Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52572 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Anefia Safitri
"Novel Klelep Ing Samudra Rasa karya Tulus Setiyadi menceritakan tentang tokoh Dewi sebagai orang ketiga dalam pernikahan Panji dan Septi. Posisi tersebut menimbulkan konflik batin dalam diri Dewi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk serta gelaja-gejala konflik batin, serta menguraikan faktor pemicu konflik batin yang dialami tokoh Dewi pada novel Klelep Ing Samudra Rasa karya Tulus Setyadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori Psikologi sastra, sedangkan pembahasan mengenai konflik batin mendasarkan pada pendapat Muis (2009). Data penelitian ini adalah satuan peristiwa berupa teks kalimat yang berhubungan dengan konflik batin tokoh Dewi. Hasil penelitian ini adalah (1) Bentuk-bentuk konflik batin tokoh berupa perasaan depresi, obsesi, cemas, perasaan bersalah, perasaan takut, serta frustasi. (2) Faktor pemicu terjadinya konflik batin tokoh Dewi di antaranya; faktor latar belakang hidup Dewi, faktor ketertarikan fisik kepada Panji, dan perhatian serta kasih sayang yang oleh Panji. (3) Adanya kontradiksi antara sikap batin tokoh Dewi dengan sikap batin yang tepat menurut kebudayaan Jawa. Kesimpulan pada penelitian ini adalah dalam berfikir, berperilaku, serta bersikap sepatutnya mengedepankan akal budi dan memperhatikan apa yang ada di luar diri, serta mengesampingkan hawa nafsu jahat dan egoisme pribadi dengan tujuan meminimalisir terjadinya konflik-konflik supaya mendapat kehidupan yang tentram dan slamet.

The novel Klelep Ing Samudra Rasa by Tulus Setiyadi tells the story of Dewi as the third person in Panji and Septi's marriage. This position causes inner conflict in Dewi's self. The purpose of this study is to analyze the forms and symptoms of inner conflict, and to describe the factors that trigger inner conflict in Dewi's character in the novel Klelep Ing Samudra Rasa by Tulus Setyadi. The method used in this study is a qualitative descriptive method using literary psychology theory, while the discussion of inner conflict is based on the opinion of Muis (2009). The data of this research is the unit of events in the form of text sentences related to the inner conflict of the character Dewi. The results of this study are (1) The forms of inner conflict of the characters in the form of feelings of depression, obsession, anxiety, guilt, feelings of fear, and frustration. (2) The triggering factors for the inner conflict of Dewi's character include; Dewi's background, physical attraction to Panji, and Panji's attention and affection. (3) There is a contradiction between the inner attitude of the Dewi character and the appropriate inner attitude according to Javanese culture. The conclusion of this study is that in thinking, behaving, and acting, it is appropriate to prioritize reason and pay attention to what is outside of oneself, and to put aside evil desires and personal egoism with the aim of minimizing conflicts in order to have a peaceful and slamet."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Adilah
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas mengenai ungkapan-ungkapan yang berkaitan dengan moral melalui analisis struktural dengan melihat unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam novel tersebut. Unsur-unsur intrinsik tersebut terdiri dari tokoh dan penokohan, alur, latar, tema, dan amanat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Klelep ing Samudra Rasa. Novel tersebut adalah novel berbahasa Jawa yang diterbitkan oleh Lentera Ilmu pada tahun 2017. Pada novel Klelep ing Samudra Rasa terdapat amanat yang ingin disampaikan mengenai ungkapan-ungkapan dalam bahasa Jawa yang di dalamnya terkandung nilai positif dan negatif yang ada melalui cerita tersebut. Ungkapan-ungkapan yang terdapat pada novel Klelep ing Samudra Rasa seperti Esuk Dhele Sore Tempe, Ngrusak Pager Ayu, Adigang Adigung, dan Narima ing Pandum. Ungkapan-ungkapan tersebut mengandung makna yang bermanfaat sehingga dapat dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan.

ABSTRACT
This research discusses the idioms related to morals through structural analysis by looking at the intrinsic elements present in the novel. The intrinsic elements consist of characters and characterizations, plots, backgrounds, themes and messages. The data used in this research is a novel entitled Klelep ing Samudra Rasa. The novel is a Javanese novel published by Lentera Ilmu in 2017. In the novel Klelep ing Samudra Rasa there is a meaning about the idioms in the Javanese language which is contained positive and negative values that exist through the story. The idioms contained in the novel Klelep ing Samudra Rasa such as Esuk Dhele Sore Tempe, Ngrusak Pager Ayu, Adigang Adigung, and Narima ing Pandum. These idioms contain meanings that can be used as lessons to get along in this lifes."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tulus Setiyadi
Lamongan: Lentera Ilmu, 2017
899.222 TUL k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shamilla Riawan
"Isu poligami merupakan masalah rumah tangga yang sangat dihindari bagi para istri. Akan tetapi, ada pula istri yang menerima untuk dipoligami. Penerimaan atas poligami tersebut dilatar belakangi oleh sejumlah alasan. Karya sastra Jawa yang membahas sikap menerima terhadap poligami berjudul Klelep ing Samudra Rasa merupakan karangan Tulus Setiyadi. Dalam etika Jawa, sikap menerima tersebut dikenal dengan sebutan sikap nrima. Sikap menerima yang dimaksud adalah pasrah dan ikhlas. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan bahwa sikap nrima dapat hadir karena adanya kesadaran diri pada manusia akan kesalahan dalam bertingkah laku dan dapat menjadi salah satu solusi memecahkan permasalahan kehidupan, salah satunya adalah poligami. Pembahasan dari penelitian akan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teori behavioral B.F Skinner, dan konsep nrima Frans Magniz Suseno. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dengan memiliki sikap nrima seperti tokoh Bu Septi manusia dapat dengan mudah pasrah dan ikhlas menghadapi permasalahan dalam kehidupannya sebab memiliki kesadaran akan tingkah lakunya sendiri. Dengan hasil penelitian itu, dapat disimpulkan sikap nrima menimbulkan rasa pasrah dan ikhlas saat istri akan dipoligami. Selain itu, kesadaran untuk introspeksi diri juga menjadi alasan istri dapat merasakan pasrah dan ikhlas untuk dipoligami. Oleh karena itu, sikap nrima dapat menjadi solusi dalam meringankan permasalahan kehidupan.

The issue of polygamy is a household problem that is highly avoided by wives. However, there are also wives who accept to be polygamous. The acceptance of polygamy is motivated by a number of reasons. The Javanese literary work that discusses the acceptance of polygamy is Klelep ing Samudra Rasa by Tulus Setiyadi. In Javanese ethics, the attitude of acceptance is known as nrima. The attitude of acceptance in question is resigned and sincere. The purpose of this research is to prove that the attitude of nrima can be present because of the self-awareness of humans of mistakes in behavior and can be one of the solutions to solving life problems, one of which is polygamy. The discussion of the research will use a qualitative descriptive method with the behavioral theory of B.F Skinner, and the concept of nrima Frans Magniz Suseno. The results reveal that by having an attitude of nrima like the character Bu Septi, humans can easily surrender and sincerely face problems in their lives because they have awareness of their own behavior. With the results of the study, it can be concluded that the attitude of nrima creates a sense of resignation and sincerity when the wife will be polygamous. In addition, the awareness of self-introspection is also the reason why wives can feel resigned and sincere to polygamy. Therefore, the attitude of nrima can be a solution in alleviating life's problems."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Rosyida
"Penelitian ini membahas konflik sosial internal dalam novel Udan ing Wanci Ketiga karya Tulus Setiyadi tahun 2016. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana menguraikan konflik sosial internal yang terjadi antar tokoh yang membangun cerita novel ini. Kesan pertama membaca novel ini adalah adanya konflik batin antar tokoh dalam cerita ini. Namun, setelah dipahami lebih jauh, ternyata konflik tersebut semata-mata dilatarbelakangi oleh perbedaan latar belakang strata sosial tertentu secara hitam putih. Dengan kata lain, setiap tokoh memiliki kesenjangan sosial yang cukup mencolok. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori intrinsik dengan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif memanfaatkan data deskriptif dan fokus pada observasi. Penggunaan metode deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis dan menggambarkan berbagai situasi dari data yang telah dikumpulkan melalui beberapa kutipan dialog yang terdapat dalam novel. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa konflik sosial internal yang terbagi menjadi tiga peristiwa (perselingkuhan, desakan pertanggungjawaban, dan pernikahan siri) disebabkan oleh latar belakang antar tokoh, serta memiliki dampak yang berbeda-beda pula terhadap masing-masing tokoh.

This study discusses the internal social conflict in the novel Udan ing Wanci Tiga by Tulus Setiyadi in 2016. The main problem in this study is how to describe the internal social conflicts that occur between the characters who build the story of this novel. The first impression of reading this novel is the inner conflict between the characters in this story. However, upon further understanding, it turns out that the conflict is solely motivated by differences in the background of certain social strata in black and white. In other words, each character has a fairly striking social gap. The theory used in this research is intrinsic theory with qualitative descriptive method. Qualitative descriptive method utilizes descriptive data and focuses on observation. The use of qualitative descriptive method is used to analyze and describe various situations from the data that has been collected through several dialogue quotes contained in the novel. The results of this study indicate that the internal social conflict which is divided into three events (infidelity, insistence on responsibility, and unregistered marriage) is caused by the background between the characters, and has different impacts on each character."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Angelin
"Penelitian ini mengkaji konsep nrima ing pandum dalam novel Langit Mendhung Sajroning Pangangen karya Tulus Setiyadi 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan dan menjelaskan konsep nrima ing pandum yang terwujud dalam novel Langit Mendhung Sajroning Pangangen. Pendekatan yang digunakan adalah perspektif antroporeligio sastra Harsojo, 1986; Koentjaraningrat, 2009. Hasil penelitian ini adalah pengetahuan mengenai konsep nrima ing pandum yang sangat penting karena konsep tersebut masih memiliki relevansi di masa kini.

The focus of this study is nrima ing pandum concept in Langit Mendhung Sajroning Pangangen novel by Tulus Setiyadi 2017. The purpose of this study is to reveal and explain about nrima ing pandum concept which is contained in Langit Mendhung Sajroning Pangangen novel. This study uses the anthroporeligio literature theory Harsojo, 1986 Koentjaraningrat, 2009. The result of this study is knowledge about nrima ing pandum concept which is important because the concept still has relevance in the present."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Kurniasih Wulandari
"Kehati-hatian dalam bersikap merupakan hal yang penting bagi setiap manusia, agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan. Manusia memerlukan pedoman sebagai landasan dalam menentukan sikap hidup. Dalam budaya Jawa, falsafah eling lan waspada digunakan sebagai pedoman dalam menentukan sikap hidup. Eling lan waspada adalah falsafah Jawa yang menjelaskan bahwa manusia harus selalu sadar dan waspada dalam menjalani kehidupan. Hal itu tercermin di dalam novel Udan ing Wanci Ketiga (UWK) karya Tulus Setiyadi. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini, bagaimana falsafah eling lan waspada dalam novel UWK teraplikasi melalui tokoh utama. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa sikap eling lan waspada perlu dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, agar manusia senantiasa selamat menjalani hidupnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan analisis isi atau pendekatan objektif yang mengkaji teks karya sastra sebagai objek otonom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh utama dalam novel UWK menggunakan falsafah Jawa eling lan waspada dalam menjalani kehidupannya, sekaligus merupakan cerminan dari eling sangkan paraning dumadi (seseorang mengerti asal mula dan tujuan hidup ini dari Tuhan dan kembali kepada Tuhan). Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa eling lan waspada perlu dijadikan sebagai pedoman bagi manusia dalam menjalani hidup agar senantiasa selamat.

Vigilance in attitude is important thing for human, to avoids unwanted things. Human need guidelines as a basis in determining life attitudes. In Javanese culture, the philosophy eling lan waspada is used as a guide in determining life attitudes. Eling lan waspada is a Javanese philosophy that explains that human must always be aware and careful in life. This is reflected in the Udan ing Wanci Ketiga (UWK) novel by Tulus Setiyadi. Therefore, the problem formulation, how the philosophy eling lan waspada in the UWK novel is applied through the main character. The purpose is to prove that an attitude of eling lan waspada needs to be implemented in daily life, so that human can always safe. The study method is a qualitative. The result of study show that the main character in the UWK novel uses the Javanese philosophy eling lan waspada in life, at the same time it is a reflection of eling sangkan paraning dumadi (understands the origin and purpose of this life from God and returns to God). Based on these findings, it can be said that eling lan waspada need to be used as guidelines for human in living the life to be always safe.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Luhur Pambudi
"Penelitian ini menganalisis karakter tokoh utama pada novel berbahasa Jawa yaitu novel Mitra Sejati karya Tulus Setiyadi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memaparkan karakter tokoh utama yang terdapat dalam Novel Mitra Sejati karya Tulus Setiyadi. Dalam menuliskan cerita pada novel ini, pengarang tidak begitu saja menyajikan karakter yang dimiliki para tokoh, namun pengarang menyajikannya melalui percakapan, tingkah laku tokoh, proses berfikir, serta reaksi yang diberikan oleh setiap tokoh dalam cerita. Peneliti perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam untuk memahami dan mengetahui karakter yang ada pada tokoh utama. Penelitian ini perlu dilakukan karena peneliti melihat suatu ide gagasan yang ingin disampaikan oleh pengarang novel melalui karakter tokoh yang ditampilkan dalam cerita novel Mitra Sejati. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, dengan pendekatan intrinsik serta fokus penelitian pada tokoh/penokohan. Penelitian ini menggunakan teori pelukisan tokoh dengan delapan teknik dramatik oleh Burhan Nurgiyantoro. Delapan teknik tersebut adalah: teknik cakapan, teknik tingkah laku, teknik pikiran dan perasaan, teknik arus kesadaran, teknik reaksi tokoh, teknik reaksi tokoh lain, teknik pelukisan latar, dan teknik pelukisan fisik. Dengan teori yang digunakan, peneliti menemukan karakter tokoh utama pada novel ini, antara lain: rajin, disiplin, optimis, rasa ingin tahu, peduli, bertanggung jawab, mandiri, sabar, teguh dengan pendirian, dan solidaritas yang tinggi.

This research analyzes the main character of the novel in Javanese language, named the novel Mitra Sejati by Tulus Setiyadi. This research aims to describe the characteristic of the main character in Novel Mitra Sejati by Tulus Setiyadi. In writing a story in this novel, the author does not just present the characteristic of the characters, but the author presents them through conversation, character behavior, thought processes, and reactions given by each character in the story. Researcher needs to do deeper review to understand the characteristic of the main character. This research needs to be done because the researcher sees an idea that the novel author wants to convey through the characters that are featured in the novel Mitra Sejati. This research uses a descriptive analysis method, with an intrinsic approach and a research focus on the characters/characterizations. This research uses character portrayal theory with eight dramatic techniques by Burhan Nurgiyantoro. The eight techniques are: conversational techniques, behavior techniques, mind and feeling techniques, awareness process techniques, character reaction techniques, other character reaction techniques, background visualize techniques, and physical depiction techniques. With the theory used, the researcher found the main characters in this novel, that are: diligent, disciplined, optimistic, curious, caring, responsible, independent, patient, persistent with a stand, and high solidarity"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Laily Hikmah
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna kontekstual ungkapan bahasa Jawa dalam novel Ontran-ontran Sarinem karya Tulus Setiyadi. Ungkapan bahasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gaya bercerita atau teknik bercerita yang menggunakan ungkapan-ungkapan bahasa dengan tujuan untuk menghidupkan situasi kontekstual yang berkaitan dengan suasana, imajinasi, dan realitas cerita sehingga pembaca merasakan kenyamanan dan kelancaran dalam memahami ceritanya. Ungkapan-ungkapan bahasa dengan sendirinya mengandung konteks ; tujuan atau setting apa yang diinginkan oleh ungkapan-ungkapan bahasa tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa makna kontekstual sangat penting dalam menyampaikan cerita dalam novel, makna kontekstual dapat sangat penting untuk menguatkan tujuan penulis novel, karena novel dapat dikatan bagus dan sempurna adalah dari tersampainya pesan-pesan yang bertujuan baik untuk para pembaca. Namun untuk memahami makna kontekstualnya harus dilakukan anilisis. Hasil dari penelitian yang bersumber dari novel Ontran-ontran Sarinem karya Tulus Setiyadi menyatakan bahwa makna kontekstual ungkapan dalam novel bertujuan untuk membuat cerita novel menjadi lebih hidup. Makna kontekstual dapat diketahui berdasarkan kata/kalimat penanda, peneliti memakai teori makna kontekstual Pateda yang berisi makna konteks orangan, situasi, tujuan, konteks formal/tidak formalnya pembicara, konteks suasana hati, konteks waktu, konteks tempat, konteks objek, konteks kelengkapan alat bicara/dengar pada pembicara/pendengar, konteks kebahasaan, dan konteks bahasa.

The purpose of this study is to describe the contextual meaning of Javanese language expressions in novel Ontran-ontran Sarinem by Tulus Setiyadi. The language expressions referred to in this study are storytelling or storytelling techniques that use language expressions with the aim of reviving contextual situations related to the atmosphere, imagination and reality of the story so that the reader feels comfort and fluency in understanding the story. Language expressions by themselves contain context; the purpose or setting what is desired by the expressions of the language. This shows that contextual meaning is very important in conveying stories in novels, contextual meanings can be very important to reinforce the purpose of the novelist, because the novel can be said to be good and perfect is the delivery of messages that aim well for the readers. But to understand the contextual meaning anilysis must be done. The results from the research of novel Ontran-ontran Sarinem by Tulus Setiyadi state that the contextual meaning of expressions in novels aims to make the novel's story more alive. Contextual meaning can be known based on the word / sentence sentence, the researcher uses the theory of contextual meaning Pateda which contains the meaning of the context of the person, situation, objective, formal / non-formal context of the speaker, mood context, time context, place context, object context, context of the tool / listen to the speaker / listener, language context, and language context."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Auliyaa Muhammad Hesa Putra
"Dalam kultur keluarga Jawa kerap kali terjadi situasi seorang anak dituntut untuk selalu menghormati orang tuanya. Hal ini sering memunculkan konflik dalam diri seorang anak karena ia dituntut untuk selalu mengikuti kemauan orang tuanya yang kemudian direpresentasikan oleh tokoh Fitri dalam novel Uran-Uran Katresnan. Penelitian ini membahas bagaimana Fitri menyikapi konflik batinnya yang dikaitkan dengan teori Id, Ego dan Super ego oleh Freud (1983) serta mengaitkannya dengan sikap nrima orang Jawa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dari Moleong (2002: 14) dengan pendekatan objektif dari Abrams (dalam Teeuw, 1984: 135), sikap nrima dalam budaya Jawa dari De Jong (1976: 19). Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah tokoh utama Fitri menerapkan nilai nrima melalui empat sikap, yaitu: sikap tidak memberontak, sikap menerima takdir, sikap bereaksi dengan rasional, dan sikap kesadaran diri.

In Javanese family culture, there is often a situation where a child is required to always respect their parents. This often creates conflict in a child because he/she is required to always follow the will of their parents who are then represented by the character Fitri in the novel Uran-Uran Katresnan. This research discusses how Fitri responded to his inner conflict associated with the theory of Id, Ego and Super ego by Freud (1983) and associated it with nrima of Javanese people. This research uses qualitative descriptive method from Moleong (2002: 14) with objective approach from Abrams (in Teeuw, 1984: 135), nrima in Javanese culture from De Jong (1976: 19). The results obtained in this study are the main figures of Fitri applying nrima values through four attitudes, namely: attitude of not rebellious, attitude of accepting destiny, attitude of reacting rationally, and attitude of self-awareness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>