Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ela Bestia
"Banyaknya penyalahguna narkotika yang ditempatkan di Lapas menjadi tantangan sendiri bagi Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dalam memenuhi kebutuhan rehabilitasi bagi mereka. BNN sebagai leading sektor pelaksanaan P4GN dan Kemenkumham sebagai instansi pelaksana perlu bersinergi dalam upaya rehabilitasi penyalahguna narkotika di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) agar dapat menekan laju prevalensi penyalahgunaan narkotika nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sinergi yang terjalin antara BNN dan Kemenkumham dalam upaya rehabilitasi narapidana narkotika di Lapas, dan bagaimana kendala sinergi dan penyelenggaraan layanan rehabilitasi di Lapas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, teknik pengambilan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti menggunakan sejumlah teori dan konsep dalam penelitian ini, yaitu teori sinergi, konsep pemasyarakatan, dan rehabilitasi.
Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa sinergi antara BNN dengan Kemenkumham dalam upaya rehabilitasi narkotika di Lapas sudah terjalin sejak lama, namun bersifat dinamis. Adapun faktor yang mempengaruhi sinergi tersebut adalah anggaran, kebijakan pimpinan, dan kebijakan pemerintah. Pada awalnya BNN dan Kemenkumham bekerja sama menginisiasi program rehabilitasi di Lapas namun sejak BNN menghentikan dukungan anggaran ke Lapas, Kemenkumham berinisiatif melanjutkan program tersebut dengan menggunakan anggaran sendiri. Sinergi masih banyak bersifat prosedural dan administratif namun terbatas dalam hal implementasinya sehingga dibutuhkan kebijakan yang mengakomodasi sinergi tersebut, dukungan anggaran, sarana prasarana, peningkatan kemampuan petugas rehabilitasi, supervisi, monitor dan evaluasi yang dapat mengoptimalkan penyelenggaraan rehabilitasi narkotika di Lapas.

The large number of narcotics abusers placed in prisons is a challenge for the National Narcotics Agency (BNN) and the Ministry of Law and Human Rights (Kemenkumham) in meeting their rehabilitation needs. BNN as the leading sector in the implementation of P4GN and the Ministry of Law and Human Rights as the implementing agency need to synergize in efforts to rehabilitate narcotics abusers in prisons to reduce the prevalence of narcotics abuse nationwide. The purpose of this study was to find out the synergy that exists between BNN and the Ministry of Law and Human Rights in the rehabilitation of narcotics prisoners in prisons, the obstacles to synergy and the implementation of rehabilitation services in prisons. This study uses qualitative methods, data collection techniques through interviews, observation, and documentation. Researchers used several theories and concepts in this study, namely the theory of synergy, the concept of correctional, and rehabilitation.
The results of this study found that the synergy between BNN and the Ministry of Law and Human Rights in narcotics rehabilitation efforts in prisons has existed for a long time, but the policies are dynamic. The factors that influence the synergy are the budget, leadership policies, and government policies. At first BNN and Kemenkumham worked together to initiate rehabilitation in prisons, but since BNN stopped budget support to prisons, Kemenkumham has taken the initiative to continue the program with its own budget. Synergies are still mostly procedural and administrative in nature but limited in terms of implementation. Policies needed to accommodate these synergies are budget support, infrastructure, capacity building for rehabilitation officers, supervision, monitoring and evaluation that can optimize the implementation of rehabilitation in prisons.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lorensius Henky Surya Kusuma
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pemaafan residen pada orang tua yang mengintervensi untuk menjalani proses rehabilitasi. Masyarakat menilai penyalahgunaan narkoba adalah tindakan kriminal yang melanggar aturan, norma, dan nilai-nilai dalam masyarakat dan harus menerima sanksi hukum. Stigma ini juga memengaruhi orang tua sehingga relasi dan komunikasi orang tua dan pecandu menjadi buruk. Salah satu sebab seorang menjadi pecandu adalah pola asuh keluarga dan profil ayah yang dominan dan memengaruhi keluarga.
Relasi ayah dan anak yang buruk dalam penelitian ini semakin membuat tingkat kecanduan menjadi parah. Keluarga akhirnya memutuskan untuk memaksa residen menjalani proses rehabilitasi. Pemaksaan ini menimbulkan masalah baru karena penolakan ini berlanjut hingga residen tidak fokus menjalani program. Pemaafan adalah respon untuk mencegah rusaknya hubungan interpersonal dan meningkatkan self esteem dan self efficacy yang berpengaruh pada pencegahan relapse.
Worthington mengatakan bahwa kerendahan hati, sikap empati, kedekatan relasi sebelum kemarahan muncul, dan kesadaran akan rasa sakit dan kemarahan menjadi sebuah proses pemaafan. Setting rehabilitasi membantu residen untuk menjalani proses pemaafan dengan lebih baik tetapi tipe kepribadian, self esteem, dan self efficacy sangat memengaruhi proses pemaafan yang tidak sama pada setiap residen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa relasi dengan ayah, waktu, dan sikap transgressor yang positif akan mempercepat penyembuhan luka.

This study is aimed at finding out the process of forgiving of resident to parents who intervene to enter the rehabilitation process. Communities stigmatized the drugs abuse is a criminal activities who wreck the rules, norms, and values. This stigma also affects parents then their relations and communication become bad. One of the reasons a person becomes an addict is the parenting and the father domination.
In this study, the poor relation between father and son will increasingly made addiction become fester. Finally, families decided to force the resident to enter the rehabilitation process. This coercion makes new evidently the rejection continued and resident does not focus on the program. Forgiveness is a response to prevent destruction of interpersonal relationships and increase self esteem and self efficacy to prevent the relapse.
Worthington says that humility, empathy, close relation before anger, and awareness of pain and anger becomes a process of forgiveness. The rehabilitation setting helps the resident doing better forgiviness process but the type personality, self esteem, and self efficacy strongly affect the unique forgiveness of each resident. The results proves that the relationship with the father, time, and positive transgressor attitude will accelerate the healing process.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Octarina
"Penyalahguna narkotika wajib menjalani rehabilitasi untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan agar pulih dari ketergantungannya. Kualitas pelayanan rehabilitasi yang baik dan pelaksanaan metode lsquo;komunitas terapetik dimodifikasi rsquo; yang benar dapat memperpanjang waktu pemulihan mereka. Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido menerapkan program lsquo;komunitas terapetik dimodifikasi rsquo; dengan jangka waktu 4 bulan dan 6 bulan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan metode lsquo;komunitas terapetik dimodifikasi rsquo; berdasarkan persepsi penyalahguna yang sedang menjalani program 4 bulan dan 6 bulan serta konselor adiksi agar Balai dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan pelaksanaan program rehabilitasi.
Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan deskriptif analitis. Sampel penelitian secara purposive sampling. Jumlah sampel yang digunakan adalah 2 residen laki-laki pada fase older primary program 4 bulan, 3 residen laki-laki pada fase older primary program 6 bulan, dan 2 konselor adiksi.
Hasil penelitian adalah para informan menyatakan bahwa semua kegiatan di program komunitas terapetik dapat mempengaruhi pelaksanaan program dan rasa jenuh residen dapat menghambat pelaksanaan program. Secara umum, penerima dan pelaksana program menganggap program lsquo;komunitas terapetik dimodifikasi rsquo; bermanfaat, tetapi ada hal-hal yang perlu diperbaiki seperti penambahan kegiatan, pelaksanaan 5 pola hidup sehat dan regulasi emosi para residen.

Narcotics abusers are required to undergo rehabilitation to get treatment and care in order to recover from their dependence. The quality of good rehabilitation services and the correct implementation of 39 correct therapeutic communities 39 methods can extend their recovery time. Center for Rehabilitation of the National Narcotics Agency Lido implements a 39 modified therapeutic community 39 program with a period of 4 months and 6 months.
The purpose of this study is to find out how the implementation of 39 therapeutic community modified 39 method based on perception of abusers who are undergoing 4 months and 6 months program and addiction counselor to improve the service quality and implementation of rehabilitation program.
This research method is qualitative with analytical descriptive. The sample of research is purposive sampling. The number of samples used were 2 male residents in the older primary program phase of 4 months, 3 male residents in the 6 month primary primary program, and 2 addiction counselors.
The results of the research are informants stated that all activities in the therapeutic community program can affect the implementation of the program and the resident saturation of the resident can hinder the implementation of the program. In general, beneficiaries and program implementers consider the 39 therapeutic community modified 39 program useful, but there are things that need to be improved such as the addition of activities, the implementation of 5 healthy lifestyles and emotional regulation of the residents.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Rico Januar
"Penyalahgunaan narkotika merupakan masalah kesehatan yang sangat penting di seluruh dunia yang dapat mengakibatkan ketergantungan, kerugian ekonomi, kerugian kesehatan dan dampak sosial. Di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun tetap tinggi. Angka yang pernah menggunakan narkotika di populasi diperkirakan sebesar 2,4 % dengan laki-laki jauh lebih besar daripada perempuan. Berdasarkan kelompok umur, prevalensi penyalahguna narkotika yang paling tinggi pada kelompok usia kelompok usia 20-29 tahun sebesar yaitu 4,41 % sedangkan yang paling rendah pada kelompok usia di atas 40 tahun sebesar 1,06 %. (BNN, 2012). Penelitian ini bertujuan mengetahui efek tahapan rehabilitasi melalui skor rata-rata self efficacy sebelum mengikuti komunitas terapeutik dibanding dengan sesudah mengikuti komunitas terapeutik pasien ketergantungan narkotika. Penelitian ini menggunakan desain before and after yang bersifat longitudinal, dimana pengukuran terhadap outcome dilakukan beberapa kali (berulang). Pada penelitian ini pengukuran terhadap self efficacy dilakukan sebanyak empat kali.
Hasil penelitian ini membuktikan ada perbedaan yang bermakna skor rata-rata self efficacy sebelum komunitas terapeutik dibanding dengan skor rata-rata self efficacy sesudah komunitas terapeutik, nilai p = 0,014 < (α ; 0,05). Pasien telah menjalani tahapan komunitas terapeutik selama dua bulan atau 60 hari. Pada tahapan komunitas terapeutik selama satu bulan pertama, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna skor rata-rata self efficacy bila dibandingkan dengan skor rata-rata self efficacy sebelum komunitas terapeutik, p value 0,25 > (α ; 0,05), tetapi pada komunitas terapeutik bulan kedua terlihat ada perbedaan yang bermakna skor rata-rata self efficacy dibandingkan dengan sebelum komunitas terapeutik, nilai p = 0,005 < (α ; 0,05). Dari peningkatan skor rata-rata self efficacy, terbukti bahwa program ini bermanfaat bagi pasien dengan ketergantungan narkotika yang akan menjalani rehabilitasi dengan menjalani program minimal 60 hari atau dua bulan.

Drug abuse is a very important health problem worldwide which can lead to dependence, economic loss, loss of health and social impacts. In Indonesia as a developing country, drug abuse over the years remains high. Figures ever using drugs in a population is estimated at 2.4% with males much larger than females. By age group, the prevalence of drug abusers is highest in the age group of 20-29 years age group is 4.41% while the lowest in the age group above 40 years amounted to 1.06%. (BNN, 2012). This study aims to determine the effect of the rehabilitation phase through an average score of self-efficacy before following therapeutic communities compared with patients after participating in a therapeutic community drug dependence. The design of this study before and after that is longitudinal, where the measurement of the outcome done several times (repeated). In this study, measurement of self-efficacy was done four times.
The results of this research prove there were significant differences in mean score before the self efficacy of therapeutic communities compared with an average score of self-efficacy after therapeutic communities, p value 0.014 < (α; 0.05). Patients had undergone stages of therapeutic communities for two months or 60 days. At the stage of therapeutic communities during the first month, it appears that there are no significant differences of mean score of self-efficacy when compared to the average score of self-efficacy prior to therapeutic communities, p value 0.25 > (α; 0.05), but the therapeutic communities in both show no significant differences mean score of self-efficacy compared to prior therapeutic communities, p value 0.0005 <(α; 0.05). The increase in the average score of self-efficacy, proved that this program is very beneficial for patients with drug addiction which will undergo a program of rehabilitation with a minimum of 60 days or two months."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Ferdiana
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi Program kerjasama yang telah dilakukan antara BNN dan PT. Indomarco prismatama, Penerapan program pelatihan pada terapi vokasional pada Balai Besar Rehabilitasi BNN serta mengidentifikasi faktor-faktor peghambat dan pendukung yang mempengaruhi keberhasilan program community service terhadap residen.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara secara mendalam kepada para responden yang merupakan Residen dan konselor dari Balai Besar Rehabilitasi BNN serta pihak dari PT. Indomarco Prismatama selaku mitra kerjasama.
Hasil Evaluasi menunjukkan bahwa Program pelatihan Laundry dan magang sudah berjalan dengan baik dan memiliki dampak yang positif terhadap perkembangan Residen pada setiap tahapannya. Meski dalam pelaksanaan program kerjasma ini belum ada bagian khusus yang mengevaluasi program kerjasama yang sedang beerlangsung.

ABSTRACT
This research aims to evaluate cooperation programs that has been carried out between National Narcotics Board and PT .Indomarco Prismatama, the application of a training program on therapy vocational on the Center rehabilitation National Narcotics Board (BNN) and identify the factors a barrier and supporters that affects the success of the program community service to resident
This research using qualitative approach with deeply interview with the respondents who is resident and counselors of the agency as well as the Center rehabilitation National Narcotics Board from PT.Indomarco prismatama as a joint venture partner.
The evaluation results show that the community service programs already run well and have a positive impact on development of the prefect at all levels. Although the implementation of the program is still a special partnership program is underway to evaluate, This research aims to evaluate cooperation programs that has been carried out between National Narcotics Board and PT .Indomarco Prismatama, the application of a training program on therapy vocational on the Center rehabilitation National Narcotics Board (BNN) and identify the factors a barrier and supporters that affects the success of the program community service to resident
This research using qualitative approach with deeply interview with the respondents who is resident and counselors of the agency as well as the Center rehabilitation National Narcotics Board from PT.Indomarco prismatama as a joint venture partner.
The evaluation results show that the community service programs already run well and have a positive impact on development of the prefect at all levels. Although the implementation of the program is still a special partnership program is underway to evaluate]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriani Mutia Diah Pratiwi
"Latar belakang penelitian ini adanya peningkatan prevalensi penyalahguna narkotika selama pandemi Covid-19 dari 1,8% menjadi 1,95% di tahun 2021 dan masih terbatasnya fasilitas rehabilitasi yang sesuai standar (155 lokasi). Adanya pandemi mengakibatkan perubahan pemberian layanan ke arah digitalisasi yaitu diperkenalkannya rehabilitasi berbasis bauran untuk meningkatkan akses klien terhadap layanan rehabilitasi. Namun belum ada studi mengenai bagaimana efektivitas rehabilitasi berbasis bauran dalam mencapai tujuan rehabilitasi, yaitu penyalahguna menjadi pulih, produktif dan berfungsi sosial diantaranya dengan meningkatkan kualitas hidup klien. Tujuan dari penelitian ini antara lain menganalisis a) efektivitas kebijakan layanan rehabilitasi berbasis bauran, b) implementasi kebijakan dengan SWOT, c) peran pemangku kepentingan. Metode penelitian dengan kualitatif deskriptif dengan menggali informasi data primer dengan wawancara kepada Direktur Rehabilitasi BNN, klien dan keluarga penerima layanan rehabilitasi, penanggung jawab klinik rehabilitasi di wilayah DKI Jakarta (BNN, Dinas Kesehatan, Lembaga Rehabilitasi Komponen Masyarakat). Sedangkan data sekunder didapatkan dari analisis terhadap data laporan di lapangan dan penelitian terkait. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rehabilitasi berbasis bauran efektif dalam meningkatkan kualitas hidup penyalahguna narkotika karena terjadi peningkatan skor WHOQoL-BREF di 4 domain (fisik, psikologis, hubungan sosial, lingkungan) selama awal dan akhir masa rehabilitasi. Skor WHOQoL BREF diukur saat klien masuk layanan dan diulangi setelah selesai menjalani layanan. Klien juga merasa bahwa keyakinan untuk pulih, kepercayaan dirinya meningkat, dan dimudahkan dalam mengakses layanan rehabilitasi. Selain itu, indeks kepuasan masyarakat hasilnya sangat baik (>3,26), alur layanan sesuai dengan pedoman, dan terdapat SDM yang kompeten dalam melakukan layanan rehabilitasi berbasis bauran. Implementasi berdasarkan SWOT menunjukkan optimalisasi layanan dengan mengadopsi rehabilitasi berbasis bauran menjadi modalitas layanan ke klien serta perlunya sosialisasi yang masif kepada pemangku kepentingan dan masyarakat luas mengenai keberadaan layanan ini. Diperlukan kolaborasi dan pembagian peran yang jelas antar pemangku kepentingan yang terlibat dalam mendukung keberhasilan kebijakan rehabilitasi bauran antara lain pemerintah, masyarakat sipil/ LSM/ organisasi profesi, sektor swasta, akademisi, media, dan klien beserta keluarga sebagai penerima layanan.

The background to this research is an increase in the prevalence of narcotics abusers during the Covid-19 pandemic from 1.8% to 1.95% in 2021. Moreover there are still limited rehabilitation facilities that meet standards (155 locations). The pandemic has resulted in changes in service delivery towards digitalization, such as the introduction of hybrid narcotics rehabilitation to increase client access to rehabilitation services. However, there have been no studies regarding the effectiveness of hybrid rehabilitation in achieving rehabilitation goals, namely improving the client's quality of life. The objectives of this research include analyzing a) the effectiveness of hybrid rehabilitation policy, b) implementation using SWOT, c) the role of stakeholders. The research method is descriptive qualitative by exploring primary data information by deep interviewing the BNN Rehabilitation Director, clients and families receiving rehabilitation services, and those in charge of narcotics rehabilitation clinics in the DKI Jakarta area (BNN, Health Service, Private Rehabilitation Institutions). Meanwhile, secondary data is obtained from analysis of field report data and related research. The research results show that hybrid rehabilitation increase in WHOQoL scores in 4 domains (physical, psychological, social relations, environment) during the beginning and end of the rehabilitation period. Clients feel that their self confident increases and easier to access rehabilitation services. Beside that, customer satisfaction index is very good (>3.26), the service flow is in accordance with guidelines, there are competent human resources in providing hybrid narcotics rehabilitation services. Implementation based on SWOT shows the optimization of hybrid rehabilitation services by adopting it as a service modality for clients and the need for massive outreach to stakeholders and the wider community regarding the existence of this service. Collaboration and clear roles are needed between stakeholders involved in supporting the success of mixed rehabilitation policies, including government, civil society/NGOs/professional organizations, the private sector, academics, media, and clients and their families as service recipients."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Surtikanthi
"Penelitian dilatarbelakangi paradoks kebijakan yang mengharuskan penyalahguna narkotika menjalani rehabilitasi dengan kenyataan minimnya kapasitas dan jumlah penyalahguna yang mengakses rehabilitasi. Untuk itu dibentuklah Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM). Namun, hanya 26 IBM yang memberikan layanan Prima. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengevaluasi IBM di Jawa Barat dan Jakarta (IBM Gunung Putri dan IBM Siaga). Tujuan penelitian: a). membandingkan hasil evaluasi kebijakan; b). membandingkan analisis SWOT; c). serta strategi optimalisasi. Penulis menggunakan tipe evaluasi proses retrospektif untuk mengali informasi data primer dari FGD dan wawancara kepada Kades, Lurah, petugas BNNKota/Kab, Agen Pemulihan, klien dan masyarakat dari IBM Gunung Putri dan IBM Siaga serta Direktur PLRKM dan program officer UNODC. Sedangkan data sekunder berasal dari laporan dan penelitian terkait. Hasil penelitian: aspek input IBM Gunung Putri lebih baik. Dari aspek proses, IBM Gunung Putri dan IBM Siaga telah melakukan kegiatan dan layanan IBM sesuai dengan kebutuhan klien. Dari aspek output, klien IBM Gunung Putri berjumlah 8 sedangkan IBM Siaga berjumlah 10. Kedua IBM telah menunjukkan kapasitas coping dan adaptif, namun hanya IBM Gunung. Putri yang memiliki kapasitas transformatif. Strategi optimalisasi IBM Gunung Putri adalah memperbanyak kemitraan dengan CSR; mengoptimalisasikan promosi IBM. Sedangkan IBM Siaga adalah memperkuat sinergitas; berkegiatan IBM di luar Kebon Manggis.

Policy paradoxs that requires narcotics abusers to undergo rehabilitation versus fact fact that there is lack of capacity and number of abusers accessing rehabilitation created Community Based Intervention (IBM). However, only 26 IBMs provide Prima. A qualitative approach was used to evaluate IBM in West Java and Jakarta (IBM Gunung Putri and IBM Siaga). Research objectives: a). compare the results of policy evaluations; b). compare SWOT analysis; c). as well as optimization strategy. The author uses a retrospective process evaluation to gather primary data from FGDs and interviews with village heads, BNN officers, Recovery Agents, clients and the community from IBM Gunung Putri and IBM Siaga as well as Director of PLRKM and UNODC’s program officer. Research results: input of IBM Gunung Putri is better. From process perspective, IBM Gunung Putri and IBM Siaga have carried out IBM activities and services according to client needs. From output aspects, IBM Gunung Putri’s client: 8 while IBM Siaga’s client: 10. Both IBMs have demonstrated coping and adaptive capacities, but only IBM Gunung Putri who has a transformative capacity. IBM Gunung Putri optimization strategy are expanding partnerships with CSR, optimize promotion. While IBM Siaga are strengthening synergy, IBM's activities outside Kebon Manggis."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cecep Sulaeman
"Masalah penyalahgunaan Napza merupakan persoalan yang banyak mendapat sorotan berbagai pihak, hal ini diantaranya disebabkan banyaknya remaja sebagai generasi penerus menjadi korban. Salah satu faktor yang menyebabkan remaja melakukan penyalahgunaan Napza adalah karena pengaruh negatif kelompok teman sebaya. Pengaruh kelompok teman sebaya bisa juga berdampak positif yaitu dengan mengarahkan pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen dalam proses pemulihan. Oleh karena itu permasalahan pokok dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien residers pada remaja penyalahguna Napza dalam menunjang proses pemulihan.
Bedasarkan pokok permasalahan tersebut kemudian dilakukan studi kasus terhadap 4 empat orang remaja klien/residen pada Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi Badan Narkotika Nasional. Tujuannya adalah untuk: (1) Menggambarkan pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen pada remaja penyalahguna Napza dalam membantu merubah perilaku. (2) Menggambarkan pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen pada remaja penyalahguna Napza dalam membantu memecahkan masalah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu untuk menggambarkan pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen dalam menunjang proses pemulihan. Teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan informan didasarkan pada pertimbangan tujuan penelitian. Informan penelitian ini terbagi dua kelompok. Kelompok pertama yaitu empat orang remaja penyalahguna Napza yang menjadi klien di Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi dan kelompok kedua yaitu tiga orang petugas atau konselor pada Balai tersebut.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah indepth interview, observasi dan studi dokumentasi, sedangkan analisa data yang digunakan adalah sesuai dengan pendekatan kualitatif meliputi langkah-langkah mereduksi data, mengorganisasi data, dan menginterpretasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pengaruh kelompok sebaya sesama klien/residen dalam proses pemulihan remaja penyalahguna Napza sangat besar dan positif bagi perubahan perilaku, yaitu dari perilaku yang negatif sebagai akibat dari penyalahgunaan Napza seperti tidak disiplin, kurang tanggung jawab, malas dan manipulatif kepada perilaku positif seperti disiplin; bertanggung jawab terhadap diri, orang lain dan pekerjaan; jujur mengakui kesalahan, berani mengungkapan perasaan serta masalah secara terbuka. (2) pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen juga sangat besar dalam membantu residen memecahkan masalah. Mereka dapat melihat masalah dari pandangan dan pengalaman orang lain, serta dapat pula membimbing mereka dalam merumuskan rencana ke depan setelah keluar dari rehabilitasi. Dalam kaitan kedua hal itu setiap residen aktif berpartisipasi, memberikan kontribusi berupa saling memberikan perhatian, teguran mulai yang ringan sampai teguran keras, dorongan atau motivasi, hubungan dan kerja sama, nasihat, saling berbagi (sharing) dan menjadi panutan (role model).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh kelompok teman sebaya sesama klien/residen dapat berdampak positif, menyediakan solusi bagi upaya pemulihan terhadap remaja penyalahguna Napza yaitu membantu merubah perilaku dan memecahkan masalah. Qleh karena itu disarankan Pertama, Departemen Sosial dalam upaya rehabilitasi dapat mengembangkan pedoman, juklak, juknis dan melakukan pelatihan bagi pelatih tingkat nasional tentang cara-cara pengelolaan kelompok teman sebaya bagi rehabilitasi korban Napza. Kedua, para petugas rehabilitasi korban penyalahgunaan Napza, diharapkan dapat mengoptimalkan peran kelompok teman sebaya sesama klien/residen dalam upaya pemulihan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14414
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragi, Suhartini
"Rendahnya pemanfaatan layanan rehabiltasi rawat jalan secara sukarela di Klinik IPWL BNN setiap tahun terutama dalam 3 tahun terakhir sangat berdampak pada masih tingginya prevalensi angka penyalah guna narkotika di Indonesia. Sesuai dengan teori Andersen (1974), faktor penyebab perilaku pemanfaatan layanan kesehatan terdiri dari 3 yaitu faktor predisposing, enabling dan reinforcing. Penelitian ini hanya fokus terhadap faktor reinforcing yaitu dukungan keluarga terhadap pemanfaatan layanan rehabilitasi rawat jalan sukarela di Klinik IPWL BNN. Tujuan untuk menggali informasi secara mendalam tentang faktor dukungan keluarga terhadap pemanfaatan layanan rehabilitasi di Klinik IPWL BNN. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara dan diskusi kelompok terarah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa rendahnya pemanfaatan layanan rehabilitasi di klinik IPWL BNN disebabkan faktor kurangnya pengetahuan keluarga tentang bagaimana melakukan deteksi dini dan upaya intervensi terhadap anggota keluarga yang mulai terlibat penyalahgunaan narkotika sebelum keluarga membawa ke layanan rehabilitasi. Masih tingginya stigma dimasyarakat juga menjadi penyebab keluarga malu untuk membawa klien ke layanan, hubungan komunikasi antara keluarga kurang baik. Kurangnya sosialiasi program layanan rehabilitasi dan perlunya model intervensi dan regulasi tentang keterlibatan keluarga dalam rehabilitasi. Progam sosialisasi melalui media massa TV, radio, surat kabar, media sosial, majalah sangat efektif membantu penyebaran informasi deteksi dini penyalahguna narkotika di lingkungan keluarga serta upaya rehabilitasi bagi pecandu narkotika. Kemudian untuk mengatasi tingginya stigma terhadap pecandu narkotika dimasyarakat perlu adanya bentuk layanan rehabilitasi yang melibatkan masyarakat (rehabilitasi berbasis masyarakat).

The low utilization of voluntary outpatient rehabilitation services at the BNN Voluntary Clinic every year, especially in the last 3 years has a significant impact on the high prevalence of narcotics abusers in Indonesia. In accordance with Andersens theory (1974), the causes of health service utilization behavior consisted of 3 factors: predisposing, enabling and reinforcing. This study only focused on reinforcing factors, namely family support for the utilization of voluntary outpatient rehabilitation services at the BNN Voluntary Clinic. The purpose of this study is to explore information about the factors of family support for the utilization of rehabilitation services at the BNN Voluntary Clinic. This study uses qualitative methods by collecting data through interviews and focus group discussions. Based on the results of the study, it was found that the low utilization of rehabilitation services at the BNN IPWL clinic was due to a lack of family knowledge about how to conduct early detection and intervention efforts through rehabilitation of family members who were involved in narcotics abuse before family access to rehabilitation centre. The stigma in the community is also a cause of shame for families to bring clients to services, communication links between poor families. Lack of socialization of rehabilitation service programs and the need for intervention models and regulations regarding family involvement in rehabilitation. Socialization programs through mass media such as television, radio, newspapers, social media, and magazines are very effective in helping disseminate information on early detection of narcotics abusers in the family environment and rehabilitation efforts for narcotics addicts. Then to overcome the high stigma against narcotics, the community it self needs to be empowered in a form of comprehensive rehabilitation program (community based rehabilitation)."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrarini Listyowati
"Tesis ini membahas tentang efektifitas proses internal pada Bidang Rehabilitasi Medis UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN. Analisis tentang efektifitas proses internal pada bagian rehabilitasi medis sangat diperlukan karena bagian rehabilitasi medis merupakan pintu pertama (entry point) bagi seorang pengguna narkoba dalam menjalani proses penyembuhan selanjutnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif di mana faktor operasionalisasi penelitian ditentukan diawal. Data primer diperoleh dari informan yang merupakan tenaga medis yang bekerja pada UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN, dari konselor dan residen yang dirawat di UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN. Data sekunder didapatkan dari data yang telah tersedia dan dilakukan studi data. Analisis disampaikan berdasarkan penilaian (judgement) penulis dengan didasari oleh kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini. Hasil yang didapatkan adalah dalam proses internal rehabilitasi medis ternyata input sudah bagus dan efektif, proses telah cukup bagus, dalam hal pencapaian target masih rendah meskipun proses pelayanan sudah bagus. Kendala yang dihadapi oleh bagian rehabilitasi medis adalah belum ada standard yang baku tentang metode terapi yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, belum adanya monitoring dan evaluasi terhadap system yang berjalan di bagian medis serta masih rendahnya target pelayanan.Saran yang berikan oleh penulis adalah mendorong pihak terkait untuk menerbitkan standard pelayanan rehabilitasi medis, membentuk tim yang melakukan monitoring dan evaluasi terhadap system pelayanan serta meningkatkan sosialisasi tentang keberadaan UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN.

This thesis discussed the internal process effectiveness on Medical Rehabilitation Center, Therapy and Rehabilitation Unit, Indonesia National Narcotics Board (BNN). The analysis on internal process effectiveness is important because of its role as entry point for a drug user in order to perform subsequent recovery process. This research used qualitative approach whereby the research operational factors were defined in the beginning. Primary data was captured from informant ie medical workers who were working, rehabilitation counsels, and residents in BNN Medical Rehabilitation Center. Secondary data was gathered from existing data and more study on related data. Analysis is presented from writer?s point of view based on theoritical basis during this research. The result is: inputs were fairly good, internal processes in medical rehabilitation were already effective, but target achievements were still low. The challenge s in medical rehabilitation unit were: no standard on therapy method from official body, no monitoring and evaluation mechanism on medical processes, and low service targets. Writer suggests related official parties to establish medical rehabilitation service standard, develop dedicated team for monitoring and evaluating services, improve socialization on BNN Therapy and Rehabilitation Unit."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25585
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>