Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203016 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Vitariyani Mukti
"Latar Belakang: Virus dengan gejala pneumonia berat teridentifikasi di Wuhan, Cina sebagai virus COVID-19. Sulitnya pemutusan rantai infeksi COVID-19 mengancam seluruh dunia dan dinyatakan sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Akhirnya, berbagai layanan esensial negara seperti pengobatan gigi dan mulut terpaksa dibatasi aktivitasnya sebagai upaya pengendalian infeksi. Namun, rasa sakit yang tidak dapat tertahankan seperti kegawatdaruratan endodontik tidak bisa dihindari dan membutuhkan pertolongan segera. Selama pandemi, RSKGM FKG UI sebagai pusat rujukan pelayanan kedokteran gigi tetap beroperasi dengan memperketat rangkaian pencegahan dan pengendalian infeksi. Maka, identifikasi dan evaluasi kasus kegawatdaruratan endodontik sebelum dengan selama pandemi di RSKGM FKG UI dilakukan.
Tujuan: Mengetahui distribusi dan frekuensi kegawatdaruratan endodontik di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia sebelum dan selama pandemi COVID-19.
Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif retrospektif dan analitik komparatif kategorik menggunakan data sekunder rekam medik.
Hasil: Terdapat 315 kasus kegawatdaruratan endodontik dengan 111 kasus ditemukan sebelum pandemi dan 204 kasus ditemukan selama pandemi. Terdapat dominasi pada kelompok usia produktif, jenis kelampin perempuan, dan tindakan PSA sebelum dan selama pandemi yang diiringi dengan perbedaan dominasi diagnosis kasus, yaitu acute apical abscess sebelum pandemi dan symptomatic irreversible pulpitis selama pandemi. Terdapat perbedaan bermakna antara diagnosis acute apical abscess dengan symptomatic irreversible pulpitis (p-value <0,05) dan perbedaan tidak bermakna antara tindakan perawatan kegawatdaruratan endodontik sebelum dengan selama pandemi.
Kesimpulan: Terjadi peningkatan kasus kegawatdaruratan endodontik selama pandemi COVID-19 yang diiringi dengan penurunan arus kunjungan departemen konservasi.

Background: Virus with symptoms of severe pneumonia was identified in Wuhan, China as COVID-19 virus. The difficulties in controlling the COVID-19 transmission have led to a pandemic which was declared on March 11, 2020. Various essential sectors of the country been restricted at last to control virus transmission. However, intolerable pain such as endodontic emergency is unavoidable and requires immediate help. During the pandemic, RSKGM FKG UI continues to operate as referral centre for dental services by tightening the health protocol. Therefore, it is necessary to identify and evaluate endodontic emergency cases before and during pandemic era at RSKGM FKG UI.
Objective: This study aims to determine the distribution and frequency of endodontic emergency cases in RSKGM FKG UI before and during pandemic era of COVID-19.
Methods: Retrospective descriptive and comparative analytical study is done using secondary data found in patient’s medical record.
Results: There were 315 cases of endodontic emergency with 111 cases found before the pandemic and 204 cases found during the pandemic. Case was dominated by productive age, female, and root canal treatment group before and during pandemic followed by acute apical abscess domination before pandemic and symptomatic irreversible pulpitis domination during pandemic. There was significant difference between acute apical abscess group and symptomatic irreversible pulpitis group (p-value <0,05) accompanied by no significant difference between treatment group before and during pandemic.
Conclusion: Collected data showed an increased cases of endodontic emergencies accompanied by decreased flow of regular visitors at conservative department.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Althea Pranggapati Alexander
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan masalah kesehatan yang dialami setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa) dan penyakit gigi dengan prevalensi terbesar di Indonesia. Insidensi karies mencapai pulpa juga selalu meningkat setiap tahunnya. Perawatan saluran akar merupakan tindakan kuratif yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Menurut studi di berbagai negara, tingkat kegagalan PSA dapat mencapai 30% dengan melibatkan banyak faktor. Saat terjadi kegagalan, tindakan yang paling diutamakan untuk dilakukan adalah perawatan saluran akar ulang untuk mempertahankan gigi asli dari pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai prevalensi PSA ulang di RSKGM FKG UI dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi penyebab kegagalan PSA dan faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut untuk mencegah hal tersebut terjadi lagi di masa yang akan datang. Tujuan: Mengetahui prevalensi perawatan saluran akar ulang di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode 2019-2021. Metode: Penelitian merupakan penelitian deskriptif dan analitik komparatif yang bersifat retrospektif menggunakan data sekunder rekam medis pasien konservasi di RSKGM FKG UI. Hasil: Dari 3503 pasien PSA di RSKGM FKG UI periode Januari 2019-Juli 2021, 181 pasien dengan kegagalan PSA memilih untuk PSA ulang dan 20 pasien lainnya dilakukan ekstraksi. Melalui analisis komparatif, terdapat perbedaan secara statistik antara etiologi kegagalan PSA dengan status penyakit periapeks pada pasien, tidak ditemukan perbedaan antara sosiodemografi, elemen gigi dan diagnosis periapeks pasien pada perawatan PSA ulang dan ekstraksi, dan terdapat perbedaan secara statistik antara etiologi kegagalan PSA dengan perawatan yang dipilih (PSA ulang dan ekstraksi). Kesimpulan: Prevalensi PSA ulang di RSKGM FKG UI adalah 5,1%. Penyebab kegagalan PSA yang paling banyak ditemukan adalah pengisian saluran akar yang kurang. Diagnosis penyakit periapeks pasca PSA, paling banyak ditemukan adalah abses periapikal. Berdasarkan sosiodemografis, pasien paling banyak didominasi oleh jenis kelamin perempuan dan kelompok usia yang paling banyak ditemukan adalah kelompok usia 50-59 tahun. PSA ulang paling banyak terjadi pada gigi molar mandibula. PSA yang inadekuat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyakit periapeks, proporsi tertinggi etiologi kegagalan PSA pada tindakan PSA ulang adalah PSA inadekuat dan proporsi tertinggi etiologi kegagalan PSA pada tindakan ekstraksi adalah restorasi inadekuat
Background: Dental caries is a serious health problem experienced by half of the world’s population (3.58 billion people) and an oral disease with the highest prevalence in Indonesia. The incidence of pulpitis is also increasing every year. Root canal treatment is taken to cure the disease. According to studies in various countries, endodontic treatment failure rate can reach to 30% involving many factors. When endodontic treatment failure occurs, the most applied action to be taken is endodontic retreatment to preserve patient’s teeth. Therefore, it is necessary to conduct a research on the prevalence of endodontic retreatment at RSKGM FKG UI by discovering the causes of the failure and other factors that contributed to the failure to prevent it from happening in the future. Objectives: This study aims to determine the prevalence of endodontic retreatment at RSKGM FKG UI for the period of 2019-2021. Methods: Retrospective descriptive and comparative analytical study is done using secondary data found in patient’s medical record. Results: There were 3503 endodontic patients at RSKGM FKG UI for the period of January 2019-July 2021, 181 patients with endodontic failure chose to be treated with endodontic retreatment and another 20 patients underwent extraction. Through comparative analysis, there were statistical differences between the etiology of endodontic failure and periapical disease. No differences found between the sociodemographic and the tooth, periapical diagnoses of patients with the choices of treatment between endodontic retreatment and extraction, and there were statistical differences between the etiology of endodontic failure and the choice of treatment. Conclusion: The prevalence of endodontic retreatment at RSKGM FKG UI is 5.1%. The most common etiology of endodontic failure is underobturation. Periapical abscess is the most found diagnosis of post endodontic treatment. Based on sociodemographics, most patients are female and the age group that commonly found was 50-59 years old age group. Endodontic retreatment mostly treated on mandibular molars. the biggest proportion of etiology of failure on endodontic retreatment treatment choice is an inadequate endodontic treatment while the highest proportion of etiology of failure on extraction is inadequate restoration"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jocelin Tania Kusnadi
"Periodontitis merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang umum diderita penduduk dunia. Klasifikasi penyakit periodontitis direvisi pada tahun 2017, menggabungkan periodontitis kronis dan periodontitis agresif menjadi periodontitis yang memiliki tiga dimensi untuk menjelaskan periodontitis. Data epidemiologi penyakit periodontitis menggunakan klasifikasi terbaru dapat digunakan sebagai informasi dalam menyusun rencana pencegahan dan penanganan penyakit periodontitis. Data tersebut masih belum ada di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui distribusi penyakit periodontitis menggunakan klasifikasi penyakit periodontal tahun 2017 di Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Periode 2014-2017.
Metode: Penelitian deskriptif data sekunder dengan subjek 392 rekam medik.
Hasil: Penyakit periodontitis terbanyak menurut pembagian staging adalah stage 3 (52,2%) dan stage 4 (35,8%), menurut pembagian grading adalah grade A (60,4%), dan menurut distribusi dan perluasan adalah generalis (82,6%).
Kesimpulan: Klasifikasi terbaru periodontitis tahun 2017 memberikan detil yang lebih baik dalam menggambarkan kondisi rongga mulut pasien. Penyakit periodontitis terbanyak menurut klasifikasi tahun 2017 adalah stage 3 grade A generalis.

Periodontitis is one of the most common oral disease infected world citizen. Periodontitis classification was revised in 2017, which merge chronic periodontitis and aggressive periodontitis into periodontitis with three dimensions as descriptor. Epidemiology information of periodontitis can be used as information for prevention and treatment plan of periodontitis. In Indonesia, there is no data about the new classification.
Objective: Discover the distribution of periodontitis at Periodontal Clinic RSKGM FKG UI 2014-2017.
Methods: Descriptive study using 392 medical records as subjects.
Results: The most common periodontitis based on staging is stage 3 (52,2%) and stage 4 (35,8%), grade A (60,4) based on grading, and generalized (82,6%) based on distribution and extent.
Conclusion: The new periodontitis classification in 2017 gives better detail in describing patient oral cavitiy condition. The most common periodontitis based on 2017 classification is stage 3 grade A generalized.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradina Putriyanti
"Pemasangan implan gigi sudah dilakukan di Klinik Periodonsia Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Universitas Indonesia sejak tahun 2009. Evaluasi jangka panjang kondisi klinis implan gigi belum pernah dilakukan di RSKGM FKG UI dan Indonesia.
Tujuan: Mengevaluasi kondisi klinis jaringan peri-implan paska perawatan implan gigi di Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI periode pemasangan tahun 2009-2014.
Metode Penelitian: Subjek terdiri dari 11 pasien dengan 29 implan gigi. Pemeriksaan klinis terdiri dari pemeriksaan indeks kebersihan mulut, kegoyangan implan gigi, kedalaman probing, resesi gingiva, kehilangan perlekatan klinis dan perdarahan gingiva.
Hasil: Kegoyangan implan gigi tidak ditemukan. Perdarahan gingiva terdapat pada 72,4 implan gigi. Rerata kedalaman probing 3,97 1,35 mm, resesi gingiva 0,45 0,57 mm, dan kehilangan perlekatan klinis 0,62 0,82 mm. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan kedalaman probing, kehilangan perlekatan klinis dan perdarahan gingiva berdasarkan indeks kebersihan mulut yang berbeda, namun terdapat perbedaan resesi gingiva berdasarkan indeks kebersihan mulut yang berbeda.
Kesimpulan: Evaluasi klinis jaringan peri-implan memberikan hasil yang baik.

Dental implant treatment has been done in Periodontal Clinic Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Universitas Indonesia since 2009. There is no long term clinical evaluation of dental implant in RSKGM FKG UI and Indonesia.
Aim: To evaluate the peri implant tissue after dental implant placement in Periodontal Clinic RSKGM FKG UI 2009 2014.
Method: There were 11 patients with 29 dental implants. Clinical evaluation consists of oral hygiene measurement, mobility test, probing measurement, gingival bleeding test, and measurement of gingival recession and clinical attachment loss.
Results: There was no implant mobility. Gingival bleeding found in 72,4 of the dental implant. The mean probing depth 3,97 1,35 mm, gingival recession 0,45 0,57 mm, and clinical attachment loss 0,62 0,82mm. There was no statistical difference in probing depth, loss of attachment, and gingival bleeding compared with different oral hygiene, but there was statistical difference in gingival recession compared with different oral hygiene.
Conclusion: Clinical evaluation of peri implant tissue showed good condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harsya Dwindaru Gunardi
"Setidaknya 1 dari 200 pasien COVID-19 akan mengalami DVT, dan sekitar 20% kasus VTE berhubungan dengan COVID-19. Risikonya meningkat empat kali lipat pada pasien COVID-19. Munculnya berbagai faktor patofisiologis yang berkontribusi terhadap terjadinya DVT pada pasien COVID-19 menimbulkan pertanyaan menarik mengenai perbedaan dalam karakteristik luaran pasien DVT sebelum dan selama pandemi, serta variasi dalam perawatan dan hasil pasien. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kohort retrospektif untuk melihat perbandingan karakteristik dan manajemen pasien DVT (Deep Vein Thrombosis) sebelum dan selama pandemi COVID-19. Didapatkan data 489 subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini dengan nilai rata-rata usianya adalah 50.72 ± 18.00. Berdasarkan waktu terkenanya DVT, dari 489 subyek tersebut, sebagian besar sampel yaitu sebanyak 344 orang (72.9%) merupakan pasien yang mengalami DVT selama pandemi COVID. Berdasarkan status mortalitas, terdapat 336 orang (71.8%) yang masih hidup setelah mengalami DVT. Berdasarkan keberadaan perdarahan hebat, sebagian besar subyek yaitu 402 orang (82.2%) tidak mengalami perdarahan hebat. Berdasarkan status rekurensi, terdapat 321 orang (65.7%) yang mengalami rekurensi yaitu kembali dirawat dengan diagnosa yang sama dalam 1 tahun pertama setelah pertama kali dirawat. Sebanyak 479 orang (97.9%) tidak mengalami emboli paru. Didapatkan nilai rata-rata durasi rawat inap selama 13.41 ± 9.89 hari. Berdasarkan hasil pemeriksaan D-Dimer, didapatkan nilai rata-rata 3008.21 ± 1494.59 ng/mL. Sedangkan hasil pemeriksaan fibrinogen, didapatkan nilai rata-rata 301.06 ± 58.63 mg/dL. Dalam melihat komparasi data DVT sebelum dan selama pandemic COVID-19, dari 4 variabel yang dilihat, hanya D-Dimer yang memiliki perbedaan yang signifikan berupa peningkatan nilai rata-rata apabila dibandingkan antara sebelum pandemic COVID (2052.34 ± 568.30 ng/mL) dan selama COVID (3363.89 ± 1573.79 ng/mL) dengan nilai p < 0.001. Hasil berbeda terjadi pada fibrinogen yang tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara sebelum pandemic COVID (295.66 ± 57.28 mg/dL) dibandingkan dengan selama COVID (303.06 ± 59.08 mg/dL) dengan nilai p 0.223. Ditemukan bahwa pada pasien COVID-19 didapati nilai D-Dimer yang lebih tinggi (nilai p <0.001) serta fibrinogen yang lebih tinggi secara signifikan (p=0.032).

At least 1 in 200 COVID-19 patients will experience DVT, and approximately 20% of VTE cases are related to COVID-19. The risk increases fourfold in COVID-19 patients. The emergence of various pathophysiological factors that contribute to the occurrence of DVT in COVID-19 patients raises interesting questions regarding differences in the outcome characteristics of DVT patients before and during the pandemic, as well as variations in patient care and outcomes. The research design used was a retrospective cohort study to compare the characteristics and management of DVT (Deep Vein Thrombosis) patients before and during the COVID-19 pandemic. Data were obtained for 489 subjects who were included in this study with an average age value of 50.72 ± 18.00. Based on the time of DVT, of the 489 subjects, the majority of the sample, namely 344 people (72.9%) were patients who experienced DVT during the COVID pandemic. Based on mortality status, there were 336 people (71.8%) who were still alive after experiencing DVT. Based on the presence of severe bleeding, the majority of subjects, namely 402 people (82.2%) did not experience severe bleeding. Based on recurrence status, there were 321 people (65.7%) who experienced recurrence, namely being treated again with the same diagnosis within the first year after first being treated. A total of 479 people (97.9%) did not experience pulmonary embolism. The average duration of hospitalization was 13.41 ± 9.89 days. Based on the results of the D-Dimer examination, an average value of 3008.21 ± 1494.59 ng/mL was obtained. Meanwhile, the results of the fibrinogen examination showed an average value of 301.06 ± 58.63 mg/dL. In looking at the comparison of DVT data before and during the COVID-19 pandemic, of the 4 variables looked at, only D-Dimer had a significant difference in the form of an increase in the average value when compared between before the COVID pandemic (2052.34 ± 568.30 ng/mL) and during COVID (3363.89 ± 1573.79 ng/mL) with p value < 0.001. Different results occurred in fibrinogen which did not have a significant difference between before the COVID pandemic (295.66 ± 57.28 mg/dL) compared to during COVID (303.06 ± 59.08 mg/dL) with a p value of 0.223. It was found that COVID-19 patients had higher D-Dimer values (p value <0.001) and significantly higher fibrinogen (p=0.032)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nugrahiza Satryo Bimantoro
"Latar Belakang: Virus COVID-19 pertama kali diidentifikasi pada tanggal 31 Desember 2019. Sejak ditemukan, virus ini telah menginfeksi lebih dari 700 juta orang di seluruh dunia. Varian delta pertama kali ditemukan pada Oktober 2020 di India. Virus ini sangat mudah menular dengan tingkat penularan 50-60% lebih tinggi dibandingkan dengan varian sebelumnya. Varian ini juga lebih sulit untuk diobati dikarenakan adanya mutasi pada sisi penempelan antigen-antibodi. Data epidemiologi dan dampak dari varian ini di Indonesia masih belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas pada pasien COVID-19 varian delta di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI).
Metode: Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol dengan melibatkan 224 rekam medis pasien COVID-19 dari bulan Juni-Agustus 2021. Faktor-faktor yang dianalisis adalah usia, jenis kelamin, derajat keparahan, komorbiditas, D-dimer, SGOT, dan temuan radiologi.
Hasil: Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa semua faktor meningkatkan odds ratio mortalitas kecuali jenis kelamin. CKD/AKI (p=0,01), kerusakan hati (p=0,01), derajat kritis-berat (p=<0,01), dan peningkatan SGOT (p=<0,01) secara signifikan berkontribusi pada model akhir.
Kesimpulan: Hubungan signifikan ditemukan antara mortalitas dan usia, tingkat keparahan, komorbiditas, peningkatan D-dimer dan SGOT, serta temuan radiologi yang abnormal. Selain itu, semua faktor ini berkontribusi dalam meningkatkan odds ratio mortalitas.

Introduction: The COVID-19 virus was first identified on December 31st of 2019. Ever since it was discovered, the virus has infected more than 700 million people worldwide. The delta variant was first discovered in October 2020 in India. The virus was found to be highly transmissible with 50-60% higher transmission rate compared to the previous variant. The variant was also found to be more difficult to treat and manage. The epidemiological data and the impact of this variant in Indonesia is still undermined. This study intends to investigate the factors that affects mortality in COVID-19 patients during the delta variant in Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI).
Method: This research utilizes a case-control design including 224 COVID-19 patients’ medical records from June-August 2021. Factors analyzed are age, gender, degree of severity, comorbidities, D-dimer, SGOT, and radiology findings.
Results: Logistic regression analysis revealed all factors increases the odds ratio of mortality except for gender. CKD/AKI (p=0.01), liver injury (p=0.01), severe-critical degree (p=<0.01), and SGOT elevation (p=<0.01) were significantly contributing to the final model.
Conclusion: Significant relationship between mortality and age, degree of severity, comorbidities, D-dimer and SGOT elevation, and abnormal radiology findings. Additionally, these factors are all contributing to increasing the odds ratio for mortality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Farida
"Latar Belakang: Berbagai perubahan kondisi yang terjadi akibat terjadinya pandemi Covid-19 seperti berkurangnya pengalaman bekerja langsung pada pasien, keterbatasan pasien, serta penyesuaian lingkungan klinik mungkin dapat memengaruhi kesiapan mahasiswa profesi terhadap praktik kedokteran gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan mahasiswa profesi FKG UI melakukan praktik kedokteran gigi pada masa pandemi Covid-19 Metode: Studi analitik observasional cross-sectional dengan metode total population sampling dilakukan pada 97 mahasiswa profesi FKG UI yang telah melalui seluruh stase klinik dengan menggunakan kuesioner secara daring. Analisis meliputi statistik deskriptif, uji korelasi Spearman, dan uji bivariat (p < 0,05). Hasil: 70.1% mahasiswa menilai instruktur baik, 59.8% mahasiswa menilai lingkungan klinik kondusif, 63.9% mahasiswa menilai metode penilaian terukur, 79.4% mahasiswa menilai interaksi instruktur klinik dan mahasiswa baik serta 62.9% mahasiswa menilai metode pembelajaran baik. Terdapat perbedaan signifikan antara instruktur klinik, lingkungan klinik, interaksi instuktur klinik dan mahasiswa profesi, serta metode pembelajaran dan kesiapan mahasiswa profesi melakukan praktik kedokteran gigi (p < 0,05). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara instruktur klinik, lingkungan klinik, interaksi instuktur klinik dan mahasiswa profesi, serta metode pembelajaran klinik dan kesiapan mahasiswa profesi melakukan praktik kedokteran gigi.

Background: Various changes that occurred due to Covid-19 pandemic such as reduced experience working with patients, patient limitations, and adjustments to the clinical environment may affect the preparedness of dental students for dental practice. This study aims to determine the factors related to the preparedness of dental students of FKG UI for dental practice during Covid-19 pandemic. Methods: A cross-sectional observational analytical study using the total population sampling method was conducted on 97 students using an online questionnaire. Statistical analysis included descriptive statistics, Spearman correlation test, and bivariate test (p<0.05). Results: 70.1% of students rated the clinical instructor as good,59.8% students rated the clinical environment as conducive,63.9% of students rated the clinical assessment method as measurable,79.4% students rated the interaction between clinical instructors and students as good and 62.9% students rated the clinical learning method as good. There were significant differences between the clinical instructors, the clinical environment, interactions between clinical instructors and students, and clinical learning methods with the preparedness of dental students for dental practice (p<0.05). Conclusion: There is a relationship between the clinical instructors, the clinical environment, interactions between clinical instructors and professional students, and clinical learning methods with the preparedness of dental students for dental practice."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Utari Prasetya Ningrum
"Vaksinasi dan penggunaan antivirus remdesivir dan favipiravir merupakan strategi yang dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan COVID-19. Namun penelitian tentang pengaruh vaksinasi terhadap efektivitas terapi antivirus pada pasien COVID-19 secara klinis masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh vaksinasi terhadap efektivitas terapi remdesivir dan favipiravir pada pasien terkonfirmasi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain kohort retrospektif dilakukan di rumah sakit Universitas Indonesia, Depok. Data diambil dari rekam medis RS periode Januari 2021 hingga Agustus 2022. Efektivitas terapi ditentukan dengan menilai kelompok sudah vaksin dan belum vaksin berdasarkan perbaikan kondisi klinis pasien, lama rawat inap, dan kematian pada pasien COVID-19. Hasil analisis menunjukkan bahwa vaksinasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan kondisi klinis, lama rawat inap, dan kematian (p < 0,05) pada pasien yang diberi terapi remdesivir dan telah divaksin dibandingkan dengan pasien yang belum divaksin. Pada pasien yang diberi terapi favipiravir vaksinasi tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan kondisi klinis, lama rawat inap, dan kematian pada pasien yang telah divaksin dibandingkan dengan pasien yang belum vaksin. Vaksinasi memiliki pengaruh yang baik terhadap efektivitas terapi remdesivir pada pasien COVID-19, yaitu dapat meningkatkan perbaikan kondisi klinis pasien kearah yang lebih baik, mengurangi lama rawat inap dan kematian. Namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas terapi favipiravir.

Vaccination and the use of the antivirals remdesivir and favipiravir are strategies that can be used to suppress the growth of COVID-19. However, clinical research on the effect of vaccination on the effectiveness of antiviral therapy in COVID-19 patients is still limited. This study aims to analyze the effect of vaccination on the effectiveness of remdesivir and favipiravir therapy in patients with confirmed COVID-19. This study was an observational study with a retrospective cohort design conducted at Universitas Indonesia Hospital, Depok. Data were taken from medical records for the period from January 2021 to August 2022. The effectiveness of therapy was determined by assessing the vaccine and non-vaccine groups based on improvement in the patient's clinical condition, length of stay, and mortality in COVID-19 patients. The results of the analysis showed that vaccination had a significant effect on improving clinical condition, length of stay, and mortality (p <0.05) in patients who were given remdesivir therapy and vaccinated compared to patients who not vaccinated. In patients who were given favipiravir, the vaccination did not show a significant effect on improving clinical conditions, length of stay, and death in patients who had been vaccinated compared to patients who not vaccinated. Vaccination has a positive effect on the effectiveness of remdesivir therapy in COVID-19 patients, which can improve the patient's clinical condition, reducing length of stay and mortality. However, it does not have a significant effect on the effectiveness of favipiravir therapy."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Atmanastuti EP
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak covid-19 terhadap dampak penentuan risk appetite pada PT XYZ. Perusahaan merupakan sebuah UMKM yang melakukan usaha di bidang olahraga air di daerah pariwisata. Analisa dilakukan dengan menggunakan teori Quail (2012) mengenai risk appetite. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan studi kasus pada PT XYZ. Data penelitian bersumber dari wawancara yang dilakukan kepada para narasumber yang memiliki peran dalam proses operasional di PT XYZ. Penelitian ini menggunakan analisis naratif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas dari pegawai di PT XYZ tidak memahami apa itu risk appetite sehingga proses pengambilan keputusan yang dilakukan hanya berdasarkan kebiasaan (pengetahuan) yang ada (memiliki asumsi bahwa risiko dan selera risiko sama). Level of risk appetite terbagi dalam delapan aspek (aspek keamanan, aspek pelanggan, aspek lingkungan, aspek perkembangan usaha, aspek pengembalian pada shareholder, aspek citra perusahaan, aspek hubungan karyawan, dan aspek inovasi teknikal) dan lima level penentuan sesuai dengan yang dikemukakan oleh teori Quail (2012), yang menghasilkan bahwa rata – rata level of risk appetite PT XYZ di masa sebelum pandemi adalah di level 3 (aspek keamanan, aspek perkembangan keuangan dan aspek hubungan karyawan) dan rata – rata level of risk appetite di masa pandemi ada di level 1 (aspek lingkungan, aspek pengembalian pada shareholder, dan aspek citra perusahaan). Perbedaan level ini dikarenakan terjadinya perubahan yang cukup signifikan pada aspek yang dianggap penting bagi perusahaan sehingga mengakibatkan turunnya level risiko PT XYZ dimasa pandemi menjadi level 1.

This study aims to analyze the impact of Covid-19 on determining risk appetite at PT XYZ. The company is an SME that does business in the field of water sports in tourism areas. The analysis was carried out using Quail's theory regarding risk appetite levels. This type of research is descriptive qualitative with a case study at PT XYZ. The research data comes from interviews conducted with informants who have a role in the operational process at PT XYZ. This study uses narrative analysis. The results of this study indicate that most employees at PT XYZ do not understand risk appetite, so the decision-making process is carried out only based on existing habits (knowledge) (having the assumption that risk and risk appetite are the same). The level of risk appetite are divided into eight aspects (security aspect, customer aspect, environmental aspect, business development aspect, return to shareholder aspect, corporate image aspect, employee relations aspect, and technical innovation aspect) and five levels are determined according to what is proposed by the theory. Quail (2012), which results that the average level of risk appetite for PT XYZ before the pandemic was at level 3 (security aspects, aspects of financial development, and aspects of employee relations) and the average level of risk appetite during the pandemic was at level 1 (environmental aspects, returns to shareholders, and corporate image aspects). This level difference is due to significant changes in aspects that are considered important for the company, resulting in a reduction in PT XYZ's risk level during the pandemic to level 1."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqika Alamsyah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan pola mobilitas non-permanen tenaga kerja di kawasan metropolitan antara sebelum dan selama pandemi Covid-19. Penelitian ini juga menganalisis pengaruh faktor individu dan faktor daerah asal dan tujuan pekerja terhadap keputusan pilihan pola mobilitas non-permanen selama pandemi. Adapun data yang digunakan adalah Sakernas 2019, 2020, dan 2021. Metode penelitian menggunakan regresi multinomial logistik. Hasil penelitian menunjukan terjadi penurunan pola mobilitas non permanen di kawasan metropolitan Indonesia selama pandemi melanda. Faktor yang mempengaruhi pola mobilitas komuter selama pandemi adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, sektor lapangan pekerjaan, klasifikasi daerah tempat tinggal, serta pertumbuhan PDRB. Sementara, faktor yang mempengaruhi pola mobilitas sirkuler selama pandemi melanda adalah usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, status pekerjaan, bekerja di sektor manufaktur, klasifikasi daerah tempat tinggal, serta pertumbuhan PDRB.

This research aims to analyze the changes in the patterns of non-permanent labor mobility in metropolitan areas before and during the Covid-19 pandemic. The study also examines the influence of individual factors and factors related to the workers' origin and destination areas on the decision to choose non-permanent mobility patterns during the pandemic. The study utilizes data from Sakernas (National Labor Force Survey) for the years 2019, 2020, and 2021. The research methodology employed in this study is multinomial logistic regression. The findings of this research reveal a notable decline in non-permanent mobility patterns in Indonesian metropolitan areas during the pandemic. Factors that influence commuter mobility patterns during the pandemic include age, gender, education level, employment status, employment sector, residential area classification, and regional gross domestic product growth. Meanwhile, factors that affect circular mobility patterns during the pandemic include age, gender, marital status, education level, employment status, working in the manufacturing sector, residential area classification, and regional GDP growth."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>