Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218115 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Bintang Nurrachma Gunawan
"PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) memilih untuk menggunakan Agile Development sebagai metodologi pengembangan produk sejak tahun 2017. Salah satu tribe yang menerapkan Agile Development dan Scrum adalah Tribe BUMN dengan produk utamanya aplikasi event organizer Palapaone. Tribe BUMN mengalami kendala dalam penyelesaian Palapaone dengan pencapaian rilis produk sebesar 37,50%. Tingkat keberhasilan yang rendah ini membuat anggaran biaya Tribe BUMN membengkak. Hasil dari observasi menunjukan akar masalahnya adalah belum optimalnya proses implementasi Scrum. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses penerapan implementasi Scrum dengan menggunakan Scrum Maturity Model (SMM) sebagai kerangka kerja utama. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara kepada dua tim Scrum, yaitu Squad mobile Apps dan Squad Dashboard. Evaluasi dilakukan secara mendalam pada masing-masing tim Scrum di aplikasi Palapaone tersebut. Hasil penelitian menunjukkan pada tingkat organisasi tingkat kematangan berada pada tingkat 1 (Initial). Begitu juga dengan setiap tim Scrum, keduanya berada pada tingkat 1. Berdasarkan hasil ini disusun 8 rekomendasi perbaikan (scrum element: role (2), artifact (2), event (4)) dengan 23 kegiatan perbaikan untuk 22 praktik terpilih di tingkat 2 SMM.

PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) has chosen to use Agile Development as a product development methodology since 2017. One of the tribes that implement Agile Development and Scrum is Tribe BUMN with the main product being the event organizer application Palapaone. Tribe BUMN experienced problems in completing Palapaone with the achievement of product releases of 37.50%. This low success rate has made Tribe BUMN's budget swell. The results of the observations show that the root of the problem is that the Scrum implementation process is not yet optimal. Based on these problems, this study aims to evaluate the process of implementing Scrum implementation using the Scrum Maturity Model (SMM) as the main framework. Data collection techniques were carried out by distributing questionnaires and interviews to two Scrum teams, namely Squad Mobile Apps and Squad Dashboard. An in-depth evaluation was carried out on each Scrum team in the Palapaone application. The results showed that at the organizational level, the maturity level was at level 1 (Initial). Likewise, with each Scrum team, both are at level 1. Based on these results, 8 recommendations for improvement (scrum elements: role (2), artifact (2), event (4)) were prepared with 23 improvement activities for 22 selected practices at level 2 SMM."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Galih Pratama
"Evaluasi tingkat kematangan terhadap proses pengembangan perangkat lunak menggunakan Scrum Maturity Model di UrRemote telah dilaksanakan. Evaluasi dilakukan karena permasalahan yang dihadapi UrRemote, yaitu target dan waktu pengerjaan task dalam suatu sprint tidak sesuai dengan rencana. Permasalahan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi jadwal pengerjaan proyek secara keseluruhan. Data dikumpulkan melalui pelaksanaan Focus Group Discussion, studi dokumen, dan observasi. Data kemudian dianalisis menggunakan perhitungan KPA Rating untuk mendapatkan tingkat kematangan.
Hasil analisis tingkat kematangan didiskusikan dengan project manager untuk menentukan tingkat kematangan yang ingin dicapai. Sasaran perbaikan diidentifikasi dari praktikpraktik SMM yang belum dicapai organisasi. Usulan perbaikan dihasilkan dari pemetaan sasaran perbaikan dengan best practices Scrum dan kemudian divalidasi agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi sudah mencapai tingkat kematangan 2 dengan target pencapaian tingkat kematangan 3. Sasaran perbaikan ditentukan dari praktik-praktik yang belum tercapai pada SMM tingkat 2 dan 3. Usulan perbaikan yg dihasilkan dari pemetaan sasaran perbaikan adalah 10 usulan perbaikan. Hasil validasi menunjukkan bahwa semua usulan perbaikan sesuai kebutuhan dan dapat diterapkan oleh organisasi.

The evaluation of the maturity level of the software development process using Scrum Maturity Model SMM in UrRemote has been implemented. This evaluation was conducted because UrRemote experienced problems which are the target and the time spent on task in a sprint was not run as planned. This problem affect the overall project schedule. Data were collected with Focus Group Discussion, study documents, and observation. Data were analyzed by using the KPA Rating calculation.
The results of the analysis to be discussed with the project manager to determine the maturity level needed to be achieved. Targets for improvement are identified from the SMM practices that have not been reached. Proposed improvements resulting from the mapping targets for improvement with Scrum best practices and validated to fit the needs of the organization.
The result showed that the organization has reached maturity level 2 which is the target to be achieved is the maturity level 3. Improvement targets determined by practices that have not reached the level of SMM 2 and 3. The result of proposals improvement from mapping targets improvement are 10 proposals. Validation result showed that all of the proposed improvements as needed and can be implemented by the organization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahlijati Nuraminah
"Scrum merupakan kerangka kerja bersifat agile yang didesain secara sederhana untuk menghasilkan perangkat lunak secara bertahap dan iteratif. Manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan Scrum bersifat kolaboratif antara tim pengembang dengan konsumen. PT. XYZ telah menerapkan Scrum sejak 2012, namun dalam pelaksanaanya menemui beberapa permasalahan. Permasalahan utama yaitu tidak tercapainya target waktu pelaksanaan pengembangan perangkat lunak. Penelitian ini mengkaji tentang tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak yang menerapkan kerangka kerja Scrum.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian kuantitatif menggunakan Scrum Maturity Model. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner terhadap pegawai PT. XYZ yang berperan sebagai Scrum Master pada proyek pengembangan perangkat lunak yang telah menerapkan kerja Scrum. Analisis data dilakukan dengan menilai tingkat kematangan setiap proses pada kerangka kerja Scrum. Hasil analisis tingkat kematangan manajemen proyek pengembangan perangkat lunak digunakan untuk memberikan rekomendasi perbaikan untuk mencapai tingkat kematangan yang lebih tinggi.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu PT. XYZ berhasil mencapai tingkat kematangan 2 Scrum Maturity Model. Tingkat kematangan 2 dicapai melalui sasaran umum Basic Scrum Management dan Software Requirement Engineering. Rekomendasi sasaran perbaikan diberikan untuk memperbaiki proses- proses untuk mencapai tingkat kematangan 3, 4, dan 5. Untuk mencapai tingkat kematangan 3, sasaran perbaikan difokuskan pada perbaikan manajemen hubungan dengan pelanggan dan manajemen iterasi. Sementara itu, untuk mencapai tingkat kematangan 4 sasaran perbaikan direkomendasikan untuk praktik-praktik yang terkait standarisasi manajemen proyek. Untuk mencapai tingkat kematangan 5, sasaran perbaikan direkomendasikan untuk memperbaiki praktik-praktik terkait manajemen kinerja proyek.

Scrum is an agile framework designed for simplicity to produce software incrementally and iteratively. Scrum project management implement collaboration between developer?s team and the consumers. PT. XYZ has implemented Scrum since 2012, but encountered some problems in its implementation. The main problem is the projects don't achieve the time target of software development timeline. This research is aimed to examine the maturity level of project management of software development that implement Scrum frameworks.
This research was conducted using quantitative research methodology using Scrum Maturity Model. Data were collected through questionnaires to employees of PT. XYZ which acts as a Scrum Master on software development projects that have implemented Scrum framework. Data analysis was performed by assessing the maturity level of each process on the Scrum framework. The results of the analysis of project management maturity level of software development process are used to provide recommendations for improvement to achieve a higher level of maturity.
The conclusion from this research is PT. XYZ reached maturity level 2 of Scrum Maturity Model. Maturity level 2 is achieved through a common goal of Basic Scrum Management and Software Requirement Engineering. Recommendations for improvement are given to improve processes to achieve maturity level 3, 4, and 5. To achieve maturity level 3, the recommendation focused on improving customer relationship management and iteration management. Meanwhile, to achieve maturity level 4, the recommendations are to improve practices related to standardization of project management. To achieve maturity level 5, the recommendations are to improve practices related to project performance management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basic Dirgantara Bayu Aji Pamungkas
"Perusahaan penyedia layanan TI yang fokus pada pengembangan produk perangkat lunak, tentu akan memperhatikan proses atau metode pengembangan perangkat lunak yang diterapkan. PT XYZ telah memiliki produk bernama Magento, yang kemudian bisa dimodifikasi lebih jauh sesuai kebutuhan user. Dengan memodifikasi platform/produk yang sudah ada, , tidak semata-mata menjadikannya lebih mudah. Perusahaan harus jeli dalam menyusun strategi untuk mengembangkan dan mengintegrasi produk tersebut demi memenuhi permintaan klien yang berbanding lurus dengan kebutuhan pasar. Untuk itu kelincahan (agility) tim akan perubahan kebutuhan sangat dibutuhkan. Scrum merupakan salah satu metode agile yang dapat mengakomodasi kebutuhan akan kelincahan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat kematangan penerapan Scrum di PT XYZ, sebuah perusahaan TI yang mengembangkan B2B dan B2C e-commerce untuk kliennya. Selanjutnya disusun langkah peningkatan metodologi penerapan Scrum sebagai usulan perbaikan yang diajukan kepada perusahaan. Dengan tujuan untuk memberikan pedoman berisi langkah-langkah yang lebih tepat dalam memperbaiki penerapan scrum di XYZ. Kematangan penerapan scrum diukur dengan menggunakan Scrum Maturity Model (SMM). Dengan data yang didapat dari instrumen berupa kuesioner, diisi oleh seluruh anggota tim pengembang TI yang ada di perusahaan. Sedangkan usulan perbaikan disusun dengan mengacu pada Scrum Body of Knowledge (SBoK) dan Scrum Guide. Hasilnya, diketahui tingkat kematangan penerapan Scrum berada pada level 1.Tingkat kematangan ini belum memenuhi harapan yang ditargetkan oleh manajemen perusahaan. Faktor-faktor yang menjadi penyebabnya adalah tidak terpenuhinya penerapan 7 subgoals level 2 & 5 subgoals level 3. Maka peneliti memberikan 12 usulan yang perlu dilakukan perusahaan untuk memperbaiki proses pengembangan produk menggunakan metode Scrum.

IT service provider companies that focus on software development, will pay attention to the applied software development process or method. PT XYZ already has a product called Magento, which can then be further modified according to user requirements. By modifying existing platforms/products, it doesn't mean that everything goes easy. Companies must be observant in devising strategies to develop them in order to meet client demands that accommodate market needs. For this reason, the agility of the team regarding the ever-changing business requirements is very much needed. Scrum is an agile method that can accommodate this agility. This research was conducted to measure the maturity level of Scrum implementation at XYZ, an IT company that develops B2B and B2C ecommerce for its clients. And then, steps are made to improve the methodology for implementing Scrum as recommendations submitted to the company. With the aim of providing guidelines containing more precise steps in improving the application of Scrum at XYZ. The maturity of the scrum application is measured using the Scrum Maturity Model (SMM). With the data obtained from the instrument in the form of a questionnaire, all members of the IT development team in the company are filled in. Meanwhile, recommendations are prepared by referring to the Scrum Body of Knowledge (SBoK) and Scrum Guide. As a result, it is known that the maturity level of the application of Scrum is at level 1, not meeting the expectations according to company management. The factors that cause the implementation of 7 subgoals level 2 & 5 subgoals level 3 are not fulfilled. Therefore, the researcher provides 12 changes that the company needs to make to improve the product development process using the Scrum method."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Basic Dirgantara Bayu Aji Pamungkas
"Perusahaan penyedia layanan TI yang fokus pada pengembangan produk (perangkat lunak), tentu akan memperhatikan sekali proses atau metode pengembangan perangkat lunak yang diterapkan. Dengan memodifikasi platform/produk yang sudah tersedia, tidak semata-mata menjadikannya mudah. Perusahaan harus jeli dalam menyusun strategi untuk mengubahnya demi memenuhi permintaan klien yang berbanding lurus dengan kebutuhan pasar. Untuk itu kelincahan (agile) tim akan perubahan kebutuhan sangat dibutuhkan. Scrum merupakan salah satu metode agile yang dapat mengakomodasi kelincahan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat kematangan penerapan scrum di PT Kemana Teknologi Solusi, sebuah perusahaan TI yang mengembangkan B2B dan B2C e-commerce untuk kliennya. Selain itu juga disusun langkah peningkatan metodologi penerapan scrum sebagai usulan perbaikan yang diajukan kepada perusahaan. Dengan tujuan untuk memberikan pedoman berisi langkah-langkah yang lebih tepat dalam memperbaiki penerapan scrum di Kemana. Kematangan penerapan scrum diukur dengan menggunakan Scrum Maturity Model (SMM). Dengan data yang didapat dari instrumen berupa kuesioner, diisi oleh seluruh anggota tim pengembang TI yang ada di perusahaan. Sedangkan usulan perbaikan disusun dengan mengacu pada Scrum Body of Knowledge (SBoK) dan Scrum Guide. Hasilnya, diketahui tingkat kematangan penerapan Scrum berada pada level 1, tidak memenuhi harapan yang ditargetkan oleh manajemen perusahaan. Faktor-faktor yang menjadi penyebabnya adalah tidak terpenuhinya penerapan 7 subgoals level 2 & 5 subgoals level 3. Maka dari itu peneliti memberikan 12 usulan yang perlu dilakukan perusahaan untuk memperbaiki proses pengembangan produk menggunakan metode Scrum.

An an IT services provider company that focuses on product (software) development, will surely pay attention to the applied software development process or method. By modifying existing platforms/products, it doesn't mean that everything goes easy. Companies must be observant in devising strategies to change them in order to meet client demands that are directly proportional to market needs. For this reason, the agility of the team regarding changing needs is very much needed. Scrum is an agile method that can accommodate this agility. This research was conducted to measure the maturity level of Scrum implementation at Kemana, an IT company that develops B2B and B2C e-commerce for its clients. In addition, steps are made to improve the methodology for implementing Scrum as recommendations submitted to the company. With the aim of providing guidelines containing more precise steps in improving the application of Scrum at Kemana. The maturity of the scrum application is measured using the Scrum Maturity Model (SMM). With the data obtained from the instrument in the form of a questionnaire, all members of the IT development team in the company are filled in. Meanwhile, recommendations are prepared by referring to the Scrum Body of Knowledge (SBoK) and Scrum Guide. As a result, it is known that the maturity level of the application of Scrum is at level 1, not meeting the expectations according to company management. The factors that cause the implementation of 7 subgoals level 2 & 5 subgoals level 3 are not fulfilled. Therefore, the researcher provides 12 changes that the company needs to make to improve the product development process using the Scrum method."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryaputra Athallah
"Pengukuran tingkat kematangan implementasi scrum dunia pengembangan perangkat lunak memerlukan survei berbasis scrum maturity model. Namun demikian, terdapat keterbatasan waktu dalam membuat survei secara berulang di setiap awal bulan untuk mengevaluasi proses tersebut. Hambatan tersebut mendorong dibuatnya sebuah aplikasi bernama Scrum Maturity Tool (SMT) yang berbasis web untuk mengukur tingkat kematangan scrum. Aplikasi SMT dikembangkan menggunakan metode waterfall karena seluruh kebutuhan sistem sudah matang dari awal sehingga meminimalisir adanya perubahan kebutuhan pada aplikasi. Aplikasi yang dikembangkan akan memiliki manfaat untuk mempersingkat waktu anggota scrum dalam pembuatan, pengisian, dan pengolahan data survei pada setiap sprint retrospective. Pada evaluasi fungsionalitas aplikasi, semua skenario usability testing yang dilakukan oleh developer dan product manager perusahaan XYZ serta user acceptance testing berhasil dilalui dengan sukses. Nilai dari System Usability Scale (SUS) masuk dalam kategori good dengan skor B. Performa dari aplikasi SMT juga dapat dikatakan sangat baik dari segi response time dan aksesibilitas pengguna yang diukur menggunakan Locust untuk backend dan Google Lighthouse untuk frontend.

Measuring the maturity level of scrum implementation in the world of software development requires a survey based on the scrum maturity model. However, there is a time limit for conducting repeated surveys at the beginning of each month to evaluate the process. These obstacles prompted the creation of a web-based application called the Scrum Maturity Tool (SMT) to measure the level of scrum maturity. The SMT application was developed using the waterfall method because all system requirements have been prepared from the start so as to minimize any changes in application requirements. The developed application will have the benefit of shortening Scrum members' time in creating, filling in, and processing monitoring data at each sprint retrospective. In the evaluation of application functionality, all scenario usability tests conducted by XYZ company developers and product managers as well as user acceptance tests were passed successfully. The value of the System Usability Scale (SUS) is in a good category with a score of B. The performance of the SMT application can also be said to be very good in terms of response time and user accessibility as measured using Locust for the backend and Google Lighthouse for the front end."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahardhian Anjar Ligiarta
"PT Widya Intelektual Bangsa (Widya) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang artiffcial intelligence dan data analytic. Salah satu layanan yang diberikan Widya adalah Toba.Ai. Toba.Ai merupakan perangkat lunak web-based untuk analisis akun media sosial Instagram yang dapat membantu pelanggan merencanakan strategi pembuatan konten. Toba.Ai dikembangkan menggunakan kerangka kerja Scrum. Dalam pengembangannya, tim Toba.Ai mengalami masalah keterlambatan penyelesaian sprint backlog. Hal tersebut menyebabkan fitur untuk komersialisasi produk terlambat dirilis dan menyebabkan Widya kehilangan revenue. Berdasarkan masalah tersebut, dilakukan evaluasi tingkat kematangan Scrum menggunakan Scrum Maturity Model (SMM). Penilaian dilakukan dengan focus group discussion dan SCAMPI C sebagai metode penilaiannya. Setelah penilaian dilakukan, data diolah menggunakan metode KPA Rating untuk mengetahui tingkat kematangannya. Berdasarkan pengukuran kematangan yang dilakukan, tingkat kematangan Scrum Toba.Ai masih berada pada level 1 dari 5 level yang terdapat pada SMM. Hal tersebut disebabkan oleh pencapaian goal basic Scrum management pada level 2 hanya mencapai 64.29 % atau largely achieved, sedangkan untuk goal software requirement engineering sudah mencapai 96,43 % atau fully achieved. Terdapat 27 rekomendasi perbaikan yang diberikan dan sudah divalidasi oleh Scrum team Toba.Ai. Rekomendasi tersebut terdiri dari 9 rekomendasi pada elemen Scrum roles, 5 rekomendasi pada Scrum artifact, dan 13 rekomendasi pada Scrum event.

PT Widya Intelektual Bangsa (Widya) is a company that moves in the field of artificial intelligence and data analytics. One of the services provided by Widya is Toba.Ai. Toba.Ai is web-based software for Instagram social media account analysis that can help customers in planning their strategies for creating content. Toba.Ai was developed using the Scrum framework. During its development, the Toba.Ai team experienced a delay in completing the sprint backlog. It caused the delay of the commercialization feature release and caused Widya to lose revenue. Based on these problems, the evaluation of Scrum maturity level was conducted using the Scrum Maturity Model (SMM). The assessment was carried out by means of a focus group discussion and SCAMPI C as the assessment method. After the assessment is done, the data is processed using the KPA Rating method to determine the maturity level. Based on the result, the maturity level of Toba.Ai Scrum is still at level 1 of 5 levels contained in the SMM. The achievement of the basic Scrum management goals at level 2 only reached 64.29% or largely achieved, while the software requirements engineering goal had reached 96.43% or fully achieved. There are 12 recommendations for improvements that have been proposed. The proposed recommendations have been accepted and validated by the Toba.Ai Scrum team. The recommendations consist of 9 recommendations on the Scrum roles element, 5 recommendations on the Scrum artifacts, and 13 recommendations on the Scrum events."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yosua Bisma Putrapratama
"PT XYZ merupakan perusahaan rintisan yang menjual produk-produk alami melalui situs web dan aplikasi mobile mereka. Proyek perangkat lunak di PT XYZ diimplementasikan menggunakan metode agile dan kerangka kerja Scrum agar tanggap dengan kebutuhan pasar dan pelanggan. Nyatanya, proses pengembangan perangkat lunak masih mengalami keterlambatan dalam perilisan karena rendahnya tingkat ketercapaian target untuk sprint. Dampak yang ditimbulkan adalah tidak tercapainya Objective and Key Result (OKR). Berdasarkan wawancara dengan narasumber dari PT XYZ, yaitu anggota tim Scrum yang terdiri dari Product Manager, Technical Lead, Senior Software Engineer, dan QA Analyst menunjukkan bahwa akar permasalahaan yang dihadapi perusahaan erat kaitannya dengan proses implementasi Scrum, terutama acara dan artefak Scrum. Permasalahan tersebut menjadi pemicu penelitian ini untuk melakukan evaluasi terhadap implementasi Scrum di perusahaan. Evaluasi implementasi Scrum dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja Scrum Maturity Model (SMM) dan metode penilaian Standard Capability Maturity Model Integration Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) kelas C. Hasil penilaian menunjukkan bahwa implementasi Scrum di PT XYZ masih berada pada tingkat kematangan 1 karena terdapat sebuah goal di tingkat kematangan 2 belum fully achieved, yaitu goal basic Scrum management dengan nilai 71,43% largely achieved. Setelah melakukan penilaian, penelitian ini menghasilkan 3 rekomendasi untuk artefak Scrum, 4 rekomendasi untuk acara Scrum, 2 rekomendasi untuk komponen pendukung Scrum, dan 5 rekomendasi untuk akar permasalahan penelitian. Penelitian ini juga menyertakan langkah-langkah perubahan yang dapat dilaksanakan perusahaan untuk memperbaiki alur proses Scrum terkait acara dan artefak Scrum. Rekomendasi dan langkah-langkah perubahan diharapkan mampu untuk meningkatkan ketercapaian target sprint sehingga memungkinkan perilisan proyek perangkat lunak yang tepat waktu dan mencapai nilai bisnis yang diharapkan perusahaan
PT XYZ is a start-up company that sells natural products through its website and mobile application. The software project at PT XYZ is implemented using agile methods and the Scrum framework to respond to the market and customer needs. In fact, the software development process is still experiencing delays in release due to the low rate of achieving targets for sprints. The impact is not achieving the Objective and Key Result (OKR). Based on interviews with representatives from PT XYZ, namely members of the Scrum team consisting of Product Manager, Technical Lead, Senior Software Engineer, and QA Analyst, it shows that the root problems faced by the company are closely related to the Scrum implementation process, especially Scrum events and artifacts. These problems are the trigger for this research to evaluate the implementation of Scrum in the company. Evaluation of Scrum implementation is carried out using the Scrum Maturity Model (SMM) framework and the Standard Capability Maturity Model Integration Appraisal Method for Process Improvement (SCAMPI) Class C assessment method. The results of the assessment show that the implementation of Scrum at PT XYZ is still at maturity level 1 because there is a goal at maturity level 2 that has not been fully achieved, namely the basic Scrum management goal with a value of 71.43% (largely achieved). After conducting the assessment, this research resulted in 3 recommendations for Scrum artifacts, 4 recommendations for Scrum events, 2 recommendations for Scrum supporting components, and 5 recommendations for the root causes of the research. This research also includes change steps that companies can implement to improve the Scrum process flow regarding Scrum events and artifacts. Recommendations and change steps are expected to be able to improve the achievement of the sprint targets to enable the timely release of software projects and achieve the expected business value of the company."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Rasvanelin
"Persaingan di industri penghasil perangkat lunak yang semakin memanas menuntut produk perangkat lunak yangbaik namun dengan harga yang lebih murah dan jangka waktu pengerjaan yang lebih cepat. Hal ini mendorongorganisasi pengembang Kana Express memilih menggunakan kerangka kerja Scrum yang bersifat agile yangdirancang secara sederhana untuk menghasilkan perangkat lunak secara bertahap dan iteratif. Namun prosespengembangan produk Kana Express berbasis Scrum masih belum optimal, dilihat dari rencana Sprint yangtidak pernah tercapai. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pada penelitian ini dilakukan penilaiantingkat kematangan proses pengembangan produk Kana Express menggunakan Scrum Maturity Model dengantarget pencapaian pada tingkat kematangan 3.
Hasil penelitian menunjukkan proses pengembangan KanaExpress saat ini berada pada tingkat kematangan 2 berdasarkan Scrum Maturity Model. Oleh karena itu usulanperbaikan ditujukan untuk memenuhi seluruh objectives pada goal Basic Scrum Management dan SoftwareRequirement Engineering untuk tingkat kematangan 2, dan juga objectives pada goals Customer RelationshipManagement dan Iteration Management yang ada pada tingkat kematangan 3.

The competition in software industry nowadays requires a good software product with a cheaper price and ashorter development period. This encourages Kana Express developers on choosing Scrum mdash;which is aniterative and incremental agile software development methodology mdash;as a framework in their developmentprocess. Unfortunately the development process of Kana Express software is still not optimal, judging from thefailure of meeting the Sprint plan. To address those matters, an assessment of maturity level for Kana Expressdevelopment process is conducted in this study using Scrum Maturity Model with level 3 as the target ofmaturity level achievement.
The result showed that the development process of Kana Express is currently atmaturity level 2. Therefore, the recommendations are made to meet all objectives on Basic Scrum Managementand Software Requirement Engineering of Scrum maturity level 2, also Customer Relationship Management andIteration Management of Scrum maturity level 3."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Nabilah Muhammad
"Perusahaan XYZ merupakan perusahaan tech-based yang berfokus pada pembangunan solusi digital. Dengan adanya kebutuhan akan produk digital Human Resource (HR) dan pengalaman serta resources yang dimiliki, perusahaan membangun aplikasi PX. PX melakukan otomatisasi proses HR yang mencakup dari awal seseorang berstatus kandidat hingga karyawan yang ingin mengundurkan diri dari perusahaan. Pada pengembangan PX, digunakan Scrum sebagai framework dalam mengembangkan perangkat lunak. Implementasi Scrum pada pengembangan PX ternyata terdapat kendala yang menyebabkan target Sprint Backlog tidak tercapai sehingga menghambat penyelesaian employee journey PX. Pada identifikasi masalah menunjukkan bahwa salah satu akar permasalahnnya adalah praktik Scrum belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan pengukuran kematangan Scrum pada pengembangan produk PX dengan menggunakan Scrum Maturity Model yang acuannya telah diperbarui dari Scrum Guide 2010 menjadi Scrum Guide 2020. Peneliti menggunakan wawancara, studi dokumen, observasi, dan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah untuk menghasilkan tingkat kematangan Scrum dan data kualitatif digunakan sebagai data pendukung dalam memperkuat data kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa Tim PX memperoleh tingkat kematangan satu (Initial). Setelah didapatkan hasil pengukuran, peneliti memberikan sasaran perbaikan untuk praktik wajib yang belum mendapatkan interpretasi Fully Achieved yaitu 15 praktik pada tingkat dua (Managed) dan 16 praktik pada tingkat tiga (Defined). Rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan Scrum Guide 2020, SBoK v3, dan pendapat pakar Scrum eksternal. Hasil penelitian ini berupa dokumen rekomendasi perbaikan praktik yang telah divalidasi oleh praktisi Scrum di PX yaitu Product Owner. Dokumen ini dapat menjadi dasar perbaikan praktik Scrum pada Tim PX.

XYZ Company is a tech-based company that focuses on building digital solutions. With the need for Human Resource (HR) digital products and the experience and resources they have, the company builds the PX application. PX automates HR processes, from candidates to employees who want to leave the company. In PX development, Scrum is used as a framework for developing software. The implementation of Scrum in PX development turned out to have obstacles that caused the Sprint Backlog target not to be achieved, thus hampering the completion of the PX employee journey. The problem identification shows that one of the root problems is that Scrum practices have not been implemented well. Therefore, this study measures Scrum maturity in PX product development using the Scrum Maturity Model, whose reference has been updated from Scrum Guide 2010 to Scrum Guide 2020. Researcher used interviews, document studies, observations, and questionnaires as research instruments. The study used qualitative and quantitative data. Quantitative data is processed to produce Scrum maturity level and qualitative data is used as supporting data in strengthening quantitative data. The results showed that the PX Team obtained a maturity level one (Initial). After obtaining the measurement results, the researcher provides improvement targets for required practices that have not received a Fully Achieved interpretation, namely 15 practices at level two (Managed) and 16 practices at level three (Defined). Recommendations for improvement are based on the Scrum Guide 2020, SBoK v3, and the opinions of external Scrum experts. The results of this study are in the form of a practice improvement recommendation document that Scrum practitioners have validated at PX, namely the Product Owner. This document can be the basis for improving Scrum practices for the PX Team."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>