Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198437 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asunta Natya Anglila
"Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia, mendorong pemerintah untuk menerapkan peraturan untuk Bekerja Dari Rumah (BDR) bagi karyawan. Banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah kesejahteraan psikologis karyawan. Oleh karena itu, kesejahteraan psikologis karyawan yang menjalankan BDR menjadi penting untuk diteliti, karena BDR membuat karyawan tidak bisa terlepas dari keberadaan keluarga di rumah. Dalam penelitian ini akan diteliti mengenai Konflik Keluarga-Pekerjaan dan melihat hubungannya dengan kesejahteraan psikologis pada karyawan yang menjalankan BDR. Peran strategi regulasi emosi juga diteliti sebagai moderator dengan harapan dapat memperlemah hubungan konflik keluarga-pekerjaan dan kesejahteraan psikologis karyawan. Responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 212 karyawan yang bekerja dari rumah yang berhasil didapatkan melalui kuesioner yang disebar secara daring. Peneliti mengambil data menggunakan metode snowball sampling dan accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Konflik Keluarga-Pekerjaan memiliki hubungan negatif dengan Kesejahteraan Psikologis. Selain itu, ditemukan juga bahwa bahwa dua strategi regulasi emosi yaitu Cognitive Reappraisal (strategi merubah emosi negatif menjadi positif) dan Expressive Suppression (strategi untuk meredam emosi yang dirasakan), tidak memiliki peran yang signifikan sebagai moderator hubungan antara Konflik Keluarga-Pekerjaan dan Kesejahteraan Psikologis. Tidak adanya peran moderasi dari kedua dimensi regulasi emosi diasumsikan karena sebagian besar partisipan penelitian ini merupakan karyawan yang sudah bekerja lebih dari enam bulan dari rumah, hal ini menyebabkan konflik yang dialami sudah bukan menjadi masalah besar sehingga tidak dibutuhkan kemampuan untuk meregulasi emosi. Tidak adanya efek moderasi ini juga bisa dikarenakan pekerjaan partisipan penelitian yang tidak begitu menguras emosi seperti pada penelitian sebelumnya yang meneliti pemadam kebakaran dan menunjukkan adanya efek moderasi regulasi emosi.

The Covid-19 Pandemic occurred in Indonesia, urging the government to implement new regulations for employees, to Working From Home (WFH). Many changes happened both negative and positive, one of them is the Psychological Well-Being of employees who work from home during the Covid-19 Pandemic. This issue becomes important to study, because working from home makes employees inseparable from the presence of their family at home. In this study, we will examine the Work-Family Conflict and aim to see the relationship with Psychological Well-Being of employees who have been working from home. The role of emotion regulation strategy was also added as a moderator and expected to weaken the relationship between Work-Family Conflict and Psychological Well-Being of employees that have been working from home. This study managed to collect 212 respondents of employees that have been working from home during the Covid-19 Pandemic that was successfully obtained through a questionnaire that was distributed online. This research took data using snowball sampling and accidental sampling. The results of this study indicate that Work-Family Conflict has a negative relationship Psychological Well-Being. In addition, it was also found that two strategies of Emotion Regulation, namely Cognitive Reappraisal (strategy to change negative emotions into positive) and Expressive Suppression (strategy to perceive perceived emotions), did not have a significant role as a moderator of the relationship between Work-Family Conflict and Psychological Well-Being. There is no moderating role of two dimensions that control emotions because most of the respondents are employees who have worked more than six months from home, this causes the conflict they experience is not a big problem, so they don’t need to regulate their emotion anymore. The absence of this moderating effect could also be due to the study participants' work being less emotionally draining as in previous studies examining firefighters and showing a moderating effect on emotion regulation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rayhan Fasya
"Pandemi Covid-19 menyebabkan diterapkannya kebijakan bekerja dari rumah yang berdampak pada kesejahteraan psikologis karyawan. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran peran keterlibatan karyawan sebagai mediator hubungan antara gaya kepemimpinan yang memberdayakan dan kesejahteraan psikologis karyawan yang bekerja dari rumah pada masa pandemi Covid-19. Variabel diukur menggunakan skala Ryff’s Psychological Well Being, Empowering Leadership Scale, dan skala ISA. Analisis regresi dilakukan menggunakan PROCESS dengan model mediasi sederhana oleh Hayes. Data diperoleh dari 305 karyawan yang memiliki pengalaman bekerja dari rumah selama masa pandemi Covid-19 di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan keterlibatan karyawan memiliki peran sebagai mediator terhadap hubungan kepemimpinan yang memberdayakan dan kesejahteraan psikologis. Hal tersebut menjelaskan bahwa karyawan yang memiliki atasan dengan gaya kepemimpinan yang memberdayakan akan lebih terlibat dalam pekerjaan dan perusahaannya serta secara bersamaan memiliki kesejahteraan psikologis yang baik. Pemimpin suatu perusahaan atau organisasi dapat memotivasi bawahan atau rekan kerja untuk berkembang dan bekerja secara berdampingan selama bekerja di rumah untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam pekerjaannya, dan juga meningkatkan kesejahteraan psikologis mereka.

The Covid-19 pandemic has led to the implementation of the Work from Home (WFH) policy which has an impact on the psychological well-being of employees. This study was conducted to examine the role of employee engagement as a mediator of the relationship between empowering leadership and the psychological well-being of Work from Home employees during the Covid-19 pandemic. Research variables were measured using the Ryff's Psychological Well Being scale, Empowering Leadership Scale, and the ISA scale. Regression analysis was performed using PROCESS with a simple mediation model by Hayes. Data were obtained from 305 employees who work from home in Indonesia. The results showed that employee engagement has a role as a mediator on the relationship between empowering leadership and psychological well-being. This explains that employees who have leaders with an empowering leadership style will be more engaged in their work and their company and simultaneously have good psychological well-being. Organization leaders can motivate subordinates or co-workers to develop themselves and cooperate while working at home to increase their engagement in their work and improve their psychological well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anandya Luthfie Rianty
"Fenomena pelanggaran protokol kesehatan COVID-19 marak dilakukan oleh dewasa muda sekarang ini, seperti berkumpul dengan teman-teman, mengikuti acara sosial, tidak memakai masker, dan lainnya. Adanya protokol kesehatan yang membatasi kebebasan individu dapat memicu reaktansi psikologis dan emosi negatif pada seseorang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara reaktansi psikologis dan kepatuhan protokol COVID-19 yang dimoderasi oleh kemampuan regulasi emosi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional between-subject, posttest only. Partisipan penelitian berjumlah 384 dengan rentang usia 18-25 tahun dan mayoritas merupakan mahasiswa. Partisipan mengisi kuesioner yang terdiri dari 3 alat ukur secara daring, yaitu Kuesioner Kepatuhan Masyarakat, Hong Psychological Reactance Scale, dan Perth Emotion Regulation Competency Inventory. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan multiple moderated regression model 1. Hasil analisis data menunjukkan bahwa reaktansi psikologis terbukti dapat menurunkan tingkat kepatuhan seseorang terhadap protokol kesehatan Coronavirus (b = - 0,0568, t(380) = -2,7253, p < 0,05, CI 95% [-0,0977, -0,0158]). Walau begitu, tidak terdapat interaksi antara reaktansi psikologis dan regulasi emosi terhadap kepatuhan protokol (b = - 0,0005, t(380) = -0,5002, p > 0,05, CI 95% [-0,0024, 0,0014]). Hal ini menunjukkan bahwa regulasi emosi tidak memoderasi hubungan kedua variabel tersebut.

The phenomenon of violating the COVID-19 health protocol by young adults has escalated to this day, such as gathering with friends, attending social events, not wearing masks, and others. The existence of health protocols that limit individual freedom could trigger psychological reactance and negative emotions in a person. This study is conducted to examine the relationship between psychological reactance and adherence to COVID-19 protocol, moderated by emotion regulation ability. This study is a quantitative study using correlational, between-subject design, posttest only. A total of 384 young adults aged between 18-25 years old, mostly college students, participated in this study. Participants filled out a questionnaire consisting of 3 instruments via online form. Descriptive analyses and multiple moderated regression model 1 was used to analyze the data. The result shows that psychological reactance is proven to lower adherence to Coronavirus protocol (b = -0,0568, t(380) = -2,7253, p < 0,05, CI 95% [-0,0977, -0,0158]). However, there is no interaction between psychological reactance and emotion regulation on protocol adherence (b = -0,0005, t(380) = -0,5002, p > 0,05, CI 95% [-0,0024, 0,0014]). This suggests that emotion regulation does not moderate the correlation between those two variables."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Husna Bukhari
"Pandemi COVID-19 yang terjadi mulai tahun 2020 merupakan masa yang penuh tekanan bagi kehidupan manusia. Salah satu dampaknya adalah kenaikan persentase individu yang mengalami gejala depresi. Dalam mencegah dan menanggulangi gejala depresi, diperlukan pengetahuan mengenai faktor apa saja yang berhubungan dengan munculnya gejala depresi. Pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kemampuan regulasi emosi dengan gejala depresi, disertai dengan peran psychological inflexibility sebagai variabel mediator. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, dengan 342 partisipan berusia 18-25 tahun (M=20,66) yang merupakan penduduk Indonesia. Data diambil dengan menggunakan alat ukur PERCI, PHQ-9, dan AAQ-II secara daring dengan metode convenience sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan regulasi emosi memprediksi timbulnya gejala depresi. Selain itu, penelitian juga menemukan bahwa psychological inflexibility berperan memediasi sebagian hubungan antara regulasi emosi dengan gejala depresi. Implikasi penelitian ini adalah bertambahnya pengetahuan akan pentingnya meningkatkan kemampuan regulasi emosi dan mengurangi terjadinya psychological inflexibility dalam upaya mencegah dan menanggulangi timbulnya gejala depresi.

The COVID-19 pandemic that began in 2020 is a stressful time for human life, one of which is the increase in the percentage of individuals experiencing symptoms of depression. In preventing and overcoming depressive symptoms, it is necessary to know what factors are associated with the emergence of depressive symptoms. In this study, the researchers aimed to determine the relationship between the level of emotion regulation ability and the symptoms of depression, accompanied by the role of psychological inflexibility as a mediator variable. This study is a correlational study, with 342 participants aged 18-25 years (M=20.66) who are Indonesian residents. Data were taken online using the PERCI, PHQ-9, and AAQ-II measuring instruments with the method of convenience sampling. The results showed that emotion regulation triggers the onset of depressive symptoms. In addition, the study also found that psychological inflexibility partially mediated the relationship between emotion regulation and depressive symptoms. Implications of this study are the increased knowledge of the importance in improving emotion regulation abilities and reducing psychological inflexibility as an effort to prevent and overcome depressive symptoms."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Akbar
"Pada masa pandemi COVID-19, banyak perusahaan yang kesulitan dalam mempertahankan kinerja perusahaannya—tidak terkecuali pada perusahaan rintisan. Adanya Pemutusan Hubungan Kerja, perubahan cara bekerja, dan tekanan lebih besar untuk meningkatkan kinerja perusahaan, mempengaruhi kesejahteraan psikologis karyawan. Sedangkan, kesejahteraan karyawan juga memiliki dampak terhadap kinerja karyawan yang akhirnya berdampak juga pada kinerja perusahaan. Salah satu solusi adalah melalui implementasi praktik manajemen sumber daya manusia (SDM) berdasarkan teori AMO (ability-motivation-opportunity) yang mampu menjadi prediktor kesejahteraan psikologis karyawan. Teori Determinasi Diri digunakan untuk menyediakan penjelasan lebih lanjut atas dinamika internal karyawan pada praktik manajemen SDM serta korelasinya dengan kesejahteraan psikologis karyawan. Dalam mengukur persepsi praktik manajemen SDM, penelitian ini menggunakan adaptasi dari alat ukur Gardner (2011). Sedangkan, adaptasi alat ukur Ryff (1989) untuk mengukur kesejahteraan psikologis karyawan. Responden berupa 200 karyawan perusahaan rintisan di wilayah Jakarta. Desain penelitian ini yaitu kuantitatif dan korelasional yang dianalisis menggunakan Pearson Correlation. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara praktik manajemen SDM dan kesejahteraan psikologis karyawan perusahaan rintisan Jakarta. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan melibatkan variabel mediasi atau moderasi serta melakukan penelitian longitudinal untuk menjelaskan lebih lanjut dinamika dalam jangka panjang.

During the COVID-19 pandemic, many companies struggled to maintain good performance in their business—including startup companies. The sudden employment termination and change in working arrangement caused bigger pressure to boost the company’s performance that affected employees’ psychological well-being (PWB). Whereas, employees’ PWB affected employees’ performance (and in the long run, the company’s performance). One of the solutions is through the implementation of human resource management practices (HRMP) based on the ability-motivation-opportunity theory which can be a predictor of psychological well-being. The Self-Determination theory used to provide further explanation of employees’ internal correlation between HRMP with employees’ PWB. This study used instruments from Gardner (2011) to measure the perception of HRMP. Meanwhile, Ryff's (1989) instrument was used to measure the employees' PWB. Respondents were 200 Jakarta-based startup companies’ employees. The research design that is used was quantitative and correlational methods analyzed with Pearson Correlation. Results showed there was a correlation between HRMP and startup companies’ employees’ PWB. Further research needs to be done by mediation or moderation variables. Longitudinal research can be considered to describe the dynamics in the long term further."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Safira
"Pandemi Covid-19 berdampak pada tingginya permintaan pelayanan kesehatan dan menempatkan pegawai rumah sakit pada kondisi yang penuh tekanan. Kondisi tersebut diduga memiliki dampak jangka panjang hingga masa transisi pandemi Covid-19. Akibatnya, tuntutan kerja pegawai rumah sakit menjadi meningkat, khususnya tuntutan kerja emosional sehingga rentan untuk menurunkan kesejahteraan psikologisnya. Agar kesejahteraan psikologis pegawai tetap terjaga, diperlukan sumber daya pribadi berupa modal psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara tuntutan kerja emosional dan kesejahteraan psikologis, serta hubungan modal psikologis dan kesejahteraan psikologis. Penelitian ini dilakukan pada 184 partisipan yang merupakan pegawai rumah sakit berusia 18 hingga 55 tahun dengan masa kerja selama minimal satu tahun dan melibatkan interaksi langsung dengan pasien atau pelanggan dalam pekerjaannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan desain cross sectional study. Alat ukur yang digunakan adalah Psychological Well-Being Scale (PWBS), bagian dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ-II), dan Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12). Hasil uji Pearson’s Correlation menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara tuntutan kerja emosional dan kesejahteraan psikologis (r = -0,27, p < 0,05). Sebaliknya, ditemukan hubungan positif yang signifikan antara modal psikologis dan kesejahteraan psikologis (r = 0,73, p < 0,05). Dengan demikian, pegawai dengan tingkat modal psikologis tinggi dapat tetap sejahtera walau mengalami tuntutan kerja emosional dalam pekerjaannya.

The Covid-19 pandemic has resulted in a high demand for health services and has put hospital workers under stressful conditions. This situation is expected to have a prolonged effect in the current transition of the Covid-19 pandemic. As a result, the job demands of hospital workers have increased, especially emotional job demands which are prone to reducing their psychological well-being. Therefore, hospital workers need to have psychological capital as a personal resource to maintain their psychological well-being. This research aims to examine the relationship between emotional job demands and psychological well-being, and also the relationship between psychological capital and psychological well-being. This research was conducted on 184 hospital workers aged 18 to 55 years old who had at least one year of working experience and involved direct interaction with patients or customers within their work. This study used a quantitative method with a correlational cross-sectional study design. The Psychological Well-Being Scale (PWBS), part of the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ-II), and the Psychological Capital Questionnaire-12 (PCQ-12) were used as measurement instruments. Pearson's Correlation test showed a significant negative relationship between emotional job demands and psychological well-being (r = -0,27, p<0,05). In contrast, a significant positive relationship was found between psychological capital and psychological well-being (r = 0,73, p<0,05). Thus, hospital workers with high levels of psychological capital can remain prosperous even in emotionally demanding work environments."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarafina
"Penelitian bertujuan untuk melihat peran keberfungsian keluarga terhadap individu dewasa muda di situasi pandemi COVID-19. Peneliti menggunakan penelitian kuantitatif dan non-eksperimental. Peneliti mengumpulkan data secara daring melalui yang berisi alat ukur keberfungsian keluarga (FAD) dan alat ukur (GSES). Partisipan penelitian merupakan 411 individu usia dewasa muda, laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 18 - 25. Berdasarkan analisis statistik regresi berganda, keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi dewasa muda pada masa pandemi COVID-19 Ditemukan pemecahan masalah dan komunikasi merupakan dimensi yang berperan signifikan. Oleh karena itu, diharapkan pada situasi pandemi COVID-19, keluarga dapat berfungsi dengan baik dan memiliki kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi yang efektif untuk memengaruhi
This study aims to examine the role of family functioning on general self-efficacy of young adults in the COVID-19 pandemic situation. Researchers used quantitative and non- experimental research. Data collected online through google form that contained family functioning measurement tool (FAD) and general self-efficacy measurement tool (GSES). Participants were 411 young adult, male and female with an age range of 18 - 25. Based on multiple regression statistical analysis, family functioning significantly predicts the general self-efficacy of young adults during the COVID-19 pandemic . It was found that problem solving and communication are dimensions that play a significant role. Therefore, it is hoped that in the COVID-19 pandemic situation, families can function well, have effective problem solving and communication skills to influence the general self-efficacy of young adults.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Najma Fathia Sutanto
"Masa pandemi COVID-19 membuat kematian terasa lebih dekat dari sebelumnya dan membuat kecemasan kematian lebih prevalen. Regulasi emosi dan religious coping hadir sebagai pilihan yang dapat digunakan individu untuk menangani kecemasan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran kemampuan regulasi emosi dan penggunaan religious coping dalam memprediksi tingkat kecemasan kematian pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia. Kecemasan kematian diukur menggunakan Death Anxiety Scale (DAS) (Templer, 1970), kemampuan regulasi emosi diukur menggunakan Perth Emotion Regulation Competency Theory (PERCI) (Preece, Becerra, Robinson, dan Dandy, 2018), dan religious coping diukur menggunakan Brief RCOPE (Pargament, Feuille, dan Burdzy, 2011). Partisipan penelitian (n = 384) merupakan orang berusia 18-25 tahun dan sedang tinggal di Indonesia saat pandemi COVID- 19. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa regulasi emosi dan religious coping dapat memprediksi tingkat kecemasan kematian, baik secara independen maupun secara bersama-sama.

COVID-19 pandemic is making death feel closer and death anxiety more prevalent than ever. Emotion regulation and religious coping are present as choices that can be used to deal with death anxiety. This research aimed to see the role of emotion regulation ability and the use of religious coping in predicting death anxiety level during the COVID-19 pandemic in Indonesia. Death anxiety was measured using Death Anxiety Scale (DAS) (Templer, 1970), emotion regulation ability was measured using Perth Emotion Regulation Competency Theory (PERCI) (Preece, Becerra, Robinson, and Dandy, 2018), and religious coping was measured using Brief RCOPE (Pargament, Feuille, dan Burdzy, 2011). The participants of this study (n = 384) are aged 18-25 years old and lived in Indonesia during the COVID-19 pandemic. The results of this study showed that both emotion regulation and religious coping can predict death anxiety level, both independently and simultaneously."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia Arina
"Kasus COVID-19 yang pertama kali ditemukan di Indonesia merupakan imported cases. Sebagaimana diketahui pelabuhan udara yang tidak hanya sebagai tempat keluar masuknya penduduk dari berbagai negara tetapi juga mempunyai resiko sebagai tempat keluar masuknya penyakit infeksi. Pada setiap bandar udara terdapat Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) termasuk Bandar Udara Soekarno Hatta. Dalam mencegah penyebaran lebih lanjut maka Presiden Indonesia menetapkan COVID-19 sebagai penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat pada tanggal 31 Maret 2020. Untuk mencegah dan mengendalikan kasus importasi COVID-19, maka Kementerian Kesehatan mengeluarkan kebijakan terkait protokol kesehatan dalam penanganan kedatangan penumpang dari luar negeri yang dtuangkan dalam bentuk surat edaran Menteri Kesehatan pada bulan Mei 2020. Pada periode Mei hingga September 2020 ditemukan 704 penumpang yang hasil RDT reaktif terhadap COVID-19 dari 29840 penumpang di Bandara Soetta. Tujuan penelitian tesis ini adalah untuk melakukan analisis implementasi kebijakan protokol kesehatan penanganan penumpang dari luar negeri dalam pencegahan penyebaran COVID- 19 oleh KKP Kelas I Soekarno Hatta. Penelitian ini merupakan analitik kualitatif dengan menggunakan data primer yang berasal dari wawancara mendalam dan data sekunder dari telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan protokol kesehatan penanganan penumpang dari luar negeri tidak berjalan dengan efektif dimana masih terdapat permasahan yang ditemukan di lapangan. Masih terdapat sasaran kebijakan yang tidak mematuhi persyaratan yang diminta untuk masuk ke Indonesia. Untuk itu peneliti menyarankan agar mempertimbangkan membuat aturan yang lebih tinggi kekuatan hukummnya dari Surat Edaran sehingga bisa mengatur sanksi bagi penumpang yang tidak patuh. Selain itu perlu meningkatkan pengawasan dan komitmen bersama antara lintas sektor serta pengembangan aplikasi eHAC untuk bisa melakukan validasi hasil PCR secara digital, mengklasifikasikan risiko infeksi dari wisatawan berdasarkan riwayat perjalanan dan asal penerbangan dan tracking penumpang.

The first cases of COVID-19 found in Indonesia were imported cases. As is well known, airports are not only places of entry and exit for peoples form various countries but also have risks as places of entry and exit for infectious diseases. At every airport there is a Port Health Office (KKP) including Soekarno Hatta Airport. In preventing further spread, the President of Indonesia declared COVID-19 as a disease that caused a Public Emergency on March 31, 2020. To prevent and control imported cases of COVID-19, the Ministry of Health issued a policy related to health protocols in handling passenger arrivals from abroad in the form of a circular letter from The Minister of Health in May 2020. In the period from May to September 2020 found 704 passengers whose RDT results were reactive from 29480 passengers at Soetta airport. The purposes of this thesis research is to analyze the implementation oh health protocol policies for handling passengers from abroad in preventing the spread of COVID-19 by Soekarno Hatta Port Health Office. This research is a qualitative analysis using primary data from in-depth interviews and secondary data from document review. The results showed that the implementation of the health protocol policy for handling passengers from abroad did not effectively where there were still matters found in the field. There are still policy targets that do not comply with the requirements to enter Indonesia. For this reason, researchers suggest that they have a higher legal force than circulars so that the can regulate sanctions for passengers who do not comply. In addition, it is necessary to increase supervision and joint commitment between sectors and development the eHAC application to be able to digitally validate PCR results, classify the risk of infection from tourists based on travel history and flight origin and passenger tracking."
2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Suci Rahayu
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan vaksin Covid-19 pada lansia. Penelitian menggunakan metode literature review dengan mencari artikel penelitian yang telah terpublikasi melalui online database yaitu ProQuest, PubMed, Science Direct, dan Google Scholar dengan menggunakan kata kunci “Acceptance Covid-19 Vaccines AND Elderly”. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah artikel jurnal yang diterbitkan pada tahun 2021, menggunakan Bahasa Inggris, dalam bentuk full text dan open access. Dari 674 artikel yang didapat dari hasil pencarian, terdapat 5 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan relevan dengan topik penelitian untuk kemudian dianalisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penerimaan vaksin Covid-19 pada lansia adalah faktor demografi, antara lain lansia berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan tinggi, status perkawinan lajang, dan memiliki riwayat penyakit kronis; persepsi terkait Covid-19, antara lain persepsi rentan terinfeksi Covid-19 dan persepsi keparahan jangka panjang; persepsi terkait vaksin, antara lain manfaat vaksinasi, efektivitas dan keamanan vaksin; serta hambatan yang dirasakan, antara lain efek samping vaksin dan penggunaan masker.

The purpose of this study was to determine the factors related to the acceptance of Covid-19 vaccine among the elderly. This research used the literature review method by looking for some research articles that have been published through online databases, namely ProQuest, PubMed, Science Direct, and Google Scholar by using the keywords "Acceptance Covid-19 Vaccines AND Elderly". Inclusion criteria in this research is journal articles published in 2021 using English in the form of full text and open access. From 674 articles obtained, there were 5 articles matched with the inclusion criteria and relevant to the research topic to be analyzed. The results showed that the factors related to the acceptance of Covid-19 vaccine among the elderly were demographic factors, including the male elderly, highly educated, single marital status, and having a history of chronic disease; perceptions related to Covid-19, perceptions of becoming infected to Covid-19 and perceptions of long-term severity; vaccine-related perceptions, including the benefits of vaccination, effectiveness, and safety of vaccines; and the perceived barriers include the side effects of vaccines and the use of masks."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>