Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74347 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emiral Ghifari Risnadi
"Artikel ini membahas terkait pembinaan pemain muda sepak bola nasional dalam program binatama pada tahun 1979-1981. Terdapat permasalahan dalam sepak bola Indonesia tahun 1970-an, seperti pemain tim nasional yang sudah memasuki era pensiun dan kebutuhan pelatih yang berkualitas. DR. B. Edward Rahantoknam menyampaikan bahwa kualitas, kuantitas dan akreditasi pelatih nasional belum memadai sedangkan kebutuhan pemain berkualitas terus dibutuhkan. Permasalahan tersebut mengakibatkan prestasi sepak bola nasional terus menurun. Maka dari itu, PSSI melakukan terobosan dalam program pembinaan binatama dengan mengirimkan 24 pemain ke Brazil untuk mengadaptasi sistem sepak bola modern ala Amerika Latin. Melalui binatama, diharapkan kebutuhan pemain dan pelatih berkualitas yang diiringi dengan konsep pelatihan modern dapat terpenuhi dan diimplementasikan dalam pembinaan sepak bola Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode sejarah dengan tahapan heuristik, kritik, intepretasi, dan historiografi dengan pendekatan deskriptif analitis. Binatama berdampak pada pengembangan individu pemain meskipun dalam pelaksanaannya diwarnai dengan serangkaian permasalahan internal dan eksternal.

This article discuss about developing young players of national football team in Binatama program in 1979-1981. There were in Indonesian football in the 1970s, such as national team players entered in retirement times and needed for quality coaches. DR. B. Edward Rahantokam said that quality, quantity, and accreditation of national football team coach is insufficient, however needs of quality player keeps required. These problems have impact on declined in Indonesian football performance. So therefore, PSSI is doing breakthrough by sending 24 players to Brazil for adapting Latin American modern football. Through Binatama, It is hoped that the needs of quality players and coaches accompanied by modern training concepts can be fulfilled and implemented in the development of Indonesian football. The method used in this research is historical method which is Heuristik, critics, interpretation, and historiography with analytics descriptive approach. Binatama development is impacting individual development despite being filled with many internal and external problems."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aryastianto Seno Prakoso
"Sebagai suatu elemen pemenuh kebutuhan manusia, komunikasi memiliki peran penting didalamnya. Mulai dari tahap individual, sampai pada tingkatan organisasional, komunikasi diibaratkan sebagai tanah dalam suatu ladang persawahan. Pentingnya keberadaan elemen tersebut juga dibutuhkan pada suatu proses pembelajaran (dalam organisasi), dimana hal tersebut merupakan fokus kajian dari penelitian ini. United Army, adalah organisasi yang menjadi subjek penelitian ini, dimana organisasi tersebut merupakan organisasi penggemar klub Manchester United yang resmi, karena keberadaannya diakui oleh pihak terkait (Manchester United Football Club).
Pada dasarnya, tumbuh kembangnya organisasi erat kaitannya dengan bagaimana organisasi belajar untuk mendapatkan pengetahuannya. Pembelajaran ini disebut dengan organizational learning, dimana maksud dari proses ini adalah untuk mendapatkan apa yang disebut dengan organizational knowledge. Pada proses tersebut, terdapat suatu perpindahan pengetahuan dari satu titik ke titik lain, proses ini disebut dengan knowledge transfer. Mulai dari pertemuan seorang penggemar dengan benda-benda bersejarah yang terdapat di sekretariat United Army, sampai dengan menghadiri ?prosesi nonton bareng?, proses perpindahan (knowledge) terjadi. Pada kegiatan itu, termuat suatu proses perpindahan pengetahuan dari ?source-to-recipient?. Proses pembelajaran itu sendiri dapat terjadi secara individual, ataupun secara bersama-sama (Collaborative Learning).
Menyadari pentingnya keberadaan para penggemar, pihak United Army menyediakan dua jalur sebagai saranya bagi mereka untuk bertukar pikiran. Jalur Online dan Offline adalah jalur bagi para pihak terkait untuk dapat melakukan proses Collaborative Learning. Knowledge yang didapat melalui proses ini, kemudian melahirkan suatu tahap lanjut dari pembelajaran yang terjadi didalam organisasi. Suatu tahap dimana, Collaborative Advantages hadir sebagai ganjaran bagi siapapun yang mampu melakukan komunikasi dengan baik dan benar, serta proporsional.

Communication takes a very important place in completing human?s basic needs. It starts in the individual stage, throughout the organizational stage in human?s everyday life. This thesis focuses on how communication, as an important element in human?s life, is also needed in organizational learning process. United army, as a subject of this research is an official (supporters) organization of Manchester United in Indonesia.
The development of an organization is related on how it gains their knowledge; this process is called as organizational learning. In this process, knowledge transfer starts from the very first time fans visit the secretariat of United Army. Furthermore, organizational learning occurs when the ritual (nonton bareng) is being held. In this event, there is a process when knowledge is transferred from a person to another. This learning process might occur between individuals or collaboratively. It is called by collaborative learning.
United Army provides two ways to operate their learning process. The knowledge gained from this process initiate a step further from the learning process that occurs in an organization. In that next step, collaborative advantages became the result of anyone who manage to communicate properly and proportionally.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Putra Ramadhan
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas julukan dan lambang bagi tim nasional sepak bola Arab Saudi, Tunisia, dan Irak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh oleh adanya perbedaan antara julukan dan lambang tim nasional dengan lambang negara pada ketiga negara tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor pemilihan julukan dan lambang pada ketiga tim nasional tersebut. Data-data dalam skripsi ini didapatkan melalui koran Al Jazeera dari Qatar, koran Al Ahram dari Mesir, dan koran Al Aawsat dari Arab Saudi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan studi pustaka dan wawancara. Tim nasional sepak bola Arab Saudi, Tunisia, dan Irak memiliki prestasi yang membanggakan di turnamen regional. Faktor sejarah dan budaya yang ada di masing-masing negara menjadi penyebab adanya perbedaan antara lambang resmi negara dengan julukan dan lambang tim nasional sepak bola.

ABSTRACT
This research explains the nickname of Saudi Arabia, Tunisia, and Iraq national football teams. This research is based upon the differences between nicknames of national football teams and their official state symbols. The objective of this research is to explain the origin of nicknames in Saudi Arabia, Tunisia, and Iraq national football teams. The data in this research is obtained from Qatari newspaper Al Jazeera, Egyptian newspaper Al Ahram, and Saudi Arabia newspaper As Sharq Al Aawsat. This research uses qualitative method with literature study and interview. National football teams of Saudi Arabia, Tunisia, and Iraq have some satisfying achievements in regional football tournaments. Historical and cultural factors in each country become the motive of the difference between the nicknames of Saudi Arabia, Tunisia, and Iraq national fooball teams and their official state symbols. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tubagus Gamal Muchtar
"Kegagalan dalam mengaplikasikan corporate governance yang benar akan membuat banyak pertanyaan tentang operasi sebuah bisnis apapun bidnangnya. Bidang olahraga pun bukan pengecualian. Beberapa tahun lalu di Australia, dua klub olahraga menjadi sorotan setelah menggunakan obat-obatan terlarang. Kedua tim ini adalah dua tim dari kompteisi yang berbeda, yaitu Essendon FC dari Austarlian Football League (AFL) dan Cronulla Sharks dari National Rugby League (NRL).
Penggunaan obat-obatan terlarang sudah dilarang oleh Komite Olimpiade Internasional karena obat-obatan tersebut bisa memberikan kemampuan fisik yang melebihi kemampuan normal seorang atlet. Kapabilitas yang didapatkan dari obat-obatan terlarang ini membuat klub-klub olahraga tertarik untuk menyalah gunakannya karena obat-obatan ini bisa membantu mereka memenangkan kompetisi.
Dari kasus ini, kita akan melihat bahwa kedua tim tidak mengikuti standar-standar etika yang sudah diberlakukan oleh Accounting Professional and Ethical Standards Board (APESB) dan tidak memperlihatkan praktik corporate governance yang baik.

Corporate governance failure may raise questions regarding a business’ operation whatever the industry the business is in. Sporting industry is not an exception. A few years ago in Australia, two sporting teams has been under the spotlight for use of sport enhancing drugs. Two of these teams are two sporting teams from two different competitions, Essendon FC from the Australian Football League (AFL) and Cronulla Sharks from the National Rugby League (NRL).
Use of performance enhancing drugs are prohibited by the International Olympic Committee as it may give an athlete the handicap of increase in physical ability. The capabilities given by a performing enhancing drugs has tempted sporting teams or athletes to abuse these drugs in order to win competitions.
It can be seen from this case that both teams has failed to compile with some ethical standards set by Accounting Professional and Ethical Standards Board (APESB) and unable to show any good corporate governance practice.
"
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia;;, 2015
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Williams, John
Edinburgh: Mainstream, 2011
796.334 WIL r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Rahman Hidayah
"Artikel ini membahas mengenai peran PT Bentoel terhadap perkembangan sepak bola Arema Malang 2003-2009 dan dampaknya terhadap peningkatan prestasi Arema Malang. Pendirian Arema Malang sebagai sebuah klub sepak bola tidak terlepas dari upaya beberapa warga Malang yang ingin membuat klub baru untuk ajang Galatama pada tahun 1987. Akan tetapi, klub ini dalam pengelolaannya merupakan klub swasta yang tidak disokong oleh dana pemerintah setempat. Terdapat permasalahan berupa masalah finansial yang terjadi berulang sehingga diatasi melalui pengambilalihan klub oleh perusahaan swasta ternama, yaitu PT Bentoel pada tahun 2003. Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode sejarah melalui pengumpulan sumber primer tertulis berupa surat kabar yang memberitakan proses akuisisi Arema oleh PT Bentoel dan buku-buku tentang dinamika perkembangan klub Arema Malang. Hasil yang ditemukan adalah Arema Malang sebagai klub sepak bola profesional membutuhkan dana yang besar tidak hanya untuk meraih prestasi, tetapi juga menstabilkan kiprahnya dalam kancah sepak bola Indonesia. Stabilitas finansial tercermin dari kehadiran PT Bentoel yang membawa kekuatan finansial dan berimbas kepada pencapaian klub yang meningkat. PT Bentoel sebagai pemegang aset klub Arema Malang dari tahun 2003-2009 akhirnya berdampak kepada pihak internal maupun eksternal dari Arema Malang.

This article discusses the role of PT Bentoel in the dynamics of Arema Football Club from 2003-2009 and its effects on the Arema Malang’s performance improvement. The establishment of Arema Malang as a football club was inseparable from the efforts of several Malang youths who wanted to create a new club for the Galatama event in 1987. However, this club was managed as a private club which is not supported by local government funds. Financial problems that often occurred were then overcome through the takeover of this club by a well-known private company, named PT Bentoel in 2003. This article was written using the historical method by collecting written primary sources in the form of newspapers which reported on the process of acquiring Arema by PT Bentoel and books about the dynamics of the development of the Arema Malang club. The results found that Arema Malang as a professional football club required large funds not only to achieve accomplishments, but also to stabilize its performance in Indonesian football. Financial stability was reflected in the presence of PT Bentoel which brought financial strength and had an impact on the club's increased achievements. PT Bentoel as the asset holder of the Arema Malang club from 2003-2009 ultimately had an impact on the management of the Arema Malang club and related parties who had a relationship with this club"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Danis Rizal Hijriyan
"Artikel ini membahas mengenai peranan Soeratin Sosrosoegondo yang merupakan salah satu tokoh penting dalam pendirian PSSI. Soeratin memiliki peran besar dalam memperjuangkan sepak bola bumiputra dengan puncaknya adalah saat ditandatanganinya Gentlement’s Agreement tahun 1937. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa permasalahan yang dibahas yaitu mengenai dinamika keadaan sepak bola Hindia Belanda sebelum PSSI berdiri, kiprah Soeratin dalam memperjuangkan sepak bola Bumiputra, dan dampak perjuangan Soeratin terhadap sepak bola Bumiputra selama menjabat sebagai ketua PSSI. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang sebagian besar menggunakan surat kabar seperti Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, Bataviaasch Nieuwsblad, De Koerier, De Locomotief, De Indische Courant, De Preanger-bode, De Preanger-bode, De Sumatra Post, Deli Courant,, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, Moestika dan Pemandangan. serta terbitan berkala Berita PSSI 1940. Sumber yang didapat kemudian disaring sesuai dengan rumusan masalah yang ada. Penelitian ini menunjukkan bahwasannya Soeratin memiliki dedikasi yang tinggi dalam memperjuangkan sepak bola agar setara dengan NIVB/NIVU. PSSI didirikan atas semangat untuk menandingi federasi bangsa Belanda. Meskipun begitu, Soeratin tidak pernah menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan bangsa lain asalkan tidak melanggar asas dan juga PSSI tidak terikat dengan pihak lain atau dalam arti ditingkat yang setara. Pada akhirnya PSSI dan NIVU bekerja melalui Gentlement's Agreement 1937. Perjanjian tersebut menjadi puncak dedikasi Soeratin bagi persepakbolaan Bumiputra, karena pada akhirnya PSSI dan NIVU menjadi federasi yang setara. Kiprah Soeratin serta kontribusinya terhadap sepak bola maupun PSSI, menjadikannya layak untuk menyang gelar “Bapak Sepak bola Indonesia”.

This article discusses the role of Soeratin Sosrosoegondo, one of the important figures in the founding of PSSI. Soeratin had a significant role in fighting for native football, the peak of which was when he was signed Gentlement’s Agreement in 1937. In this research, several issues are discussed, namely regarding the dynamics of the state of Dutch East Indies football before PSSI was founded, Soeratin’s work in fighting for Bumiputra football, and the impact of Soeratin’s struggle on Bumiputra football while serving as chairman of PSSI. This research uses historical methods which mostly use newspapers such as Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indië, Bataviaasch Nieuwsblad, De Koerier, De Locomotief, De Indische Courant, De Preanger-bode, De Preanger-bode, De Sumatra Post, Deli Courant,, Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, Moestika dan Pemandangan, as well as the periodic publication Berita PSSI 1940. The sources obtained were then filtered according to the existing problem formulation. This research shows that Soeratin has a high dedication to fighting for football to be equal to NIVB/NIVU. PSSI was founded in the spirit of competing with the Dutch national federation. Even so, Soeratin never ruled out the possibility of collaborating with other nations as long as it did not violate principles and PSSI was not bound to other parties or was at an equal level. In the end, PSSI and NIVU worked through Gentlement’s Agreement in 1937. This agreement was the culmination of Soeratin’s dedication to Bumiputra football because, in the end, PSSI and NIVU became equal federations. Soeratin’s work and contribution to football and PSSI make him worthy of the title “Father of Indonesian Football”."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Dwi Adilhaksono
"Penelitian yang berjudul Persija (1970-1990), Dinamika Perkembangan Sepakbola di Jakarta:, membahas mengenai perkembangan Persija dari awal berdirinya hingga mengalami periode keemasan serta periode terburuk dalam perjalanannya di kompetisi perserikatan PSSI. Alasan pemilihan judul mengenai Persija karena Persija merupakan sebuah kesebelasan besar yang berdomisili di Jakarta yang mempunyai sejarah panjang dalam dunia persepakbolaan di Indonesia yang didalam perjalanannya terdapat kesenangan dan juga kekecewaan. Persija menjadi salah satu tim perserikatan yang menjadi pencetus lahirnya induk organisasi di Indonesia, yaitu PSSI.
Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan dinamika perkembangan kesebelasan Persija dalam kompetisi perserikatan PSSI, khususnya pada periode 1970-1990, dengan menyoroti prestasi kesebelasan Persija pada periode tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahap, yaitu Heuristik, Kritik, Intepretasi dan Historiografi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kesebelasan Persija dalam mengikuti kompetisi perserikatan PSSI mengalami pasang surut dalam prestasi. Selama periode 1970-1980, Persija berhasil mencapai puncak prestasi dengan keluar sebagai juara sebanyak tiga kali dari lima pagelaran yang diselenggarakan PSSI pada periode tersebut, yaitu pada tahun 1973, 1975, dan 1979 hanya pada kompetisi tahun 1971 dan 1978 Persija gagal menjadi juara. Sebaliknya di periode 1980-1990, Persija mengalami periode buruk. Indikasinya dapat dilihat dengan tidak adanya gelar juara serta konflik-konflik internal yang mengiringi Persija pada periode tersebut.

The study, titled the Persija (1970- 1990), Development Dynamics of Football in Jakarta discussed about the development of Persija from a standing start until having the golden period and the worst period in their journey at PSSI union competition. The reason of selection the title of Persija, because Persija is a big teams who are domiciled in Jakarta, which has along history of football in Indonesia where in their journey there are a lot of pleasure and also disappointments. Persija be one of the union team that initiated the birth of the parent organization in Indonesia, that's PSSI.
The purpose oft his study is to describe the dynamics of the Persijai n the competition of PSSI union, its specialty in the period 1970-1990, highlighting the achievements of Persija in that period. The method used in this research is the historical method which consists of four stages, namely Heuristics, Criticism, Interpretation, and Historiography.
The results of this study indicate that Persija in the competition of PSSI unions have ups and downs in achievement. During the period 1970 - 1980, Persija managed to reach peak performance with came out as championsf or three times in five competition that on hold by PSSI in that period, namely in 1973, 1975, and 1979 only at the competition in 1971 and 1978, Persija are failed to become a champion. By contrast, in the period 1980 -1990, Persija had a bad period. Its indication can be seen in the absence of titles and also internal conflicts that accompanied Persija in that period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42880
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridho Hafidh
"Artikel ini menelaah rangkaian peristiwa konflik yang terjadi pada organisasi Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) Era Nurdin Halid hingga La Nyalla Mattalitti pada 2010-2016. Dimulai dari konflik dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Andi Mallarangeng di tahun 2010 terkait dualisme liga, hingga pembekuan PSSI oleh Kemenpora Imam Nahrawi pada 2015. Dalam setiap konflik yang terjadi, Fédération Internationale de Football Association (FIFA) sebagai badan sepak bola dunia juga membantu mengatasi masalah yang terjadi pada organisasi PSSI. Akan tetapi, saat PSSI dibekukan oleh Kemenpora yang berarti hal ini bertentangan dengan Statuta FIFA, membuat FIFA juga ikut membekukan PSSI di tingkat internasional sampai Kemenpora mencabut pembekuan PSSI. Hal ini mengakibatkan kompetisi maupun liga yang diadakan oleh PSSI menjadi terhenti termasuk Tim Nasional yang tidak bisa berkompetisi di ajang internasional. Artikel ini bertujuan sebagai pengingat bahwa sepak bola Indonesia pernah mengalami masa-masa kelam akibat adanya intervensi pemerintah yang memiliki kepentingan politik sehingga menimbulkan konflik yang berujung pada pembekuan PSSI. Artikel ini ditulis menggunakan metode sejarah dengan sumber berupa dokumen SK Menpora Nomor 01307 Tahun 2015 dan SK Menpora Nomor 14 Tahun 2016, surat kabar sezaman, buku, artikel jurnal, dan artikel daring. Dari hasil penelitian ini dapat ditemukan bahwa terdapat unsur politik dalam setiap konflik yang terjadi pada PSSI Era Nurdin Halid hingga La Nyalla Mattalitti.

This article examines the series of conflict events that occurred in the Indonesian Football Association (PSSI) from the Nurdin Halid Era to La Nyalla Mattalitti in 2010-2016. Starting from the conflict with the Ministry of Youth and Sports (Kemenpora) Andi Mallarangeng in 2010 regarding the dualism of the league, to the freezing of PSSI by the Kemenpora Imam Nahrawi in 2015. In every conflict that occurs, the Fédération Internationale de Football Association (FIFA) as world football governing body also help overcome problems that occur in the PSSI organization. However, when PSSI was frozen by the Ministry of Youth and Sports, this meant that this was against the FIFA Statutes, making FIFA also freeze PSSI at the international level until the Ministry of Youth and Sports lifted the suspension of PSSI. This resulted in competitions and leagues held by PSSI being stopped including the National Team which could not compete in international events. This article aims to serve as a reminder that Indonesian football has experienced dark times due to government intervention that has political interests, causing conflict which led to the freezing of PSSI. This article was written using the historical method with sources in the form of Menpora Decree Number 01307 of 2015 and Menpora Decree Number 14 of 2016, contemporary newspapers, books, journal articles, and online media. From the results of this study it can be found that there is a political element in every conflict that occurred in the PSSI Era Nurdin Halid to La Nyalla Mattalitti."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daffa Ash Shidqi
"Artikel ini membahas dinamika Liga Bank Mandiri (LBM) pada periode 1999-2004 dan dampaknya terhadap prestasi klub dan tim nasional Indonesia. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di bawah kepemimpinan Agum Gumelar memiliki tantangan yang luar biasa untuk menjalankan kompetisi setelah adanya krisis nasional. Salah satunya adalah kompetisi Liga Indonesia belum adanya sponsor yang mau mendanai bergulirnya kompetisi. Bank Mandiri sebagai bank hasil restrukturisasi dari empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia sepakat untuk mendanai Liga Indonesia selama lima musim berutut-turut dan nama liga berubah menjadi Liga Bank Mandiri. Dengan adanya sponsor maka berjalannya kompetisi diharapkan lebih profesional dan mampu meraih prestasi. Artikel ini menggunakan metode penelitian sejarah, dengan sumber-sumber yang berasal dari surat kabar sezaman, buku terbitan PSSI, buku sepak bola, jurnal, dan artikel internet. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa PSSI terbantu dengan hadirnya Bank Mandiri yang mampu mendanai jalannya kompetisi. Selain itu, dampak yang cukup dirasakan adalah prestasi klub dan tim nasional Indonesia yang mampu bersaing di kompetisi level Asia serta memengaruhi peringkat Fédération Internationale de Football Association (FIFA) yang memuaskan dengan rata-rata peringkat 95.

This article discusses the dynamics of the Bank Mandiri League (LBM) from 1999 to 2004 and its impact on the achievements of Indonesian clubs and the national teams. The Indonesian Football Association (PSSI), under the leadership of Agum Gumelar, faced tremendous challenges in organizing competitions following the national crisis. One of the major challenges was organizing the Indonesian League without sponsors willing to fund the competition. Bank Mandiri, a bank formed from the restructuring of four government banks—Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia, and Bank Pembangunan Indonesia—stepped in to sponsor the Liga Indonesia for five consecutive seasons, resulting in the league being renamed as Liga Bank Mandiri. With this sponsorship, it was anticipated that the competition would become more professional and capable of achieving greater success. This article employs historical research methods, utilizing sources such as contemporaneous newspapers, published books by PSSI, soccer literature, journals, and internet articles. The research findings suggest that PSSI received crucial assistance from Bank Mandiri, which provided funding for the competition. Moreover, a noticeable impact was observed in the achievements of Indonesian clubs and national teams, enabling them to compete at the Asian level competitions and subsequently improving the satisfactory ranking by the Fédération Internationale de Football Association (FIFA) to an average ranking of 95."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>