Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91600 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marcell F.A.M. Sinay
"Permasalahan sampah merupakan salah satu isu sosial yang dihadapi masyarakat. Dalam mengatasi masalah sampah, pemerintah mendorong peran serta masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah, salah satunya adalah melalui program bank sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses pengembangan kapital sosial yang terjadi di Bank Sampah, dengan mengambil lokasi penelitian di Bank Sampah CIBER yang berada di Kelurahan Cilincing, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Tujuan penelitian yang kedua adalah untuk menggambarkan manfaat dari kapital sosial dalam pengelolaan bank sampah CIBER. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan melakukan wawancara mendalam terhadap tujuh orang informan yang dipilih menggunakan metode nonprobability sampling, dengan teknik sampling bertujuan (purposive sampling). Analisa penelitian menggunakan konsep kapital sosial menurut Coleman, yaitu kapital sosial bergantung dari fungsi yang ada dalam struktur sosial yang memfasilitasi tindakan tertentu dari berbagai individu di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat upayaupaya pembentukan dan pengembangan kapital sosial yang dilakukan bank sampah CIBER kepada para stakeholdernya sehingga menghasilkan struktur pengelolaan sampah yang mampu berjalan secara mandiri dan berkelanjutan. Struktur pengelolaan sampah tercermin dari adanya hubungan sosial yang dibangun oleh bank sampah CIBER kepada para mitranya yaitu supplier eksternal yang merupakan penjual sampah dari luar kelurahan, supplier internal yang terdiri dari nasabah dan cabang bank sampah CIBER di salah satu RT, serta pembeli sampah. Proses pembentukan dan pengembangan kapital sosial yang terjadi di bank sampah CIBER memenuhi unsur-unsur hubungan sosial yang dapat membentuk sumber daya modal yang berguna bagi para individu, diantaranya kewajiban dan harapan, kepercayaan, hubungan otoritas, norma, serta peluang informasi. Sementara itu dengan adanya kapital sosial dalam pengelolaan bank sampah CIBER ini didapatkan manfaat yaitu dari sisi mendukung produktivitas, pendapatan, tabungan, dan juga informasi.

Waste problem is one of the social issues faced by the community. In overcoming the waste problem, the government encourages community participation in waste management, one of which is through the waste bank program. The objective of this research is to describe the process of social capital development that occurs in the waste bank, which location at the CIBER Waste Bank in Cilincing Village, Cilincing District, North Jakarta. The second objective is to describe the benefits of social capital in the management of the CIBER Waste Bank. This research uses a qualitative approach, by conducting in-depth interviews with seven informants who were selected using a non-probability sampling method, with purposive sampling technique. Analysis in this research uses the concept of social capital according to Coleman, which define social capital is depends on the functions that exist in the social structure that facilitate certain actions of individuals in it. The results of the research indicate that there are efforts to establish and develop social capital by the CIBER waste bank to its stakeholders, so as to produce a waste management structure that is able to run independently and sustainably. The structure of waste management is reflected in the social relationships built by the CIBER waste bank to its partners, namely external suppliers who are waste sellers from outside the village, internal suppliers consisting of waste bank members as well as CIBER branch in one neighborhood, and waste buyers. The process of social capital formation and development that occurs in the CIBER waste bank fulfills the elements of social relations that can form useful capital resources for individuals, which is obligations and expectations, trust, authority relations, norms, and information potential. Meanwhile, the existence of social capital in the management of the CIBER waste bank, benefits are described in terms of facilitate productivity, income, savings, and also information."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frilisya
"(Skripsi ini membahas mengenai pengembangan kapital sosial dan manfaat kapital sosial pada Bank Sampah Malakasari di Bank Sampah Malakasari, Jakarta Timur). Sampah yang terus menumpuk dan dibuang begitu saja ke TPA terus bertambah dan menjadi masalah yang tidak ada penyelesaiannya. Pemerintah sudah banyak mengupayakan solusi agar masalah sampah di perkotaan tidak semakin bertambah. Melalui Peraturan Menteri yang menetapkan 3R, bank sampah dirasa dapat menjadi solusi untuk sampah. Bank sampah tentunya tidak bergerak sendiri, ia membutuhkan kerja sama dengan pihak lain. Kerja sama yang ada di bank sampah terbentuk karena adanya kapital sosial. Tanpa hal tersebut bank sampah tidak akan bertahan sampai saat ini. Penelitian ini menjelaskan bagaimana proses pengembangan kapital sosial serta manfaat kapital sosial yang menjadi sumber daya bernilai bagi suatu kelompok. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep antara lain, kesejahteraan sosial dan isu lingkungan, pengelolaan sampah pada bank sampah, dan kapital sosial. Isu lingkungan berpengaruh terhadap kehidupan manusia menjadi penting dibahas dan dilihat dari masalah sampah. Hal ini berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan yang harus memperhatikan kebutuhan saat ini tanpa menghancurkan pemenuhan kebutuhan generasi selanjutanya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Adapun pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 5 bulan di tengah pandemi Covid-19. melalui wawancara dengan 7 informan. Wawancara ini dilakukan secara online. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Pelopor, pengurus, nasabah, dan pembeli tetap bank sampah. Selain dari wawancara, pengambilan data ini menggunakan teknik observasi. Hal ini dilakukan pada saat pandemi Covid-19 mulai menurun dan pemerintah mulai melonggarkan pengetatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan kapital sosial terjadi pada relasi awal bank sampah dengan nasabah dan pembeli juga proses mempertahan hubungan dengan nasabah dan pembeli yang dilihat dari komponen pembentuk kapital sosial. Komponen tersebut berupa, obligations, expectations, and trustworthiness of structures, information channels, dan norms and effective sanctions. Serta Kapital sosial tersebut memberikan manfaat banyak kepada bank sampah yang dilihat dari pengembangan hubungan sosial, pengaruh, kontrol, dan kekuasaan, dan juga solidaritas.

(This thesis discusses the development of social capital and the benefits of social capital at the Malakasari Waste Bank at the Malakasari Waste Bank, East Jakarta). Garbage that continues to pile up and is simply thrown into the landfill continues to grow and becomes a problem that has no solution. The government has tried many solutions so that the waste problem in urban areas does not increase. Through a Ministerial Regulation that stipulates 3R, waste banks are a solution for waste. Garbage bank certainly does not move alone, it requires cooperation with other parties. The cooperation that exists in the waste bank is formed because of the existence of social capital. Without it, the waste bank will not survive to this day. This study explains how the process of developing social capital and the benefits of social capital become a valuable resource for a group. This study uses several concepts, among others, social welfare and environmental issues, waste management in waste banks, and social capital. Environmental issues that affect human life are important to be discussed and viewed from the waste problem. This is related to sustainable development which must pay attention to the needs of the present without destroying the fulfillment of the needs of the next generation. This research is qualitative research with a descriptive design. The data collection in this study was carried out within a period of 5 months during the Covid-19 pandemic. through interviews with 7 informants. This interview was conducted online. Informants in this study consisted of Pioneers, administrators, customers, and regular buyers of waste banks. Apart from interviews, this data collection uses observation techniques. This was done at a time when the Covid-19 pandemic began to decline, and the government began to loosen restrictions. The results show that the development of social capital occurs in the initial relationship of the waste bank with customers and buyers as well as the process of maintaining relationships with customers and buyers as seen from the components that make up social capital. These components are obligations, expectations, and trustworthiness of structures, information channels, and norms and effective sanctions. And social capital provides many benefits to the waste bank, which can be seen from the development of social relations, influence, control, and power, as well as solidarity."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Aini Herminindian
"Menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh sampah harus ditangani secara serius. Ibarat sebuah "bom waktu? masalah sampah dapat menjadi bencana besar bagi umat manusia, karena dapat meledak kapan saja. Pada tanggal 8 September 2006 pukul 00.00 WIB, telah terjadi tragedi yang menelan korban jiwa di TPA Bantar Gebang milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Keadaan ini semata-mata bukanlah sekedar persoalan kelemahan teknologi, melainkan sistem pengelolaan persampahan yang tidak terpadu.
Jumlah penduduk di DKI Jakarta, berdasarkan Jakarta Dalam Angka 2003 (tidak termasuk wilayah Kepulauan Seribu) tercatat sebanyak 7.438.008 jiwa dengan tingkat kepadatan 11.244 jiwa/km2. Berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI Jakarta diperkirakan telah menghasilkan sampah padat kurang lebih 22.265 m3 per hari atau sekitar 6.000 ton per hari. Pola pengelolaan sampah di Kota Jakarta umumnya masih menganut pola sistem kumpul-angkut-buang dari sumber hingga ke TPA. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada tahun 2001, estimasi sampah padat yang terkumpul dan diangkut kurang lebih 70% ke TPA Bantargebang, 16,5% ke lokasi-lokasi informal, dan 13% tidak terkelola (seperti dibuang ke sungai dan sepanjang pinggir jalan), TPA Bantar gebang semula direncanakan untuk ditutup pada tahun 2003. Sementara mencari altematif pengganti TPA Bantar Gebang yang lain, Pemda DKI Jakarta berusaha mencari jalan keluar, .yaitu memperpanjang usia lahan tersebut dengan melakukan pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) sebelum sampah masuk ke TPA. Salah satu bentuk usaha lain untuk pengurangan sampah pra TPA yaitu dengan membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) I Intermediate Treatment Facilities (1TF) di 4 wilayah Kota Jakarta berdasarkan hasil kajian review master plan DKI Jakarta 2005 - 2015.
Tujuan penelitian ini untuk: (1) Mendapatkan informasi mengenai kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah di DKI Jakarta khususnya proses pengambilan keputusan tentang pemilihan teknologi pengolahan sampah terpadu 1 intermediate Treatment Facilities (ITF) dan prosedur kerjasama antara pihak Pemda dengan swasta yang telah berjalan saat ini, (2) Menentukan prioritas pilihan teknologi ITF yang dibutuhkan untuk kota Jakarta, (3) Merumuskan Strategi untuk mendukung kelancaran penerapan ITF di dalam sistem pengelolaan sampah DKI Jakarta.
Konsep pengelolaan sampah paradigma baru yaitu dengan melakukan intervensi pengolahan sampah dengan cara 3R (reduce, reuse,recycle) dari sumber hingga ke TPA. Untuk mengubah pola kebijakan pengelolaan sampah setidaknya meliputi 5 (lima) aspek yaitu: (1) aspek hukum, (2) aspek kelembagaan, (3) aspek pembiayaan, (4) aspek sosial budaya, dan (5) aspek teknis operasional/ teknologi.
Pada tahap penentuan prioritas pemilihan teknologi ITF menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP) dan perumusan strategi pengelolaan sampah dipergunakan model analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threaths).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) hingga akhir tahun 2006 rencana pembangunan intermediate Treament Facilities (ITF) belum ada yang terealisasi, baru sampai dengan tahap perjanjian kerjasama antara pihak Pemda dan Swasta. Proposal penawaran teknologi ITF yang diterima belum disertai panduan hasil kajian jenis teknologi pengolahan sampah yang sesuai dengan kondisi kota Jakarta; (2) berdasarkan kaidah kriteria pembangunan berkelanjutan, kecenderungan pemilihan teknologi pengolahan sampah berdasarkan hasil analisis AHP adalah teknologi composting & recycling 68% dibandingkan dengan incinerator 32%, dengan overall inconsistency index 0.05. Teknologi tersebut akan dapat memperpanjang usia pemakaian TPA yang telah ada, serta produk akhir berupa kompos lebih aman diserap lingkungan dan dapat digunakan sebagai tanah penutup sanitary landfill; (3) untuk mendukung penerapan ITF agar terkelola dengan baik dan mendukung fungsi pembangunan berkelanjutan, maka hasil rumusan dari analisis SWOT menjelaskan posisi daya saing Pemda DKI Jakarta berada pada posisi yang memiliki kekuatan dan menghadapi ancaman. Istilah lain pada kuadran ini adalah mobilization strategy yaitu strategi memobilisasi kekuatan yang dimiliki lembaga untuk mengatasi hambatan /ancaman. Pada posisi tersebut telah dirumuskan beberapa strategi yaitu: (i) perlu dibuat desain socio-engineering untuk mengantisipasi protes/penolakan masyarakat dengan keinginan Pemda DKI Jakarta untuk mewujudkan pengelolaan sampah terpadu, (ii) pengalokasian dana APBD untuk penanganan sampah dan socio¬engineering, dan (iii) melibatkan peran serta stakeholder sejak awal desain perencanaan pengelolaan sampah.
Disarankan untuk mendukung rencana pembangunan ITF perlu diketahui jenis dan teknologi yang benar-benar dibutuhkan bagi Kota Jakarta. Sesuai dengan rencana hasil kajian persampahan dari Bank Dunia, residu dari ITF dapat diteruskan untuk dikelola ke TPA Regional melalui Jabodetabek Waste Management Corporation, maupun ke TPA Bantar Gebang milik Pemda DKI Jakarta. Untuk penerapan ITF di salah satu wilayah Kota Jakarta, maka perlu disertakan konsep desain socio¬engineering-nya. Target socio-engineering tersebut yaitu merubah pola pikir masyarakat NIMBY (Not in My Back Yard) Syndrome menjadi "Sampahku Tanggung Jawabku". Untuk melakukan proses tender pun, kecenderungan pilihan teknologi komposting pada penelitian ini dapat memudahkan pihak Pemda-DKI Jakarta jika tertarik untuk menseleksi tawaran-tawaran proposal teknologi dari pihak swasta yang masuk untuk pengolahan sampah.
Seleksi bukan lagi antara teknologi yang tidak sejenis, tapi seleksi antara teknologi yang sejenis dari pihak yang berbeda-beda. Pemda dapat fokus untuk memilih swasta yang profesional dan berpengalaman menangani masalah sampah. Proses seleksi ini sudah diatur oleh Pemerintah Pusat di dalam Perpres No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam upaya Penyediaan Infrastruktur. Selain itu upaya 3R juga sudah dilakukan dari sumber, sarana dan prasarana persampahan sudah mulai dipilah-pilah sesual komposisi sampahnya. Tidak hanya dimulai dari sistem pewadahan yang terpilah namun hingga transportasi pengangkutan sampahnya pun mulai tidak bercampur lagi. Truk-truk pengangkut sampah diharapkan dalam kondisi yang layak, sehingga tidak lagi menyebabkan tetesan air lindi yang menetes disepanjang perjalanan menuju lokasi pengolahan seperti sekarang ini.

Degrading quality of the environment caused by waste should be taken seriously. Like a "time bomb" that may go off any time, the problem of waste may turn into a great disaster for people unexpectedly. On September 8, 2006, at 00.00 hours, a tragedy at Bantar Gebang garbage dump (TPA Bantar Gebang) owned by the city administration of Jakarta took place and cost many lives. The cause was not a lack of technology; rather, it was the waste management system that was not implemented in an integrated manner.
According to '2003 Jakarta in Figures' data, the capital city (Kepulauan Seribu not included) had a population of 7,438,008 with population density of 11,2441sq.km. The city's sanitary service estimates that these people produce solid waste of around 22,265 cu.m. per day or 6,000 tons daily. Garbage in Jakarta is still handled using the conservative collect-transport-dump system, from collection sites to dump sites. The sanitary service's 2001 data show that of all solid waste collected, about 70% was transported to Bantar Gebang landfill site and 16.5% was taken to unofficial locations while 13% was not properly handled (dumped to rivers and on roadsides). The city originally planned to close down TPA Bantar Gebang in 2003. While looking for alternative landfills sites, the city administration tried to find solutions to the problem - one of them was to extend the life of landfill use by handling waste using 3R (reduce, reuse, recycle) method before taking it for final processing at garbage dump sites. Another attempt made by city officials was to reduce the amount of waste going to these sites by constructing intermediate treatment facilities (ITF) in 4 areas prescribed according to the results of Jakarta's 2005-2015 master plan review.
This research aims at: (1) describing existing conditions of Jakarta's waste management system, with respect to the plan to install intermediate treatment facilities (ITFs); (2) giving recommendations as to one single technology for use in the ITF installation plan using Analytical Hierarchy Process (AHP) method; and (3) analyzing strategies devised by the city administration in connection with ITF installation plan using SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) analysis.
The new concept of waste management is to handle waste using the 3R (reduce, reuse, recycle) method. In order for the city to be able to change its current waste management policy, the following five aspects should be considered: (1) legal; (2) institutional; (3) financial; (4) socio-cultural; and (5) operational/technological.
Problems were assessed using AHP (Analytical Hierarchy Process) and SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) analysis. The AHP model was used at the technical stage in which ITF technologies were selected while the SWOT analysis method was used at the waste management strategy identification stage.
With regard to Jakarta's waste management system, research results showed the following: (1) until the end of 2006 year, the city's plan to install ITFs in support of the overall waste management system is not realization. The city needs to identify a technology appropriate for its waste management requirements; (2) Base on sustainable development principle, the AHP results with regard to appropriate waste management technologies give composting & recycling model than incineration model (with overall inconsistency index of 0.05) as the best approach for Jakarta's waste problem; (3) in order to support technologically manageable for the ITF, SWOT analysis results positioned the city administration in the strengths and threats quadrants in terms of competitive advantages. It is regarding with the mobilization strategy. It has sufficient and favorable internal strengths to mobilize these threats. The strategy are: (i) need a socio-engineering design to anticipate such threats from the society, regarding local government program of integrated solid waste management, (ii) allocate local government fund (APDB) for solid waste management and socio- engineering design, (iii) involve the stakeholder from the first design of solid waste management plan.
A suggestion to support ITF program, the Jakarta city needs to identify a technology appropriate for its waste management requirements. Based on World Bank study/examination, ITF system can be integrated with Regional Sanitary Landfill, on behalf of Jabodetabek Waste Management Corporation or TPA Banter Gebang. In order to implement of 1TF technology in Jakarta's city, it needs a socio-engineering design. Targets of socio - engineering design are changing a society mindset from "Not in My Backyard Syndrome" into "responsibility of my own waste". Concepts of waste management offered by external parties should go through strict selection procedures. A tender should be held by the administration to select offers made by private technology providers. Bidding should not be concerned with the selection of different technologies but with the selection of different providers of one type of technology. The city administration can focus on appointing a professional private company that has extensive experiences in handling waste.
The selection process itself is governed by the National Government Regulation No. 67. of 2005 on the Cooperation between the Government and Business Entities in the Provision of Infrastructures. An ideal waste management is an integrated system of collecting, sorting and processing garbage starting from the collection all through the garbage dump sites. In order to support such integrated system, waste infrastructures and facilities should be arranged differently according to types of waste. Different containers and means of transportation should be used. Garbage trucks should be properly serviceable to prevent waste water (leachate) dripping all the way to .the dump sites, a problem the city is currently struggling to deal with.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machrunnisa
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas model pengolahan sampah di Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu (IPSI) BSD. Dalam instalasi ini terdapat pengolahan sampah berupa tungku bakar (incinerator), mesin cacah (crusher) dan pengkomposan sistem open windrow. Namun yang saat ini aktif dioperasionalkan adalah mesin cacah dan pengkomposan, akibat kekurangan dana operasional. Untuk mengevaluasi efektivitas model pengolahan sampah di IPST BSD, terlebih dulu dikaji komposisi sampah organik dan anorganik yang akan diolah. Komposisi sampah merupakan salah satu informasi penting dalam menentukan model pengolahan sampah, agar model yang digunakan akan efektif (sesuai sasaran/target).
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui perbandingan komposisi sampah organik dan anorganik di IPST BSD adalah 78,8:21,2. Maka, model pengolahan sampah yang saat ini diutamakan pada pengomposan sudah benar. Secara keselunlhan, model pengolahan sampah di IPST BSD sudah efektif dalam mereduksi sampah, namun belum efektif dari sisi ekonomi, sosial dan lingkungan alam. Operasional IPST BSD menimbulkan dampak pada lingkungan berupa bau, dan air lindi. Pengelola belum optimal melakukan pengendalian dampak tersebut khususnya bau, sehingga masyarakat yang ada di sekitar tidak dapat menerima keberadaan IPST BSD.
Dari sisi pembiayaan, dana yang berasal dari iuran yang terkumpul dari pengguna jasa IPST BSD dan penjualan kompos belum sesuai biaya operasional yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan dana yang masuk dari pengguna jasa IPST BSD melalui pendekatan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang nomor 12 tahun 2002 lebih kecil dari biaya operasional setiap bulan. Oleh karena itu, pengelola kawasan BSD sebaiknya membuat aturan sendiri tarif iuran pengguna jasa IPST BSD yang disesuaikan kebutuhan biaya operasional setiap bulan. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa secara keseluruhan model pengolahan sampah di IPST BSD belum efektif."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Kurniaputri
"Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat pertumbuhan aktivitas ekonomi. Akibat pertumbuhan ekonomi, terdapat beberapa isu terkait seperti peningkatan pendapata dan konsumsi perkotaan serta produksi limbah yang dihasilkan. Guna menghadapi tantangan peningkatan jumlah produksi sampah padat kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berusaha untuk menstimulasi reduksi sampah di level rumah tangga melalui kebijakan/ program Bank Sampah. Dengan menggunakan data panel dari lima Kota Adminisrasi di Jakarta dengan rentang tahun 2000-2014, tesis ini akan menganalisa kontribusi dari kebijakan Bank Sampah dan menentukan faktor-faktor dalam model yang mempengaruhi reduksi sampah yang dihasilkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, baik fixed maupun random effect, kebijakan Bank Sampah yang telah dilaksanakan dari mulai tahun 2012-2014 secara signifikan mengurangi produksi sampah yang dihasilkan hingga 36.7 . Walaupun kebijakan Bank Sampah ini terlihat efektif, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih perlu untuk membuat reformasi atas kebijakan Bank Sampah sehingga jumlah sampah yang dihasilkan semakin berkurang.

Jakarta, the capital city of Indonesia, is a growing urban center of economic activity. Due to economic development, there are issues of rising income and consumption in the city and the production of waste. To tackle the challenge of Municipal Solid Waste MSW production, the provincial government of Jakarta has been trying to stimulate waste reduction at the household level through the ldquo bank sampah rdquo waste bank policy. By using the annual data of five municipalities in Jakarta spanning from 2000 to 2014, this paper seeks to measure the contribution of the waste bank policy to waste reduction in Jakarta and to determine which other factors in the model affect the waste reduction. The results show, based on both fixed and random effects, that the waste bank policy is significant and negatively related to waste generation and could reduce waste generation in Jakarta city by up to 36.7 . Although this policy seems effective, the provincial government of Jakarta still needs to devise new reformations to the waste bank policy so that the total amount of waste generation could be further decreased."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T49134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah Kurniaputri
"ABSTRAK
Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat pertumbuhan aktivitas ekonomi. Akibat pertumbuhan ekonomi, terdapat beberapa isu terkait seperti peningkatan pendapata dan konsumsi perkotaan serta produksi limbah yang dihasilkan. Guna menghadapi tantangan peningkatan jumlah produksi sampah padat kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berusaha untuk menstimulasi reduksi sampah di level rumah tangga melalui kebijakan/ program Bank Sampah. Dengan menggunakan data panel dari lima Kota Adminisrasi di Jakarta dengan rentang tahun 2000-2014, tesis ini akan menganalisa kontribusi dari kebijakan Bank Sampah dan menentukan faktor-faktor dalam model yang mempengaruhi reduksi sampah yang dihasilkan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, baik fixed maupun random effect, kebijakan Bank Sampah yang telah dilaksanakan dari mulai tahun 2012-2014 secara signifikan mengurangi produksi sampah yang dihasilkan hingga 36.7 . Walaupun kebijakan Bank Sampah ini terlihat efektif, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih perlu untuk membuat reformasi atas kebijakan Bank Sampah sehingga jumlah sampah yang dihasilkan semakin berkurang.

ABSTRACT
Jakarta, the capital city of Indonesia, is a growing urban center of economic activity. Due to economic development, there are issues of rising income and consumption in the city and the production of waste. To tackle the challenge of Municipal Solid Waste MSW production, the provincial government of Jakarta has been trying to stimulate waste reduction at the household level through the ldquo bank sampah rdquo waste bank policy. By using the annual data of five municipalities in Jakarta spanning from 2000 to 2014, this paper seeks to measure the contribution of the waste bank policy to waste reduction in Jakarta and to determine which other factors in the model affect the waste reduction. The results show, based on both fixed and random effects, that the waste bank policy is significant and negatively related to waste generation and could reduce waste generation in Jakarta city by up to 36.7 . Although this policy seems effective, the provincial government of Jakarta still needs to devise new reformations to the waste bank policy so that the total amount of waste generation could be further decreased."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari Handayani
"Kandungan amonia yang berpotensi untuk merusak lingkungan mendorong untuk menemukan metode yang efektif untuk menyisihkannya sbeelum dibuang ke badan air. Pada penelitian ini dilakukan penyisihan amonia yang terlarut dalam air melalui gabungan kontaktor membran serat berongga dengan reaktor hibrida plasma-ozon yang terbukti memberikan efisiensi yang lebih apabila dibandingkan dengan pengolahan konvensional lainnya. Hal ini dikarenakan proses oksidasi lanjut dengan reaktor hibrida plasma-ozon dapat membantu mengurangi beban penyisihan amonia yang dilakukan jika hanya dengan menggunakan membran. Penelitian ini mempelajari pengaruh temperatur air limbah terhadap efisiensi dan koefisien perpindahan massanya. Air limbah sintetis dengan konsentrasi 800 ppm divariasikan pada suhu 30, 40 dan 50°C.
Pada studi perpindahan massa, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur maka akan semakin besar persen penyisihan amonia. Penyisihan amonia dengan proses gabungan membran dan reaktor hibrida plasma ozon memberikan nilai tertinggi yaitu 77%, sedangkan untuk membran pada suhu 50oC memberikan persen penyisihan sebesar 61%. Proses gabungan membran dan reaktor hibrida plasma ozon memberikan nilai koefisien perpindahan massa sebesar 1,67 x 10-5 m/s.

Ammonia which found in waste water have promoted the development of more efficient method for their removal. Ammonia removal from water was studied through combination hollow fiber and hybrid reactor plasma-ozon to prove that this process offer higher efficiency than other conventional method. This phenomenon may be due to that advance oxidation process reduce the burden of hollow fiber membrane to remove ammonia from synthetic waste. This study was performed to determine the effect of temperature on the ammonia removal percentages and mass transfer coefficient. The experiments were carried out at 30, 40 and 50°C using 800 ppm ammonia waste.
The experiment result shows that, increasing the temperature is capable of increasing the efficiency. Experimental work using combination hollow fiber membrane and hybrid reactor plasma-ozone obtaining the maximum percentage of ammonia up to 77%, while hollow fiber on 50 oC obtain the percentage of ammonia up to 61%. The combination of hollow fiber and hybrid reactor plasmaozone give the maximum result on mass transfer coefficient with 1,6 x 10-5 m/s.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43288
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Candrika Ajeng Ramadhanti
"Kontaktor membran serat berongga sudah banyak digunakan sebagai kontaktor pada proses pemisahan gas-cair. Peningkatan laju sirkulasi dipandang sebagai salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas penyisihan pada kontaktor membran serat berongga. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan efektivitas kombinasi proses absorbsi melalui membran serat berongga dengan proses ozonasi pada penyisihan amoniak dari air limbah dengan memvariasikan laju alir sirkulasi limbah. Karena hanya molekul amoniak volatil (NH3) yang bisa disisihkan oleh membran maka pH limbah dikondisikan di atas 10 yang akan membuat sebagian besar amoniak terlarut dalam fasa volatil. Penggunaan ozon selain sebagai penghasil OH yang dapat mengoksidasi amonia juga untuk mencegah penurunan pH limbah. Dari penelitian ini, efisiensi penyisihan amonia terbesar yang dicapai adalah 89% pada laju sirkulasi limbah 5 liter per menit dan dihasilkan koefisien perpindahan massa amoniak sebesar 0,0023 cm/s.

Hollow fiber membrane contactors have been widely used as gas-liquid contactor, for example in ammonia removal. The circulation configuration of the solutions was found to have a strong effect on the efficiency of the process. Combining membrane absorption and ozone processes aims to reduce ammonia load allowance by membrane and also to increase effectiveness of ammonia removal. Since only the volatile ammonia molecule which can be set aside by the membrane. With the ozonation process at alkalinity degree higher than 10 which can oxidize ammonia and neutralize the possibility of a decrease in the pH. This research result obtain the maximum ammonia removal efficiency was 89% when the waste water circulation rate was 5 litre per minute with ammonia mass transfer coefficient of 0.0023 cm/s."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43278
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vogler, John
Mataram: NTB, 1983
658.567 VOG l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lidia Handayani
"Dalam pemenuhan industri manufakturing berkelanjutan, industri dituntut untuk untuk mencegah timbulnya limbah, serta efisiensi penggunaan material dan energi melalui hiraerki minimisasi limbah. Penelitian dilakukan pada salah satu industri komponen otomotif dengan produk leafsspring. PT. XYZ telah melakukan pengelolaan limbah melalui metode end of pipe namun pendekatan ini tidak efektif. Untuk memenuhi manufakturing berkelanjutan, dibutuhkan analisis keseluruhan dampak lingkungan dengan pendekatan proses. Analisis dampak dilakukan dengan identifikasi aliran material dan energi melalui material flow analysis dan life cycle assessment. Selain itu, dilakukan penilaian terhadap penerapan minimisasi limbah di PT.XYZ melalui persepsi pekerja. Pada penelitian ini dilakukan i) kajian pengelolaan limbah industri ii)identifikasi dampak lingkungan proses produksi, iii)penerapan minimisasi limbah melalui keterlibatan sumberdaya manusia. Hasil dari penelitian ini proses produksi menghasilkan kerusakan pada kualitas ekosistem, perubahan iklim,sumberdaya dan kesehatan manusia kerusakan lingkungan terbesar disebabkan oleh pemakaian listrik sebesar 0,514 Pt, penggunaan material baja sebesar 0,319 Pt, dan penggunaan bahan kimia sebesar 0,164. Untuk persepsi pekerja dikategorikan cukup baik karena pengetahuan pekerja baik dan perusahan memiliki upaya pengurangan limbah dengan motivasi pengurangan biaya operasional

In fulfillment of a sustainable manufacturing, industry must prevent waste generation, reduce material, energy and pollution in stage of manufacturing through waste minimization hiraerki. Implementation of waste minimization without considering the social aspects tend to be ineffective, the successful environmental performance of industry influenced by the role of workers. PT. XYZ has conducted waste management but has yet to analyze the overall environmental impact to meet sustainable manufacturing requirement. Assessment through life cycle assessment method was conducted. Objective of this research are i) identification performance of waste management ii) identification of the environmental impact of production process, iii) understanding implementation of waste minimization through the involvement of human resources. The results of this study are PT.XYZ on manufacturing process generate liquid waste, solid waste, and emissions. The environmental damage of the production process is the change in the ecosystem quality, climate change, resources and human health due to the resulting electrical usage, steel material consumption, chemical consumption with score in a row 0,514 Pt, 0,319 Pt, 0,164 . The role of human resources in the implementation of waste minimization categorized well enought due to hight score of employee knowledge and motivation in cost reduction"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>