Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amalia Nashita
"Tantangan yang ditemukan ibu bekerja dalam pengasuhan salah satunya adalah pengaplikasian komunikasi yang baik dengan remaja karena ibu bekerja dan remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara mindful parenting dan komunikasi pada ibu bekerja yang memiliki anak berusia remaja. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 118 orang dengan karakteristik ibu bekerja sekaligus mengurus rumah tangga dan memiliki anak berusia 10-18 tahun (M= 13.68). Data dalam penelitian ini diambil menggunakan alat ukur Interpersonal Mindfulness in Parenting (IM-P) untuk mengukur mindful parenting dan Parent-Adolescent Communication Scale (PACS) untuk mengukur komunikasi antara ibu dan remaja. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara mindful parenting dengan komunikasi ibu–anak remaja (r= 0.610, n=118, p = 0.05, two-tailed). Maka dari itu, apabila ibu memiliki hasil skor mindful parenting yang tinggi, maka kemampuan komunikasi ibu anak akan lebih baik, begitupun sebaliknya.

One of the challenges faced by working mothers in parenting is the application of communication with adolescents because working mothers and adolescents spend more time outside the house. So, the aim of this study is to see the correlation between mindful parenting and mother-adolescent communication among working mothers with adolescents. Participants who took part in this study were 118 working mothers from various places in Indonesia and having adolescent (M= 13.68). The data were collected using Interpersonal Mindfulness in Parenting (IM-P) to measure mindful parenting and Parent-Adolescent Communication Scale (PACS) to measure the degree of communication between mother and adolescent. The result in this study indicates that there is a significant positive correlation between mindful parenting and mother-adolescent communication (r= 0.610, n=118, p = 0.05, two-tailed). Therefore, if a mother has a higher level in mindful parenting, she will have a better ability to communicate with adolescents and vice versa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumayyah
"ABSTRAK

Saat ini, fenomena ibu bekerja di luar rumah sudah menjadi hal yang lumrah di masyarakat saat ini. Seorang ibu yang bekerja kini memiliki peran ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai seorang pekerja di bidang kerjanya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, ibu yang bekerja memiliki dampak pada beberapa aspek perkembangan remaja perempuan, diantaranya adalah autonomy dan kematangan karir. Autonomy terdiri dari tiga dimensi yaitu attitudinal autonomy, emotional autonomy, dan functional autonomy., sedangkan kematangan karir terdiri dari dimensi sikap dan dimensi kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara autonomy dan kematangan karir pada perempuan remaja akhir dari ibu yang bekerja. Partisipan penelitian ini terdiri dari 63 mahasiswi Universitas Indonesia dengan rentang usia 18 – 21 tahun. Penelitian kuantitatif ini menggunakan Adolescent Autonomy Questionnaire (Noom, Dekovic, Meeus, 2001) untuk mengukur Autonomy pada remaja perempuan, dan Career Development Inventory – Short Form (Creed & Patton, 2004) untuk mengukur kematangan karir. Hubungan korelasi antara autonomy dengan kematangan karir menunjukkan hasil yang signifikan pada beberapa dimensi. Hasil akan didiskusikan lebih lanjut.


ABSTRACT

The phenomenon of working mothers have become a commonplace in today's society. A working mother has a double role as a housewife as well as a worker in the field of work. Based on previous research, mothers who work have an impact on several aspects of child development, especially in adolescent girls, such as autonomy and career maturity. Autonomy is composed of three dimensions, namely attitudinal autonomy, emotional autonomy, and functional autonomy, while the dimensions of career maturity consist of attitudes and cognitive dimensions. This study aimed to determine the correlation between autonomy and career maturity among late adolescent girls with working mother. Participants of this study consisted of 63 female students of University of Indonesia with an age range 18 – 21 years. This quantitative study using the Adolescent Autonomy Questionnaire (Noom, Dekovic, Meeus, 2001) to measure Autonomy in adolescent girls, and Career Developmnet Inventory – Short Form (Creed & Patton, 2004) to measure career maturity. Correlation between autonomy with career maturity showed significant results in several dimensions. The results will be discussed further.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57168
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gracia Amanda Francisca Tinihada
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara parenting style dari ibu bekerja dengan persepsi ibu terhadap prestasi akademik anak usia sekolah. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Parenting Styles and Dimensions Questionnaire ` Short Version (PSDQ ` Short Version) dari Robinson, Mandleson, Olsen dan Hart (2001) untuk mengukur parenting style dan Scale of Perceived Academic Achievement (SPAA) dari Sumargi, Haslam dan Filus (2014) untuk mengukur persepsi ibu terhadap prestasi akademik anak. Jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebanyak 150 orang ibu bekerja penuh waktu yang memiliki anak usia sekolah dan berdomisili di wilayah Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa authoritative parenting style dari ibu bekerja memiliki hubungan yang positif dengan persepsi ibu terhadap prestasi akademik anak usia sekolah dan authoritarian parenting style dari ibu bekerja memiliki hubungan yang negatif dengan persepsi ibu terhadap prestasi akademik anak usia sekolah.
Hasil ini menunjukkan bahwa ibu bekerja yang menerapkan authoritative parenting style akan mempersepsi prestasi akademik anak usia sekolah secara positif dan ibu bekerja yang menerapkan authoritarian parenting style akan mempersepsi prestasi akademik anak usia sekolah secara negatif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia ibu, tingkat pendidikan ibu, status sosial-ekonomi ibu, budaya suku asal ibu dan jenis kelamin anak dengan parenting style dari ibu bekerja. Selain itu ditemukan pula bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu, status sosial-ekonomi ibu, dan jenis kelamin anak dengan persepsi ibu terhadap prestasi akademik anak usia sekolah.

The objective of the present study is to investigate the correlation between parenting style of working mothers and mothers` perception of the academic achievement of school-age children. Parenting style is measured with The Parenting Styles and Dimensions Questionnaire ` Short Version (PSDQ ` Short Version) (Robinson, Mandleson, Olsen & Hart, 2001). Mothers` perception of the academic achievement is measured with Scale of Perceived Academic Achievement (SPAA) (Sumargi, Haslam & Filus, 2014). 150 full-time working mothers with at least one school-age child and who live in Jabodetabek region participated in this study. The result of this study shows that authoritative and authoritarian parenting style are significantly correlated with the mothers` perception of the academic achievement of school-age children. This result means that working mothers who use authoritative parenting style will perceive the academic achievement of their school-age children positively and working mothers who use authoritarian parenting style will perceive the academic achievement of their school-age children negatively.
The result of this study also shows that mothers` age, mothers` educational level, mothers` socioeconomic status, mothers` culture of origin, and children`s gender are not significantly correlated with parenting style of working mothers. Moreover, the result of this study also shows that mothers` educational level, mothers` socioeconomic status, and children`s gender are not significantly correlated with mothers` perception of the academic achievement of school-age children."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Fahira Dumbi
"Membangun hubungan romantis adalah tugas penting ketika individu memasuki tahap perkembangan dewasa. Tidak heran jika banyak individu dewasa yang mendambakan pernikahan untuk menjalin hubungan romantis jangka panjang dan menghindari perasaan terisolasi. Namun, pernikahan tidak selalu memuaskan sebab disertai dengan konflik dan tantangan yang salah satunya terkait dengan pengasuhan anak. Oleh karena itu, penting memiliki strategi pengasuhan yang tepat guna mengatasi tantangan mengasuh anak serta mempertahankan kepuasan pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara mindful parenting dan kepuasan pernikahan. Partisipan merupakan ibu yang sudah menikah, memiliki anak usia sekolah dasar, dan tidak pernah bercerai. Alat ukur yang digunakan adalah Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IMP) untuk mengukur mindful parenting dan Couple Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur kepuasan pernikahan. Berdasarkan korelasi Pearson dengan 317 partisipan, ditemukan korelasi positif yang signifikan antara mindful parenting dan kepuasan pernikahan. Artinya, semakin sering ibu menerapkan mindful parenting, semakin tinggi kepuasan pernikahannya. Begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian ini memperkaya tinjauan literatur mindful parenting dan kepuasan pernikahan. Selain itu, diharapkan ibu lebih termotivasi melatih penerapan mindful parenting dan intervensi mindful parenting semakin berkembang, khususnya untuk meningkatkan kepuasan pernikahan.

Developing romantic relationship becomes an important task when an individual enters the adult developmental stage. As a result, adults want to marry in order to establish a long-term romantic relationship and avoid feelings of isolation. However, marriage is not always fulfilling due to the conflicts and challenges that arise as a result of it, one of which is related to child rearing. Therefore, parenting style is critical for overcoming challenges and maintaining marital satisfaction. The purpose of this study is to examine the relationship between mindful parenting and marital satisfaction. Participants are married mothers with children in elementary school age who have never been divorced. The Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale (IMP) is used to assess mindful parenting and Couple Satisfaction Index (CSI) is used to assess marital satisfaction. Pearson correlation with 317 mothers demonstrates a positive and significant correlation between mindful parenting and marital satisfaction. The more often mothers practice mindful parenting, the higher their marital satisfaction and vice versa. The findings of this study can contribute to the existing literature on mindful parenting and marital satisfaction. Furthermore, mothers might be more motivated to practice mindful parenting, as well as mindful parenting interventions might emerge, particularly for increasing marital satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Kusuma Dewi
"Keluarga militer cenderung memiliki budaya khas yang berbeda dari keluarga pada umumnya. Budaya tersebut mencakup praktik pengasuhan bergaya militer, stres finansial, frekuensi perpindahan tempat tinggal yang tinggi (relokasi) dan perpisahan dengan pasangan akibat tugas dinas jarak jauh (deployment). Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa budaya tersebut dapat memunculkan tantangan-tantangan yang dapat meningkatkan kerentanan stres pengasuhan pada istri anggota militer. Di samping itu, tugas pengasuhan anak usia sekolah dasar dapat menjadi tantangan tambahan yang dapat memicu stres pengasuhan pada istri anggota militer. Sehubungan dengan hal tersebut, sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa praktik mindful parenting berhubungan dengan penurunan tingkat stres pengasuhan pada ibu dari berbagai latar belakang sosial. Selanjutnya, partisipan (n=135) diuji menggunakan Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale untuk mengukur mindful parenting dan The Parenting Stress Index – Short Form untuk mengukur tingkat stres pengasuhan. Dalam penelitian ini, menggunakan desain penelitain korelasional dengan jumlah sampel 135. Selanjutnya, uji korelasi menunjukkan adanya hubungan negatif antara mindful parenting dan stres pengasuhan. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi keterampilan mindful parenting maka semakin rendah tingkat stres pengasuhan. Hasil menunjukkan terdapat korelasi negatif antara kedua variabel, maupun dengan dimensi-dimensi mindful parenting.

Military families tend to have a distinctive culture which different from other families. This culture includes military-style parenting practices, financial stress, high frequency of relocation and separation from spouse due to long-distance service assignments (deployment). A number of studies have shown that this culture can present challenges which can increase the vulnerability to parenting stress in mothers from military families. In addition, the task of caring for school age children which can be an additional challenge that can trigger parenting stress for mothers from military families. In this regard, a number of studies have shown that mindful parenting practices are associated with reduced levels of parenting stress in mothers from various social backgrounds. Thus, this study wanted to examine the relationship between mindful parenting and parenting stress on mothers from military families with school age children (6 to 12 years). Furthermore, participants (n=135) were tested using the Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale to measure mindful parenting capacity and The Parenting Stress Index – Short Form to measure the level of parenting stress. Trough convencience sampling technicque, participants with an age range of 24 until 55 years (M = 39, SD = 6,2). The correlation test showed a negative correlation between mindful parenting and parenting stress. This result indicates that the higher the mindful parenting skill, the lower the level of parenting stress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Rahmi
"Munculnya parenting stress terjadi karena terdapat ketidakseimbangan antara tuntutan pengasuhan dengan sumber daya yang dimiliki oleh orang tua dalam memenuhi tanggung jawab. Terlebih pada ibu usia remaja karena akan tergantung dengan kompetensi pengasuhan yang dimiliki oleh ibu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara parenting stress dengan kompetensi pengasuhan pada ibu remaja. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel 319 ibu remaja di Kota Depok. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Parental Stress Scele (PSS) dan Parenting Sense of Competence Scale (PSOC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara domain parenting stress dengan domain kompetensi pengasuhan (p=0,00 dan0,005). Diharapkan bahwa pemberi asuhan keperawatan dapat meningkatkan perannya dalam memberikan intervensi berupa edukasi dan pendampingan psikologis terhadap ibu remaja mengenai kompetensi pengasuhan anak.

The emergence of parenting stress occurs because there is an imbalance between the parenting burden and the resources owned by parents in fulfilling their responsibilities. Especially for teenage mothers because it will depend on parenting competency owned by the mother. This study aims to analyze the relationship between parenting stress and parenting competency in teenage mothers. The design of this study was cross sectional with a sample of 319 teenage mothers in Depok City. The measuring instrument used is the Parental Stress Scale (PSS) and Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) questionnaire. The results showed that there was a significant relationship between the stress parenting domain and the parenting competency domain (p = 0.00 and 0.005). Nurse expected have more increase their role in providing interventions in the form of education and psychological assistance to teenage mothers about parenting competence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Syafira Dumbi
"COVID-19 memberikan tantangan pengasuhan baru bagi ibu bekerja yang memiliki anak usia sekolah dasar. Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya keyakinan ibu dalam pengasuhan karena ibu merasa bahwa waktu dan tenaga yang dapat dialokasikan dalam pengasuhan tidak maksimal. Rendahnya keyakinan diri ibu dalam pengasuhan sebenarnya dapat diatasi melalui mindful parenting sebagai strategi pengasuhan baru yang fokus pada aspek interpersonal maupun intrapersonal ibu. Akan tetapi, penelitian yang melandasi hal tersebut masih sangat terbatas. Maka, penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi mindful parenting terhadap parenting self-efficacy pada ibu bekerja yang memiliki anak usia sekolah dasar (N=306) menggunakan Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale dan Self-efficacy for Parenting Task Index. Uji analisis regresi dengan mengontrol variabel demografis yang berkaitan dengan pengalaman pengasuhan menunjukkan bahwa mindful parenting berkontribusi dalam memprediksi parenting self-efficacy. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk penelitian lanjutan sekaligus menunjukkan bahwa intervensi untuk meningkatkan parenting selfefficacy dapat dilakukan melalui pelatihan implementasi mindful parenting.

COVID-19 becomes new challenge for working mothers with primary school-age children. This condition has an impact on the mother’s low efficacy in parenting because the time and energy that can be allocated in parenting is limited. Low parenting self-efficacy can actually be overcome through mindful parenting as a new parenting strategy which focus on interpersonal and intrapersonal aspect of mother. However, the research that underlies contribution of mindful parenting toward parenting self-efficacy is still very limited. Thus, this study aims to investigate the contribution of mindful parenting toward parenting self-efficacy in working mothers with primay school-age children (N=306) using Interpersonal Mindfulness in Parenting Scale and Self-efficacy for Parenting Task Index. The multiple linear regression analysis test by controlling demographic variables showed that mindful parenting was contributes to predicting parenting self-efficacy. The result of this study can be used as the basis for further research and show that intervention to increase parenting self-efficacy able to be done through implementation of mindful parenting."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyaningrum
"Penelitian ini bertitik tolak dari adanya gejala peningkatan jumlah ibu yang bekerja di luar rumah. Akibatnya adalah timbul kecemasan dari sebagian masyarakat, bahwa ibu yang bekerja akan berpengaruh buruk terhadap pendidikan anak. Hal tersebut disebabkan oleh persepsi masyarakat tentang peranan ibu dalam keluarga sebagai pendidik anak, sehingga bila ibu bekerja di luar rumah dikhawatirkan akan mengganggu tugasnya sebagai pendidik anak.
Status yang ibu bekerja dan ibu yang tidak bekerja dapat menimbulkan dampak positif atau negatif terhadap pendidikan anak. Hal tersebut tidak terlepas dari persepsi anak itu sendiri tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Persepsi setiap anak tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja mungkin saja berbeda. Hal ini penting untuk diteliti, mengingat bahwa anak dianggap sebagai pihak yang terkena dampak dari status ibu yang bekerja, maka penelitian ini perlu mengamatinya dari sudut pandang anak itu sendiri, khususnya pada usia remaja. Mengingat bahwa intelektualitas remaja tengah berkembang, maka mereka sudah mampu mempersepsikan ibu bekerja dan tidak bekerja.
Pembahasan teoretis meliputi: 1) peranan ibu dalam mendidik anak, 2) ibu yang berperanan tunggal, 3) ibu yang berperanan ganda, 4) sosialisasi peranan gender di lingkungan keluarga ibu bekerja dan tidak bekerja, 5) tuntutan sosialisasi masa remaja, 6) persepsi, dan 7) persepsi remaja tentang ibu yang bekerja dan tidak bekerja.
Kesimpulan penting dari penelitian ini terdiri atas empat hal sebagai berikut: Pertama, persepsi anak tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja berhubungan dengan status ibunya, bekerja atau tidak bekerja. Anak yang ibunya bekerja mempunyai persepsi positif terhadap ibu bekerja lebih besar daripada anak yang ibunya tidak bekerja. Anak yang ibunya tidak bekerja mempunyai persepsi positif terhadap ibu tidak bekerja lebih besar daripada anak yang ibunya bekerja.
Jenis kelamin ternyata tidak berhubungan dengan persepsi anak tentang ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Secara keseluruhan, jumlah anak yang mempunyai persepsi positif tentang ibu bekerja lebih banyak (53%) daripada persepsi positif tentang ibu tidak bekerja (47%). Dengan demikian lebih banyak anak yang memilih status ibu bekerja daripada ibu tidak bekerja.
Kedua, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam prestasi belajar, antara anak yang ibunya bekerja dan yang ibunya tidak bekerja. Selain itu ditemukan pula bahwa prestasi belajar anak tidak berhubungan dengan status ibunya, bekerja atau tidak bekerja.
Ketiga, sosialisasi peranan gender yang dialami anak di lingkungan keluarga ibu bekerja tidak berbeda secara signifikan dengan keluarga ibu tidak bekerja. Selain itu ditemukan pula bahwa tidak ada hubungan antara sosialisasi peranan gender terhadap anak, dengan status ibu yang bekerja atau tidak bekerja.
Keempat, ada hubungan yang signifikan antara persepsi anak tentang peranan gender, dengan jenis kelamin. Remaja perempuan mempunyai persepsi tentang peranan gender yang lebih kenyal daripada persepsi anak laki-laki. Artinya, anak perempuan tidak terlalu memandang perbedaan peranan meaurut jenis kelamin sebagai sesuatu yang membatasi ruang geraknya untuk mengaktualisasikan dirinya.
Akhirnya tulisan ini ditutup dengan saran-saran praktis yang ditemukan kepada: 1) orang tua (khususnya ibu), 2) masyarakat umum, dan 3) peneliti."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T4189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Sugiyanto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan fertilitas (anak lahir hidup) menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden.
Untuk dapat mengungkapkan keterangan tentang perbedaan anak lahir hidup menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden, telah dikemukakan beberapa hipotesis. Analisis data dilakukan dengan analisa deskriptif yaitu dengan menggunakan tabulasi silang dan beberapa teknik, demografi, dan analisa inferensial yaitu dengan menggunakan regresi ganda. Sumber data utama adalah dari hasil Survey Pendudukan Antar Sensus 1985 yang d.ipublikasi oleh Kantor Biro Pusat Statistik.
Penemuan-penemuan dalam studi ini secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut. Melalui metode analisis regresi ganda digunakan untuk mempelajari perbedaan jumlah anak lahir hidup menurut tempat tinggal, ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhitungkan umur kawin pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur ibu. Berdasarkan analisis statistik, diperoleh hasil bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian cenderung mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih rendah dibandingkan dengan responden yang bekerja di sektor non-pertanian baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Ada dugaan sementara bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian tersebut telah memiliki jumlah anak banyak, sehingga kebutuhan keluarganya tidak cukup dipenuhi dari sektor pertanian. Keadaan ini cenderung mendorong mereka untuk pindah ke sektor non-pertanian/sektor informal.
Responden yang bertempat tinggal di perkotaan dan berpendidikan SD kebawah kecuali tidak sekolah mempunyai jumlah anak lahir hidup sedikit lebih banyak dibandingkan responden yang berpendidikan SLTP ke atas. Berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak, lahir hidup mempunyai hubungan negatif. Hal ini mungkin disebabkan faktor latar belakang responden, yaitu responden yang berpendidikan rendah (SD kebawah) pada umumnya kurang memiliki pengetahuan terutama tentang pengaturan jarak kelahiran. Sedangkan responden yang bertempat tinggal di pedesaan, mereka yang berpendidikan SD kebawah mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih sedikit dari pada responden yang berpendidikan SLTP ke atas, berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak lahir mempunyai hubungan positif. Kemungkinan yang dapat dijelaskan, yaitu responden dengan latar belakang pendidikan rendah memiliki pengetahuan tentang gizi yang rendah pula. Sehingga wanita dengan pendidikan rendah secara biologis cenderung kurang subur dan pertama kali mendapatkan haid terlambat serta akhir haid lebih cepat. Menurut semua jenjang pendidikan, responden yang bertempat tinggal di perkotaan mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih banyan dibandingkan di pedesaan. Kenyataan ini tidak seperti yang diharapkan yaitu di perkotaan mempunyai jumlah anak: lahir hidup lebih rendah dibandingkan di pedesaan.
Pengaruh negatif antara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup baik diperkotaan maupun di pedesaan. Keadaan ini tetap konsisten dengan hasil-hasil temuan sebelumnya. Menurut tempat tinggal, pengaruh negatif aniara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup lebih besar di perkotaan dari pada di pedesaan. Berdasarkan hasil perhitungan dari SUPAS 1985 rata--rata umur kawin pertama di perkotaan sebesar 22,5 tahun dan di pedesaan sebesar 19,5 tahun. Secara rasional, di pedesaan dengan rata-rata umur kawin pertama yang lebih rendah ada kecenderungan untuk mempunyai anak: lahir hidup lebih banyak.
Berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi, baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan, responden yang memakai alat kontrasepsi cenderung mempunyai anak lahir hidup lebih banyak, dibandingkan dengan responden yang tidak memakai alat kontrasepsi. Hal ini diduga, responden yang memakai alat kontrasepsi adalah mereka yang mempunyai jumlah anak lahir hidup sesuai jumlah anak yang diinginkan, dan tidak menambah anak lagi.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nimas Fadhila Atha Dinah
"Remaja awal yang memiliki Ibu bekerja rentan merasa kesepian. Perasaan kesepian yang terus dibiarkan dapat menurunkan kepuasan hidup. Hal ini menjadi masalah cukup serius karena kepuasan hidup remaja awal sangat berpengaruh pada berbagai aspek kehidupannya. Dalam upaya menurunkan perasaan kesepian dan meningkatkan kepuasan hidup, koping religius dapat diterapkan sebagai strategi untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perasaan kesepian, koping religius, dan kepuasan hidup remaja awal yang memiliki Ibu bekerja. Responden penelitian ini berjumlah 110 remaja awal (10-15 tahun) di Indonesia yang memiliki Ibu bekerja. Perasaan kesepian diukur dengan The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale (De Jong-Gierveld & Van Tilburg, 2006), koping religius diukur dengan Brief RCOPE (Pargament, Smith, Koenig, & Perez, 1998), dan kepuasan hidup diukur dengan SWLS-C (Gadermann, Schonert-Reichl, & Zumbo, 2009). Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pearson product-moment correlation coefficient dan simple regression. Hasil penelitian menunjukkan perasaan kesepian dan koping religius negatif berpengaruh negatif terhadap kepuasan hidup, namun koping religius positif tidak berpengaruh terhadap kepuasan hidup. Perasaan kesepian berhubungan positif dengan koping religius negatif, namun tidak berhubungan dengan koping religius positif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>