Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81473 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Trisnawati Susetyo
"Organisasi nirlaba membutuhkan dana untuk tetap beroperasi, bertahan hidup, menjalankan programnya dan melakukan pengembangan. Untuk memenuhi kebutuhannya tersebut organisasi nirlaba perlu untuk melakukan pengalangan dana. Sumber dana bagi organisasi nirlaba adalah: pemerintah, perusahaan, organisasi donor, dan individu. Sebagian besar organisasi nirlaba melakukan penggalangan dana kepada organisasi donor, tetapi donor individu menjadi salah satu sumber dana yang dipertimbangkan oleh organisasi nirlaba. Komunitas dan organisasi LGBT menghadapi sentimen negatif di Indonesia dan diskriminasi terus meningkat sejak tahun 2016. Hal tersebut mempengaruhi strategi penggalangan dana yang dilakukan oleh Perkumpulan Suara Kita (PSK) sebagai salah satu organisasi LGBT di Indonesia. Saat diskriminasi terhadap LGBT semakin meningkat, proyek kerja sama dengan organisasi donor sulit didapatkan. PSK kemudian mulai melakukan penggalangan dana kepada donor individu dan berhasil membangun landasan pendukung yang cukup baik. Strategi penggalangan dana kepada donor individu yang dilakukan oleh PSK terbagi menjadi strategi akuisisi dan strategi retensi. PSK juga mengembangkan strategi penggalangan dana kepada organisasi donor yang sangat dipengaruhi oleh hubungan baik dengan organisasi donor.

Non-profit organizations need funds to stay operational, survive, run their programs and develop their organization. Non-profit organizations need to raise funds to fulfill their needs. Sources of funding for non-profit organizations are: governments, corporates, donor organizations, and individuals. Most non-profit organizations raise fund from donor organizations, but individual donors are one of the potential sources of funds that can be considered by non-profits organizations. LGBT communities and organizations face negative sentiments in Indonesia and discrimination has continued to increase since 2016. This has influenced the fundraising strategy undertaken by Perkumpulan Suara Kita (PSK) as one of the LGBT organizations in Indonesia. Projects with donor organizations are hard to achieved when the discrimination against LGBT increased. PSK then started to raise funds from individual donors and managed to build a good base of supporters. The fundraising strategy for individual donors carried out by PSK is divided into an acquisition strategy and retention strategy. PSK has also developed a fundraising strategy for donor organizations which is strongly influenced by good relations with donor organizations."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tara Swasti Pinintasih
"Berkembangnya media baru menyebabkan perubahan perspektif dan perilaku masyarakat. Perubahan perilaku ini dialami berbagai bidang, mulai dari isu sehari-hari sampai dengan isu kontroversial. Isu yang diangkat dengan media baru salah satunya adalah isu LGBT. Maka dari itu diperlukan analisis bagaimana program komunikasi yang dirancang organisasi LGBT dapat membangun kesadaran publiknya mengenai isu yang kontroversial ini. Organisasi yang menjadi informan adalah Suara Kita. Hasil yang didapatkan adalah Suara Kita dapat membangun kesadaran masyarakatnya bukan hanya dengan menggunakan media baru semata, tetapi juga menggunakan program offline seperti diskusi.

The rise of the new media causing people’s perspectives and behaviors changing. These behaviors changing experienced by many fields ranging from daily issues and even the controversial one. One of the issues that lifted by new media is LGBT issues. Therefore this research do some analysis on how communications program that designed by LGBT organization can build public awareness on the controversial issues itself. The informant in this research is Suara Kita. The result shows that Suara Kita can establish public awareness not only by using new media but also using offline programs such as discussion.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S58423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlin Rahma Fauzia
"Skripsi ini membahas strategi-strategi penggalangan dana yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa serta faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Dompet Dhuafa memiliki strategi penggalangan dana berupa penggalangan dana retail, penggalangan dana dengan kemitraan, kampanye dengan media komunikasi dan layanan personal. Penggalangan dana yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa didukung oleh kredibilitas organisasi, sumberdaya manusia yang loyal dan berjiwa kedermawanan sosial, kualitas program, komunikasi yang baik dengan donatur dan media kampanye yang menarik. Sedangkan hambatannya adalah kesulitan menemukan gagasasan tema, terbatasnya biaya sosialisasi, kurangnya kemauan masyarakat untuk berdonasi, kesulitan mencari karyawan yang berdedikasi tinggi dan kebijakan pemerintah.

This study discuses about strategies of fundraising conducted by Dompet Dhuafa with the supports and obstacles. This study used qualitative method and descriptive approach. The result of study show that Dompet Dhuafa have some strategies of fundraising such as retail, partnership, champagne with communication media and personal services. The fundraising activities are supported by organization credibility, loyal and generous employees, best quality of programs and good relationship with donor. Whereas, the obstacles are getting some difficulties to find ideas, limited cost for socialization, less of motivation from people to donate, less employees with high dedication and the rules."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S47697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Maulana
"Ketimpangan konstruksi gender melahirkan berbagai macam stigma yang diwujudkan dalam diskriminasi dan kekerasan terhadap kelompok LGBT. Sebagai organisasi nonprofit yang mencoba menyelesaikan isu sosial tersebut, Suara Kita hadir sebagai perwakilan kelompok LGBT untuk mengubah perilaku di masyarakat yang negatif terhadap kelompok LGBT melalui pendidikan keberagaman seksualitas dan gender yang sekarang sudah lebih berkembang. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pemasaran sosial yang dilakukan Suara Kita terhadap isu yang masih sensitif di Indonesia. Penelitian ini menggunakan paradigma post positivist, pendekatan kualitatif, dan teknik pengumpulan data wawancara mendalam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan strategi place dan promotion dibandingkan strategi pemasaran sosial untuk isu yang lebih diterima. Contohnya, Suara Kita membangun narasi baru di tengah narasi arus utama LGBT, menggunakan pendekatan yang tidak mendoktrin, namun kritis, dan berdialog agar masyarakat dapat memutuskan sendiri agar mengadopsi perilaku yang dipromosikan tanpa paksaan; penggunaan saluran komunikasi yaitu media sosial Blued yang dekat dengan kelompok LGBT; penggunaan opinion leader/influential others yang dekat dengan masyarakat; serta pendekatan komunikasi personal dan selektif yang juga mengambil peran penting dalam penyampaian pesan dari strategi pemasaran sosial.

Unequal gender construction gives birth to various stigmas manifested in discrimination and violence toward LGBT people. As a nonprofit organization who tries to resolve said social issue, Suara Kita exists as an LGBT peoples representative to change societys current negative behavior against LGBT through a more developed education about sexuality and gender diversity. Hence, this research aims to describe the social marketing strategy of Suara Kita to address an issue which is still perceived as sensitive to talk about in Indonesia. This research uses post positivist paradigm, qualitative approach, and in depth interview to collect data.
The result of this research shows that there are differences of place and promotion strategy compared to social marketing strategy for a more acceptable issue. For example, Suara Kita creates new narratives within mainstream narratives about LGBT, by the approach that is not indoctrinating, but critical, and also creates dialogue so that society alone can decide to adopt the promoted behavior without coercion the usage of communication channel of Blued social media which is closely related to LGBT communities the usage of opinion leader influential others which is closely related to society and the approach of personal and selective communication which also have an imminent role in communicating social marketing message.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Harus diakui reformasi membawa angin segar bagi setiap gerakan sosial dalam isu apapun, termasuk kelompok LGBT. Di era reformasi, publik dipaksa untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan dengan beragam cara. Ada yang masuk ke politik formal, tetatpi ada yang memilih di luar jalur atau sistem politik. Semua peluang itu terbuka di era reformasi. Tetapi harus diakui, pada isu LGBT karena gerakan identitas masih relatif baru dalam gerakan sosial, maka peluang reformasi baru bisa ditangkap atau direspon untuk mengangkat isu LGBT dalam wacana publik. Tulisan ini menejelaskan perjalanan Suara Kita sejak berdiri sampai dengan sekarang sebagai organisasi LGBT yang konsisten menyuarakan keadilan sosial."
362 JP 20:4 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: LIPI Press, 2010
303.483 3 SUA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Melani Dhea Audry
"

Penelitian ini membahas tentang strategi pemenangan suara milenial dalam Pemilihan Presiden 2019 dengan aktivisme politik. Studi kasus penelitian ini adalah Kita Satu sebagai kelompok relawan milenial pendukung Jokowi – Maruf Amin dan Gerakan Milenial Indonesia sebagai kelompok relawan milenial pendukung Prabowo –Sandiaga Uno. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang perbandingan strategi pemenangan suara milenial yang dilakukan oleh Kita Satu dan Gerakan Milenial Indonesia dalam Pemilihan Presiden tahun 2019. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis fenomena aktivisme politik Kita Satu dan Gerakan Milenial Indonesia. Norris (2002) menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek utama dalam aktivisme politik, yaitu agensi, repertoar, dan target. Secara lebih lanjut peneliti akan mengelaborasi tiga aspek aktivisme politik ini untuk membandingkan strategi pemenangan suara milenialKita Satu dan Gerakan Milenial Indonesia. Peneliti juga menggunakan konsep cyberactivism dalam membangun penelitian ini. Temuan dari penelitian ini adalah perbedaan strategi pemenangan yang dijalankan oleh Kita Satu dan Gerakan Milenial Indonesia menghasilkan basis relawan milenial yang berbeda.


This research discusses the strategy of winning millennial votes in the 2019 Presidential Election with political activism. The case study of this research are Kita Satu as a millennial volunteer group supporting Jokowi - Maruf Amin and Gerakan Milenial Indonesia as a millennial volunteer group supporting Prabowo - Sandiaga Uno. This research aims to explain comparisons of millennial voting strategies undertaken by Kita Satu and Gerakan Milenial Indonesia in the 2019 Presidential Election. Researcher used a qualitative approach to analyze the phenomenon of political activism between Kita Satu and Gerakan Milenial Indonesia. Norris (2002) explained that there are three main aspects of political activism, namely agency, repertoire, and target. More details, researcher will elaborate the three aspects of political activism to compare the millennial voting strategies by Kita Satu and Gerakan Milenial Indonesia. Researcher also use the concept of cyberactivism in building this research. The results of this study are the different millennial voting strategies carried out by Kita Satu and Gerakan Milenial Indonesia produce a different millennial voluntary base.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Ciptaningtyas Rahayu
"Crowdfunding di dunia internasional sudah sangat dikenal dan telah menjadi salah satu alternatif pendanaan yang diminati masyarakat luas. Sementara di Indonesia baru berkembang sejak tahun 2012. Dalam crowdfunding setiap masyarakat dapat berpartisipasi di dalamnya baik sebagai pemilik proyek atau sebagai donatur (pendukung). Crowdfunding ini dilakukan secara online dari sebuah situs dan disebarkan ke media sosial. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, desain deskriptif. Hasil penelitian memberikan gambaran bagaimana crowdfunding diterapkan di Indonesia oleh Patungan.net dan faktorfaktor pendukung serta penghambat pelaksanaannya. Patungan.net melakukan inovasi dengan melakukan secara offline dan memberikan syarat tertentu bagi proyek yang diajukan. Selama ini, crowdfunding yang diterapkan Patungan.net bermanfaat untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat.

Crowdfunding in the international community is well known and has become one of the alternative funding public interest. While in Indonesia has began since 2012. In crowdfunding, community can participate in them either as project owner or as a donor (supporting). Crowdfunding is done by online from website and sharing to social media. The research method used was a qualitative, descriptive design. The results give an idea of how crowdfunding implemented in Indonesia by Patungan.net, factors supporting and obstacle the implementation. Patungan.net to innovate by doing offline and gives specific requirements for the proposed project. During this time, Crowdfunding is applied by Patungan.net to help solve social problems that exist in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35548
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Veni Anisa
"Kelompok teroris menggunakan berbagai cara untuk melakukan mendukung pendanaan kelompoknya, salah satunya dengan membuat sebuah organisasi non profit yang menerima donasi dari masyarakat. Salah satunya Syam Organizer yang dibentuk Jamaah Islamiyah (JI) secara tertutu dan menerapkan sistem terputus untuk mengumpulkan donasi dari masyarakat dan menggunakan sebagian dari donasi tersebut untuk memberangkatkan anggotan JI ke negara konlfik seperti Suriah. Organisasi tersebut dikendalikan oleh seorang Direktur Utama salah satunya Wahyu Hidayat yang memiliki tugas signifikan untuk mengendalikan organisasi. Sistem tertutup yang dibangun kemudian dapat dipecahkan oleh aparat intelijen dan penegak hukum. Pendekatan Routine Activity Theory (RAT) digunakan untuk mengalisa kejahatan Wahyu Hidayat dan teori intelijen dasar untuk menganalisa strategi intelijen dalan pengungkapan pendanaan teror. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pengumpulan data primer melalui wawancara kepada 6 (enam) narasumber yaitu Wahyu Hidayat (narapidana terorisme), Densus 88 Anti Teror Polri, Badana Intelijen Negera (BIN), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPAKT) dan Kementerian Agama RI (Kemenag RI). Data sekunder diperoleh dari studi literatur dan publikasi dari lembaga pemerintah yang berkaitan dengan topik penelitian. Penelitian ini menunjukkan Wahyu Hidayat memiliki motivasi yang tinggi yang juga dipengaruhi oleh kajian rutin dari JI sehingga bersedia memanipulasi donasi dari masyarakat, memanfaatkan potensi pengumpulan uang dan barang yang besar dari masyarkat dan memanfaatkan celah regulasi di Indonesia terkait pengumpulan barang dan uang. Sementara intelijen, menerapkan strategi dengan baik untuk dapat mengungkap pendanaan teror yang dilakukan Wahyu Hidayat untuk Syam Organizer.

Terrorist groups use various ways to support the funding of their groups, one of which is by creating a non-profit organisation that receives donations from the public. One of them is Syam Organizer, which was formed by Jamaah Islamiyah (JI) in covered measures and implemented a cut off system to collect donations from the public and use part of the donation to send JI members to conflict countries such as Syria. The organisation is controlled by a Director, Wahyu Hidayat, who has significant duties to control the organisation. The closed system built can then be broken by intelligence and law enforcement officials. Routine Activity Theory (RAT) approach is used to analyse Wahyu Hidayat's crime and basic intelligence theory to analyse intelligence strategy in disclosing terror funding. This research is qualitative research with primary data collection through interviews with 6 (six) resource persons, namely Wahyu Hidayat (terrorism convict), Densus 88 Anti Terror Police, National Intelligence Agency (BIN), National Counterterrorism Agency (BNPT), Financial Transaction Reporting and Analysis Centre (PPATK) and Ministry of Religious Affairs (Kemenag RI). Secondary data was obtained from literature studies and publications from government agencies related to the research topic. This research shows Wahyu Hidayat has high motivation which is also influenced by regular studies from JI so that he is willing to manipulate donations from the public, take advantage of the large potential for collecting money and goods from the public and take advantage of regulatory loopholes in Indonesia related to the collection of goods and money. Intelligence, meanwhile, implemented a good strategy to uncover Wahyu Hidayat's terror funding for Syam Organiser."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kyvano Navin
"Suatu percakapan diasumsikan mengikuti prinsip-prinsip umum komunikasi dan kerja sama sebagai suatu aturan. Grice (1975) mengembangkan studi tentang prinsip kooperatif, dan merupakan kunci percakapan yang efektif. Namun, apa yang orang katakan tidak selalu apa yang sebenarnya mereka maksud, dan alasan mereka di balik itu melebihi pentingnya untuk mematuhi prinsip kerja sama Grice. Artikel penelitian ini berfokus pada tindak tutur Donald Trump karena penting untuk memahami implikatur percakapannya. Metode campuran (kualitatif & kuantitatif) dengan studi pustaka digunakan dalam penelitian ini, dan transkrip yang sesuai dengan cuplikan konferensi pers digunakan sebagai data primer. Artikel penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi jenis-jenis ketidaktaatan pada maksim prinsip kerja sama Grice dalam dialog Trump dengan publik dengan frekuensinya masing-masing, dan (2) menjelaskan mengapa jenis tertentu lebih menonjol dari yang lain. Temuan menunjukkan bahwa ada limabelas ketidaktaatan terhadap maksim dengan pelanggaran maksim kuantitas (maxim of quantity) memegang frekuensi tertinggi, dan itu adalah tindakan Trump yang paling serbaguna untuk dieksploitasi. Hal ini menyimpulkan bahwa beliau mengeksploitasi prinsip kerja sama percakapan dengan tidak mengamatinya untuk keuntungan pribadinya.

A conversation is assumed to be following the general principles of communication and cooperation as such kind of a rule. Grice (1975) developed a study on the cooperative principle, and it is the key of an effective conversation. However, what people say is not always what they actually mean and their reasons for that outweighs the importance of observing the Gricean Cooperative Principle. This research article focuses on the speech acts of Donald Trump, and it is imperative to understand his conversational implicature. A mixed method (qualitative & quantitative) with additional library research is used, and the transcript corresponding to the footage of the press conference is used as the primary data. The article aims to (1) identify the types of non-observance of Gricean cooperative principle maxims in Trump`s dialogue with the public with each types` frequency, and (2) explain why a certain type is more prominent than the others. The findings show that there are fifteen non-observance of the maxims with flouting of the maxim of quantity holds the highest frequency, and it is Trump`s most versatile act for exploiting. It concludes that he exploits the maxims by not observing them for his personal benefit."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>