Ditemukan 112548 dokumen yang sesuai dengan query
Hallira Husin Haddad
"Dengan ambisi untuk mencapai agenda Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030, beberapa negara berusaha meningkatkan implementasi green financing salah satunya melalui green bond. Pertanyaannya adalah seberapa menarik obligasi hijau bagi investor? Pertanyaan ini relevan karena obligasi hijau telah diterapkan di beberapa negara untuk membantu mereka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai bagian dari keuangan berkelanjutan. Makalah ini berfokus pada faktor dalam preferensi risiko investor mana yang dapat mempengaruhi minat pada obligasi hijau. Melalui kuesioner yang diberikan kepada investor obligasi di Indonesia, diketahui faktor keuntungan sebelumnya (house money effect) dan return memiliki pengaruh pada peminatan green bonds. Selanjutnya untuk memvalidasi temuan pada data primer, dilakukan analisa terhadap kinerja green bond di Indonesia sejak pertama kali diluncurkan pada 2018 hingga 2021 serta membandingkan yield obligasi hijau dengan yield obligasi konvensional dengan independent sample t-test. Hasilnya menunjukkan obligasi hijau Indonesia memiliki kinerja yang terus meningkat setiap tahunnya dan yield obligasi hijau memiliki perbedaan tidak signifikan terhadap yield obligasi konvensional dimana obligasi hijau memiliki yield sedikit lebih tinggi.
With the ambition to achieve the Sustainable Development Goals (SDGs) agenda in 2030, many countries are increasing the implementation of green financing one of which is through green bonds. The question is how appealing are green bonds for investors? This question is relevant as green bonds have been applied in some countries to help them to achieve sustainable development goals as part of sustainable finance. This paper focuses on what factors in investors’ risk preferences can affect interest in green bonds. Through a questionnaire given to bond investors in Indonesia, it is known that the previous gain factor (house money effect) and return have an influence on the interest in green bonds. Furthermore, to validate the findings in primary data, an analysis was carried out on the performance of green bonds in Indonesia since it was first launched in 2018 to 2021 and compared the yield of green bonds with yields of conventional bonds with an independent sample t-test. The results show that Indonesian green bonds have an increased performance every year and green bond yields have no significant difference from conventional bond yields where green bonds have slightly higher yields."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Faris Windiarti
"Sektor swasta adalah salah satu pihak yang berkontribusi dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Penelitian ini menginvestigasi visibilitas organisasi, kepemilikan keluarga, dan kepemilikan asing sebagai determinan pelaporan kontribusi SDGs dan menginvestigasi dampak pelaporan kontribusi SDGs terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini menganalisis 377 laporan keberlanjutan perusahaan selama tahun 2015-2018 pada konteks negara berkembang di ASEAN. Hasilnya ditemukan bahwa persentase kepemilikan saham asing berasosiasi positif dengan pelaporan SDGs. Sebaliknya, tidak ditemukan bukti bahwa visibilitas organisasi dan kepemilikan keluarga berperan dalam pengungkapan SDGs pada laporan keberlanjutan. Pelaporan SDGs berdampak positif terhadap nilai perusahaan
The private sector is one of the parties contributing to the achievement of Sustainable Development Goals (SDGs). This study investigates whether organization visibility, family ownership, and foreign ownership become factors in explaining SDGs contribution disclosure, and whether SDGs reporting impacts firm value. This study analyzes 377 sustainability report published by firms during 2015-2018 in the sample of emerging economies in Southeast Asia context. The result found that a higher percentage of foreign investors is associated with a higher number of SDGs contribution reporting. In contrast, there is no evidence that family ownership and organization visibility plays a significant role. SDGs reporting also significantly increase firm value"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Dagmar Zevilianty Djamal
"Dewasa ini, peningkatan tren penerapan bisnis berkelanjutan oleh perusahaan dan meningkatnya tekanan dari investor telah mendorong perusahaan untuk memasukkan aspek keberlanjutan ke dalam strateginya. Salah satu praktik yang populer adalah untuk menyesuaikan dan mengukur dampak perusahaan terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang diinisiasikan oleh PBB. Meskipun begitu, beberapa perusahaan hanya memperlakukan aspek keberlanjutan sebagai suatu pelengkap, dan bukan sebagai suatu aspek yang tertanam dalam strateginya. Penelitian ini akan mendiskusikan four levers of control yang diberlakukan oleh PT ABC dalam mencapai SDGs. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengendalian yang diterapkan oleh PT ABC dalam memastikan pencapaian arahan strategis terkait keberlanjutan dan keselarasan dari strategi yang dijalankan oleh PT ABC dengan SDGs, dengan mengacu kepada karakteristik perusahaan sebagai BUMN, dan untuk mengetahui cara PT ABC membangun awareness atas aspek keberlanjutan serta bagaimana persepsi karyawan PT ABC mengenai aspek keberlanjutan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kualitatif atas data primer yang didapatkan dari wawancara dengan karyawan PT ABC dan data sekunder dari informasi yang tersedia secara publik dan juga dari PT ABC. Berdasarkan penelitian, PT ABC belum mendokumentasikan secara formal strategi dan target untuk menunjukkan keselarasan dengan pencapaian SDGs, meskipun secara operasi bisnis, Perusahaan sudah berkontribusi dalam pencapaian SDGs. Sebagai rekomendasi, PT ABC dapat memformulasikan strategi keberlanjutan dan KPI yang komprehensif sehingga pencapaian SDGs dapat terukur. PT ABC juga dapat mempertimbangkan adanya posisi Chief Sustainability Officer dalam jajaran direksinya, dan Kementerian BUMN harus menggalakan kewajiban untuk membuat strategi dan KPI terkait dengan pencapaian SDGs demi tercapainya pencapaian target SDGs di 2030.
The recent rise in popularity and pressure from investors to apply sustainable business practices have compelled companies to incorporate sustainability aspects into their strategy. Amongst one of the most popular practices is to align and measure a company’s impact against the UN’s Sustainable Development Goals (SDGs). Most companies, however, have only treated sustainability as an appendage rather than as something innate to their strategic objectives. This research discusses the four levers of control implemented in PT ABC in achieving the SDGs, and aims to understand the management control systems implemented by PT ABC to ensure that they achieve their strategic goals regarding sustainability, to assess the compatibility of PT ABC’s strategic initiatives to the SDGs with regard to its characteristics as a State-Owned-Enterprise, and to understand how PT ABC built awareness on sustainability aspects and how employees perceived it. The research methodology is qualitative analysis of primary data collected by conducting interviews with PT ABC’s employees and secondary data review of PT ABC's data and publicly available information. Based on the research, PT ABC have not formally documented its strategies and targets to explicitly show the compatibility with SDGs, although their business operations have contributed to SDGs achievements. As a recommendation, PT ABC may formulate comprehensive sustainability strategies and KPIs so that SDGs achievements are measured. PT ABC may also consider adding Chief Sustainability Officer to its Board of Directors, and the Ministry of SOE shall enforce the formulation of strategies and KPIs related to SDGs achievements, to achieve SDGs targets by 2030"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Alti Nurmuhariaty Kusmayadi
"Perubahan iklim merupakan respons terhadap peningkatan konsentrasi gas rumah kaca sebagai akibat dari aktivitas manusia. Pada tahun 2015, UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) termasuk Indonesia menandatangani Perjanjian Paris (Paris Agreement). Salah satu kerangka kerja yang disediakan dalam Perjanjian Paris adalah terkait dengan dukungan keuangan/pembiayaan. Green bond didefinisikan sebagai instrumen keuangan pendapatan tetap untuk meningkatkan modal guna membiayai atau membiayai kembali (re-financing) proyek-proyek hijau yang memenuhi syarat. Kecenderungan green bond adalah menciptakan peluang untuk berinvestasi pada lingkungan dengan memberikan nilai terhadap lingkungan dan perekonomian sebuah negara. Namun, representasi green bond dalam pasar obligasi secara global ternyata tidak lebih dari 2%. Meskipun pasar green bond berkembang pesat di Indonesia, namun masih dalam tahap awal. Masalah dalam riset ini adalah fakta bahwa jumlah penerbitan green bond di Indonesia terutama oleh pihak korporasi masih rendah. Padahal kebijakan terkait sustainable finance di telah diberlakukan sejak 2014 dan pengaturan terkait kerangka green bond dan penerbitan green bond juga telah tersedia sejak 2017. Berdasarkan masalah tersebut, tujuan riset ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap kebijakan green bond dan memberikan rekomendasi kebijakan dalam rangka mendukung upaya terwujudnya pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam riset ini adalah gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif (mix method) menggunakan quantitative content analysis, analisis statistik deskriptif, analisis finansial dan wawancara mendalam. Hasil riset menunjukkan bahwa green bond di Indonesia memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai alternatif pembiayaan yang mendukung upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Hal-hal yang menjadi kendala dalam pengembangan pasar green bond di Indonesia antara lain adalah tidak adanya perbedaan keuntungan secara finansial bagi penerbit maupun investor yang berinvestasi pada green bond dan belum optimalnya insentif yang didapatkan bagi pihak yang berinvestasi pada green bond di Indonesia. Kesimpulan dari riset ini adalah diperlukan upaya tambahan dari yang telah dilakukan saat ini, seperti adanya bentuk insentif tambahan bagi pihak yang berinvestasi pada green bond, adanya penguatan regulasi/kebijakan yang dapat mendorong peningkatan dan pengembangan pasar green bond di Indonesia, dan kolaborasi antar pemerintah untuk mendukung pengembangan pasar green bond di Indonesia agar pembangunan berklenajutan dapat terwujud.
Climate change is a response to the increasing concentration of greenhouse gases resulting from human activities. In 2015, the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), including Indonesia, signed the Paris Agreement. One of the frameworks provided in the Paris Agreement is related to financial support. Green bonds are defined as fixed-income financial instruments used to raise or refinance capital for eligible green projects. The trend of green bonds aims to create opportunities for investing in the environment, adding value to both the environment and the economy of a country. However, the global representation of green bonds in the bond market is still less than 2%. Although the green bond market in Indonesia is growing rapidly, it is still in its early stages. The issue addressed in this research is the fact that the issuance of green bonds in Indonesia, primarily by corporate entities, remains low. This is despite the implementation of sustainable finance policies since 2014 and the availability of regulations and frameworks for green bond issuance since 2017. Based on this issue, the research aims to evaluate green bond policies and provide policy recommendations to support sustainable development efforts in Indonesia. The research methodology combines quantitative and qualitative methods (mixed method), utilizing quantitative content analysis, descriptive statistical analysis, financial analysis, and in-depth interviews. The research findings indicate that green bonds in Indonesia have the potential to be utilized as a financing alternative that supports sustainable development efforts. Constraints in the development of the green bond market in Indonesia include the lack of financial benefits for issuers and investors in green bonds and the suboptimal incentives provided to parties investing in green bonds in Indonesia. The conclusion of this research highlights the need for additional efforts beyond the current initiatives, such as providing additional incentives for parties investing in green bonds, strengthening regulations/policies to encourage growth and development of the green bond market in Indonesia, and fostering collaboration among governments to support the development of the green bond market in Indonesia to achieve sustainable development goals."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
"Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi bagian dari keseharian kita. Aplikasi computer baru, inovasi dalam perangkat lunak dan perngakt keras telah membuat penguna dapat menggunkan teknologi dalam kesehariannya. Inovasi ini tidak dapat terjadi tanpa peranan dari programmer IT. Perubahan yang cepat ini mempunyai dampak pada lingkungan. Perangkat keras IT sebagai elektronik mengeluarkan CO2 dan emisi gas rumah kaca dalam pemakaiannya. Ketika algoritma program tidak efektif, perangkat harus bekerja lebih keras dan hasilnya adalah penggunaan energy yang berlebihan. Algoritma yang lebih efektif akan menggunakan energy yang rendah. Makalah ini meneliti peranan programmer IT dalam mendesain perangkat lunak melalui algoritma yang efektif."
630 WKUPJ 1:1 (2014)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Denny Biantong
"Dalam sistem mekanisme pasar yang tidak diintervensi, menerapkan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan pada sub sektor Minyak dan Gas Bumi (Migas) di Indonesia bukanlah sesuatu yang secara sukarela akan dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Sebagai sumber penerimaan negara yang cukup besar, Sub Sektor Migas yang merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan, pengelolaannya perlu diatur sedemikian rupa agar berkelanjutan (sustainable) dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitarnya. Dengan menghilangkan eksternalitas biaya pada Sub Sektor Migas melalui internalisasi akan merombak struktur yang disinsentif ini sehingga nantinya akan mendukung Prinsip Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan di Indonesia.
In a system of market mechanisms that did not intervene, applying Sustainable Development and Environmentally Principle in Oil and Gas Sub-Sector in Indonesia is not something that will voluntarily conducted by Contractor of Cooperation Contract. As a source of respectable state revenues, Oil and Gas Sub-Sector which is a source of non-renewable natural resources, its management should be regulated in such a way as to be sustainable by taking into account the surrounding environment. By eliminating the externality costs of Oil and Gas Sub-Sector through internalization of the disincentives to restructure this so that later will support the Sustainable Development and Environmentally Principle in Indonesia."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T29306
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Aninditha Kemala Dinianyadharani
"Pertumbuhan ekonomi Jakarta memberikan peluang signifikan untuk pembangunan perkotaan yang berkelanjutan (sustanaible city). Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi tersebut memicu tingginya pertumbuhan penduduk Jakarta yang dapat menciptakan permasalahan yang berdampak terhadap pembangunan kota, seperti banjir rob, kurangnya ketersediaan air bersih, dan keterbatasan lahan untuk pengembangan bisnis, pemukiman, dan Ruang Terbuka Hijau. Dalam menghadapi hal tersebut, Pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan kebijakan Jakarta Coastal Defense Strategy (JCDS) sebagai solusi permasalahan tersebut yang diprediksikan dapat mempengaruhi aspek-aspek keberlanjutan Kota Jakarta.
Pada penelitian ini, dikembangkan 4 skenario kebijakan JCDS yaitu Jakarta Under Water, Jakarta Goes Green, Jakarta Goes Green Without Reclamation, dan Jakarta Waterfront City. Kemudian, skenario alternatif kebijakan tersebut disimulasikan ke dalam integrasi model T21 Jakarta dan model JCDS yang dikembangkan dengan pendekatan sistem dinamis agar didapatkan hasil yang dapat digunakan untuk menganalisis 4 skenario kebijakan tersebut.
Jakarta's economic growth provides significant opportunities for sustainable urban development (sustanaible city). On the other hand, the economic growth trigger high population growth in Jakarta can create problems that affect the development of the city, such as tidal flood, the lack of availability of clean water, and limited land for business development, residential and Green Open Space. In the face of this problems, the Jakarta Government issued Jakarta Coastal Defense Strategy (JCDS) policy as a solution to these problems that is predicted to affect the sustainability aspects of Jakarta. In this study, developed 4 policy scenarios namely Jakarta Under Water, Jakarta Goes Green, Jakarta Goes Green Without Reclamation, and Jakarta Waterfront City. Then, the policy alternative scenarios simulated in the integration of T21 Jakarta model and JCDS model developed with system dynamics approach in order to obtain results which can be used to analyze those policy scenarios."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T38667
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
DIPLU 4:2(2012)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Rima Rahayu
"Skripsi ini membahas integrasi kebijakan pembangunan berkelanjutan di Indonesia dengan mitigasi perubahan iklim. Sebagai negara berkembang, Indonesia tidak mempunyai kewajiban untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca tetapi masih bisa berkontribusi dengan berpartisipasi sebagai tempat pelaksanaan Clean Development Mechanism (CDM). Dengan demikian diperlukan persiapan dalam berbagai aspek kebijakan dan regulasi, aspek keuangan dan teknis selama pelaksanaan CDM. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mencari korelasi antara teori dan praktek. Data dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan wawancara dengan responden. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang akan memungkinkan Pemerintah Indonesia untuk memaksimalkan manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksaan CDM, mengingat mandat dari CDM di bawah Protokol Kyoto akan berakhir pada tahun 2012.
This thesis discussess integration of sustainable development policy in Indonesia with the climate change mitigation. As developing country, Indonesia has no obligation in restricting of its Green House Gas, but it still can contribute into Clean Development Mechanism (CDM) project execution. Consequently, it will take a preparation in many aspects of policy and regulation, financial and technical aspect during the CDM implementation. In connection with implication point, this research has become a problem focused research where the processed issue is based on theory or observing its correlation between theory and practice. Data are collected through library research and interviews with respondents. In general this research aims to provide policy recommendations that will enable the Government of Indonesia to maximize the benefits that can be secured, and the urgency that the current mandate of CDM under the Kyoto Protocols will expire in 2012."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
S42825
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Nandy Setiadi Djaya Putra
"Tujuan dari laporan praktik keinsiyuran pengaplikasian kegiatan K3LL, KEI dan profesionalisme di dalam pelaksanaan Praktik Keinsiyuran lampau pada proyek pembangunan gedung I-CELL FTUI, sehingga hasil identifikasi tersebut juga dapat digunakan sebagai pengalaman dan pembelajaran saat diaplikasikan di PK yang lain di masa mendatang dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para insiyur, termasuk pemilik atau pengelola bangunan, pengembang, pemerintah, dan masyarakat umum, tentang pentingnya mengadopsi konsep green building, memahami manfaat dan dampak positif dari pembangunan berkelanjutan serta dapat menginspirasi orang untuk mengambil tindakan yang lebih berkelanjutan dalam lingkungan. Pada proses Pembangunan Gedung I-CELL FTUI ini etika insinyur sangat penting dalam memastikan bahwa pembangunan gedung hijau tidak hanya memenuhi tujuan berkelanjutan tetapi juga memenuhi standar moral dan etika profesi. Pentingnya aspek K3LL dalam pembangunan gedung I-CELL FTUI adalah untuk menciptakan bangunan yang tidak hanya berkelanjutan secara lingkungan, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan dan keselamatan penghuninya. Kompetensi bidang keilmuan yang dimiliki penulis digunakan atau diaplikasikan melalui proses Manajemen Pembangunan Gedung I-CELL FTUI, Penentuan parameter desain Gedung Hijau dan Desain Termal pada Gedung I-CELL FTUI agar dapat menghemat pemanfaatan energy dan mendapatkan kenyamanan termal. Kebutuhan akan ruang laboratorium Pendidikan yang terintegrasi dengan mengusung konsep berkelanjutan telah diwujudkan melalui selesainnya dan beroperasinya gedung i-CELL FTUI tepat waktu sehingga berhasil mewujudkan rencana strategis FTUI 2018-2020. Gedung I-CELL FTUI ini telah berhasil meraih sertifikat EDGE tingkat advanced certified dengan raihan 22% energy savings, 34% water savings, and 42% embodied energy savings in materials dan pengahargaan Subroto serta Asean Energy Award sebagai Gedung hemat energi, menunjukkan tujuan dari pembanguan gedung hijau sudah berhasil dicapai.
The purpose of the report on the implementation of safety, health, and environmental activities (K3LL, KEI, and professionalism) in the past Safety and Environmental Practices at the I-CELL FTUI building construction project is to use the identified results as an experience and learning when applied to other projects in the future. It is expected to raise awareness among engineers, building owners or managers, developers, government officials, and the general public about the importance of adopting green building concepts. Understanding the benefits and positive impacts of sustainable development is emphasized, with the hope of inspiring people to take more sustainable actions in their environment. In the process of constructing the I-CELL FTUI building, engineer ethics are crucial to ensure that the green building not only meets sustainable goals but also complies with moral standards and professional ethics. The significance of K3LL aspects in the construction of the I-CELL FTUI building is to create a structure that is not only environmentally sustainable but also prioritizes the well-being and safety of its occupants. The author's expertise in the field is applied through the Management of the I-CELL FTUI Building Construction process, determining parameters for Green Building design and Thermal Design in the I-CELL FTUI building to conserve energy utilization and achieve thermal comfort. The need for an Education laboratory space integrated with a sustainable concept has been realized through the timely completion and operation of the I-CELL FTUI building, successfully realizing the FTUI 2018-2020 strategic plan. The I-CELL FTUI building has achieved advanced EDGE certification with a 22% energy savings, 34% water savings, and 42% embodied energy savings in materials. It has also received the Subroto Award and the Asean Energy Award as an energy-efficient building, indicating the successful achievement of the goals of constructing a green building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library