Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115947 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niken Sekarsari Salsabil
"Perubahan iklim semakin diakui menghadirkan berbagai ancaman bagi kesehatan manusia, termasuk kesehatan mental seperti memengaruhi kondisi psikologis manusia dari berbagai aspek mulai dari rasa stres, duka, hingga masalah perilaku dan emosional lainnya yang disebut sebagai eco-anxiety. Perbedaan usia telah diketahui memengaruhi tingkat eco-anxiety yang berbeda pula. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan tingkat eco-anxiety antara usia dewasa muda dan dewasa tengah. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan between-subjects design. Pengukuran eco-anxiety menggunakan alat ukur oleh Hogg et al. (2021) yang telah diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Jumlah partisipan sebanyak 245, merupakan WNI dengan usia 19-65 tahun. Dalam mengambil sampel, peneliti menggunakan metode pengambilan data non-probability sampling dengan teknik pengambilan data convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat eco-anxiety antara dewasa muda dan dewasa tengah dengan nilai signifikan (t (245) = 0.177, p < 0,01). Kesimpulannya, perbedaan usia seperti antara dewasa muda dan dewasa tengah memiliki tingkat eco-anxiety yang berbeda pula. Dengan begitu para pekerja di bidang pemasaran dapat menggunakan penelitian ini sebagai referensi dalam menentukan target penjualan dan dapat menjadi pertimbangan untuk mempromosikan produk yang ramah lingkungan.

Climate change is increasingly recognized as presenting various threats to human health, including mental health such as affecting human psychological conditions from various aspects ranging from stress, grief, to other behavioural and emotional problems known as eco-anxiety. Age differences have been known to affect different levels of eco-anxiety. Thus, this study aims to see the difference in the level of eco-anxiety between young adults and middle adults. This research is a non-experimental study with a between- subjects design. Measurement of eco-anxiety using a measuring instrument by Hogg et al. (2021) which has been adapted into Bahasa. The number of participants are 245 Indonesian citizens aged 19-65 years. In taking samples, researchers used non-probability sampling data collection methods with convenience sampling data collection techniques. The results showed that there was a significant difference in the level of eco-anxiety between young adults and middle adults with a significant value (t (245) = 0.177, p < 0.01). In conclusion, age differences such as between young adults and middle adults have different levels of eco anxiety. That way workers in the marketing field can use this research as a reference in determining sales targets and can be a consideration for promoting environmentally friendly products."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Murdisari Kartika
"Perilaku konsumsi berlebihan khususnya dalam menggunakan sabun non-organik menjadi salah satu kontributor besar dalam menyebabkan krisis iklim. Kini, eco-anxiety banyak dialami oleh masyarakat akibat krisis iklim yang menjadi anteseden dari ramainya perilaku membeli sabun organik sebagai langkah mitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara eco-anxiety dan perilaku membeli produk sabun organik pada dewasa muda dari status sosio ekonomi sosial menengah ke atas pada warga negara Indonesia. Hubungan dilihat dengan melakukan uji korelasi Pearson pada alat ukur Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) dan Green Purchase Behavior (GPB) yang telah ditranslasi ke Bahasa Indonesia pada payung penelitian pertama (Abhiwangsa, 2022; Fitrianisa, 2022; Setiawan, 2022) dan disesuaikan dengan konteks produk sabun organik. Populasi penelitian ini adalah warga negara Indonesia berusia 20 hingga 40 tahun dengan kisaran pengeluaran individual per bulannya sebesar Rp 1.000.000 sampai dengan lebih dari Rp 7.500.000 menggunakan convenience sampling (N = 236). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara eco-anxiety dan perilaku membeli produk sabun organik pada dewasa muda dari status sosio-ekonomi menengah ke atas di Indonesia (r(236) = 0.62, p < 0.01, two-tailed). Hal ini membuktikkan bahwa eco-anxiety mendorong perilaku praktikal dengan membeli produk sabun organik untuk menanggulangi kerusakan lingkungan dalam rangka memitigasi kecemasan yang dirasakan khususnya pada dewasa muda dari status sosio-ekonomi menengah ke atas di Indonesia.

One of the major factors contributing to the climate crisis is excessive consumption behavior, particularly the use of non-organic soap. Due to the climate crisis, many people are experiencing eco-anxiety which is an antecedent of the popular behavior of purchasing organic soap as a mitigation measure. This study aims to investigate the relationship between eco-anxiety and the purchase behavior of organic soap among young adults from middle to upper socio-economic status among Indonesian citizens. The relationship was determined by using the Pearson correlation test on the Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) and Green Purchase Behavior (GPB) measuring instruments, which had been translated into Bahasa Indonesia in the first research umbrella (Abhiwangsa, 2022; Fitrianisa, 2022; Setiawan, 2022) and adapted to the context of organic soap products. The population of this study were Indonesian citizens aged 20 to 40 years old with a monthly individual expenditure range of Rp 1.000.000 to more than Rp 7.500.000 using convenience sampling (N = 236). The findings showed that there was a positive and significant relationship between eco-anxiety and purchase behavior of organic soap products amoung young adults from middle to upper socio-ecomomic status in Indonesia (r(236) = 0.62, p < 0.01, two-tailed). This demonstrates how eco-anxiety encourages practical behavior by buying organic soap products to address environmental destruction in order to mitigate anxiety, particularly among young adults from middle to upper socio-economic status in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shaqina Andira Devi Prasetyo
"Kesadaran masyarakat akan krisis iklim dan degradasi lingkungan yang terjadi di berbagai wilayah di dunia terus mengalami peningkatan. Hal itu pun memicu munculnya kecemasan lingkungan (eco-anxiety). Dalam upaya menumpas kecemasan tersebut, individu mulai terdorong untuk berpartisipasi aktif pada perilaku pro-lingkungan dengan mengadaptasi intensi membeli produk ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara tingkat kecemasan lingkungan (eco-anxiety) dengan intensi membeli sabun organik. Partisipan dalam penelitian ini adalah warga negara Indonesia (WNI) yang berada pada rentang usia dewasa muda (20-40 tahun) (N=231). Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, yakni alat ukur HEAS-13 yang digunakan dalam mengukur variabel kecemasan lingkungan (eco-anxiety) dan alat ukur green purchase intention yang digunakan dalam mengukur intensi membeli produk sabun organik. Dalam meninjau korelasi antara kedua variabel, penelitian ini menggunakan korelasi pearson. Hasil analisis korelasi pearson mendapati bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecemasan lingkungan (eco-anxiety) dan intensi membeli sabun organik r(231) = .428, p <0.01, one-tailed dengan effect size yang tergolong sedang, yakni sebesar r2 = .183 (0.25 > r2 > 0.09). Berdasarkan temuan tersebut, diketahui bahwa semakin tingginya tingkat kecemasan lingkungan (eco-anxiety) maka intensi membeli produk sabun organik pun juga akan mengalami peningkatan.

Public awareness of the climate crisis and environmental degradation that occurs in various regions of the world continues to increase which triggers the emergence of eco-anxiety. In order to quell these anxieties, people begin to actively participate in pro-environmental action by adapting green purchase intention. This study aims to examine the relationship between the level of eco-anxiety and the intention to purchase organic soap. Participants in this study were Indonesian citizens (WNI) who were in the age range of young adults (20-40 years) (N = 231). There are two measuring instruments used in this study, which are HEAS-13 to measure the environmental anxiety variables (eco-anxiety) and Green Purchase Intention to measure the intention to purchase organic soap. Pearson correlation analaysis were used in this study to examine the relationship between the two variables. The results found that there is a positive and significant relationship between eco-anxiety and the intention to purchase organic soap r(231) = .428, p <0.01, one-tailed with a relatively moderate effect size r2 = .183 (0.25 > r2 > 0.09). Based on these findings, it is known that the higher the level of eco-anxiety, the intention to purchase organic soap will also increase."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Georgius Astungkara Abiwangsa
"Kini krisis iklim dan kerusakan lingkungan mulai ditanggulangi dengan perkembangan sustainable fashion. Tren perilaku membeli produk pakaian ramah lingkungan didasari oleh berbagai anteseden, salah satu yang belum marak diteliti adalah fenomena eco-anxiety. Penelitian ini menguji korelasi antara eco-anxiety beserta masing-masing dimensinya dan perilaku membeli produk pakaian ramah lingkungan. Uji korelasi pearson dilakukan dengan menggunakan alat ukur HEAS-13 (Hogg Eco-Anxiety Scale) dan GPB (Green Purchase Behavior) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dan dikontekstualisasikan dengan produk pakaian. Sebagai studi dasar, populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat Indonesia dengan menggunakan accidental sampling (n = 500). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif dan signifikan dengan effect size sedang antara tingkat eco-anxiety dan tingkat perilaku membeli produk pakaian ramah lingkungan, r(500) = .44, p < 0.01, one-tailed, effect size r2 = .19. Individu yang mengalami eco-anxiety cenderung menunjukkan perilaku membeli produk pakaian ramah lingkungan. Eco-anxiety memiliki dampak praktikal dengan mendorong individu untuk melakukan aksi nyata menanggulangi krisis iklim dan kerusakan lingkungan.

Climate crisis and environmental degradation are starting to be mitigated with the development of sustainable fashion. The trend of buying environmentally friendly clothing products is based on various antecedents, one of which that has not been widely studied is the phenomenon of eco-anxiety. This study examines the correlation between eco-anxiety with its respective dimensions and green fashion products purchase behavior. The Pearson correlation test was carried out using the HEAS-13 (Hogg Eco-Anxiety Scale) and GPB (Green Purchase Behavior) instruments; which have been adapted into Bahasa Indonesia and contextualized with fashion products. As a basic research, the population of this study were all Indonesian people with accidentally sampled participants (n = 500). The results showed that there is a positive and significant correlation with a moderate effect size between the level of eco-anxiety with its respective dimensions and the level of green fashion purchase behavior, r(500) = .44, p < 0.01, one-tailed, effect size r2 = .19. Individuals who experience eco-anxiety tend to show green fashion purchase behavior. Eco-anxiety has a practical impact by encouraging individuals to take real action to tackle the climate crisis and environmental degradation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edelweisya Josephine Jolanda
"Bias atensi merupakan bias dimana seseorang cenderung mengalokasikan atensinya terhadap suatu jenis stimulus dibandingkan stimulus lain (Fadardi et al., 2016). Berdasarkan jenis stimulusnya, bias atensi dibagi kembali menjadi positif dan negatif. Berbagai penelitian sebelumnya telah membahas hubungan antara kedua bias atensi tersebut dengan kecemasan, namun hasil yang ditemukan berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara bias atensi positif dan negatif yang dimiliki oleh kelompok dewasa muda dengan tingkat kecemasan tinggi dan rendah. Penelitian ini memiliki desain kuasi-eksperimental dengan desain between-within subject. Partisipan dikelompokan berdasarkan skor kecemasan di alat ukur STICSA-T dan melakukan eksperimen emotional stroop-task yang terdiri dari 120 stimulus kata yang bersifat positif, negatif dan netral. Penelitian ini terdiri dari 68 dewasa muda yang terdiri dari 58 perempuan dan 10 laki-laki (M umur = 20,96, SD = 1,29). Hasil penelitian menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara bias atensi negatif dan positif antara kelompok dengan kecemasan tinggi dan rendah. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang belum dipertimbangkan sebelumnya seperti regulasi emosi, mood, item eksperimen serta sampel penelitian.

Attentional bias is the tendency for someone to allocate their attention to a certain type of stimuli compared to other stimuli that are present (Fadardi et al., 2016). Based on the type of stimuli of the attention, attentional bias is subdivided into positive and negative attentional bias. Previous researches have discussed the relationship of attentional bias and anxiety, yet the results indicate different findings. This research’s purpose is to clear the relationship between positive and negative attentional bias with high and low trait anxiety in young adults, in which the trait anxiety level was measured using STICSA-T. This research is a quasi-experimental research with between-within subjects, in which each anxiety group did an emotional stroop task of 120 stimuli that consists of positive, negative and neutral words to measure their positive and negative attentional bias. The participants of this research consists of 68 young adults, 58 women and 10 male (M age = 20,96, SD = 1,29). The results of this research found that there are no significant differences between the positive and negative attentional bias between groups of high and low trait anxiety. This finding may be influenced by other factors such as emotional regulation, mood, experiment items and the research samples."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Ramadhani Fitrianisa
"Tingginya produksi tekstil dan pakaian yang diikuti perilaku konsumtif masyarakat akan meningkatkan limbah pakaian yang berdampak negatif bagi lingkungan. Fenomena ini meningkatkan kecemasan individu akan kerusakan lingkungan (eco-anxiety). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti korelasi antara tingkat eco-anxiety dengan intensi membeli produk pakaian ramah lingkungan. Peneliti menggunakan desain korelasional dengan jumlah sampel sebanyak 260 partisipan (usia 18-65 tahun). Alat ukur yang digunakan adalah The Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) dan alat ukur green purchase intention yang telah ditranslasi ke dalam Bahasa Indonesia dan diadaptasi dengan konteks pakaian. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan dengan efek kecil antara eco-anxiety dan intensi membeli produk pakaian ramah lingkungan, r(260) = .24, p < .01, R2= .058. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kecemasan akan lingkungan, semakin tinggi pula kemungkinan individu menunjukkan intensi membeli produk pakaian ramah lingkungan.

The large production of textiles and clothing, followed by the public's consumptive behavior, will increase clothing waste, which will have a detrimental effects on environment. This phenomenon increases individual anxiety about environmental damage (eco-anxiety). The purpose of this study is to examine the correlation between the level of eco-anxiety and the intention to purchase eco-friendly clothing products. The research conducted a correlational design with 260 participants (age 18 to 65 years). The measuring instrument employed is The Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) and a green purchase intention measuring instrument that has been translated into Indonesian and applied to the context of clothing. The Pearson correlation analysis shows a significant positive correlation with a small effect between eco-anxiety and the intentions to purchase ecofriendly clothing products, r(260) = .24, p < .01, R2= .058. The results indicated that the greater the level of environmental anxiety, the greater the chance of individuals exhibiting an intentions to purchase ecofriendly clothing products.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasya Stephanie Bintang Melania
"Krisis iklim yang sedang terjadi cukup menjadi alasan bagi masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan. Salah satu caranya dengan menerapkan perilaku pro-lingkungan dalam masyarakat melalui perilaku konsumsi produk ramah lingkungan. Untuk mendorong konsumsi produk ramah lingkungan, masyarakat diharapkan memiliki sikap terhadap produk ramah lingkungan. Peneliti ingin melihat hubungan antara kecemasan lingkungan (eco-anxiety) dan sikap membeli sabun organik. Penelitian ini menyasar masyarakat Indonesia yang merupakan WNI dan berkategori usia dewasa muda sebagai partisipan (n = 229). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kedua variabel adalah HEAS-13 mengukur kecemasan lingkungan dan ATGP mengukur sikap terhadap sabun organik. Untuk membuktikan adanya hubungan antara kedua variabel maka dilakukan pengujian korelasi antara variabel kecemasan lingkungan dan variabel sikap membeli sabun organik menggunakan uji korelasi pearson. Berdasarkan hasil uji korelasi pearson, terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara kecemasan lingkungan dan sikap membeli sabun organik, r(229) = 0.384, p < 0.01, one tailed dengan effect size r2  = 0.148 yang tergolong dalam kategori sedang. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki eco-anxiety cenderung memiliki sikap membeli sabun organik yang positif. Dengan begitu, penelitian ini telah berkontribusi dan sejalan dengan penelitian sebelumnya yang bertujuan untuk meneliti tentang hubungan antara kecemasan lingkungan dan sikap terhadap produk ramah lingkungan.

The current climate crisis is enough reason for people to care about the environment. One way is by implementing pro-environmental behavior in society through consumption behavior of environmentally friendly products. To encourage the consumption of environmentally friendly products, people are expected to have an attitude toward green products. Researchers want to see the relationship between eco-anxiety and the attitude of buying organic soap. This research targets Indonesian citizens who are Indonesian citizens and in the young adult age category as participants (n = 229). The measurement tools used to measure both variables are HEAS-13 measuring environmental anxiety and ATGP measuring the attitude of buying organic soap. To prove that there is a relationship between the two variables, a correlation test was used between the eco-anxiety variable and the attitude variable to buy organic soap using Pearson correlation test. Based on the results of the Pearson, there is a positive and significant correlation between eco- anxiety and the attitude of buying organic soap, r(229) = 0.384, p <0.01, one tailed with an effect size of r2 = 0.148 which is in the medium category. Overall it can be concluded that individuals who have eco-anxiety tend to have a positive attitude towards buying organic soap. That way, this research has contributed to and is in line with previous research which aims to examine the relationship between eco-anxiety and attitude toward green products."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Maharani Nugroho
"Saat ini, krisis iklim menjadi salah satu fenomena yang memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Hal ini dapat digambarkan sebagai eco-anxiety. Eco-anxiety adalah pengalaman akan kecemasan yang dirasakan terkait krisis iklim dan kerusakan lingkungan. Salah satu yang dapat memengaruhi eco-anxiety adalah kepribadian. Terdapat tiga kepribadian yang dapat memengaruhi eco-anxiety, yaitu neuroticism, openness, dan conscientiousness. Individu dengan tipe kepribadian neuroticism cenderung memiliki kecemasan akan lingkungan. Untuk individu dengan tipe kepribadian openness digambarkan memiliki rasa ingin tahu terhadap lingkungan, dan pada tipe kepribadian conscientiousness digambarkan sebagai individu yang berhati-hati, memiliki tujuan, dan mengikuti norma terkait lingkungan. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat peran ketiga kepribadian tersebut terhadap eco-anxiety dengan menggunakan metode kuantitatif dan desain korelasional dengan multiple analysis regression. Eco-anxiety diukur dengan menggunakan Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS- 13) (Hogg et al., 2021) dan kepribadian diukur dengan menggunakan Ten Item Personality Inventory (TIPI Indonesia) (Akhtar, 2018). Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 552 dengan rentang usia 19-65 tahun. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peran pada ketiga tipe kepribadian neuroticism, openness, dan conscientiousness terhadap eco-anxiety dengan F = 2.93, p = 0.033 < 0.05, R2 = 0.016. Dalam hal ini ditemukan jika neuroticism (B= -0.545, t = -2.686, p = 0.007) dan conscientiousness (B = 0.520, t = 2.076, p = 0.038) memiliki hubungan yang signifikan, sedangkan openness tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap eco-anxiety. Temuan ini dapat digunakan untuk melihat kebutuhan pasar pada perusahaan industri, aktivis lingkungan, dan psikolog agar dapat mengurangi eco-anxiety yang disesuaikan dengan kepribadian individu.

Currently, the climate crisis is a phenomenon that has a major impact on human life. This can be described as eco-anxiety. Eco-anxiety is the experience of anxiety related to the climate crisis and environmental damage. One thing that can affect eco-anxiety is personality. There are three personalities that can affect eco-anxiety, such as neuroticism, openness, and conscientiousness. Individuals with neuroticism tends to have environmental anxiety. Individuals with openness are described as having a curiosity about the environment, and the conscientiousness personality type is described as an individual who is careful, has goals, and follows environmental norms. Therefore, this study aims to examine the role of these three personalities on eco-anxiety by using quantitative method and correlational multiple analysis regression. Eco-anxiety was measured using the Hogg Eco-Anxiety Scale (HEAS-13) (Hogg et al., 2021) and personality was measured using the Ten Item Personality Inventory (TIPI Indonesia) (Akhtar, 2018). The number of participants in this study was 552 with an age range of 19-65 years. The results showed that there was an role on the three personality types of neuroticism, openness, and conscientiousness on eco-anxiety with F = 2.93, p = 0.033 < 0.05, R2 = 0.016. In this case, it was found that neuroticism (B= -0.545, t = -2.686, p = 0.007) and conscientiousness (B = 0.520, t = 2.076, p = 0.038) had a significant relationship, while openness had no significant relationship to eco -anxiety. These findings can be used to see the market needs of industrial companies, environmental activists, and psychologists in order to reduce eco-anxiety that is tailored to individual personalities."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hillary Nikita Setiawan
"Saat ini, masyarakat di seluruh dunia mulai menyadari bahaya krisis iklim akibat perilaku konsumsi pakaian. Hal ini mendorong masyarakat untuk mengadopsi perilaku mengonsumsi produk ramah lingkungan. Sebelum konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian produk, konsumen perlu menaruh sikap terhadap produk tersebut. Salah satu faktor yang memengaruhi sikap terhadap produk pakaian ramah lingkungan adalah kecemasan lingkungan. Penelitian ini ingin melihat hubungan antara kecemasan lingkungan dan sikap terhadap produk pakaian ramah lingkungan pada masyarakat Indonesia yang berusia produktif. Pengukuran variabel kecemasan lingkungan dilakukan dengan menggunakan alat ukur HEAS-13, sedangkan pengukuran variabel sikap terhadap produk pakaian ramah lingkungan dilakukan dengan menggunakan alat ukur ATGP. Partisipan penelitian ini adalah masyarakat Indonesia berusia produktif (N = 487). Hasil analisis Pearson Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecemasan lingkungan dan sikap terhadap produk pakaian ramah lingkungan pada masyarakat Indonesia yang berusia produktif, r(487) = 0.378, p < 0.01, one-tailed. Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan yang sedang dan positif antara kecemasan lingkungan dan sikap terhadap produk pakaian ramah lingkungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dan temuan ini menjadi penelitian dasar yang menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecemasan lingkungan dan sikap terhadap produk pakaian ramah lingkungan pada masyarakat Indonesia berusia produktif.

Many people around the world realized the dangers of the climate crisis that happened because of clothing consumption. This issue encourages people to adopt green consumption behavior such as purchasing green clothing. Before consumers decide to buy green products, consumers need to pay attention to their attitude toward green products. One of the factors that influence attitude towards green clothing is eco-anxiety. This study wants to examine the relationship between eco-anxiety and attitude toward green product in the productive age of Indonesians. The measurement of eco-anxiety was carried out using HEAS-13, while the measurement of attitude toward green clothing was carried out using ATGP. Both of the measurements have been adapted and used green clothing as the products. The participants of this study were the productive age of Indonesians (N = 487). The results of the Pearson Correlation analysis show that there is a positive and significant relationship between eco-anxiety and attitude towards green clothing in the productive age of Indonesians, r(487) = 0.378, p < 0.01, one-tailed. Overall, it can be said that there is a moderate and positive relationship between eco- anxiety and attitudes towards green clothing. The results of this study are in line with previous studies and found that there is a positive and significant relationship between eco-anxiety and attitude towards green clothing in productive Indonesian people"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Shelley Tju
"Pandemi Covid-19 dapat menyebabkan trauma pada masyarakat yang terdampak, baik akibat dari karantina, masalah finansial, kematian massal, ketakutan akan menularkan kepada orang lain, hingga terpapar virus Covid-19 itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat trauma dan posttraumatic growth yang signifikan di antara masyarakat dewasa muda yang memiliki jumlah stresor terkait pandemi Covid-19 yang berbeda. Partisipan dalam penelitian ini adalah 138 individu dewasa muda dengan rentang umur 20–40 tahun (M = 24.47, SD = 4.52). Trauma diukur dengan alat ukur Impact of Event Scale Revised (IES-R) dan posttraumatic growth diukur dengan alat ukur Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). Hasil pengujian one-way ANOVA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat trauma yang signifikan (F(3, 134) = 3.028, p = 0.032) dan tidak terdapat perbedaan tingkat posttraumatic growth (F(3,134) = 1.256, p = 0.292) antar partisipan dengan jumlah stresor terkait pandemi Covid-19 yang berbeda.

The Covid-19 pandemic can cause trauma to the people who are affected, be it because of the quarantine, financial problems, mass death, the fear of transmitting the virus to others, up to close encounter with the Covid-19 virus itself. This study aimed to see if there is any significant difference in the level of trauma and posttraumatic growth among young adults who had different amounts of Covid-19 related stressors. The participants in this study are 138 young adults aged 20–40 years old (M = 24.47, SD = 4.52). Trauma was measured with Impact of Event Scale Revised (IES-R) and posttraumatic growth was measured with Posttraumatic Growth Inventory (PTGI). One-way ANOVA analysis revealed that there is a significant difference in the level of trauma (F(3, 134) = 3.028, p = 0.032) and there is no significant difference in the level of posttraumatic growth (F(3,134) = 1.256, p = 0.292) between participants with different amounts of Covid-19 pandemic related stressors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>