Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147514 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silmina Azyyati
"Penelitian ini mengenai peran pengasuh dalam menangani anak terlantar di PSAA PU 3 Tebet yang dibahas dari disiplin ilmu Kesejahteraan Sosial. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya jumlah anak terlantar di Jabodetabek, dan bagaimana pemerintah menangani permasalah anak terlantar di Jakarta. Dinas Sosial Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan 9 Panti asuhan yang dapat memberikan fasilitas pemenuhan kebutuhan anak. Namun karena faktor kurangnya jumlah sumber daya manusia, pengasuh harus memiliki peran-peran tambahan selain pengasuh yaitu administrator yang dampaknya pada optimalisasi pengasuhan anak. Tujuan dari penelitian ini ingin menggambarkan peran pengasuh dalam menangani anak terlantar d PSAA PU 3 Tebet, baik peran sebagai pengasuh maupun peran lain yang dijalankan. Penelitian ini berlangsung sejak bulan Oktober 2021-Juni 2021 dengan metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan jenis penelitian kualitatif deskriptif, serta metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dengan kriteria pengasuh yang sudah bekerja selama 4 tahun atau lebih, pernah mengalami pergantian anak asuh, serta memiliki peran sebagai administrator. Konsep yang menjadi acuan dalam menganalisis penelitian ini adalah konsep peran pengasuh, konsep anak terlantar dan konsep pola asuh. Hasil dari penelitian ini adalah peran pengasuh dibagi menjadi 2 yaitu peran pengasuhan dan peran administrasi. Peran pengasuhan merujuk pada bagaimana pengasuh memenuhi kebutuhan anak dan mendukung anak agar dapat berkembang serta bagaimana pengasuh mendidik anak agar dapat mandiri dengan menerapkan pola asuh yang tepat. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumbangsih ilmu pada mata pelajaran Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial (TLM&LS) serta menjadi pertimbangan bagi panti sosial asuhan anak untuk melakukan pengasuhan.

This research is about the role of caregivers in dealing with neglected children in PSAA PU 3 Tebet which is discussed from the discipline of Social Welfare. This research is motivated by the high number of neglected children in Jabodetabek, and how the government handles the problem of neglected children in Jakarta. The Social Service of the DKI Jakarta Provincial Government has prepared 9 orphanages that can provide facilities to meet the needs of children. However, due to the lack of human resources, caregivers must have additional roles besides caregivers, namely administrators whose impact on optimizing child care. The purpose of this study is to describe the role of caregivers in dealing with neglected children at PSAA PU 3 Tebet, both the role as a caregiver and other roles that are carried out. This research took place from October 2021-June 2021 with the methods used were qualitative research methods and descriptive qualitative research types, and the data collection methods used were in-depth interviews, observation, and document studies. The selection of informants in this study was purposive sampling, with criteria for caregivers who had worked for 4 years or more, had experienced a change in foster children, and had a role as administrator. The concept that becomes the reference in analyzing this research is the concept of the role of caregivers, the concept of abandoned children and the concept of parenting. The result of this research is that the role of the caregiver is divided into 2, namely the role of caregiving and the role of administration. The role of nurturing refers to how caregivers meet the needs of children and support children to develop and how caregivers educate children to be independent by implementing appropriate parenting patterns. The results of this study are expected to be useful as a contribution to knowledge in the subject of Human Behavior and the Social Environment (TLM&LS) as well as a consideration for child care social institutions to provide care."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damara Ika Afriani
"Peran gender telah membuat perempuan memiliki tanggung jawab lebih dalam merawat lansia. Di sisi lain, perempuan memiliki tanggung jawab lain sebagai seseorang yang mengurus urusan rumah tangga dan bekerja. Kondisi tersebut dapat memicu konflik peran yang dapat berdampak pada persepsi dan emosinya selama merawat lansia. Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara persepsi caregiver terhadap status kognitif lansia dan kekerasan psikologis oleh perempuan bekerja yang merawat lansia. Penelitian ini menggunakan Cognitive Status Scale milik Pearlin (1990) untuk mengukur persepsi caregiver terhadap status kognitif lansia. Sementara itu, kekerasan psikologis akan diukur menggunakan dua instrumen, yaitu Elder Abuse Scale-Verbal Abuse milik Lin (2020) untuk mengukur kekerasan verbal dan Elder Abuse Scale-Communication Neglect milik Lin (2020) untuk mengukur pengabaian komunikasi. Penelitian ini terdiri dari 189 partisipan perempuan yang sudah merawat lansia minimal selama 12 bulan dengan minimal durasi merawat sebanyak 2 jam perminggu, dan bekerja dengan durasi minimal 20 jam perminggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara persepsi caregiver terhadap status kognitif lansia dan kekerasan verbal. Namun, ditemukan hubungan antara persepsi caregiver terhadap status kognitif lansia dan pengabaian komunikasi.

The emerging gender role has made women have more responsibility in caring for the elderly. On the other hand, women still have other responsibilities to take care of household affairs and work. This condition can trigger conflicts of roles that can impact their perceptions and emotions while caring for the elderly. This research examines the relationship between caregivers' perception of older care receivers' cognitive status and psychological abuse by working women caregivers. This research used Pearlin's Cognitive Status Scale (1990) to measure caregivers’ perception of older care receivers’ cognitive status. Meanwhile, psychological abuse will be measured using two instruments, namely Lin's Elder Abuse Scale-Verbal Abuse (2020) to measure verbal abuse and Lin's Elder Abuse Scale-Communication Neglect (2020) to measure communication neglect. This research consists of 189 female participants caring for the elderly for at least 12 months, with a minimum duration of caring 2 hours per week, and working with a minimum duration of 20 hours per week. The result shows no relationship between caregivers' perception of older care receivers' cognitive status and verbal abuse. However, the researcher found a relationship between caregivers’ perceptions of older care receivers’ cognitive and communication neglect."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Ananda Wahyu Utamie
"Kelekatan merupakan salah satu kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi pada anak di samping pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya seperti kebutuhan fisik dan aktualisasi diri. Anak-anak yang terlahir dari keluarga atau kondisi yang kurang betuntung membuat kebutuhan-kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi sehingga mereka memerlukan pengasuhan alternatif dari lembaga pengasuhan. Pengasuhan alternatif merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan anak bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu dan anak terlantar. Penelitian terdahulu menemukan bahwa anak yang mendapatkan pengasuhan alternatif berisiko memiliki masalah pada kelekatan, masalah kepribadian, kriminalitas, kesehatan mental, hingga rendahnya kompetensi pendidikan. Oleh karena itu, pengasuh sebagai pengganti orang tua kandung bertugas untuk untuk memberikan akses kepada anak untuk mengurangi masalah mental, mengubah outcome negatif menjadi positif, dan meningkatkan kesejahteraan mereka bagi masa depan anak melalui pembentukan kelekatan yang aman. Anak yang memiliki kelekatan aman akan memiliki kepercayaan dan perilaku positif serta meningkatnya kemampuan interpersonal dan emosonal yang efektif sehingga penting bagi anak untuk memiliki kelekatan aman dengan pengasuhnya. Penelitian ini membahas tentang proses pembentukan kelekatan yang dilakukan oleh pengasuh dalam membangun kelekatan dengan anak asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama (PSAA PU) 3 Tebet. Anak asuh di PSAA PU 3 Tebet merupakan anak yang memiliki latar belakang keluarga tidak mampu, korban perceraian orang tua, dan anak yatim/piatu. Pengasuh berperan untuk memenuhi kebutuhan emosional anak dengan menciptakan hubungan yang dekat dan berkualitas antara orang tua dan anak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi literatur, serta observasi lapangan. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan sejak Juli – Desember 2023. Terdapat delapan informan dalam penelitian ini yang terdiri dari seorang Kepala Satuan Pelaksana Pembinaan, satu orang Pekerja Sosial, dua orang pengasuh, serta empat orang anak asuh. Penelitian ini menemukan bahwa pengasuh melakukan berbagai upaya untuk membangun kelekatan dengan anak asuh sejak anak baru masuk ke panti. Bentuk upaya tersebut dimulai dengan melakukan pendekatan pada anak asuh baru, yaitu merangkul anak yang kesepian, membuat suasana panti yang nyaman bagi anak, dan membantu membuat anak menjadi mandiri. Kemudian, dalam melakukan interaksi dalam keseharian pengasuh dan anak asuh, yaitu menanyakan kabar dan kondisi anak, mendampingi kegiatan anak, membantu anak dalam menyelesaikan masalah, serta memberikan nasihat dan motivasi. Selanjutnya, pengasuh juga membantu anak untuk menaati aturan yang ada di panti. Upaya membangun kelekatan yang dilakukan oleh pengasuh menghasilkan kelekatan yang aman (secure attachment) dan kelekatan tidak aman (avoidant attachment) pada anak asuh. Anak dengan kelekatan aman memiliki ix Universitas Indonesia hubungan yang dekat, saling terbuka, dan percaya. Anak dengan kelekatan aman memiliki inisiatif tinggi untuk bercerita dan tidak ragu untuk menceritakan masalah pribadinya kepada pengasuh. Anak dengan kelekatan aman juga menganggap bahwa pengasuh merupakan orang tua mereka yang dapat dipercaya dan diandalkan. Sebaliknya, anak dengan kelekatan tidak aman sering menghindar dari pengasuh, tidak memiliki keterbukaan, dan tidak memiliki kepercayaan. Anak juga senang menyendiri di panti serta menganggap pengasuh sebagai orang asing yang mengganggu mereka. Di PSAA PU 3 Tebet, sebagian anak mengalami perubahan kelekatan dari tidak aman menjadi aman pada pengasuhnya setelah melalui proses interaksi yang dibangun pengasuh selama bertahuntahun. Pemenuhan hak dan kebutuhan anak asuh akan membuat anak mencapai kondisi well-being atau sejahtera di mana anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki.

Attachment is one of the psychological needs that must be fulfilled in children, alongside the fulfillment of other basic needs such as physical needs and self-actualization. Children born into less fortunate families or conditions may have unmet basic needs, necessitating alternative caregiving from childcare institutions. Alternative caregiving is one of the government's efforts to realize the well-being and protection of children from economically disadvantaged families and those left without proper care. Previous research has found that children receiving alternative caregiving are at risk of issues related to attachment, personality, criminality, mental health, and low educational competence. Therefore, caregivers serving as substitutes for biological parents are tasked with providing access to children to reduce mental problems, transform negative outcomes into positive ones, and enhance their well-being for the future through the formation of secure attachments. Children with secure attachments tend to have trust, positive behavior, increased interpersonal and emotional effectiveness, making it crucial for children to have secure attachments with their caregivers. This study discusses the process of attachment formation carried out by caregivers in building attachments with foster children at the Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama (PSAA PU) 3 Tebet. Foster children at PSAA PU 3 Tebet come from low-income families, victims of parental divorce, and orphans. Caregivers play a role in fulfilling the emotional needs of children by creating close and quality relationships between parents and children. This research employs a qualitative approach with descriptive research. Data collection includes in-depth interviews, literature reviews, and field observations, conducted over six months from July to December 2023. The study involves eight informants, including the Head of the Implementation Unit for Development, a Social Worker, two caregivers, and four foster children. The findings reveal that caregivers make various efforts to build attachments with foster children from their initial entry into the shelter. These efforts include approaching new foster children, comforting lonely children, creating a comfortable environment, and assisting children in becoming more independent. Additionally, daily interactions involve checking on the child's well-being, accompanying them in activities, helping them solve problems, providing advice, and motivation. Caregivers also aid children in adhering to the institution's rules. The attachment-building efforts result in both secure attachment and avoidant attachment in foster children. Children with secure attachments have close, open, and trusting relationships. They show a high initiative in sharing and have no hesitation in discussing personal problems with caregivers, considering them trustworthy and reliable parental figures. Conversely, children with avoidant attachment often avoid caregivers, lack openness, and trust. They prefer solitude in the shelter and view caregivers as interfering strangers. In PSAA PU 3 Tebet, some children undergo a shift from insecure to secure attachment with their caregivers after years of interaction. Fulfilling the rights and needs of foster children xi Universitas Indonesia contributes to their well-being, allowing them to grow and develop optimally while maximizing their potential."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agata Terra Febriana
"Skripsi ini membahas mengenai stress pada petugas pramu sosial yang merangkap sebagai pekerja sosial dan dampaknya terhadap pelayanan Warga Binaan Sosial (WBS) di PSAA Putra Utama 3 Tebet. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa petugas pramu sosial yang merangkap sebagai pekerja sosial mengalami stress karena beratnya beban pekerjaan yang mereka miliki serta adanya hambatan yang dihadapi seperti keterbatasan waktu, adanya stigma negatif dari anak asuh, perbedaan prinsip dengan lembaga, tugas luar mendadak, hubungan yang kurang baik dengan penyelia serta adanya dilemma peran.
Hasil penelitian ini menyarankan untuk melakukan pembagian beban kerja secara adil dan merata dengan mempertimbangkan tugas dan sifat pekerjaan serta tujuan organisasi atau melakukan workload analysis. Selain itu, penelitian ini juga memberikan saran kepada para penyeliauntuk melakukan supervisi yang mencakup supervisi administratif, supervisi edukasi, dan supervisi dukungan kepada petugas pramu sosial yang merangkap sebagai pekerja sosial karena mereka merupakan garda terdepan dalam proses pemberian layanan di organisasi.

This thesis discusses the stress of Social Pramu who also work as Social Workers and their impact on the services of Social Assisted Citizens (WBS) at PSAA Putra Utama 3 Tebet. The approach used in this study is a qualitative approach with descriptive research with the result showed that Social Pramu who also work as Social Workers experience stress due to the heavy workload they have and the obstacles they face such as time constraints, the negative stigma of foster children, differences in principle with institutions, sudden outside assignments, poor relationship with supervisors, and role dilemmas.
The results of this study suggest that the distribution of workloads should be fair and equitable by considering the tasks and nature of work and organizational goals or do the workload analysis. In addition, this study also provides suggestions to supervisors to conduct supervision that includes administrative supervision, educational supervision, and support supervision to social pramu who also work as social worker because they are the front-line worker in the service delivery process in the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haifa Zharfani Shafyra
"Penelitian ini mengenai gambaran harga diri remaja penerima manfaat di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama (PU) 3 Tebet dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga diri tersebut, yang dibahas dari disiplin Ilmu Kesejahteraan Sosial. Harga diri merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia dan dapat mempengaruhi kesejahteraan subjektif individu. Harga diri juga merupakan salah satu bagian penting dari perkembangan aspek sosioemosional pada masa remaja. Di sisi lain, baik anak remaja maupun anak panti asuhan justru seringkali memiliki harga diri yang rendah. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam pada 14 orang informan, yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Terkait waktunya, penelitian ini berlangsung sejak November 2021 hingga Juni 2022. Hasil penelitian menunjukan bahwa 4 dari 5 penerima manfaat di PSAA PU 3 Tebet memiliki harga diri yang cenderung tinggi. Adapun 1 penerima manfaat lainnya memiliki harga diri yang cenderung rendah. Tinggi rendahnya harga diri tersebut ditunjukan dari adanya penilaian positif ataupun negatif terhadap diri mereka sendiri, terutama terkait perasaan diterima, perasaan mampu, dan perasaan berharga. Tingginya harga diri penerima manfaat di PSAA PU 3 Tebet disebabkan karena faktor lingkungan sosial (keluarga, pengasuh, dan teman sebaya) yang seringkali memberi dukungan sosial kepada mereka, serta tingginya tingkat intelegensi yang mereka miliki. Di samping itu, adanya pemenuhan berbagai kebutuhan penerima manfaat sebagai upaya mensejahterakan anak terlantar juga mempengaruhi tingginya harga diri mereka. Adapun faktor yang mempengaruhi rendahnya harga diri informan yaitu adanya permasalahan dengan teman, rendahnya tingkat intelegensi, serta adanya citra tubuh negatif yang mana juga berkaitan dengan faktor usia dan jenis kelamin. Hal ini dikarenakan remaja perempuan seringkali memiliki citra tubuh yang negatif dibanding remaja laki-laki. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa harga diri remaja penerima manfaat di PSAA PU 3 Tebet cenderung tinggi dan lebih disebabkan karena adanya hubungan baik dengan orang-orang di sekitar mereka, yang mana hubungan tersebut pada akhirnya mempengaruhi harga diri mereka dari segala aspek, yaitu aspek perasaan diterima, perasaan mampu, dan perasaan berharga. Hasil penelitian ini diharapkan berkontribusi bagi program studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, berupa pengayaan mata kuliah Kesejahteraan Anak dan Perlindungan Anak serta Tingkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial.

This research discusses the overview of the adolescent beneficiaries‟s self-esteem at Putra Utama 3 Orphanage Tebet and the factors that influence that self-esteem, based on the discipline of Social Welfare Science. Self-esteem is part of basic human needs and can affect the subjective well-being of individuals. Self-esteem is also an important part of the development of socio-emotional aspects in adolescent. On the other hand, both adolescent and orphans often have low self-esteem. The research was conducted using a qualitative approach with a descriptive type. The data collection method used is in- depth interviews with 14 informants, selected by purposive sampling technique. Regarding the time, this research took place from November 2021 to June 2022. The results showed that 4 out of 5 beneficiaries at PSAA PU 3 Tebet have high self-esteem. The other 1 beneficiary has low self-esteem. The high and low self-esteem is indicated by their positive or negative evaluation of themselves, especially related to feeling of belonging, feeling of competence, and feeling of worth. The high self-esteem of beneficiaries in PSAA PU 3 Tebet is caused by social environmental factors (family, caregivers, and peers), which often provides social support to them, also their high level of intelligence. In addition, the fulfillment of various needs of beneficiaries as an effort to improve the welfare of neglected children also affects their high self-esteem. The factors that influence the benefiaciary low self-esteem are problems with friends, low levels of intelligence, and negative body image which are also related to age and gender factors. This is because adolescent girls often have a negative body image compared to boys. Thus, based on the results of the study, it is known that the self-esteem of the beneficiaries at PSAA PU 3 Tebet tends to be high. This is largely due to the good relationship with their significant others, in which the relationship ultimately affects their self-esteem from all aspects, namely the aspect of feeling belonging, feeling competence, and feeling of worthy. The results of this study are expected to contribute to the Social Welfare Science program, particularly the courses on Child Welfare and Child Protection, also Human Behavior and the Social Environment."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizki Alfiansyah
"Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang menjadi masa kritis dan rentan bagi setiap individu. Masa ini turut menjadi tantangan bagi individu dengan menghadirkan sejumlah konflik dan perubahan pada beragam aspek kehidupan, seperti halnya masalah peralihan, kebingungan identitas serta masalah psikologis lainnya. Salah satu kelompok yang terdampak atas hal ini ialah remaja yang tinggal di panti asuhan dengan segala kompleksitas masalah yang dihadapinya sebagai anak telantar. Sehubungan dengan ini, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa segala tantangan yang dihadapi remaja dapat diatasi dengan tingkat kesejahteraan subjektif yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dari keluarga, pengasuh, dan teman sebaya serta tingkat optimisme dengan kesejahteraan subjektif pada remaja yang tinggal di Panti Asuhan Sosial Anak Putra Utama 3 Tebet. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan pengumpulan data melalui sebaran angket (kuesioner) dan penentuan sampel menggunakan teknik total sampling terhadap 63 responden. Alat ukur kesejahteraan subjektif disusun berdasarkan instrumen SWLS (Satisfaction with Life Scale), sementara dukungan sosial mengacu pada ISEL (Interpersonal Support Evaluation), dan optimisme mengacu pada ASQ (Attributional Style Question). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja PSAA PU 3 Tebet memiliki tingkat yang rendah pada keseluruhan variabel mencakup kesejahteraan subjektif, dukungan sosial, dan optimisme. Selain itu, uji korelasi bivariat menggunakan Kendall’s tau-b menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kesejahteraan subjektif, didasari dengan nilai R=0,269 dan sig. 0,035<0,05. Kemudian, terdapat pula hubungan signifikan antara dukungan sosial pengasuh dengan kesejahteraan subjektif, didasari dengan nilai R=0,331 dan sig. 0,009<0,05. Selain itu, ditemukan hubungan signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kesejahteraan subjektif, didasari dengan nilai R=0,364 dan sig. 0,004<0,05. Sementara itu, uji korelasi pada variabel optimisme menunjukkan tidak terdapat hubungan antara optimisme dengan kesejahteraan subjektif dengan nilai sig. 0,924>0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa Ha₁, Ha₂, Ha₃ ditolak dan Ho₁, Ho₂, Ho₃ diterima, sementara Ha₄ diterima dan Ho₄ ditolak.

Adolescence is a transitional period from childhood to adulthood that is critical and vulnerable for every individual. This phase presents various challenges, including conflicts and changes in multiple aspects of life, such as transition problems, identity issues and other psychological problems. One group significantly affected by these challenges is adolescents living in orphanages, facing the complexities of being abandoned children. Findings indicate that high levels of subjective well-being can help adolescents overcome these challenges. This study aims to examine the relationship between the perceived social support from family, caregivers, and peers, as well as the level of optimism, and the subjective well-being of adolescents residing at the Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet orphanage. This research employs a descriptive quantitative approach, collecting data through questionnaires and using total sampling to select 63 respondents. The subjective well-being measurement tool is based on the Satisfaction with Life Scale (SWLS), while social support is evaluated using the Interpersonal Support Evaluation List (ISEL), and optimism is measured using the Attributional Style Questionnaire (ASQ). The results indicate that most adolescents at PSAA PU 3 Tebet exhibit low levels across all variables, including subjective well-being, social support, and optimism. Furthermore, bivariate correlation tests using Kendall’s tau-b reveal significant relationships between family social support and subjective well-being (R=0.269, p=0.035<0.05), caregiver social support and subjective well-being (R=0.331, p=0.009<0.05), and peer social support and subjective well-being (R=0.364, p=0.004<0.05). However, the correlation test for the optimism variable shows no significant relationship with subjective well-being (p=0.924>0.05). These findings indicate that hypotheses Ha₁, Ha₂, and Ha₃ are rejected, while hypotheses Ho₁, Ho₂, and Ho₃ are accepted. Conversely, hypothesis Ha₄ is accepted, and hypothesis Ho₄ is rejected."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliana Vonica
"Skripsi ini membahas mengenai sistem attachment yang terbentuk antara anak yang tinggal terpisah di panti dengan orang tua kandungnya. Studi ini dilakukan pada anak asuh yang tinggal di Panti Asuhan Putra Utama 3 Tebet. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menggambarkan mengenai proses attachment, tahapan pembentukan attachment yang terjadi pada anak dengan orang tuanya serta bentuk attachment yang terbangun diantara keduanya. Fenomena masuknya anak kedalam panti karena ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasar anak membuat anak mengalami keterbatasan interaksi dengan orang tuanya. Terbatasnya interaksi dan tidak adanya upaya orang tua untuk menjaga komunikasi mereka inilah yang mempengaruhi kualitas attachment diantara keduanya. Akibatnya, kelekatan anak dengan orang tuanya menjadi tidak aman sehingga membuat mereka mencari kedekatan dengan figur lain seperti teman sebayanya. Penelitian ini juga menyarankan agar orang tua dan juga pihak panti sosial berupaya menjaga attachment yang aman antara anak asuh dengan orang tua kandungnya dengan mengadakan pertemuan rutin dan memberikan informasi, pengetahuan dan motivasi mengenai pentingnya attachment bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dimasa yang akan datang.

This thesis discusses the attachment system that is formed between children who live separately in the orphanage with their biological parents. This study was conducted on foster children who live at Putra Utama 3 Tebet Orphanage. This research is qualitative research with a descriptive design. The results of the study illustrate the attachment process, the stages of attachment formation that occur in children with their parents, and the form of attachment that is built between them. The phenomenon of the entry of children into homes because of the inability of parents to meet the basic needs of children makes children experience limited interaction with their parents. Limited interaction and the absence of parental efforts to maintain their communication is what affects the quality of attachment between the two. As a result, the attachment of children to their parents becomes insecure so that it makes them look for closeness with other figurs such as their peers. This study also recommends that parents and social care institutions strive to maintain safe attachments between foster children and biological parents by holding regular meetings and providing information, knowledge, and motivation about the importance of attachments for the future growth and development of children.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alief Purwa Ananta
"Panti Asuhan Anak Terlantar Manggarai adalah sebuah bangunan sosial yang dirancang untuk menaungi, melindungi dan menjadi tempat tinggal bagi kaum marginal yang dikhususkan untuk anak anak terlantar ditengah cepatnya pergerakan Kota Jakarta. Selain menyediakan hunian bagi penghuninya, panti ini dirancang juga untuk membantu pengembangan diri bagi anak anak terlantar yang sulit untuk mendapatkannya. Terintegrasi dengan konsep Transit-Oriented Development (TOD), panti ini menyediakan akses yang mudah melalui transportasi publik, memastikan partisipasi yang luas dari masyarakat. Dengan mendorong keterlibatan dan aksesibilitas komunitas, Panti ini diharapkan bisa menjadi hunian bagi anak anak yang terpinggirkan dan juga keterlibatan masyarakat luas dalam kegiatan yang ada didalamnya.

Manggarai Orphanage for Abandoned Children is a social building designed to shelter, protect and become a place to live for marginalized people specifically for abandoned children amid the rapid movement of Jakarta. In addition to providing shelter for its residents, this center is also designed to help self-development for abandoned children who are difficult to get. Integrated with the Transit-Oriented Development (TOD) concept, the home provides easy access via public transportation, ensuring broad participation from the community. By encouraging community involvement and accessibility, the Home is expected to provide a home for marginalized children and also involve the wider community in its activities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Artama Firsa Fatma Putri
"Skripsi ini membahas tentang gambaran keterikatan caregiver pada anak di panti sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka, observasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya safe attachment, namun ada juga kondisi yang menyebabkan unsafe attachment. Keterikatan ini terlihat dari aktivitas sehari-hari pengasuh dengan anak. Setiap pengasuh memiliki cara berbeda dalam membangun keterikatan dengan anak-anak. Penelitian ini menyarankan agar panti asuhan dapat mengevaluasi layanan yang diberikan dengan mengkaji regulasi yang dapat memicu keterikatan antara pengasuh dan anak di panti asuhan. Sehingga panti sosial dapat memenuhi hak anak untuk mencapai kebutuhannya sesuai dengan kondisi yang dimiliki anak.

This thesis discusses the description of caregiver attachment to children in social institutions. This research is a qualitative research with descriptive research type. Data collection methods used are literature study, observation, and in-depth interviews. The results of this study illustrate that there are several conditions that cause safe attachment, but there are also conditions that cause unsafe attachment. This attachment can be seen from the daily activities of the caregiver with the child. Each caregiver has a different way of bonding with children. This study suggests that orphanages can evaluate the services provided by examining regulations that can trigger bondage between caregivers and children in the orphanage. So that social institutions can fulfill children's rights to achieve their needs according to the conditions the children have."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gini Toponindro
"Penelitian ini bertujuan menurunkan burnout pengasuh di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) "X" Jakarta yang merehabilitasi anak berkebutuhan khusus juvenile delinquency dengan meningkatkan dukungan sosial di tempat kerja melalui pelatihan empathic listening skill dan constructive feedback skill. Desain penelitian menggunakan one group pre test ? post test. Hasil analisis data menunjukan intervensi pelatihan empathic listening skill dan constructive feedback skill belum berhasil meningkatkan dukungan sosial di tempat kerja dan belum berhasil menurunkan seluruh dimensi burnout. Namun pelatihan empathic listening skill saja yang telah berhasil menurunkan dimensi depersonalization dari burnout.

This research aims to reduce foster parent burnout in Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) "X" Jakarta which is rehabilitating children with special needs ?juvenile delinquency? by improving social support at work through empathic listening skill training and constructive feedback skill training. The research design using the analysis result one group pre test - post test. The data analysis result shows that intervention by empathic listening skill and constructive feedback skill training has not succeeded in improving social support at workplace and have not managed to reduce a whole dimension of burnout. However, empathic listening skill training has been successful in reducing the dimension of depersonalization of burnout.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30629
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>