Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123178 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theodora Megumi
"Latar belakang: Rokok konvensional dan rokok elektronik mengandung bahan kimia berbahaya, walaupun rokok elektronik memiliki kadar yang cenderung lebih rendah dibandingkan rokok konvensional. Belum ada penelitian yang membuktikan bahwa rokok elektronik dapat membantu menghentikan penggunaan rokok konvensional. Di sisi lain, kemunculan rokok elektronik sebagai pengganti rokok konvensional menjadi semakin populer, terutama di kalangan remaja. Maka dari itu, peneliti ingin mengetahui apakah pemberian edukasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan mampu mengubah pemahaman atau persepsi mahasiswa non-kedokteran mengenai bahaya rokok elektronik.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental dengan pre-post design, dengan pengambilan data consecutive sampling. Pengetahuan mahasiswa dinilai menggunakan kuesioner yang telah divalidasi, terdiri dari pre-test, video edukasi, dan post-test. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil: Data diambil dari 100 mahasiswa non-kedokteran. Ditemukan adanya hasil yang signifikan antara pemberian edukasi dan perubahan persepsi mengenai rokok elektronik, dengan nilai p adalah 0,000 (<0,05). Sebagian besar responden (83%) menyatakan untuk tetap tidak menggunakan rokok elektronik setelah mendapatkan edukasi.
Kesimpulan: Ditemukan hubungan yang signifikan antara pemberian edukasi dan perubahan persepsi tentang rokok elektronik, di mana sebagian besar responden mengalami peningkatan pada nilai post-test.

Background: Conventional cigarettes and e-cigarettes contain toxic chemicals, albeit lower concentration in e-cigarettes compared to conventional cigarettes. There are currently no evidence about whether e-cigarette could be a helping alternative for smokers to cease smoking. Despite the lack of evidence, the use of e-cigarettes gain an increasing popularity, especially among youth population. Thus, the writer would like to find out whether education about the dangerous effects of e-cigarette can change the perception among non-health university students.
Methods: This research uses quasi-experimental with pre-post study design and consecutive sampling method to collect the data. The subjects’ knowledge are measured with a validated questionnaire which includes pre-test, an educational video, and post-test. Bivariate analysis were done by Wilcoxon test.
Results: The data was collected for 100 non-medicine undergraduate students. A significant correlation was found between educational method and change of perception towards e-cigarettes, with p score of 0.000 (<0.05). Most of the respondents (83%) claimed to not plan on using e-cigarette after receiving said education.
Conclusion: : In conclusion, giving education affects the change of perception towards e-cigarette, of which most of the respondents have an increased post-test score.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nathalia Isabella Muskitta
"Penggunaan rokok elektrik di Indonesia terus meningkat, terutama untuk kelompok usia muda. Persepsi masyarakat terhadap rokok elektrik dinilai mempengaruhi penggunaan rokok elektrik sehingga menjadi komponen penting dalam analisis dan evaluasi penggunaan rokok elektrik. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan antara persepsi manfaat dan kerugian penggunaan rokok elektrik terhadap frekuensi penggunaan rokok elektrik khususnya di kalangan mahasiswa Universitas Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional study yang dilakukan di Universitas Indonesia dari bulan Juni 2018 sampai Juli 2019. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dibagikan kepada subjek penelitian terpilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu 104 mahasiswa Universitas Indonesia berusia 18-24 tahun. bertahun-tahun. Pengujian yang digunakan untuk analisis data adalah uji univariat untuk melihat distribusi prevalensi rokok elektrik dan uji chi-square untuk menilai hubungan antar variabel.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa dari 104 subjek mayoritas pengguna rokok elektrik adalah laki-laki (93,3%), berusia 20 tahun (37,5%), kuliah di fakultas teknik (40,4%), dan pernah menggunakan rokok elektrik. lebih dari 24 bulan (33,7%). Frekuensi penggunaan rokok elektrik dianggap seimbang, yaitu setiap pengguna rutin dan pengguna non-rutin adalah 50%. Mayoritas pengguna rokok elektrik juga multiple user (61,5%) dan jenis rokok konvensional yang paling banyak digunakan adalah kretek (54,7%). Mayoritas pengguna rokok elektrik di Universitas Indonesia juga memiliki persepsi positif tentang definisi, kandungan, manfaat, dan kerugian penggunaan rokok elektrik. Hubungan yang signifikan hanya ditemukan pada persepsi kandungan rokok elektrik dengan frekuensi penggunaannya (p<0,05).
Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan rokok elektrik cukup umum di kalangan kelompok usia muda, khususnya mahasiswa di Universitas Indonesia. Semakin rutin penggunaan rokok elektrik memiliki hubungan yang signifikan dengan persepsi bahwa kandungan rokok elektrik berbahaya. Hal ini bisa terjadi karena kelompok usia dewasa muda umumnya menggunakan rokok elektrik karena penasaran dan tidak ada niat untuk berhenti merokok. Hal ini juga terlihat dari tingginya jumlah pengguna ganda dalam penelitian ini. Oleh karena itu, perlu dibuat regulasi dan intervensi khusus terkait penggunaan rokok elektrik karena masih banyak pengguna reguler rokok elektrik meskipun persepsi mayoritas terhadap rokok elektrik adalah positif.

The use of e-cigarettes in Indonesia continues to increase, especially for the young age group. Public perception of e-cigarettes is considered to affect the use of e-cigarettes so that it becomes an important component in the analysis and evaluation of the use of e-cigarettes. Therefore, the purpose of this study was to assess the relationship between perceived benefits and disadvantages of using e-cigarettes on the frequency of e-cigarette use, especially among students at the University of Indonesia.
The research method used is a cross sectional study conducted at the University of Indonesia from June 2018 to July 2019. The instrument used is a questionnaire distributed to selected research subjects using a purposive sampling technique, namely 104 University of Indonesia students aged 18-24 years. many years. The test used for data analysis was the univariate test to see the distribution of the prevalence of e-cigarettes and the chi-square test to assess the relationship between variables.
The results of statistical analysis showed that of the 104 subjects the majority of e-cigarette users were male (93.3%), 20 years old (37.5%), studied at the engineering faculty (40.4%), and had used e-cigarettes. more than 24 months (33.7%). The frequency of using e-cigarettes is considered to be balanced, i.e. each regular user and non-routine user is 50%. The majority of e-cigarette users are also multiple users (61.5%) and the most widely used type of conventional cigarette is kretek (54.7%). The majority of e-cigarette users at the University of Indonesia also have positive perceptions about the definition, content, benefits, and disadvantages of using e-cigarettes. A significant relationship was only found in the perception of the content of e-cigarettes with the frequency of their use (p<0.05).
This study shows that the use of e-cigarettes is quite common among young age groups, especially students at the University of Indonesia. The more routine use of e-cigarettes has a significant relationship with the perception that the content of e-cigarettes is dangerous. This can happen because young adults generally use e-cigarettes out of curiosity and have no intention of quitting smoking. This is also evident from the high number of dual users in this study. Therefore, it is necessary to make regulations and special interventions related to the use of e-cigarettes because there are still many regular users of e-cigarettes even though the majority perception of e-cigarettes is positive.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaky Syahdan Ali
"ABSTRAK
Rokok konvensional dan rokok elektrik merupakan barang yang menghasilkan eksternalitas negatif. Dikarenakan menghasilkan negatif, maka Pemerintah perlu mengendalikan konsumsi kedua barang ini dengan dikenakannya Pungutan Negara. Pungutan Negara ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Dari latarbelakang ini, Penelitian ini membahas evaluasi kebijakan atas pungutan negara yang dikenakan pada rokok konvensional dan rokok elektrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur pungutan negara yang dikenakan pada rokok konvensional dan rokok elektrik, serta mengetahui perbedaan perlakuan atas pungutan negara pada rokok konvensional dan rokok elektrik. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rokok konvensional terdiri dari tiga pungutan negara, untuk Pungutan Negara tingkat Nasional yaitu Cukai dan PPN Hasil Tembakau, sedangkan untuk Pungutan Negara tingkat Daerah yaitu Pajak Rokok. Rokok elektrik terdiri dari dua pungutan, untuk Pungutan Negara tingkat Nasional yaitu Cukai dan PPN Hasil Tembakau. Selain itu, Perbedaan perlakuan pungutan negara atas rokok konvensional dan rokok elektrik, yang pertama terdapat perbedaan tarif Cukai atas kedua barang tersebut, kedua terdapat perbedaan perlakuan sistem pengenaan PPN yang bersifat satu tingkat, dan ketiga yaitu pengenaan Pajak Rokok atas kedua barang tersebut. Dari hasil penelitian ini disarankan agar pemerintah menyetarakan tarif cukai kedua barang tersebut dan persamaan perlakuan Pajak Rokok atas kedua barang tersebut.

ABSTRACT
Conventional cigarettes and e-cigarettes are goods that produce negative externalities. Because it produces negative externalities, the Government needs to control the consumption of these two goods by being subject to State Levies. There are state levies that are direct and indirect. From this background, this study discusses the evaluation of policies on state levies imposed on conventional cigarettes and e-cigarettes. This study aims to determine the structure of state levies imposed on conventional cigarettes and e-cigarettes, and to know the differences in treatment of state levies on conventional cigarettes and e-cigarettes. This research is qualitative research with descriptive research and qualitative research methods.
The results of this study indicate that conventional cigarettes consist of three state levies, for national level levies, namely excise and VAT on tobacco products, while for regional level levies, namely cigarette tax. Electric cigarettes consist of two levies, for national level levies, namely excise and VAT on tobacco products. In addition, the difference in treatment of state levies on conventional cigarettes and electric cigarettes, the first is the difference in excise rates for the two goods, secondly there is a difference in treatment of the singlestage VAT imposition system, and the third is the cigarette tax imposition on both goods. From the results of this study it is recommended that the government equalize the excise tariffs of the two goods and the Cigarette Tax treatment equation for the two goods."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Jeremy Wilhite Adiputra Haposan
"Cairan rokok elektrik merupakan salah satu objek yang dapat dikenakan cukai saat ini pengaturannya kurang tepat. Rokok elektrik pertama ditemukan pada tahun 2003 oleh Hon Lik. Rokok elektrik masuk ke Indonesia untuk pertama kalinya tahun 2012. Pada tahun 2018, rokok elektrik cair yang digunakan sebagai barang untuk penggunaan rokok elektrik dikenakan cukai berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.010/2017 tentang Penerimaan Tarif Cukai Tembakau. Dalam peraturan tersebut, cairan rokok elektrik termasuk dalam Tembakau Olahan Tembakau atau HPTL jenis lain. Untuk HPTL, tarif cukai yang diatur dalam peraturan tersebut adalah 57% persen dari Harga Jual Eceran. Pada tahun 2018, terdapat peraturan tentang perubahan PMK yang dengan dikeluarkannya PMK Nomor 156/PMK.010/2018 yang mengatur: harga jual eceran minimum per milimeter cairan rokok elektrik. pohon Masalah dalam penulisan skripsi ini adalah bagaimana pengenaan cukai pada cairan rokok? listrik diatur di Indonesia dan bagaimana potensi resistensi pajak di pengenaan cukai pada cairan rokok elektrik. Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Berdasarkan hasil penelitian, cairan rokok elektrik adalah barang yang dibuat tanpa menggunakan tembakau di dalamnya serta penghitungan cukai cairan rokok elektrik berdasarkan PMK memunculkan potensi resistensi pajak berupa penghindaran pajak yang tidak diperbolehkan (penghindaran pajak yang tidak dapat diterima). Saran dalam penelitian adalah perbaikan
terhadap peraturan perundang-undangan yang relevan.
E-cigarette liquid is one of the objects that can be subject to excise at this time the regulation is less precise. The first e-cigarette was invented in 2003 by Hon Lik. E-cigarettes entered Indonesia for the first time in 2012. In 2018, liquid e-cigarettes used as goods for the use of e-cigarettes were subject to excise duty based on Regulation of the Minister of Finance Number 146/PMK.010/2017 concerning Receipt of Tobacco Excise Tariffs. In the regulation, e-cigarette liquid is included in Tobacco Processed Tobacco or other types of HPTL. For HPTL, the excise rate regulated in the regulation is 57% percent of the Retail Selling Price. In 2018, there was a regulation regarding changes to the PMK with the issuance of PMK Number 156/PMK.010/2018 which regulates: the minimum retail selling price per millimeter of e-cigarette liquid. tree The problem in writing this thesis is how to impose excise duty on cigarette liquids? electricity is regulated in Indonesia and what is the potential for tax resistance in the imposition of excise on e-cigarette liquids. The writing of this thesis uses a normative juridical research method. Based on the results of the study, e-cigarette liquids are goods made without using tobacco in them and the calculation of excise on e-cigarette liquids based on PMK raises the potential for tax resistance in the form of tax avoidance that is not allowed (unacceptable tax avoidance). Suggestions in research is improvement
to the relevant laws and regulations.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berly Shandika Shihab Wicaksono
"Latar belakang: Menurut SUSENAS tahun 2017, pengguna rokok elektronik di Indonesia terus meningkat hingga mencapai 4 juta pengguna. Peningkatan ini berdasarkan persepsi masyarakat yang menganggap bahwa rokok elektronik bersifat lebih aman dibandingkan rokok konvensional sehingga dapat digunakan sebagai alat berhenti merokok. Padahal, keefektivitas rokok elektronik masih belum terbukti secara komprehensif. Ditambah lagi, studi mengenai pengetahuan pengguna rokok elektronik di Indonesia masih terbatas. Kesenjangan persepsi ini yang menjadi dasar peneliti ingin penelitian terhadap persepsi pengguna vape tentang rokok elektronik sebagai alat berhenti merokok. Metode: Studi ini menggunakan desain quasi eksperimental yang dilakukan dengan pengerjaan pretest dan posttest setelah pemberian video edukasi. Teknik pengambilan jumlah sampel menggunakan non-probability consecutive (n = 75). Data sampel menggunakan Google Form yang disebarkan kepada responden. Distribusi data diuji menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan dianalisis bivariat Uji Wilcoxon karena distribusi tidak normal. Hasil: Dari 75 responden, peneliti mendapatkan rata-rata perbedaan persepsi sebesar 2 poin. Hasil uji normalitas data menunjukkan distribusi data tidak normal dan hasil uji Wilcoxon menunjukkan nilai p = 0.000 (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada persepsi pengguna vape tentang rokok elektronik sebagai alat berhenti merokok melalui skor sebelum dan sesudah pemberian video edukasi. Penelitian in membutuhkan penelitian lanjutan yang dapat menganalisis perilaku terhadap persepsi yang didapat.

Introduction: According SUSENAS in 2017, electronic cigerrates users continue to increase up to 4 million users. This is due to society perception that e-cigerattes are more safe than conventional cigarettes so that they can be used as a smoking cessation tool. In fact, the effectiveness of e-cigerattes is still not comprehensively proven. In addition, studies on the knowledge of e-cigarette users in Indonesia are still limited. This perception gap is the basis for researchers wanting to study about vaporize user’s perceptions of e- cigerattes as a smoking cessation tool. Method: This study used a quasi-experimental design which was carried out by doing pretest and posttest after giving an educationl video. The sampling technique used was non-probability consecutive (n = 75). Sample data using Google Form shared to respondents. Data distribution was tested using Kolmogorov-Smirnov test and analyzed bivariately using Wilcoxon test due to abnormal distribution. Result: From 75 respondents, researchers got an average difference of 2 points in perception. The results of the data normality test showed that the data distribution was ab normal, and the Wilcoxon test results showed the value of p = 0.000 (p <0.05). Conclusion: There is a significant difference in the perception of vape users about electronic cigarettes as a smoking cessation tool through scores before and after the provision of educational videos. This research requires further research that can analyze the behavior of the perceptions obtained."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shera Cynthia Islami
"Latar Belakang: Berdasarkan laporan Riskesdas (2018), terdapat sekitar 77 juta perokok
berusia diatas 15 tahun di Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mulai merokok pada
saat remaja dan peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia menjadikan remaja
sebagai target untuk pencegahan dan intervensi kebiasaan merokok. Pengetahuan dan
kesadaran mengenai bahaya merokok serta motivasi berhenti merokok diketahui mejadi
faktor dalam mencegah kebiasaan merokok dan memprediksi peluang seseorang berhenti
merokok. Tujuan: Untuk mengetahui kesadaran dan tingkat pengetahuan tentang bahaya
merokok pada rongga mulut serta motivasi berhenti merokok pada siswa SMA di Jakarta
beserta variabel yang berkontribusi terhadapnya. Metode penelitian: Studi analisis
cross-sectional pada 552 siswa SMA di Jakarta. Kesadaran dan tingkat pengetahuan
diukur menggunakan kuesioner penelitian AlAbdullah, dkk (2019). Kuesioner penelitian
Joly, dkk (2017) digunakan untuk mengukur tingkat motivasi berhenti merokok. Kedua
kuesioner selanjutnya melalui proses adaptasi lintas budaya, uji validitas, dan uji
reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengambilan data dilakukan melalui dua
tahap yaitu total sampling di SMAN 77 Jakarta Pusat pada tahap pertama dan
convenience sampling pada tahap kedua. Hasil: Mayoritas siswa (n = 493, 89,3%) telah
sadar akan bahaya merokok pada rongga mulut. Terdapat 324 (65,72%) siswa dari siswa
yang sadar masih memiliki tingkat masih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah,
yaitu hanya dapat mengetahui paling banyak empat dari sepuluh efek spesifik merokok
terhadap rongga mulut. Efek spesifik merokok terhadap rongga mulut yang paling banyak
diketahui oleh siswa adalah bau mulut dan yang paling sedikit siswa ketahui adalah nyeri saat mengunyah. Terdapat hubungan bermakna antara beberapa karakteristik sosiodemografi
terhadap kesadaran dan pengetahuan siswa. Siswa perempuan, memiliki niat
berhenti merokok dan belum lama merokok memiliki kesadaran lebih baik. Siswa yang
tidak pernah merokok memiliki kesadaran dan tingkat pengetahuan lebih baik. Selain itu,
motivasi berhenti merokok masih rendah pada 22 (43,1%) dari 51 siswa yang pernah
merokok. Terdapat korelasi linear antara skor motivasi berhenti merokok terhadap ratarata
nilai rapor, status berhenti merokok, lama merokok, dan niat berhenti merokok. Semakin tinggi nilai rapor, semakin lama siswa telah berhenti merokok, dan pada siswa yang memiliki niat berhenti merokok, semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa untuk berhenti merokok, hal sebaliknya terjadi pada siswa yang semakin lama merokok. Lebih lanjut, tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat motivasi berhenti merokok terhadap kesadaran (p = 0,136) dan tingkat pengetahuan (p = 0,504) mengenai bahaya merokok pada rongga mulut. Kesimpulan: Mayoritas siswa SMA di Jakarta telah sadar bahwa merokok membahayakan rongga mulut, namun tingkat pengetahuan mengenai efek spesifik rokok terhadap rongga mulut dan tingkat motivasi berhenti merokok masih rendah. Dibutuhkan intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai bahaya merokok pada remaja sebagai upaya mencegah perilaku
merokok pada remaja dan membantu remaja berhenti merokok.

Background: According to Riskesdas (2018), there are over 77 million 15-years-old and
above smokers in Indonesia. The fact that most of smokers in Indonesia start smoking
during adolescent makes it as the right target for prevention and intervention of smoking.
Awareness and knowledges about the jeopardy effect of smoking on health have known
to be protective factors for smoking. Meanwhile, motivation to stop smoking plays role
in predicting smoking cessation. Objective: To asess the awareness and knowledge about
the jeopardy effects of smoking on oral health and smoking cessation motivation among
high school students in Jakarta along with their contributing variables. Method: An
analytic questionnaire-based cross-sectional study was conducted among 552 high school
students in Jakarta. Questionnaire from AlAbdullah, et al (2019) was used to asses
awareness and knowledge. Smoking cessation motivation was assed using questionnaire
from Joly, et al (2017). Both questionnaires have undergone cross-cultural adaptation,
validity, and reliability test. There were two steps of data collection, the first step was
using total sampling on students from Public Senior Highschool number 77 in Central
Jakarta and the second step was using convenience sampling to senior high school
students in Jakarta. Results: The majority of students were aware (n = 493, 89.3%) about
the jeopardy effects of smoking on oral health. However, there were 324 (65,72%)
students that still had low knowledge level among students who aware, students
mentioned were only able to mention maximum four specific effects of smoking on oral
health. The most known effect was bad odor and the least was painful chewing. There
were significant associations between awareness with gender, intention to quit smoking,
smoking status, and duration of smoking. Female students, students who have intention to quit smoking, never smoke, and have shorter smoking duration were more likely to
aware than the contra group. With respect to knowledge, students who have never smoked
were more likely to have higher knowledge level. Aside of that, the level of smoking
cessation motivation was still low on 22 (43,1%) over 51 students who have smoked.
There are linier correlations between motivation score with academic score, abstinence
duration, smoking period, and the intention to quit smoking. The higher academic score,
the longer abstinence from smoking, the shorter smoking duration, and having intention
to quit smoking, the higher the motivation to quit smoking will be. However, there was
no any statistically significant difference between smoking cessation motivation with
awareness (p = 0.136) and knowledge (p = 0.504). Conclusion: Most of the students were
aware that smoking affects oral health. However, the level of knowledge about further
effects and smoking cessation motivation was still low. Thus, more interventions are
required to address these issues in order to prevent adolescencts from smoking and
promote smoking cessation on adolescents who smoke.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasojo
"Penelitian ini mencari perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok pada mahasiswa UI di antara kelompok responden berdasarkan akses terhadap rokok yang paling sering digunakan. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan teknik menggunakan kuesioner. Nilai rata-rata motivasi berhenti merokok dari dalam diri responden (n=96) adalah 4,43 dari skor maksimal 7. Nilai rata-rata motivasi berhenti merokok dari luar diri responden adalah 3,31 dari skor maksimal 7. Lima puluh delapan dari 96 responden (60,4%) menyatakan membeli di warung sebagai akses terhadap rokok yang paling sering digunakan.
Analisis Anova menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata motivasi berhenti merokok dari diri sendiri yang bermakna di antara kelompok responden berdasarkan akses tersering membeli di warung, membeli di swalayan, dan mendapat dari keluarga dan kerabat (CI= 95%, P= 0,88), maupun antara motivasi berhenti merokok dari luar diri di antara kelompok responden berdasarkan akses tersering membeli di warung, membeli swalayan, dan mendapat dari keluarga dan kerabat (CI= 95%, P= 0,28).
Hasil ini menunjukkan bahwa faktor yang lebih berpengaruh kepada motivasi berhenti merokok seseorang adalah faktor dari dalam diri sendiri dibandingkan dari luar diri. Sebaiknya dilakukan penelitian mengenai faktor dari dalam diri untuk meneliti motivasi berhenti merokok karena didapatkan bahwa faktor dari dalam diri lebih berperan dalam hal ini.

This study aims to seek out the means difference in smoking cessation motivation among Universitas Indonesia students among respondent based on their access to cigarette. The method of this research is cross-sectional with questionnaire as the data-gathering means. The means of smoking cessation motivation because of internal factors of the respondents (n=96) is 4.43 out of 7. The means of smoking cessation motivation because of external factors of the respondents is 3.31 out of 7. Fifty eight respondents out of 96 respondents (60.4%) stated that buying cigarette in stalls is the most frequently used access to cigarette.
Anova analysis shows that there is no significant difference in smoking cessation motivation from internal factors means between groups that use buying cigarette in stalls, buying from self-service shop, or receiving cigarette from family and fellows (P= 0.878). Anova analysis also shows shows that there is no significant difference in smoking cessation motivation from external factors means between groups that use buying cigarette in stalls, buying from self-service shop, or receiving cigarette from family and fellows (P = 0.28).
This results indicates that smoking cessation motivation is more affected by internal factors than external factors. It is better to make a research for internal factors that affect smoking cessation motivation in the future because internal factors are more govern to smoking cessation motivation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Rahadian
"Tesis ini membahas tentang bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap dengan niat melaksanakan konseling berhenti merokok di antara mahasiswa profesi dan spesialis kedokteran gigi di RSKGM FKG UI. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain potong lintang. Sikap merupakan variabel yang paling besar mempengaruhi niat melakukan konseling berhenti merokok, setelah dikontrol oleh variabel umur, jenis kelamin, pendidikan, status merokok, dan pengetahuan. Nilai OR (OR adjusted) = 59,795 (95% CI 14,777-241,957). Hasil penelitian ini menyarankan agar ada upaya pembentukan sikap terhadap perilaku konseling berhenti merokok melalui pendidikan yang terencana, terarah, dan berkesinambungan.

This thesis discusses how the relationship between knowledge and attitudes with the intention of implementing smoking cessation counseling among students of professional and specialist dentistry in RSKGM FKG UI. This research is a quantitative study with a cross-sectional design. Attitude is the biggest variable affecting intention to quit smoking counseling, once controlled by the variables of age, gender, education, smoking status, and knowledge. OR value (OR adjusted) = 59.795 (95% CI 14.777 to 241.957). The results of this study suggest that there are efforts to establish attitudes towards smoking cessation counseling behaviors through education planned, directed, and continuous.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astari Meidina
"Prevalensi perokok yang berhasil berhenti merokok di Indonesia diketahui menunjukkan angka yang rendah. Mahasiswa merupakan sekelompok individu yang mengonsumsi rokok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh smoking abstinence self-efficacy (SASE) dan frekuensi perilaku merokok terhadap perilaku sehat mahasiswa Universitas Indonesia yang memiliki keinginan berhenti merokok. Perilaku sehat yang diukur dalam penelitian ini meliputi sarapan, kudapan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, dan menimbang berat badan. Penelitian korelasional ini melibatkan 153 partisipan yang terdiri dari 102 laki-laki, dan 51 perempuan dengan usia 18-25 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SASE adalah prediktor yang lebih kuat memengaruhi perilaku sehat dibandingkan dengan frekuensi perilaku merokok. Pengukuran yang lebih mendalam terkait faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku sehat pada perokok yang ingin berhenti dapat dieksplor lebih jauh.

Prevalence of smokers who succeed in their quit attempt in Indonesia is decreasing. Undergraduate students are a group of people who consume cigarettes. This study aims to investigate the effect of smoking abstinence self-efficacy (SASE) and cigarette smoking frequency on health behavior among undergraduate students of Universitas Indonesia who willing to quit smoking. The aspect of health behavior that are measured in this study are breakfast, snacking, physical activity, consumption of alcohol, consumption of cigarettes, and keep in healthy weight. The correlational study took a participants totally 153 students, 102 male, and 51 female in 18-25 years old. Results indicated that SASE was the strongest predictor of health behavior rather than cigarette smoking frequency. Further measurements related to factors that can influence health behavior in smokers who willing to quit can be explored further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shera Cynthia Islami
"Latar Belakang: Berdasarkan laporan Riskesdas (2018), terdapat sekitar 77 juta perokok berusia diatas 15 tahun di Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mulai merokok pada saat remaja dan peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia menjadikan remaja sebagai target untuk pencegahan dan intervensi kebiasaan merokok. Pengetahuan dan kesadaran mengenai bahaya merokok serta motivasi berhenti merokok diketahui mejadi faktor dalam mencegah kebiasaan merokok dan memprediksi peluang seseorang berhenti merokok. Tujuan: Untuk mengetahui kesadaran dan tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok pada rongga mulut serta motivasi berhenti merokok pada siswa SMA di Jakarta beserta variabel yang berkontribusi terhadapnya. Metode penelitian: Studi analisis cross-sectional pada 552 siswa SMA di Jakarta. Kesadaran dan tingkat pengetahuan diukur menggunakan kuesioner penelitian AlAbdullah, dkk (2019). Kuesioner penelitian Joly, dkk (2017) digunakan untuk mengukur tingkat motivasi berhenti merokok. Kedua kuesioner selanjutnya melalui proses adaptasi lintas budaya, uji validitas, dan uji reliabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengambilan data dilakukan melalui dua tahap yaitu total sampling di SMAN 77 Jakarta Pusat pada tahap pertama dan convenience sampling pada tahap kedua. Hasil: Mayoritas siswa (n = 493, 89,3%) telah sadar akan bahaya merokok pada rongga mulut. Terdapat 324 (65,72%) siswa dari siswa yang sadar masih memiliki tingkat masih memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, yaitu hanya dapat mengetahui paling banyak empat dari sepuluh efek spesifik merokok terhadap rongga mulut. Efek spesifik merokok terhadap rongga mulut yang paling banyak diketahui oleh siswa adalah bau mulut dan yang paling sedikit siswa ketahui adalah nyeri saat mengunyah. Terdapat hubungan bermakna antara beberapa karakteristik sosiodemografi terhadap kesadaran dan pengetahuan siswa. Siswa perempuan, memiliki niat berhenti merokok dan belum lama merokok memiliki kesadaran lebih baik. Siswa yang tidak pernah merokok memiliki kesadaran dan tingkat pengetahuan lebih baik. Selain itu, motivasi berhenti merokok masih rendah pada 22 (43,1%) dari 51 siswa yang pernah merokok. Terdapat korelasi linear antara skor motivasi berhenti merokok terhadap ratarata nilai rapor, status berhenti merokok, lama merokok, dan niat berhenti merokok. Semakin tinggi nilai rapor, semakin lama siswa telah berhenti merokok, dan pada siswa yang memiliki niat berhenti merokok, semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa untuk berhenti merokok, hal sebaliknya terjadi pada siswa yang semakin lama merokok. Lebih lanjut, tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat motivasi berhenti merokok terhadap kesadaran (p = 0,136) dan tingkat pengetahuan (p = 0,504) mengenai bahaya merokok pada rongga mulut. Kesimpulan: Mayoritas siswa SMA di Jakarta telah sadar bahwa merokok membahayakan rongga mulut, namun tingkat pengetahuan mengenai efek spesifik rokok terhadap rongga mulut dan tingkat motivasi berhenti merokok masih rendah. Dibutuhkan intervensi lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai bahaya merokok pada remaja sebagai upaya mencegah perilaku merokok pada remaja dan membantu remaja berhenti merokok

Background: According to Riskesdas (2018), there are over 77 million 15-years-old and above smokers in Indonesia. The fact that most of smokers in Indonesia start smoking during adolescent makes it as the right target for prevention and intervention of smoking. Awareness and knowledges about the jeopardy effect of smoking on health have known to be protective factors for smoking. Meanwhile, motivation to stop smoking plays role in predicting smoking cessation. Objective: To asess the awareness and knowledge about the jeopardy effects of smoking on oral health and smoking cessation motivation among high school students in Jakarta along with their contributing variables. Method: An analytic questionnaire-based cross-sectional study was conducted among 552 high school students in Jakarta. Questionnaire from AlAbdullah, et al (2019) was used to asses awareness and knowledge. Smoking cessation motivation was assed using questionnaire from Joly, et al (2017). Both questionnaires have undergone cross-cultural adaptation, validity, and reliability test. There were two steps of data collection, the first step was using total sampling on students from Public Senior Highschool number 77 in Central Jakarta and the second step was using convenience sampling to senior high school students in Jakarta. Results: The majority of students were aware (n = 493, 89.3%) about the jeopardy effects of smoking on oral health. However, there were 324 (65,72%) students that still had low knowledge level among students who aware, students mentioned were only able to mention maximum four specific effects of smoking on oral health. The most known effect was bad odor and the least was painful chewing. There were significant associations between awareness with gender, intention to quit smoking, smoking status, and duration of smoking. Female students, students who have intention to quit smoking, never smoke, and have shorter smoking duration were more likely to aware than the contra group. With respect to knowledge, students who have never smoked were more likely to have higher knowledge level. Aside of that, the level of smoking cessation motivation was still low on 22 (43,1%) over 51 students who have smoked. There are linier correlations between motivation score with academic score, abstinence duration, smoking period, and the intention to quit smoking. The higher academic score, the longer abstinence from smoking, the shorter smoking duration, and having intention to quit smoking, the higher the motivation to quit smoking will be. However, there was no any statistically significant difference between smoking cessation motivation with awareness (p = 0.136) and knowledge (p = 0.504). Conclusion: Most of the students were aware that smoking affects oral health. However, the level of knowledge about further effects and smoking cessation motivation was still low. Thus, more interventions are required to address these issues in order to prevent adolescencts from smoking and promote smoking cessation on adolescents who smoke."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>