Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193306 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Naila Syifa 'Uttami
"Perilaku seksual pranikah pada remaja wanita merupakan perilaku bermasalah yang dapat mengancam kesehatan dan kesejahteraan remaja di masa mendatang. Terlebih remaja wanita menjadi kelompok berisiko jika harus mengalami kehamilan pada usia remaja. Presentase perilaku seksual pranikah remaja wanita baik pada daerah perdesaan maupun perkotaan mengalami peningkatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor penyebab terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja wanita di perdesaan dan perkotaan. Penelitian ini menggunakan sumber data dari data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 dan dengan studi potong lintang. Populasi pada penelitian ini adalah remaja wanita usia 15-24 tahun yang belum menikah. Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda usia, konsumsi alkohol, konsumsi narkoba, sikap terhadap perilaku seksual pranikah, pengetahuan kesehatan reproduksi dan pengaruh teman sebaya berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perkotaan. Sementara faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perdesaan meliputi usia, pendidikan, status ekonomi, sikap terhadap perilaku seksual pranikah, paparan media massa, perilaku merokok, konsumsi alkohol, pengalaman pacaran dan komunikasi kesehatan reproduksi dengan tenaga kesehatan. Variabel sikap terhadap perilaku seksual pranikah menjadi faktor yang berhubungan paling dominan dengan perilaku seksual pranikah remaja wanita di perkotaan maupun remaja wanita di perdesaan.

Premarital sexual behavior in female adolescent is a problematic behavior that can affect negative impact on health. Female adolescent is a risk group if they get pregnant at young age. The percentage of premarital sexual behavior among female adolescents in both rural and urban areas has increased. This study aims to determine the factors associated with premarital sexual behavior among female adolescent adolescent in rural and urban areas. This research used secondary data from Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) 2017 with cross-sectional design. The population in this study were unmarried female adolescent aged 15-24 years. Based on the results of multiple logistic regression, age, alcohol consumption, drug consumption, attitudes towards premarital sexual behavior, knowledge of reproductive health, and peer influence are related to premarital sexual behavior of adolescent girls in urban areas. Meanwhile, factors related to premarital sexual behavior of teenage girls in rural areas are age, education, economic status, attitudes towards premarital sexual behavior, exposure to mass media, smoking behavior, alcohol consumption, dating experience, and reproductive health communication with health workers. The attitude variable towards premarital sexual behavior is the most dominant factor associated with the premarital sexual behavior of female adolescents in urban and rural areas."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Amalia Rahmi
"Tingginya angka perilaku seksual pranikah pada remaja pria di Indonesia berisiko terhadap masalah kesehatan. Keluarga khususnya orangtua ikut berperan dalam upaya mencegah hubungan seksual pranikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran informasi kesehatan reproduksi (kespro) dari keluarga terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria umur 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian ini merupakananalisis lanjut data SDKI-KRR tahun 2017 yangmenggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 7.030 remajapria yang memenuhi kriteria: remaja pria berumur 15-24 tahun dan belum kawin.Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 11% remaja pria pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan yang pernah mendapatkan informasi kespro dari keluarga hanya sebesar 19,5%.Informasi kesprodari keluarga berperan terhadap perilaku seksual pranikah remaja pria di Indonesia setelah dikontrol oleh tingkat pendidikan dan diskusi kespro dengan guru. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan rendah berpeluang hampir 4kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan berpendidikan tinggi berpeluang 3,5kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan tidak pernah berdiskusi dengan guru mengenai kesproberpeluang hampir 4 kali untuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga, sedangkan remaja yang tidak mendapatkan informasi kespro dari keluarga dan pernah berdiskusi dengan guru mengenai kespro berpeluang 3,3 kaliuntuk melakukan hubungan seksual pranikah dibandingkan remaja yang mendapatkan informasi kespro dari keluarga. Harapannya, BKKBN melalui program GenRe (PIK R/M, dan BKR) dapat lebih ditingkatkan pemanfaatannya oleh remaja pria dan orang tua remaja terutama ayah, sedangkan program PKPR, Kemenkes perlu lebih banyak menjangkau remaja pria di Indonesia sehingga dapat membantu penurunan angka perilaku seksual pada remaja pria di Indonesia.

The high rate of premarital sexual behavior in male adolescents in Indonesia at risk for health problems. Families, especially parents, play a role in preventing premarital sexual intercouse. This study aims to determine the role of reproductive health information from families on premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-24 years in Indonesia. This study is a further analysis of the 2017 IDHS-KRR data using a cross sectional design with a sample of 7,030 male adolescents who meet the criteria: male adolescents aged 15-24 years and unmarried. The results showed that about 11% of male adolescents had premarital sexual intercourse, while only 19.5% had received information on health issues from their families. Reproductive health information from family contribute to adolescent premarital sexual intercouse of male adolescents in Indonesia after being controlled by the level of education and reproductive health discussions with teachers. Adolescents who do not get reproductive health information from their families and have low education are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families, while adolescents who do not get reproductive health information from their families and are highly educated are 3.5 times more likely to have premarital sexual intercouse compared adolescents who get reproductive health information from their families. Adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have never discussed with the teacher about reproductive health are nearly 4 times more likely to have premarital sexual intercourse than adolescents who get information on health care from their families, while adolescents who do not get information on reproductive health from their families and have had discussions with teachers about reproductive health have the opportunity 3.3 times for having premarital sexual intercourse compared to adolescents who get reproductive health information from their families. The hope is that the BKKBN through the GenRe program (PIK R / M, and BKR) can be further utilized by young men and teenage parents, especially fathers, while the PKPR program, the Ministry of Health needs to reach more young men in Indonesia so that it can help reduce the number of sexual behavior young men in Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harun Al Rosyid
"Remaja merupakan fase lanjutan dari fase kanak-kanak sebelum menuju dewasa dengan pertumbuhan dan perkembangan pada aspek biologis, kognitif, psikososial, dan emosional. Pada fase tersebut, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk mencoba hal-hal baru termasuk terkait perilaku seksual berisiko pada remaja. Berdasarkan laporan SDKI Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tahun 2017 bahwa remaja pria maupun wanita mencoba melakukan hubungan seksual pranikah pertama kali di usia 15-19 tahun dengan proporsi sebesar 8 persen untuk pria dan 2 persen untuk wanita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara pendidikan kesehatan reproduksi yang diterima pertama kali di sekolah terhadap perilaku seksual pranikah para remaja pria 15-19 tahun di Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data SDKI KRR tahun 2017 dengan jumlah total sampel sebanyak 7.345 remaja yang sudah disesuaikan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Hasil dari penelitian ini adalah tercatat sebanyak 6.966 (94.8%) remaja laki-laki usia 15-19 tahun yang sudah pernah melakukan hubungan seksual pranikah sedangkan remaja yang tidak pernah melakukan hanya sebanyak 379 (5.2%) remaja. Berdasarkan hasil bivariat didapatkan bahwa variabel pendidikan kesehatan reproduksi tentang sistem reproduksi manusia (p = 0.000), keluarga berencana (p = 0.000) dan HIV/AIDS (p = 0.002) memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual pranikah remaja. Selain itu, variabel yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah remaja adalah komunikasi dengan guru (p = 0.004) dan tingkat pendidikan (p = 0.000 dan 0.008). Sedangkan variabel tempat tinggal tidak memiliki hubungan yang signifikan (p = 0.095).

Adolescence is an advanced phase from childhood before heading to adulthood with growth and development in biological, cognitive, psychosocial, and emotional aspects. Within the phase, adolescents have a high curiosity to try or explore new things, including risky sexual behavior in adolescents. Therefore, based on the IDHS report of 2017 on Adolescent Reproductive Health (KRR) that male and female adolescents tried to have premarital sex for the first time at the age of 15-19 years with a percentage of 8 percent for men and 2 percent for women. This study aims to determine the relationship between reproductive health education that received for the first time at school to the premarital sexual behavior of male adolescents aged 15-19 years in Indonesia. The data used in this study is IDHS data for the 2017 KRR with a total sample of 7.345 adolescents who have been adjusted by both of the inclusion and exclusion criteria of the study. This study used a cross sectional study design. The results of this study are there were 6,966 (94.8%) teenage boys aged 15-19 years who had premarital sexual intercourse, while only 379 (5.2%) teenagers who had not. Based on bivariate analysis, It was found that the variables of reproductive health education about the human reproductive system (p=0.000), family planning (p=0.000) and HIV/AIDS (p=0.002) had a significant relationship with adolescent premarital sexual behavior. In addition, variables related to adolescent premarital sexual behavior are communication with teachers (p = 0.004) and education level (p = 0.000 and 0.008). While the variable of residence did not have a significant correlation (p = 0.095)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paskalinda Maria Yosefa Bandur
"Preferensi jumlah anak ideal dan preferensi kontrasepsi remaja saat ini dapat mempengaruhi fertilitas dan pemakaian kontrasepsi dimasa yang akan datang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan preferensi jumlah anak ideal dan preferensi pemakaian kontrasepsi pada remaja usia 15-24 tahun, belum menikah di Indonesia tahun 2017 dengan menggunakan analisis data SDKI-KRR tahun 2017. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa preferensi jumlah anak ideal yaitu sebanyak 69,9% dan preferensi pemakaian kontrasepsi yaitu sebanyak 82,5%. Berdasarkan model multivariat preferensi jumlah anak ideal pada remaja dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, status ekonomi, akses intenet dan diskusi dengan teman sebaya. Pada preferensi pemakaian kontrasepsi pada remaja dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, status ekonomi, akses internet dan diskusi dengan tokoh masyarakat. Dengan demikian, diharapkan kepada pemerintah dalam pelaksanaan program remaja dapat difokuskan pada faktor-faktor tersebut.

The ideal number of child preferences and current adolescents contraceptive preferences can affect fertility and contraceptive use in the future. The purpose of this study was to determine the determination of the number of child preferences and preferences for contraceptive use in adolescents aged 15-24 years, unmarried in Indonesia in 2017, using data analysis of SDKI-KRR in 2017. The design of this study was cross sectional. The results of this study indicate that the ideal number of children preference is 69.9% and the preference for contraception use is 82.5%. Based on the multivariate model, the ideal number of children preference in adolescents is influenced by age, gender, education, knowledge about reproductive health, economic status, internet access and discussions with peers. The preference for contraception among adolescents is influenced by age, sex, education, knowledge about reproductive health, economic status, internet access and discussions with community leaders. Thus, it is expected that the government in creating and implementing youth programs can refer to these factors."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khobir Abdul Karim Taufiqurahman
"Pernikahan dini selalu berkaitan dengan kesehatan reproduksi pada perempuan. Komplikasi kehamilan dan persalinan adalah penyebab utama kematian pada anak perempuan berusia 15-19 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan usia pernikahan pada perempuan menikah yang berusia 15-24 tahun di Indonesia Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah wanita menikah yang berusia 15-24 tahun di Indonesia pada tahun 2007, 2012, dan 2017. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariabel dan multivariabel dengan menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tren median usia kawin pertama terjadi peningkatan dari tiga tahun data SDKI dan persentase usia kawin pertama kurang dari 20 tahun mengalami sedikit penurunan. Tingkat pendidikan perempuan, status pekerjaan perempuan, tingkat pendidikan suami, dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga merupakan faktor determinan berpengaruh terhadap pendewasaan usia pernikahan. Temuan pada penelitian ini adalah akses media dan peran pengambilan keputusan yang protektif. Perempuan yang tetap bersekolah dengan program pendewasaan usia perkawinan melalui teman sebaya berperan penting dalam menunda usia pernikahan, selain itu paparan media terutama media sosial merupakan media yang paling efektif untuk memberikan informasi tentang penundaan usia pernikahan pada perempuan.

Early marriage is always related to reproductive health in women. Pregnancy and childbirth complications are the main causes of death in girls aged 15-19 years. This study aims to determine the determinants associated with marriage age in married women aged 15-24 years in Indonesia in 2017. This study is a descriptive analytic type research with cross-sectional design. The sample of this study was married women aged 15-24 years in Indonesia in 2007, 2012 and 2017. The analysis used in this study was univariable and multivariable analysis using multiple logistic regression. The results of this study indicate that the median trend of first marriage age is an increase from three years of IDHS data and the percentage of age of first marriage less than 20 years has decreased slightly. Women's education level, women's occupational status, husband's education level, and education level of the head of the household are the determinant factors influencing the age of marriage. The findings in this study are media access and the role of protective decision making. Women who continue to go to school with a marriage age maturity program through peers play an important role in delaying the age of marriage, besides exposure to the media, especially social media, is the most effective media for providing information about delaying marriage to women."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anyta Ekaningsih
"Remaja berusia 15-24 di Indonesia pada tahun 2017 tergolong generasi Z (gen Z), memiliki kerentanan melakukan perilaku bermasalah (problem behavior) seperti perilaku seks pranikah. Terjadi peningkatan tren prevalensi perilaku seks pranikah remaja antara tahun 2007 sampai tahun 2017, yaitu berturut-turut 6,6% menjadi 10%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aspek personal dan lingkungan dengan perilaku seks pranikah remaja. Data untuk penelitian ini bersumber dari data sekunder SDKI KRR 2017 dengan sampel laki-laki dan perempuan yang berusia 15-24 tahun dengan status belum menikah berjumlah 10290 orang.
Hasil regresi logistik ganda menunjukkan bahwa aspek sistem yang paling dominan berhubungan dengan perilaku seks pranikah adalah sikap yaitu remaja yang bersikap positif terhadap seks pranikah berisiko 15,7 kali untuk melakukan seks pranikah dibandingkan remaja yang memiliki sikap negatif setelah dikontrol oleh pencapaian akademik pendidikan, advokasi personal, membicarakan pubertas dan peran teman (OR=15.7; 95%CI: 12.1-20.2). Diperlukan strategi komunikasi dan intervensi promosi kesehatan remaja berdasarkan klasifikasi generasi menurut era kemajuan teknologi digital.

Adolescents aged 15-24 in Indonesia 2017 are classified as generation Z (gen Z), have a vulnerability to performing problem behavior such as premarital sex. There was an increase in the trend of the premarital sex prevalence between 2007 and 2017, which was 6.6% to 10%. It is secondary data analysis of 2017 Indonesian Demographic Health Survey (IDHS) aims to determine relationship personal and environmental systems aspects with premarital sex behavior among adolescents. Adolescents as the sample in this study were 10290 men and women aged 15-24 years old with unmarried status.
The results of multiple logistic regression showed the most dominant system aspect related to premarital sex behavior was attitude, adolescents who had positive attitudes towards premarital sex risked 15,7 times for premarital sex compared to adolescents who had negative attitudes after controlled by academic achievement, personal advocacy, talk about puberty and role of friends (OR = 15.7 (95% CI: 12.1-20.2). Communication strategies and adolescent health promotion interventions based on generation classifications in digital technology era are needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prila Khairunnisa
"Infeksi menular seksual merupakan pintu masuk terjadinya infeksi HIV. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di tahun 2013 ditemukan (9%) kasus baru IMS pada wanita usia subur (10-19 tahun), Di Ambon terjadi peningkatan kejadian IMS pada wanita usia subur (15-24 tahun) dari (28,67%) di tahun 2011 menjadi (32,53%) di tahun 2013. Tahun 2018 ditemukan (15%) kasus IMS di RSCM terdiri dari anak berusia (12-22 tahun). Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor yang berhubungan dengan risiko terjadi infeksi menular seksual pada wanita usia subur (15-24 tahun) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel 4.240 wanita usia (15-24 tahun). Data diperoleh dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017 dan dianalisis menggunakan analisis multivariat cox regression. Analisis multivariat cox regression menunjukkan bahwa faktor risiko terjadi IMS pada wanita usia subur (15-24 tahun) adalah pengetahuan, usia dan usia pertama kali berhubungan seskual. Prediktor utama adalah pengetahuan remaja (PR 1,489; p: 0,000, CI 1,243-1,783) yang artinya wanita yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang IMS berisiko terkena IMS sebesar 1,489 kali dibanding wanita yang memiliki pengetahuan baik. Menghilangkan stigma seksual adalah tabu dan terbatas pada pasangan sudah menikah serta promosi alat kontrasepsi kondom perlu ditingkatkan sehingga wanita memperoleh informasi tentang dampak dan pencegahan tertular IMS dengan lebih baik.

Sexually transmitted infections are the gateway to HIV infection. Based on the results of previous studies in 2013, new STI cases were found (9%) in women of childbearing age (10-19 years). in 2011 to (32.53%) in 2013. In 2018 it was found (15%) STI cases at RSCM consisted of children aged (12-22 years). This study aims to find factors associated with the risk of sexually transmitted infections in women of childbearing age (15-24 years) in Indonesia. This study used a cross-sectional design with a sample of 4,240 women aged (15-24 years). Data were obtained from the 2017 Indonesian Health Demographic Survey and analyzed using cox regression multivariate analysis. Multivariate cox regression analysis showed that the risk factors for STIs in women of childbearing age (15-24 years) were knowledge, age and age when they first had sexual intercourse. The main predictor was knowledge of adolescents (PR 1.489; p: 0.000, CI 1.243-1.783) which means that women who have poor knowledge about STIs are at risk of getting STIs by 1.489 times compared to women who have good knowledge. Eliminating sexual stigma is taboo and limited to married couples and the promotion of protective equipment needs to be increased so that women get better information about the impact and prevention of contracting STIs. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rina Sari S.
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakanpendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dari data Survei RencanaPembangunan Jangka Menengah 2017. Sampel adalah remaja umur 15-24 tahun diIndonesia dengan total sampel 23.821 responden. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui gambaran perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja 15-24 tahun diIndonesia dan faktor-faktor mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwasebanyak 3,7 responden mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah.Analisis Bivariat diperoleh semua faktor predisposisi berhubungan dengan perilakuhubungan seksual pranikah yaitu umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pengetahuankontrasepsi, pengetahuan KRR dan sikap penerimaan terhadap perilaku hubunganseksual pranikah , semua faktor pemungkin tidak ada yang menunjukkan hubungandengan perilaku seksual pranikah, faktor penguat yang berhubungan dengan perilakuhubungan seksual yaitu pengalaman berpacaran. Hasil analisis multivariat didapatkanbahwa variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksualpranikah adalah pengalaman berpacaran dengan OR sebesar 42,67 95 CI = 34,9152,15 .
This study is an analytical descriptive research using a quantitative approachwith Cross Sectional design that analyzes secondary data of RPJMN Survey in 15 24years old adolescents in Indonesia with a total sample of 23,821 respondents. The aimsof this study were to determine premarital sexual behavior in adolescents 15 24 years inIndonesia and influencing factors based on the data of RPJMN Survey 2017. Findingsthat 3.7 of respondents claimed to have premarital sexual intercourse. Bivariateanalysis results in all predisposing factors related to premarital sexual behavior ie age,sex, shelter, contraceptive knowledge, adolescent reproductive health knowledge andattitudes of premarital sexual behavior , all enabling factors unrelated to premaritalsexual behavior, reinforcing factors related to the behavior of sexual relations is theexperience of dating. Multivariate analysis showed that the most dominant variableassociated with premarital sexual behavior was the experience of dating with OR of42.67 95 CI 34.91 52.15 . "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winny Kirana Hasanah
"Perilaku seksual pranikah atau seks sebelum menikah adalah aktivitas seksual yang dilakukan sebelum adanya pernikahan yang sah. Perilaku seksual pranikah di masyarakat tidak diterima secara budaya dan sosial karena bertentangan dengan moral dan menimbulkan beberapa masalah kesehatan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara penggunaan NAPZA dengan perilaku seksual pranikah pada remaja pria usia 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel penelitian yaitu remaja pria belum menikah yang berusia 15-24 tahun di Indonesia dan terpilih menjadi responden dalam SDKI tahun 2017 serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 9.598 responden. Hasil penelitian menunjukkan perilaku seksual pranikah pada remaja pria di Indonesia sebesar 9,1%, penggunaan NAPZA pada remaja pria sebesar 4,9% dan berdasarkan cara penggunaanya, persentase tertinggi penggunaan NAPZA yaitu dengan cara dihisap dan atau dihirup sebesar 2,5%. Analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda menyatakan penggunaan NAPZA meningkatkan perilaku seksual pranikah pada remaja pria di Indonesia setelah dikontrol variabel tempat tinggal, umur, pengaruh teman sebaya dan konsumsi alkohol. Remaja pria yang menggunakan NAPZA dengan cara dihisap dan atau dihirup berisiko 2,9 kali (95% CI: 2,2-3,9) melakukan hubungan seksual pranikah, remaja yang menggunakan NAPZA dengan cara ditelan 1,4 kali (95% CI: 1,0-2,1) lebih berisiko pada perilaku seksual pranikah dan remaja pria yang menggunakan NAPZA dengan cara lainnya (disuntik atau kombinasi dari beberapa cara penggunaan) meningkatkan risiko perilaku seks sebelum menikah sebesar 4,1 kali (95% CI: 2,2-7,3) dibandingkan dengan yang tidak menggunakan NAPZA.

Premarital sexual behavior or sex before marriage is a sexual activity carried out before legal marriage. Premarital sexual behavior in society is not accepted culturally and socially because it is against morals and causes several health problems. The purpose of this study was to determine the relationship between drug use and premarital sexual behavior in male adolescents aged 15-24 years in Indonesia. This study uses a cross-sectional design with a research sample of unmarried male adolescents aged 15-24 years in Indonesia and selected as respondents in the 2017 IDHS and meeting the inclusion and exclusion criteria of 9,598 respondents. The results showed premarital sexual behavior in male adolescents in Indonesia was 9.1%, drug use in male adolescents was 4.9%, and based on the method of use, the highest percentage of drug use was by smoking and/or inhalation at 2.5%. Multivariate analysis using multiple logistic regression test stated that drug use increased premarital sexual behavior in male adolescents in Indonesia after controlling for variables of residence, age, peer influence and alcohol consumption. Male adolescents who use drugs by smoking and/or inhalation are at risk of 2.9 times (95% CI: 2.2-3.9) having premarital sexual intercourse, adolescents who use drugs by swallowing 1.4 times (95% CI: 1.0-2.1) were more at risk for premarital sexual behavior and male adolescents who used drugs in other ways (injections or a combination of several ways of use) increased the risk of premarital sex behavior by 4.1 times (95% CI: 2,2-7.3) compared with those who do not use drugs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Rina Sari S.
"Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional dari data Survei Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2017. Sampel adalah remaja umur 15-24 tahun di Indonesia dengan total sampel 23.821 responden. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku hubungan seksual pranikah pada remaja 15-24 tahun di Indonesia dan faktor-faktor mempengaruhinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 3,7% responden mengaku telah melakukan hubungan seksual pranikah.
Analisis Bivariat diperoleh semua faktor predisposisi berhubungan dengan perilaku hubungan seksual pranikah (yaitu umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pengetahuan kontrasepsi, pengetahuan KRR dan sikap penerimaan terhadap perilaku hubungan seksual pranikah), semua faktor pemungkin tidak ada yang menunjukkan hubungan dengan perilaku seksual pranikah, faktor penguat yang berhubungan dengan perilaku hubungan seksual yaitu pengalaman berpacaran. Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah adalah pengalaman berpacaran dengan OR sebesar 42,67 (95% CI = 34,91-52,15).

This study is an analytical descriptive research using a quantitative approach with Cross Sectional design that analyzes secondary data of RPJMN Survey in 15-24 years old adolescents in Indonesia with a total sample of 23,821 respondents. The aims of this study were to determine premarital sexual behavior in adolescents 15-24 years in Indonesia and influencing factors based on the data of RPJMN Survey 2017. Findings that 3.7% of respondents claimed to have premarital sexual intercourse.
Bivariate analysis results in all predisposing factors related to premarital sexual behavior (ie age, sex, shelter, contraceptive knowledge, adolescent reproductive health knowledge and attitudes of premarital sexual behavior), all enabling factors unrelated to premarital sexual behavior, reinforcing factors related to the behavior of sexual relations is the experience of dating. Multivariate analysis showed that the most dominant variable associated with premarital sexual behavior was the experience of dating with OR of 42.67 (95% CI = 34.91-52.15).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53857
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>