Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57321 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anthea Nissa Salsabila
"Tinjauan literatur ini bertujuan untuk memetakan serta melakukan eksplorasi terhadap bahasan perempuan dalam diplomasi. Secara spesifik, tulisan ini melakukan kajian terhadap bagaimana masuknya feminisme ke dalam ilmu hubungan internasional dikaji dan dibahas oleh para akademisi di seluruh dunia. Pemetaan dilakukan secara taksonomi terhadap 47 literatur yang dibagi menjadi tiga (3) sub-kategori: perempuan sebagai agensi, isu-isu perempuan dalam diplomasi, dan diskursus perempuan dalam diplomasi. Dari hasil eksplorasi yang telah dilakukan, penulis melihat bahwa kajian perempuan dalam diplomasi mengalami peningkatan yang signifikan dan mulai menjauh dari tindak maskulinisasi kajian. Sebagai kesimpulan, penulis melihat bahwa kajian perempuan dalam diplomasi adalah kajian yang terus-menerus berkembang untuk mencari peran perempuan yang sempat hilang karena dominasi maskulinitas dalam kajian ilmu hubungan internasional. Selain itu, studi ini juga menyoroti empat (4) kesenjangan dalam kajian-kajian yang sudah ada. Pertama, ketiadaan kajian dari Timur dalam sejarah perempuan dalam diplomasi. Kedua, kurangnya kajian yang melihat perempuan sebagai aktor target diplomasi. Ketiga, kurangnya kajian dalam isu diplomasi secara teoretis. Terakhir, minimnya kajian yang membahas kondisi perempuan dalam diplomasi di wilayah Afrika dan Timur Tengah.

This literature review aims to map and explore the discussion about women in diplomacy. Specifically, this writing focuses on researching how feminism penetrates international relations and is discussed by scholars around the world. The mapping is done taxonomically towards 47 works of literature which will be divided into three (3) sub-categories: women as agency, women issues in diplomacy, and women’s discourse in diplomacy. From the exploration, the writer sees that the discussion of women in diplomacy increased significantly and started to move away from the masculinization of discussion. In a conclusion, the writer sees that the discussion of women in diplomacy is an ever-continuing discussion that grows to see the role of women that was lost due to the domination of masculinity in the discussion of international relations. Aside from that, this study also highlights four (4) gaps in the available discussion. First, is the absence of discussion from the Eastern perspective on the history of women in diplomacy. Second, is the lack of studies that sees women as the targeted actor of diplomacy. Third, is the lack of studies regarding diplomatic issues theoretically. Last, the studies on women in diplomacy in Africa and the Middle East are minimum."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Sherly Rahma
"Diplomasi vaksin adalah bagian dari diplomasi kesehatan global mengacu pada penggunaan maupun pengiriman vaksin dengan keterlibatan berbagai macam aktor. Diplomasi vaksin menyasar ancaman paling dasar manusia, yakni kesehatan. Momentum besar diplomasi vaksin ketika COVID-19 menelan korban jiwa daripada yang dilaporkan secara resmi. Merefleksikan peristiwa tersebut, kepemimpinan dan tata kelola kesehatan global menjadi momok yang dipertanyakan dalam penanganan wabah. Tulisan ini menggunakan 27 literatur dengan metode taksonomi yang dibagi dalam empat segmen (1) Konseptualisasi Diplomasi Vaksin, (2) Motivasi Diplomasi Vaksin, (3) Tujuan Diplomasi Vaksin, (4) Tantangan Diplomasi Vaksin. Temuan tulisan ini berupa tiga poin. Pertama, diplomasi vaksin menghasilkan praktik diplomasi konkret berupa pola persaingan dan ketergantungan. Kedua, diplomasi vaksin dipersepsikan sebagai medium pemenuhan kepentingan politik. Ketiga, vaksin sebagai barang primer karena sifatnya yang preventif menjadi medium unik serta efektif di tengah konflik dan kontestasi politik termasuk penggunaanya oleh rising power untuk menantang posisi hegemoni. Saat Covid-19, sifat alamiah vaksin didorong dengan serangkaian fragmentasi antara negara Barat dan Selatan menciptakan diplomasi vaksin yang timpang maupun berdampak pada adanya relasi kuasa antara negara produsen atau pendonor dengan penerima. Penimbunan vaksin Covid-19 marak dilakukan oleh negara Barat maupun produsen kawasan Selatan yang mengikat penerima donor di kawasan Asia, Eropa, dan Afrika dengan intensi politiknya.

Vaccine diplomacy is part of global health diplomacy, referring to the use and delivery of vaccines with the involvement of various actors. Vaccine diplomacy targets the basic human threat, namely health. Momentum of vaccine diplomacy reach when COVID-19 claimed more lives than officially reported, thus leadership and global health governance are questionable in handling the outbreak. This paper uses 27 literatures with a taxonomy method divided into four segments (1) Conceptualization, (2) Motivation, (3) Objectives, (4) Challenges. The findings of this paper are three points. First, vaccine diplomacy produces concrete diplomatic practices in the form of competition and dependency patterns. Second, vaccine diplomacy is perceived as a medium for fulfilling political interests. Third, vaccines as primary goods become unique and effective medium for settling conflict due to their preventive nature, including the usage by rising powers to challenge hegemonic positions. During Covid-19, the nature of vaccines was driven by a series of fragmentation between Western and Southern countries creating unequal vaccine diplomacy and impacting on the power relations between producer or donor countries and recipients. Hoarding of Covid-19 vaccines is rampant by Western countries and Southern producers who bind donor recipients in Asia, Europe and Africa with their political intentions."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adlian Mulki Hartantyo
"Makanan memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan manusia, termasuk di antaranya dalam konteks diplomasi. Dalam hubungan internasional, relevansi makanan telah berkembang dari semata-mata sebagai sumber daya kekuatan tradisional menjadi sumber pengaruh yang berbasis unsur budaya. Meningkatnya kesadaran akan pentingnya soft power lantas mendorong aktor negara untuk menerapkan diplomasi publik guna mencapai kepentingan nasionalnya. Hal tersebut lantas mendorong kemunculan dan berkembangnya narasi diplomasi makanan dalam tataran akademis. Tinjauan literatur ini berupaya untuk memetakan literatur akademis mengenai diplomasi makanan dan menggambarkan ragam pandangan yang terlihat dari poin-poin perdebatan dan konsensus. Pemetaan literatur dilakukan dengan metode taksonomi yang membagi pokok bahasan menjadi tiga tema besar, yakni konseptualisasi, inisiatif aktor masyarakat transnasional, dan peran aktor negara dalam diplomasi makanan. Penulis memperoleh kesimpulan bahwa diplomasi makanan merupakan instrumen penyebaran pengaruh yang cukup signifikan baik diinisiasi oleh aktor transnasional maupun aktor negara. Penggunaan diplomasi makanan diprediksi akan terus berkembang pada tahun-tahun berikutnya dan menjadi instrumen yang semakin relevan dalam kebijakan luar negeri serta upaya pembangunan citra di level internasional.

Food has always played an essential role in human life, and this is no less true in the context of diplomacy. In International Relations, the relevance of food has evolved from being solely a source of traditional power to a source of influence based on cultural elements. The growing awareness of the importance of soft power has encouraged state actors to implement public diplomacy in order to achieve their national interests. This has led to the emergence and development of food diplomacy narratives at the academic level. This literature review seeks to map the academic literature on food diplomacy and illustrate the range of views that emerge from points of debate and consensus. Literature mapping was carried out using a taxonomic method which divided the subject matter into three major themes: conceptualization, initiatives by transnational actors, and the role of state actors in food diplomacy. The author concludes that food diplomacy is a significant instrument for spreading influence, both initiated by transnational actors and state actors. The use of food diplomacy is predicted to continue to grow in the following years and become an increasingly relevant instrument in foreign policy as well as attempts to build image at the international level."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mahardhika Wida Putra
"Negara dapat mengadopsi bentuk dan metode baru dari suatu diplomasi tergantung dari keadaan dan strategi yang diadopsi untuk mencapai kepentingan nasional negara tersebut. Salah satu bentuk perubahan metode dan bentuk diplomasi tersebut adalah hadirnya konsep diplomasi pertahanan. Konsep diplomasi pertahanan dipandang sebagai bentuk diplomasi yang terlahir kembali pasca Perang Dingin untuk membangun keadaan internasional yang lebih baik dan damai, yang mana relevansi dari konsep tersebut terus berkembang. Tinjauan ini mencakup 29 literatur dan terbagi atas tujuh tema utama yakni: (1) reformasi sektor keamanan, (2) membentuk lingkungan keamanan, (3) membangun kapasitas, (4) keterlibatan strategis dan menghindari konflik, (5) penyebaran nilai, (6) menjaga perdamaian, dan (7) persaingan dan kompetisi. Ketujuh tema tersebut terbagi atas 1 tema yang membahas mengenai perkembangan diplomasi pertahanan berdasarkan konsep dan 6 tema berdasarkan peran diplomasi pertahanan dalam HI. Tinjauan ini juga akan kembali mengidentifikasi konsensus, perdebatan, tren, dan kesenjangan penelitan yang ada. Tulisan ini menemukan bahwa peran membentuk lingkungan keamanan merupakan peran yang dominan dibahas dan kawasan Asia Tenggara mendominasi fokus kajian literatur diplomasi pertahanan. Tinjauan kepustakaan ini juga erat pembahasannya dengan persaingan great powers, dinamika kawasan, dan usaha negara untuk memengaruhi pihak lain.

Countries can adopt and new methods of diplomacy depending on the circumstances and strategies adopted to achieve the country's national interests. One of the changes in the method and form of diplomacy is the presence of the concept of defense diplomacy. The concept of diplomacy is seen as a form of diplomacy that re-emerged after the Cold War to build a better and more peaceful international situation, whose relevance this concept continues to grow. This literature review covers 29 literatures and is divided into seven main themes, namely: (1) security sector change, (2) building a security environment, (3) capacity building, (4) strategy engagement and conflict avoidance, (5) value sharing, (6 ) peacekeeping efforts, and (7) competition and swaggering. The seven themes are divided into one theme which discusses the development of defense diplomacy concepts and six themes based on the role of defense diplomacy in IR. This review will also uncover existing discoveries, trends and research gaps. This paper finds that the role of shaping security environment is the dominant role discussed and the Southeast Asia region dominates the focus of the defense diplomacy literature review. This literature review is also closely related to big power competition, regional dynamics, and state efforts to influence other parties."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rendang Widya Putri
"ABSTRAK
Setelah melewati berbagai krisis, mulai dari kekalahan pada Perang Dunia II hingga krisis ekonomi, saat ini dapat dikatakan Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki pengaruh cukup kuat di dunia, terutama di Asia. Hal ini berkaitan dengan produk-produk budaya populer Jepang seperti anime, manga, kuliner hingga fashion yang saat ini menjadi soft power Jepang. Dari produk-produk budaya tersebut kemudian Jepang menyusun sebuah strategi/kebijakan Cool Japan yang digunakan sebagai alat diplomasi budaya. Berdasarkan hal tersebut, tugas akhir ini akan membahas mengenai bagaimana pengaruh yang muncul dari kebijakan Cool Japan. Penelitian menggunakan metode kualitatif menggunakan analisis dokumen dan studi literasi. Analisis akan dilakukan dengan menggunakan teori soft power dari Joseph S. Nye dengan memfokuskan pada konsep diplomasi budaya. Konsep diplomasi budaya yang digunakan untuk menganalisis tujuan, bentuk hingga sarana diplomasi budaya yang digunakan oleh Jepang. Berdasarkan data serta analisis yang dilakukan, diplomasi budaya yang digunakan memiliki dampak yang sangat signifikan bagi perkembangan Jepang dalam berbagai sektor seperti pariwisata dan juga memberikan citra yang baik bagi negara Jepang.

ABSTRACT
After suffered from many crisis situations before, from the defeat in World War II, until the crisis economy, now Japan has become one of the countries that has a strong influence in the world, especially in Asia. This is related to Japanese popular culture such as anime, manga, culinary, until fashion which currently has become a Japans soft power. From these cultural products, Japan developed a Cool Japan strategy / policy that was used as a tool for cultural diplomacy. Based on that issues, this final project will discuss how the influence that emerged from Cool Japan policy. The study used qualitative methods using document analysis and literacy studies. The analysis will be carried out using the soft power theory of Joseph S. Nye by focusing on the concept of cultural diplomacy. The concept of cultural diplomacy is used to analyze the purpose, form, and cultural diplomacy tools that Japan used. Based on data and results of analysis, cultural diplomacy that has been used, has a very significant impact on Japans development in various sectors such as tourism and also provides a good image for Japan."
Depok: Fakultas ilmu Pengetahuan Budaya, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Martin
"Skripsi ini membahas tentang diplomasi Indonesia dalam sengketa Irian Barat sejak penetapan Demokrasi Terpimpin. Sistem Demokrasi Terpimpin menjadi jawaban atas kegagalan Indonesia memperjuangkan Irian Barat pada masa Demokrasi Parlementer. Diplomasi Indonesia selanjutnya diimplementasikan dengan cara konfrontatif untuk menekan Belanda. Perubahan kebijakan diplomasi Indonesia dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, sistem Demokrasi Terpimpin memungkinkan Presiden Sukarno mengonsolidasikan unsur-unsur dalam negeri untuk mendukung pemerintah dalam perjuangan Irian Barat. Kedua, situasi Perang Dingin memberikan peluang bagi Indonesia untuk menarik dukungan dari dua adikuasa, Uni Soviet dan AS. Diplomasi ini terbukti berhasil ketika Irian Barat masuk kedalam kekuasaan Republik Indonesia lewat mediasi AS dan PBB.

This thesis describes Indonesian diplomacy during the West New Guinea dispute since the confirmation of the Guided Democracy. This system became a worthwhile respond toward the failure of Indonesia in struggling for the West New Guinea handling in Parliamentary Democracy. Furthermore, Indonesian diplomacy was implemented with confrontation way to make Dutch in under pressure. The changing of those manner was affected by two factors. Firstly, Guided Democracy enabled President Sukarno consolidated whole internal substances to maintain the government in West New Guinea struggling. Secondly, the cold war gave opportunity to Indonesia in dwell some supports from superpower countries, Soviet Union and United States of America. This diplomacy was proved right when West New Guinea integrated into Indonesia sovereignty through United States and United Nations mediation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S58275
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Minimnya akses pengetahuan dan pendidikan dan faktor ekonomi yang menghimpit membuat perempuan dewasa dan anak-anak perempuan menjadi korban trafficking. sebagaimana yang dilaporkan pemerintah Malaysia, bahwa 4.268 pekerja seks komersial di Malaysia berasal dari Indonesia. dengan demikian memutus rantai kejahatan tidak bisa hanya dengan prioritas satu oknum saja, melainkan memutus mata rantainya dari sumber perekrutan sindikat perdagangan manusia yaitu perekrut tenaga kerja. diplomasi Internasional yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan Malaysia dengan cara program pengulangan tenaga kerja Indonesia dan penyaluran tenaga kerja melalui satu jalur yakni jalur pintu legal merupakan upaya advokasi pemerintah atas pemenuhan hak-hak perempua dalam instrumen gender Internasional."
323 JP 20:2(2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Lidia Yopita
"Peningkatan peran dan partisipasi perempuan secara signifikan dalam kelompok teroris serta aksi terorisme beberapa tahun belakangan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, telah menjadi fenomena yang menarik perhatian dan cukup mengejutkan dunia internasional. Meskipun perempuan masih memegang proporsi teroris yang jauh lebih kecil apabila dibandingkan dengan laki-laki, namun para sarjana dalam beberapa tahun terakhir mulai memusatkan perhatian mereka pada meningkatnya jumlah dan pentingnya perempuan dalam peran-peran ini. Tulisan ini merupakan tinjauan literatur mengenai keterlibatan perempuan dalam terorisme sebagai fenomena hubungan internasional dengan menggunakan metode taksonomi yang bertujuan untuk mengklasifikasi 36 literatur berdasarkan kesamaan tema. Tulisan ini menekankan penemuan terhadap tiga tema umum dari literatur yang ada mengenai perempuan dalam terorisme yaitu: (1) motivasi perempuan berpartisipasi dalam kelompok teroris dan aksi teror; (2) peran perempuan dalam kelompok teroris dan aksi teror; dan (3) faktor pendukung keterlibatan perempuan dalam terorisme. Tinjauan literatur ini berupaya untuk menunjukkan konsensus, perdebatan serta kesenjangan dalam topik ini. Tulisan ini mengidentifikasi bahwa kesalahpahaman terhadap motivasi, peran, dan faktor pendukung keterlibatan perempuan dalam terorisme dapat menyebabkan semakin langgengnya fenomena ini. Lebih lanjut, tulisan ini berargumen bahwa memahami motivasi, peran, dan faktor pendukung perempuan terlibat dalam terorisme merupakan bagian penting untuk dapat mengatasi fenomena ini.

The significant increase in the role and participation of women in terrorist groups and acts of terrorism in recent years, both in terms of quantity and quality, has become a phenomenon that has attracted attention and surprised the international community. Although women still hold a much smaller proportion of terrorists when compared to men, scholars in recent years have begun to focus their attention on the increasing number and importance of women in these roles. This paper is a literature review on the involvement of women in terrorism as a phenomenon of international relations using a taxonomic method that aims to classify 36 literatures based on similar themes. This paper emphasizes the findings of three general themes from the existing literature on women in terrorism, namely: (1) women's motivation to participate in terrorist groups and acts of terror; (2) the role of women in terrorist groups and acts of terror; and (3) supporting factors for women's involvement in terrorism. This literature review seeks to highlight the consensus, debate and gaps in this topic. This paper identifies that a misunderstanding of the motivations, roles, and supporting factors of women's involvement in terrorism can cause this phenomenon to last longer. Furthermore, this paper argues that understanding the motivations, roles, and supporting factors of women being involved in terrorism is an important part of being able to overcome this phenomenon.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allysia Virda Mutiara
"Idiom adalah salah satu produk bahasa yang dapat menunjukan cerminan budaya dari suatu masyarakat tertentu. Dalam masyarakat Cina, idiom dikenal sebagai 成语chéngyǔ. Sebagian besar chéngyǔ terdiri dari empat karakter Han yang menjadi komponen pembentuknya. Tidak semua chéngyǔ dapat dipahami makna keseluruhannya hanya dengan melihat makna harfiahnya, atau makna setiap komponen pembentuknya. Melalui makna harfiah dan makna acuan sebuah chéngyǔ, seseorang dapat mengetahui penjelasan atau deskripsi mengenai hal-hal tertentu yang dipercayai oleh suatu budaya masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penjelasan atau deskripsi mengenai perempuan dalam budaya masyarakat Cina yang terlihat dalam chéngyǔ yang di dalamnya terdapat karakter 女 nǚ “perempuan” sebagai salah satu komponennya. Setelah mengumpulkan 15 chéngyǔ dan melakukan analisis, penelitian ini menemukan 8 deskripsi mengenai perempuan. Deskripsi-deskirpsi yang ditemukan lalu dikelompokkan ke dalam ranah semantisnya masing-masing berdasarkan teori Nida.

An idiom is a language product that can show a reflection of the culture of a particular society. In Chinese society, an idiom is known as 成语 chéngyǔ. Most chéngyǔ is made up of the four Han characters that make up its components. Not all chéngyǔ can be understood just by looking at the literal meaning, or the meaning of each of its constituent components. Through the literal meaning and reference meaning of a chéngyǔ, one can find out an explanation or description of certain things that are believed by a society's culture. This study aims to find out about explanations or descriptions of women in Chinese culture as seen in chéngyǔ in which the character 女nǚ “woman” is one of the components. After collecting 15 chéngyǔ and conducting analysis, this study found 8 descriptions of women. The descriptions found are then grouped into their respective semantic domains based on Nida's theory."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riksa Pramatatya
"Tesis ini membahas tentang upaya diplomasi Indonesia untuk mempercepat pencabutan larangan terbang yang diberlakukan oleh Uni Eropa untuk seluruh maskapai penerbangan Indonesia termasuk maskapai Garuda Indonesia yang merupakan maskapai nasional ternama. Kasus ini telah mendorong pemerintah Indonesia melakukan diplomasi untuk mempercepat pencabutan larangan terbang tersebut, karena larangan terbang ini telah mencoreng citra negara khususnya dalam industri penerbangan Indonesia. Permasalahan utama larangan terbang tersebut disebabkan oleh keselamatan penerbangan Indonesia yang rendah serta banyaknya kecelakaan penerbangan di Indonesia. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka analisis diplomasi ekonomi untuk menganalisa upaya Indonesia dalam mempercepat pencabutan larangan terbang.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengenali diplomasi dan upaya pemerintah Indonesia dalam pencabutan larangan terbang tersebut. Dalam kasus ini, upaya pemerintah adalah melaksanakan kerja sama luar negeri untuk mendapatkan bantuan tim ahli penerbangan dari European Aviation Safety Agency (EASA) dan menjalin kerja sama dengan International Civil Aviation Organization (ICAO) untuk menyetarakan tingkat keselamatan penerbangan yang setara dengan standar international. Pada saat yang sama, pemerintah Indonesia mengawasi maskapai dalam negeri untuk memperbaiki tingkat keselamatan dan keamanan penerbangan. Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa upaya pemerintah Indonesia tersebut telah menghasilkan pencabutan larangan terbang yang dinyatakan oleh Uni Eropa pada tahun 2018.

This thesis discusses Indonesia's diplomacy efforts to accelerate the lifting of flight restrictions imposed by the European Union for all Indonesian airlines including Garuda Indonesia, which is a well-known national airline. This case has prompted the Indonesian government to conduct diplomacy to accelerate the lifting of the flight ban, because this flight ban has tarnished the country's image, especially in the Indonesian aviation industry. The main issue of Indonesian airlines flight ban was caused by Indonesia's low flight safety and the number of flight accidents in Indonesia. In this study, the author conduct a framework for analyzing economic diplomacy to analyze Indonesia's efforts to accelerate the lifting of flight restrictions. This economic diplomacy includes state to intergovernmental organizations relations, state to corporate relations and corporate to corporate relations.
The purpose of this research is to recognize the diplomacy and efforts of the Indonesian government in lifting the flight ban. In this case, the government's efforts are to carry out foreign cooperation to get the assistance of aviation expert team from the European Aviation Safety Agency (EASA) and establish cooperation with the International Civil Aviation Organization (ICAO) to equalize the level of flight safety to international standards. At the same time, the Indonesian government oversees domestic airlines to improve the level of flight safety and security. In this study, the authors conclude that the Indonesian government's efforts have resulted in the lifting of the ban imposed by the European Union in 2018.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T52433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>