Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169923 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desi Nuraini
"Pekerja kontraktor lepas pantai memiliki risiko tinggi dan pada fase Hook-up, Pre-commissioning dan Commissioning menerapkan sistem daily trip yang mana pekerja menempuh perjalanan dari darat ke laut selama ±2,5 jam tergantung kondisi cuaca. Aktivitas pada fase Hook-up, Pre-commissioning dan Commissioning dengan berbagai karakteristik pekerjaan meliputi pengangkatan, pengelasan dan pengetesan. Perjalanan dan aktivitas tersebut dapat menyebabkan kelelahan. Di PT X sudah terjadi dua kali near miss dan tiga kali property damage dengan akar masalah yang menunjukkan gejala dan efek dari kelelahan. Kelelahan dapat mengurangi kemampuan pengambilan keputusan, keterampilan komunikasi, produktivitas, kewaspadaan, kinerja fisik dan mental serta menurunkan motivasi kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran kelelahan dan mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi kelelahan pekerja kontraktor lepas pantai pada fase Hook-up, Pre-commissioning dan Commissioning. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain studi cross-sectional. Sampel penelitian diambil dari jumlah populasi pekerja kontraktor lepas pantai sebanyak 153 pekerja. Kuesioner Fatigue Assessment Scale (FAS) digunakan untuk mengukur kelelahan subjektif, kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk mengukur kualitas tidur, kuesioner Sleep Hygiene Index untuk mengukur sleep hygiene dan Pulse Oximeter digunakan untuk mengukur denyut nadi atau detak jantung. Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kuantitatif, analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Uji statistik menggunakan chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5% (CI=95% dan α=5%) dan multivariat regresi logistik. Hasil pengukuran kelelahan secara subjektif menunjukkan 27,5% pekerja mengalami kelelahan sebelum bekerja. Pengukuran kelelahan subjektif setelah bekerja dan pengukuran kelelahan objektif menunjukkan mayoritas pekerja mengalami kelelahan masing-masing sebanyak 53,6% dan 52,9%. Terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kesehatan, kualitas tidur, sleep hygiene, beban kerja dan desain roster dengan kelelahan subjektif sebelum bekerja (dengan nilai p<0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara usia, status gizi, kualitas tidur, sleep hygiene dan beban kerja dengan kelelahan subjektif setelah bekerja. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia, kondisi kesehatan, waktu tidur, kualitas tidur, sleep hygiene dan beban kerja dengan kelelahan objektif. Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kelelahan pekerja kontraktor lepas pantai yaitu usia, status gizi, kondisi kesehatan, waktu tidur, kualitas tidur, sleep hygiene, beban kerja dan desain roster. Faktor kualitas tidur adalah faktor dominan yang berpeluang mempengaruhi kelelahan subjektif sebelum dan setelah bekerja, sedangkan faktor dominan yang berpeluang mempengaruhi kelelahan objektif yaitu beban kerja.

Offshore contractor workers have high risk and for the phase of hook-up, pre-commissioning and commissioning implementing daily trip system, where workers take trips from onshore to offshore for ±2,5 hours depending on weather conditions. Activities in phase of hook-up, pre-commissioning and commissioning with various characteristics of work including lifting, welding and testing. These trips and activities can cause fatigue. In PT X there have been two near misses and three property damage with root cause that show symptoms and effect of fatigue. Fatigue can reduce decision-making skills, communication skills, productivity, alertness, physical and mental performance and decrease work motivation. Purpose of this research was to overview fatigue and identify what factors affect fatigue of offshore contractor workers in the phase of hook-up, pre-commissioning and commissioning. This research uses observational analytical methods with cross-sectional study design. Research sample taken from offshore contractor workers population as many as 153 workers. Fatigue Assessment Scale (FAS) questionnaire used to measure subjective fatigue, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire used to measure sleep quality, Sleep Hygiene Index questionnaire used to measure sleep hygiene and Pulse Oximeter used to measure pulse or heart rate. Obtained data are analyzed with quantitative approaches, data analysis using univariate, bivariate and multivariate analysis. Statistical test used chi-square with confidence interval is 95% and error interval is 5% (CI=95% and α=5%) and multivariate logistic regression. Results of subjective fatigue measurement prior work showed that 27,5% workers had fatigue. Subjective fatigue measurement after work and objective fatigue measurement showed that the majority of workers have fatigue each as much as 53,6% and 52,9%. There are significant relationships between health condition, sleep quality, sleep hygiene, workload and roster design with subjective fatigue prior work (with p value<0,05). There are significant relationships between age, nutritional status, sleep quality, sleep hygiene and workload with subjective fatigue after work. There are significant relationships between age, health conditions, sleep quantity, sleep quality, sleep hygiene and workload with objective fatigue. It can be concluded that factors which affect fatigue of offshore contractor workers are age, nutritional status, health conditions, sleep quantity, sleep quality, sleep hygiene, workload and roster design. Sleep quality factor is the dominant factor that has the opportunity to affect subjective fatigue, while the dominant factor that has opportunity to affect objective fatigue is workload."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathul Masruri Syaaf
"Berkembangnya sektor Jasa Konstruksi yang semakin kompleks dan tingginya persaingan, seringkali menuntut pekerja bekerja maksimal sehingga kesehatan pekerja terabaikan. Hal ini berdampak pada kelelahan kerja, yang dapat memicu kecelakaan kerja. Penelitian ini ingin mengkaji hubungan antara faktor risiko kelelahan dengan kejadian kelelahan pada pekerja konstruksi di PT. X tahun 2022. Data terkait faktor diluar pekerjaan (usia, status gizi/IMT, dan masa kerja), dan faktor pekerjaan (durasi kerja, beban kerja, dan suhu lingkungan kerja) terhadap terjadinya kelelahan pekerja proyek PT. X diteliti menggunakan kuesioner, dengan desain penelitian analitik semi- kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Data kuesioner dianalisis untuk melihat gambaran kelelahan kerja dan hubungan dua variabel menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan 33% responden mengalami kelelahan kerja sedang dan 67% kelelahan kerja rendah. Dari uji diferensial, terdapat hubungan antara status gizi (IMT), durasi kerja dan beban kerja (p 0,000) terhadap kelelahan kerja. Sedangkan faktor usia (p 0.426), masa kerja (p 0.412) dan suhu lingkungan kerja (p 1,000) tidak berhubungan dengan kelelahan. Kesimpulan penelitian ini bahwa beberapa variabel yang diteliti terbukti berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja konstruksi di PT. X. Rekomendasi terkait fatigue management perlu dijalankan oleh manajemen dan pekerja guna meminimalisir dan mengendalikan kelelahan serta meningkatkan produktifitas kerja di tempat kerja.

The development of Construction Services sector which is increasingly complex and high competition, often demands workers to work optimally so that their health is neglected. This has an impact on fatigue, which can lead to work accidents. This study aims to examine the relationship between fatigue risk factors and fatigue in construction workers at PT. X 2022. The data of non-work related factors (age, BMI, and years of service), and work-related factors (work duration, workload, and work temperature) on the occurrence of fatigue was examined using a questionnaire, with a semi-quantitative analytic research design with a cross sectional study approach. Data were analyzed using chi-square for the description of fatigue and relationship between two variables. The results showed 33% of respondents’ experienced moderate fatigue and 67% low fatigue. Inferential tests revealed a fatigue relationship between BMI, work duration, and workload (p 0.000). While the age (p 0.426), years of service (p 0.412) and working temperature (p 1.000) were not related to fatigue. The conclusion is several studied variables are proven related to fatigue in construction workers at PT. X. Recommendations related to fatigue management need to be carried out by management and workers to minimize and control fatigue and increase productivity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caesar Nurhadiono Raharjo
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor pekerjaan seperti jadwal kerja dan jabatan terhadap dimensi kelelahan pekerja di Perusahaan Panas Bumi “X” dengan menggunakan Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) versi Indonesia. Variabel laten dalam penelitian ini adalah dimensi kelelahan yaitu kehilangan energi, pengerahan tenaga fisik, ketidaknyamanan fisik, perasaan mengantuk dan kehilangan motivasi. Variabel yang diamati meliputi jenis jadwal kerja, posisi kerja, dan semua item SOFI. Tekknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dan didapatkan sebanyak 132 pekerja di Perusahaan Panas Bumi “X” yang bersedia menjadi responden penelitian. Untuk pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis pemodelan persamaan struktural (structural equation modeling [SEM]) dengan menguji model pengukuran dan model struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi kelelahan yang umum dialami pekerja adalah kekurangan energi meskipun secara statistik tidak terbukti adanya pengaruh antara jadwal kerja dan jabatan terhadap dimensi kelelahan (p>0,05). Penelitian ini menjelaskan mengapa faktor pekerjaan tidak berpengaruh terhadap dimensi kelelahan pada populasi yang diteliti. Hal ini dimungkinkan karena fleksibilitas waktu kerja, sistem kerja yang sangat baik serta sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang diterapkan oleh perusahaan (perlu studi dan/atau metode lain).

This study aims to examine the effects of occupational factors such as work schedule and work position on the fatigue dimensions among workers at Geothermal Company “X” using the Indonesian version of the Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI). The latent variables in this study were the dimensions of fatigue, namely lack of energy, physical exertion, physical discomfort, sleepiness and lack of motivation. The observed variables include the type of work schedule, work positions, and all SOFI items. Total sampling was used on 132 workers at Geothermal Company "X" who agreed to be research participants. For a research hypothesis test, statistical analysis using structural equation modelling (SEM) by testing the measurement and structural model. The results showed that the common fatigue dimension experienced by workers was lack of energy although statistically it was not proven that there was an influence between work schedule and position on the fatigue dimension (p>0.05). This study explains why occupational factors at Geothermal Company "X" have no effect on fatigue dimensions in the studied population. This is possibly due to working time flexibility, excellent work system as well as the occupational health and safety system implemented by the company (another study and/or method are required)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Medy Ana
"ABSTRACT
Kelelahan kerja merupakan bahaya yang penting dalam berbagai sektor industri karena dampaknya yang memengaruhi kemampuan pekerja untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan aman. Sektor manufaktur, yang umumnya menerapkan sistem produksi 24 jam memiliki risiko kelelahan pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kelelahan pekerja dan menganalisis faktor-faktor yang dapat memengaruhinya di sektor manufaktur. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah 110 orang pekerja pada bagian produksi di Stamping Plant milik PT. XYZ. Pengumpulan data akan dilakukan secara subjektif dengan menggunakan kuesioner. Tingkat kelelahan pekerja akan diukur menggunakan Subjective Self Rating Test dari IFRC, data kualitas dan kuantitas tidur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index, data beban kelelahan akan menggunakan kuesioner NASA-TLX, sedangkan untuk data kebisingan akan menggunakan data sekunder perusahaan. Hasil penelitian didapatkan 47,3 dari seluruh responden mengalami kelelahan terkait dengan durasi kerja, beban kerja, kualitas tidur, dan kuantitas tidur.

ABSTRACT
Work related fatigue is a significant hazard in many industrial sectors for the impact it caused to workers rsquo ability to do their jobs safely. Workers in manufacture sector, which often applies 24 hour production system, are at risk for work related fatigue. This study aimed to review manufacturing workers rsquo fatigue level and analyze factors that may influence it. Cross sectional was used as a design study to determine the relationship between the independent and dependent variables investigated in this study. Sample of this study were 110 workers from production department in PT. XYZ Stamping Plant. Data collecting was done subjectively by using questionaire. Workers rsquo fatigue level was rated by Subjective Self Rating Test from IFRC, sleep quantity and quality by Pittsburgh Sleep Quality Index, and NASA Task Load Index was used to rate workload. Meanwhile, noise level used were from the companys secondary data. The result showed that 47,3 of total 110 repondents were experiencing fatigue in the last week and it was related significantly to their work duration, workload, sleep quantity and quality."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Amalia
"Kelelahan merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk kondisi kecelakaan kerja pada pekerja konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja konstruksi proyek pembangunan jalan tol layang Y oleh PT X khususnya pada saat pekerjaan pier head. Faktor risiko yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah faktor risiko terkait pekerjaan (durasi kerja, durasi lembur, masa kerja dan heat index) dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan (usia, indeks masa tubuh, status merokok, konsumsi air minum, konsumsi minuman berkafein, kuantitas tidur, kualitas tidur, pekerjaan sampingan, waktu tempuh). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross-sectional menggunakan kuesioner gejala kelelahan subjektif Fatigue Assessment Scale for Construction Workers (FASCW). Dari hasil penelitian ini diketahui sebanyak 86,9% pekerja mengalami kelelahan dan 13,1% pekerja lainnya tidak mengalami kelelahan. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel durasi lembur, masa kerja, heat index dan kualitas tidur dengan kelelahan.

Fatigue is one of factors that can lead to the workplace accidents in construction workers. This study aims to determine the risk factors associated with fatigue in construction workers of elevated toll road Y, project by PT. X especially during pier head activity. Risk factors that focus of this study are work-related factors (duration of work, duration of overtime, work period and heat index) and non-work-related factors (age, body mass index, smoking status, water consumption, caffeinated consumption, quantity of sleep, quality of sleep, side jobs, and commuting time). This study is quantitative with a cross-sectional design study using subjective fatigue questionnaire symptom The Fatigue Assessment Scale for Construction Workers. It was found that 86,9% of workers experienced fatigue and 13,1% of other workers did not experience fatigue. The result of this study indicate there is a relationship between the duration of overtime, work period, heat index and quality of sleep with fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Muffti Pratama
"Beberapa kecelakaan besar di anjungan lepas pantai disebabkan oleh adanya kurangnya kewaspadaan dan kejadian kelelahan yang dialami oleh pekerja. Kelelahan dan kekurangwaspadaan dalam beberapa literatur disebabkan oleh kurangnya kualitas dan kuantitas tidur yang baik. Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh sleep hygiene yang dilakukan oleh pekerja, dan juga dipengaruhi oleh kondisi akomodasi dan shift kerja yang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kuantitas dan kualitas tidur, hubungan sleep hygiene dengan kualitas dan kuantitas tidur, serta untuk melihat hubungan antara kualitas tidur dengan aspek kewaspadaan dan kelalahan yang dialami pekerja. Penelitian dilakukan di anjungan lepas pantai PT. X, dengan responden kuesioner sebanyak 24 pekerja, dan pemakai alat aktigrafi sebanyak 22 pekerja. Pengambilan data aktigrafi dilakukan selama 14 hari kerja dan dibedakan menjadi tiga kelompok shift yang berbeda. Dari PSQI didapatkan 63,1% responden memiliki kualitas tidur yang buruk dan 36,9% responden miliki kualitas tidur yang baik. Durasi tidur rata-rata terendah berdasarkan pengambilan data dengan perangkat aktigrafi diperoleh pada shift malam (300 menit), sedangkan durasi tidur tertinggi diperoleh pekerja non shift (358 menit). Data aktigrafi menunjukkan bahwa durasi tidur rata-rata pekerja PT. X menggunakan HVAC A lebih panjang daripada menggunakan HVAC B. Terdapat 59,5% responden mengalami normal fatigue dan 40,5% responden mengalami mild fatigue. Hampir seluruh responden memiliki sleep hygiene yang baik (95,2%) dan tidak ada hubungan antara sleep hygiene dengan PSQI/Kualitas Tidur. Tidak ada perbedaan yang signifikan kewaspadaan saat bekerja antara pekerja dengan kualitas tidur baik dan pekerja dengan kualitas tidur buruk (p-value : 0,466). Dan tidak terdapat hubungan antara Kualitas Tidur dengan kondisi kelelahan pekerja (p-value : 0,062).

Some major accidents on offshore platforms are caused by a lack of awareness and fatigue experienced by workers. Fatigue and lack of awareness in some literature is caused by a lack of good quality and quantity of sleep. The quality and quantity of sleep is affected by the sleep hygiene practiced by workers, the conditions of accommodation and work shifts performed. This study aims to observe of the quantity and quality of sleep, the relationship between sleep hygiene and the quality and quantity of sleep, and to observe the relationship between sleep quality and the aspects of alertness and fatigue experienced by workers. The research was conducted at the offshore platform of PT. X, with 24 workers responding to the questionnaire, and 22 workers using actigraphy tools. Actigraphic data collection was carried out for 14 working days and divided into three different shift groups. From the PSQI 63.1% of respondents had poor sleep quality and 36.9% of respondents had good sleep quality. The lowest average sleep duration based on data collection with actigraphic devices was obtained during the night shift (300 minutes), while the highest sleep duration was obtained by non-shift workers (358 minutes). Actigraphy data shows that the average sleep duration with HVAC A longer than using HVAC B. There were 59.5% of respondents experiencing normal fatigue and 40.5% of respondents experiencing mild fatigue. Almost all respondents had good sleep hygiene (95.2%) and there was no relationship between sleep hygiene and sleep quality. There was no relationship between sleep quality and worker alertness (p-value:0,466). And there is no relationship between sleep quality and worker fatigue (p-value: 0.062)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Al Amiral Ulil Amri
"Situasi pandemi COVID-19 membuka mata masyarakat akan pentingnya kesehatan, peningkatan demand akan produk-produk kesehatan mendorong industri logistik PT X yang berperan dalam distribusi barang untuk melakukan lembur kerja atas intensitas kerja yang tinggi, hal ini meningkatkan risiko terjadinya fatigue di tempat kerja yang dapat menurunkan fungsional tubuh dan berdampak baik pada kesehatan pekerja maupun risiko terjadinya error di tempat kerja, PT X juga belum memiliki sistem manajemen risiko fatigue khusus sehingga deteksi fatigue tidak dapat dilakukan, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran keluhan dan faktor risiko fatigue pada pekerja logistik gudang PT X tahun 2022 yang bertempat di salah satu kawasan DKI Jakarta. Penelitian ini berdesain deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan metode studi cross-sectional menggunakan instrumen kuesioner termasuk Fatigue Assessment Scale (FAS), NASA Task Load Index (TLX), dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang selanjutnya dianalisis secara univariat dan triangulasi data dengan hasil wawancara di lapangan terhadap beberapa pekerja dan koordinator tiap tim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 20 pekerja (37,04%) mengalami keluhan fatigue ringan, mayoritas sebagian lainnya (62,96%) tidak mengalami keluhan fatigue dan tidak ditemukan pekerja dengan keluhan fatigue berat, serta untuk faktor risiko fatigue paling dominan yang ditemukan adalah pada faktor kuantitas tidur pekerja dengan mayoritas pekerja (83,33%) memiliki durasi tidur dibawah standar 7 jam.

The COVID-19 pandemic situation has opened people's eyes to the importance of health, the increasing demand for health products has encouraged the logistics industry of PT X, which plays a role in the distribution of goods, to carry out overtime work to meet the high work intensity, this increases the risk of fatigue in the workplace which can reduce body function and have an impact on the health of workers and even the risk of errors in the workplace. Additionally, PT X lacks a fatigue risk management system, making it unable to do fatigue detection, thus this research aims to provide an overview of fatigue complaints and its risk factors among warehouse logistics workers at PT X year 2022, located in one of the DKI Jakarta regions. The research design is in quantitative and qualitative with a cross-sectional study using questionnaire instruments, including the Fatigue Assessment Scale (FAS), NASA Task Load Index (TLX), and Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) which were then analyzed univariately and triangulated the data with the results of field interviews towards several workers and the coordinator of each team. The results showed that there were 20 workers (37.04%) experiencing light fatigue, the majority of the others (62.96%) did not experience any, and none with severe fatigue, as for the most dominant fatigue risk factor found is the workers' sleep quantity with the majority of workers (83.33%) having sleep duration below the standard of 7 hours minimum."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Tommy Christian
"Kegiatan industri pertambangan emas merupakan industri yang padat modal, padat karya, dan padat teknologi. Interaksi yang tidak harmonis diantara ketiga aspek tersebut dapat menyebabkan timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang erat kaitannya dengan kelelahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan prevalensi kelelahan pada pekerja di PT. X Tahun 2017.
Desain studi cross-sectional digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner Occupational Fatigue Exhaustion Recovery OFER dengan target penelitian sejumlah 288 responden yang berasal dari semua departemen di PT. X. Diketahui prevalensi kelelahan pekerja di PT. X yaitu sebanyak 136 pekerja mengalami kelelahan 36,8 dan sebanyak 182 pekerja tidak mengalami kelelahan 63,2 . Dari hasil uji statistik ditemukan dua variabel yang signifikan antara lain, variabel kepuasan kerja p-value=0,003; OR=2.140 , dan variabel stres kerja p-value=0,000.
Kesimpulannya, faktor yang paling berpengaruh terhadap kelelahan merupakan faktor risiko psikososial. Sebagai upaya penanganan maka perlu dibentuk sistem manajemen penanggulangan kelelahan yang berkelanjutan, pengadaan dialog terbuka mengenai penanganan bahaya psikososial di tempat kerja, dan menerapkan komunikasi yang efektif dan budaya kerja yang kooperatif di setiap jenjang organisasi perusahaan.

The activities of the gold mining industry are capital intensive, labor intensive, and technology intensive industries. The unharmonious interactions between these three aspects can lead to work accidents and occupational diseases that are closely related to fatigue. The purpose of this study is to determine the factors associated with the prevalence of fatigue in workers at PT. X Year 2017.
A cross sectional study design was used in this study using the Occupational Fatigue Exhaustion Recovery OFER questionnaire with a target of 288 respondents from all departments at PT. X. It is known that the prevalence of worker fatigue at PT. X as many as 136 workers experiencing fatigue 36.8 and as many as 182 workers did not experience fatigue 63.2 . From the statistical test results found two significant variables i.e. job satisfaction variables p value 0.003, OR 2.140 , and job stress variables p value 0,000.
In conclusion, the most influential factor for fatigue is psychosocial risk factors. In order to solve this problem, it is necessary to establish a sustainable fatigue management management system, to establish an open dialogue on the management of psychosocial hazards in the workplace, and to implement effective communication and cooperative working culture at every level of the organization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Adytra
"Pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini sedang banyak berkembang, khususnya pembangunan gedung yang dapat memfasilitasi kebutuhan berbagai sektor industri maupun pemerintahan. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan tersebut, aspek keselamatan dan kesehatan kerja juga naik sebagai isu utama yang menjadi perhatian dan memicu penelitian ini dilakukan. Hal ini juga didasari bahwa dalam dekade terakhir terjadi sederetan insiden dan kecelakaan kerja dengan berkaitan dengan kelelahan yang terjadi di sektor konstruksi gedung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja subyektif di proyek gedung PT X di DKI Jakarta dan wilayah satelitnya. Penelitian ini didesain secara potong lintang dan dilakukan terhadap 124 orang responden melalui pengisian kuesioner yang dikelola sendiri untuk menilai karakteristik individu dan status gizi. Kelelahan subyektif diukur dengan kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang berisi 30 butir pertanyaan. Kondisi tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur dan kuesioner Sleep Hygiene Index (SHI) untuk sleep hygiene. Faktor psikososial diukur menggunakan kuesioner Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok, jenis pekerjaan, Indeks Massa Tubuh, kualitas tidur, sleep hygiene, dan faktor psikososial terhadap kelelahan kerja subyektif. Akan tetapi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja subyektif dengan usia, status pernikahan, riwayat penyakit, perilaku olahraga, masa kerja, perilaku konsumsi air putih, perilaku konsumsi kopi, perilaku konsumsi gorengan, dan perilaku konsumsi minuman energi.

The construction of infrastructure in Indonesia has been developing lately, especially building construction which support the needs of various industrial and governmental sectors. Furthermore, alingside that development, occupational safety and health rise up to be one of the main issues of concern which prompts this research to be done. This is also based on the fact that in the last decade there has been a lot of work incidents and accidents related to worker fatigue that happened in building construction. This research aims on finding the factors associated with subjective work fatigue of PT X in DKI Jakarta and its satellite areas. The design of this research was cross sectional on 124 individuals through self-administered baseline questionnaire to measure individual characteristics and nutritional status. Subjective work fatigue was measured by Japanese Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) 30-item questionnaire. Sleep condition was measured using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire to measure sleep quality and Sleep Hygiene Index (SHI) questionnaire to measure sleep hygiene. Psychosocial factors were measured using the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) III. Results showed that there was a significant relationship between subjective work fatigue and each of smoking behavior, type of work, Body Mass Index, sleep quality, sleep hygiene, and psychosocial factors. However, there was no significant relationship between subjective work fatigue and age, marital status, disease history, exercise habit, length of work, water consumption habit, coffee drinking habit, fried food consumption habit, and energy drink consumption habit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Ulfha Aulia
"ABSTRAK
Kelelahan merupakan hal yang sering terjadi di berbagai industri, termasuk industri transportasi dalam hal ini khususnya pada masinis KRL. Aktivitas yang dilakukan oleh masinis KRL memiliki potensi menimbulkan terjadinya kelelahan kerja dikarenakan karakteristik pekerjaan dari masinis yang berisiko terpapar oleh faktor fisik postur janggal, psikososial usaha, peghargaan, overcommitment, pekerjaan monoton, dukungan social dari rekan kerja, atsan dan keluarga, stres kerja dan shift , dan faktor individu umur, indeks massa tubuh, status merokok. Penelitian ini dilakukan pada masinis KRL UPT Crew Depok PT. KCI. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini bersifat kuantitatif observasional dangan pendekatan cross sectional. Penelitian sebelumnya terkait kejadian kelelahan kerja meneliti faktor risiko psikososial sedangkan masih sedikit penelitian yang meneliti faktor risiko fisik. Selain itu penelitian terkait kelelahan kerja pada umumnya menggunakan instrumen kuesioner sedangkan dalam penelitian ini selain menggunakan instrumen kuesioner juga melakukan pengukuran secara objektif melalui pengukran Salivary Alpha Amilase SAA menggunakan cocorometer sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat stres dan menggunakan aplikasi sleep-2-peak untuk mengukur kelelahan kerja. Hal tersebut yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian terkait gambaran kelelahan kerja serta mengalisis hubungan faktor fisik, psikososial, dan faktor individu terhadap kelelahan kerja pada masinis KRL PT. KCI tahun 2018.

ABSTRACT
Fatigue is a common occurrence in many industries, including the transportation industry in this case particularly in electric train drivers. Activities performed by commuter train drivers have the potential to cause fatigue due to job characteristics of train drivers are at risk of exposure to physical factor awkward posture , psychosocial factors effort, reward, overcommitment, monotonous work, social support from co workers, supervisor and family, work related stress and shift, and individual factors age, body mass index, smoking status . This research was carried out on the train drivers of UPT Crew Depok PT. KCI. The design of this research is quantitative observational with crossectional approach. Previous studies have linked the incidence of work related fatigue to psychosocial risk factors while only few studies have examined physical risk factors. In addition, the study related to work fatigue in general used questionnaire instrument while in this study in addition to using the questionnaire instrument also made an objective measurement through Salivary Alpha Amylase SAA using cocorometer as one of the indicators to measure stress levels and using sleep 2 peak applications to measure work related fatigue. This is the background to conduct research related to the overview of work related fatigue as well as to analyze the relationship of physical factors, psychosocial, and individual factors to work related fatigue in train drivers of PT. KCI 2018."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>