covid-19, serta menganalisis penerapannya di RSU Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis-normatif dengan tipe penelitian deskriptif, pengumpulan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum, serta data primer melalui wawancara narasumber dengan metode analisis data kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengaturan mengenai tatalaksana pengelolaan jenazah Covid-19 dapat ditemui dalam Undang-Undang No.4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular, serta Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/4834/2021 tentang Protokol Penatalaksanaan Pemulasaraan dan Pemakaman Jenazah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Dalam situasi Covid-19 kewajiban Rumah Sakit dalam pengelolaan jenazah adalah memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan efektif sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit yang mengacu pada sasaran keselamatan pasien, menjaga keamanan pasien, pengunjung, dan petugas rumah sakit dari kemungkinan adanya konflik penolakan pemulasaran jenazah dengan protokol Covid-19, serta kewajiban untuk bertanggung jawab atas seluruh kejadian yang terjadi di rumah sakit. Dalam penelitian, ditemukan bahwa RSU Kota Tangerang Selatan telah melakukan kewajibannya dengan mengeluarkan Keputusan Direktur tentang standar pelayanan jenazah, menjaga keamanan dan pasien, pengunjung, dan petugas, serta membuat dan melaksanakan hospital bylaws yang tertuang dalam Pola Tata Kelola Rumah Sakit Umum Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan kewenangannya, RSU Kota Tangerang Selatan juga telah mengeluarkan SOP Pemulasaran Jenazah khusus Covid-19. Penelitian ini menyarankan bagi masyarakat, rumah sakit, dan pemerintah untuk masing-masing sesuai perannya mengetahui, menjalankan dan mengawasi penerapan kewajiban dan kewenangan rumah sakit dalam penetapan pengelolaan jenazah.

This thesis examines the regulations for the management of Covid-19 corpses, the obligations and authorities of hospitals in determining the management of Covid-19 corpses, and analyzes its application at the South Tangerang City General Hospital. This study uses a juridical-normative research method with descriptive research type, secondary data collection consisting of legal materials, as well as primary data through interviews with sources and qualitative data analysis methods. The conclusion of this study is the regulation regarding the management of Covid-19 corpses can be found in Law No. 4 of 1984 on Infectious Disease Outbreaks, Government Regulation No. 40 of 1991 on Control of Outbreaks of Infectious Diseases, as well as Decree of the Minister of Health No. HK.01.07/MENKES/4834/2021 on Protocols for the Management of the Beginning and Burial of Corpses for Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). In the Covid-19 situation, the hospital's obligation in managing corpses is to provide safe and effective health services in accordance with hospital service standards that refer to patient safety goals, to maintain the safety of patients, visitors, and hospital staff from possible conflicts of refusal to return corpses with Covid-19 protocols, as well as the obligation to be responsible for all events that occur in hospitals. In the study, it was found that the South Tangerang City General Hospital had carried out its obligations by issuing a Director's Decree regarding the standard of corpse service, maintaining security and patients, visitors, and officers, as well as making and implementing hospital bylaws as stated in the Governance Pattern for the South Tangerang City General Hospital. Based on its authority, the South Tangerang City RSU also has issued a special Covid-19 SOP for the Beginning of Bodies. This study suggests that the community, hospital, and government should each according to their roles know, carry out and supervise the implementation of the hospital's obligations and authorities in determining the management of corpses. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>