Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148814 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Febriyeni
"Kemoterapi menyebabkan terjadinya penurunan nafsu makan sehingga berdampak pada kecukupan asupan, salah satunya yaitu kecukupan asupan yang meliputi asupan karbohidrat dan protein. Pada saat pengobatan kanker perlunya dilakukan penanganan yang tepat mengenai masalah pada nutrisi untuk mencegah penurunan status gizi pada anak dengan kanker. Mempertahankan nutrisi pada anak kanker memerlukan manajemen nutrisi yang tepat. Pemberian nutrisi yang tepat dan adekuat pada pasien kanker anak dapat membantu menurunkan morbiditas dan mortalitas. Pada orang tua dengan anak kanker yang bermasalah dengan nutrisi selama pengobatan perlunya pemberian edukasi mengenai pemenuhan nutrisi anak kanker selama menjalani kemoterapi. Metode dalam penelitian ini adalah quasi experiment. Penelitian ini menggunakan pre dan post test. Responden berjumlah 64 responden dengan rentang usia anak 3-18 tahun, 32 responden pada kelompok audiovisual dan 32 responden pada kelompok leaflet. Pengetahuan orang tua pada kedua klompok di lakukan pengukuran pre-post edukasi. intervensi edukasi pemenuhan nutrisi berdurasi 5 menit. Data pengetahuan ibu menggunakan kuesioner dan asupan makan anak kanker di ukur menggunakan food recall 3x24 jam Hasil analisis menunjukan bahwa edukasi pemenuhan nutrisi yang diberikan kepada orang tua terdapat perbedaan pengetahuan dan asupan makan pre- post edukasi kelompok audiovisual kelompok leaflet. (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadinya peningkatan pengetahuan orang tua setelah mendapatkan edukasi pemenuhan nutrisi

Chemotherapy causes a decrease in appetite so that it has an impact on the adequacy of intake, one of which is the adequacy of intake which includes carbohydrate and protein intake. At the time of cancer treatment, it is necessary to do proper handling of problems in nutrition to prevent a decrease in nutritional status in children with cancer. Maintaining nutrition in cancer children requires proper nutritional management. Provision of proper and adequate nutrition in pediatric cancer patients can help reduce morbidity and mortality. In parents with cancer children who have problems with nutrition during treatment, it is necessary to provide education regarding the fulfillment of nutrition for cancer children during chemotherapy. The method in this study is a quasi-experimental. This research uses pre and post test. Respondents amounted to 64 respondents with a child age range of 3-18 years, 32 respondents in the audiovisual group and 32 respondents in the leaflet group. Knowledge of parents in both groups was measured pre-post education. nutritional education intervention with a duration of 5 minutes. Mother's knowledge data using a questionnaire and food intake of cancer children was measured using a food recall of 3x24 hours. The results of the analysis showed that nutrition education provided to parents had differences in knowledge and food intake in the pre-post education audiovisual group in the leaflet group. (p<0.05). Based on the results of the study, it was found that there was an increase in parental knowledge after receiving education on nutrition fulfillment"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Salsabila
"

Konstipasi fungsional (KF) adalah gangguan pencernaan yang disertai dengan kesulitan defekasi yang persisten atau tidak tuntas serta jarangnya pergerakan usus dan tidak disertai dengan penyebab sekunder. KF kerap diasosiasikan dengan status nutrisi pada anak-anak. Jika tidak diobati, dapat berujung pada rendahnya kualitas hidup. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan agar dapat mengubah kualitas hidup anak menjadi lebih baik. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan menganalisis data 292 subjek dari SMP Labschool Jakarta pada Maret 2018. Umur subjek berkisar antara 11 hingga 14 tahun. Mereka diminta untuk mengisi kuesioner tentang pola makan, aktifitas fisik, dan evaluasi KF yang menggunakan ROME III criteria, serta pengukuran tinggi dan berat badan untuk penilaian status nutrisi (klasifikasi menggunakan Waterlow criteria). Prevalensi KF dan asosiasinya terhadap status nutrisi dan karakteristik lainnya (jenis kelamin, kelas, pola makan, dan aktifitas fisik) didapatkan dengan Chi Square Test, sementara Mann-Whitney U Test untuk asosiasinya dengan umur. Dari 292 subjek yang dievaluasi, KF ditemukan pada 57 subjek (19,5%), di mana 34 dari mereka adalah perempuan (59,4%). Berdasarkan status nutrisi mereka, 29 subjek (50,9%) normal, 20 subjek (35,1%) memiliki gizi lebih, sementara 8 lainnya (14,0%) gizi kurang. Terdapat hubungan yang bermakna (p<0,05) antara status nutrisi gizi lebih dengan KF (p=0,011), studi ini sependapat dengan studi-studi yang telah dilakukan. Namun, tidak terdapat adanya hubungan bermakna lain antara jenis kelamin (p=0,398), kelas (p=0,480), umur (median=13,0, p=0,658), pola makan (tidak sarapan, konsumsi sayur dan buah), dan aktifitas fisik (p=0,699) dengan KF.


Functional constipation (FC) is a gastrointestinal disorder often characterized by persistent or incomplete difficult defecation with infrequent bowel movements and absence of secondary causes. FC is often associated with nutritional status among children. If left untreated, it can lead to a decreased in quality of life. Hence why, this study is essential to improve the children’s quality of life. This research used a cross-sectional method by analyzing a total of 292 subjects from SMP Labschool Jakarta on March 2018. The subjects ranged from 11 to 14 years old and were asked to fill in the questionnaire for dietary pattern, physical activity and FC assessment using ROME III criteria, along with their body height and weight measurement for nutritional status (classified using Waterlow criteria). The prevalence of FC and its association with nutritional status and other characteristics (gender, grade, dietary pattern, and physical activity) is acquired by using Chi Square Test, while Mann-Whitney U Test is for its association with age. Out of 292 subjects that were evaluated, FC is found in 57 subjects (19.5%), in which 34 of them are female (59.4%). Based on their nutritional status, 29 subjects (50.9%) are normal, 20 subjects (35.1%) are overweight or obese, while the remaining 8 subjects (14.0%) are malnourished. A meaningful association (p<0.05) is found between overweight or obese nutritional status and FC (p=0.011), which is in concordance with previous findings. However, no other meaningful association is found between gender (p=0.398), grade (p=0.480), age (median=13.0, p=0.658), dietary pattern (skipping breakfast, intake of vegetables and fruits), and physical activity (p=0.699) with FC."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Pribadi Salam
"Fenomena stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Anak-anak di daerah tertinggal (3T) sangat berisiko mengalami stunting karena berbagai macam faktor salah satunya adalah pola makan dan pola asuh yang kurang tepat selama 1000 HPK. Selama ini peran orang tua sering kali dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menekan angka terjadinya kasus stunting pada anak. Padahal, penanganan masalah stunting ini memerlukan komitmen serta kerja sama dari masyarakat, termasuk peran kader. Kader diharapkan memiliki kemampuan serta pemahaman yang baik terkait pencegahan stunting sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh para ibu. Untuk dapat meningkatkan hal tersebut, maka diperlukan sebuah solusi yang dapat menunjang kinerja para kader serta memastikan informasi yang disampaikan oleh para kader sesuai dengan panduan yang diberikan oleh kementerian kesehatan. Oleh karena itu, penulisan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk merancang sebuah konsep inovasi terkait penggunaan aplikasi berbasis aplikasi digital bernama EPICS. EPICS merupakan sebuah aplikasi yang diharapkan mampu menjadi sarana bagi perawat dalam menyalurkan keilmuan mereka terkait pencegahan stunting utamanya kepada para kader untuk kemudian disebarluaskan kepada para ibu yang berada di daerah 3T.

The phenomenon of stunting is still one of the health problems in Indonesia. Children in disadvantaged areas (3T) are very at risk of stunting due to various factors, one of which is improper diet and parenting during 1000 HPK. So far, the role of parents is often considered as the only way to reduce the number of stunting cases in children. In fact, handling the stunting problem requires commitment and cooperation from the community, including the role of cadres. Cadres are expected to have the ability and good understanding of stunting prevention so that the information conveyed can be easily accepted by mothers. To be able to improve this, a solution is needed that can support the performance of the cadres and ensure that the information submitted by the cadres is in accordance with the guidelines provided by the ministry of health. Therefore, the writing of this scientific paper is to design an innovation concept related to the use of digital application-based applications called EPICs. EPICS is an application that is expected to be a means for nurses to connect their knowledge related to stunting prevention primarily to cadres and then disseminated to mothers in the 3T area."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah At Tauhidah
"Permasalahan gizi di Indonesia masih merupakan pekerjaan rumah yang besar, dimana menurut Riskesdas tahun 2018 menunjukkan 17,7% balita di Indonesia masih bermasalah dengan status gizinya. Pada tahun 2020, pandemi Covid-19 yang terjadi berdampak secara langsung terhadap pelayanan kesehatan, salah satunya pelayanan gizi. Dengan berbagai regulasi maupun kebijakan yang bergulir di masa pandemi, salah satunya pembatasan pelayanan, evaluasi pada pelaksanaannya harus ada dan sigap untuk disikapi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pelayanan gizi pada bayi dan balita di masa pandemi Covid-19 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinere. Desain penelitian yang digunakan ialah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan telaah dokumen. Kerangka konsep mengacu pada model proses implementasi kebijakan Van Matter dan Van Horn dengan pendekatan critical thinking analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja implementasi pelayanan gizi pada bayi dan balita belum terlaksana dengan optimal. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan masalah gizi yang cukup signifikan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cinere selama masa pandemi. Selain itu mayoritas programnya pun belum memenuhi capaian target tahunan. Hasil analisa kausalitas di masing-masing variabel ditemukan jika ketakutan dan kekhawatiran ibu, kurangnya sumber daya, baik tenaga kesehatan dan
sarana prasarana, serta kurangnya pemahaman para pelaksana merupakan faktor paling menonjol yang mempengaruhinya. Namun dengan segala keterbatasan yang ada, Kader Posyandu Pangkalan Jati Baru dinilai sebagai pelaku positive deviance dan Posyandu Keliling sebagai creative action yang selanjutnya memungkinkan untuk diaplikasikan di daerah lain. Penelitian ini menghasilkan 3 rekomendasi utama. Untuk jangka pendek, rekomendasi rekruitmen tenaga kesehatan. Untuk jangka menengah, rekomendasi pemanfaatan teknologi informasi. Untuk jangan Panjang, rekomendasi pembangunan penambahan Puskesmas baru (Unit Pelaksana Fungsional).

Nutritional problems in Indonesia are still a big issue. According to Riskesdas 2018 shows
that 17,7% of young children in Indonesia have problems with their nutritional status. In
2020, Covid-19 pandemic impact directly on health services, one of which is nutrition
services. The limitation of nutrition services is one of government policies in tackling
Covid-19 pandemic. An evaluation of its implementation should be used to improve the
next strategy. This study aims to determine the implementation of nutrition services
policy for baby and young children during the Covid-19 pandemic in the working area of
Cinere Public Health Center. The research used qualitative research with in-depth
interview and document review as methods. The conceptual framework based on the
model of the policy implementation process of Van Matter and Van Horn, and critical
thinking approach to analysis. The results show that the performance of nutrition services
for baby and young children have not been implemented optimally during pandemic. This
study found evidence of a significant rise in stunting, wasting, and underweight among
children in the working area of Cinere Public Health Center. In addition, the majority of
programs have not reached the annual target. The causality analysis in each variable were
found that the mother’s fear and concern, lack of resources (health workers and logistics),
and lack of understanding of the staff were the most influencing factors. However, with
all the limitations, Pangkalan Jati Baru cadre is considered as actor of positive deviance
that able to perform Posyandu Keliling as a creative action. There are 3 recommendations
in order to keep nutrition services running properly during pandemic in the Work Area of
Cinere Public Health Center. For the short time is health workers recruitment. For the
medium term is developing telemedicine, such as teleconsultation legally and properly.
For long term is recommendation to build the Unit Pelaksana Fungsional (UPF)
Puskesmas.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinda Listya Indirwan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan status gizi baduta usia 6-23 bulan berdasarkan composite index anthropometric failure (CIAF) di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Respponden yang berpartisipasi pada penelitian ini yaitu sejumlah 279 baduta dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada Mei-September 2019, meliputi pengukuran berat badan dan panjang badan, wawancara terstruktur menggunakan bantuan kuesioner, dan lembar 24-hour recall. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 43,4% baduta yang mengalami anthropomteric failure berdasarkan indikator CIAF. Berdasarkan hasil analisis multivariat, diketahui bahwa usia baduta menjadi faktor paling dominan pada terjadinya anthropomteric failure pada baduta usia 6-23 bulan di Kecamatan Babakan Madang tahun 2019 setelah dikontrol variabel riwayat ASI eksklusif dan riwayat penyakit diare (p=0,028, OR=1,775 95% CI=1,063-2,964). Perlu selalu diperhatikan pemberian asupan makanan anak yang aman, higienis, dan adekuat sesuai usianya.

ABSTRACT
The objective of the study is to determine the determinants of nutritional status of children aged 6-23 months based on the composite anthropometric failure index (CIAF) in Babakan Madang District in 2019. The study design used in this study was cross sectional. The sample used in this study were 279 children using the purposive sampling method. Data collection was conducted in May-September 2019. Data collection was carried out by measuring body weight and length, structured interviews using a questionnaire, and a 24-hour recall sheet. The results showed that 43.4% of the children had experienced anthropomteric failure based on CIAF indicators. Based on the results of the analysis, it is known that the age of the children is the most dominant factor in the occurrence of anthropomteric failure in children aged 6-23 months in Babakan Madang Subdistrict in 2019 after controlling for a history of exclusive breastfeeding and a history of diarrhea in the past 1 month. It is always necessary to pay attention to the intake of children who are safe, hygienic, and adequate according to their age."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adimas Siti Helvanisari Denang
"Stunting atau pendek (PB/U < -2SD) merupakan kegagalan pertumbuhan liniear yang menjadi permasalahan dunia terutama negara berkembang. Stunting terjadi akibat dari banyak faktor diantaranya, faktor maternal, lingkungan, MPASI tidak adekuat, dan pemberian ASI. Faktor maternal yang mempengaruhi kejadian MPASI adalah karakteristik ibu, riwayat kehamilan, dan kesehatan mental. Salah satu masalah kesehatan mental pada ibu adalah gangguan mood. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui hubungan gangguan mood dan pola asuh gizi terhadap stunting. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menggunakan data Riskesdas 2018. Penelitian ini dimulai dari September 2019 s/d April 2020. Analisis pada penelitian ini adalah univariate, bivariate dan multivariate. Uji Chi-square pada penelitian ini mendapati bahwa ada hubungan signifikan gangguan mood, pola asuh gizi dan karakteristik ibu terhadap stunting (p value < 0.001). Gangguan mood, ASI Eksklusif, MPASI tepat waktu, dan pekerjaan ibu merupakan faktor protektif terhadap stunting (OR<1) Hasil analisis multvariat mendapati usia adalah faktor yang paling kuat mempengaruhi kejadian stunting. Peneliti menyaranakan pemerintah untuk melakukan upaya yang lebih gencar lagi pada skrining gangguan mood, pemantauan status gizi dan pemantauan status gizi ibu dan anak.

Stunting atau short stature (HAZ < -2SD) is a linear growth failure that largely occur in developing contries. Stunting happened from various causes for instances maternal factor, environment, complementary feeding and breastfeeding. Some of maternal factors potentially causes stunting are maternal characteristic, pregnancy history, and mental health. One of maternal mental health is mood disorder. This study aim for finding relationship between mood disorder and nutritional parenting to stunting aged 6-23 months old. This study used secondary data from Riskesdas 2018 by using cross sectional design. This study also analyzed univariate, bivariate, and multivariate factors. It started on September 2019 until April 2020. This study reported that there is significant relationship between mood disorder nutrition parenting, and maternal characteristic towards stunting. Mood disorder, exclusive breastfeeding, complementary feeding, and mother’s profession are protective factor to stunting (OR <1). Futhermore, multivariate analysis result showed that mother age is the most impactful factors from all of them. It suggested for stakeholder to be more concern about maternal mood disorder, mother nutririon status, children nutrition status and also exclusive breastfeeding."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Andyca
"Prevalensi autis meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang status gizi pada anak autis.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak autis di tiga Rumah Autis (Bekasi, Tanjung Priuk, Depok) dan Klinik Tumbuh Kembang Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Hasil penelitian, dari 62 anak autis ditemukan sebesar 43,5% kelebihan berat badan. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, kecukupan konsumsi energi dan kecukupan konsumsi lemak dengan status gizi anak autis. Anak autis yang mengonsumsi energi dengan kategori ?lebih? (>100% AKG) berisiko 3,7 kali kelebihan berat badan dan kecukupan konsumsi lemak merupakan faktor protektif tehadap kelebihan berat badan. Tetapi tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, pantangan, aktivitas fisik, kecukupan konsumsi karbohidrat dan protein, frekuensi konsumsi pangan sumber energi (karbohidrat, protein, lemak) dengan status gizi pada anak autis. Namun terdapat kecenderungan kelebihan berat badan lebih banyak pada anak autis yang mengonsumsi makanan protein dengan kategori ?lebih? (50%), sumber karbohidrat dengan frekuensi ?sering sekali? >3x sehari (55,6%) dan sumber lemak dengan frekuensi ?sering? > 6x seminggu (48,1%).
Penulis menyarankan bagi orang tua menerapkan pola konsumsi yang sehat bagi anak autis seperti makan dengan beraneka ragam warna dan variasi makanan.
The prevalence of autism increased from year to year, but now it has never done research on the nutritional status in children with autism. The focus of this study is about Factors Associated with nutritional status at Children Autism in Three Autism house (Jakarta, Tanjung Priuk, Depok) and Growth Clinic Kreibel Depok.
The results of the study, 62 children with autism was found to be 43.5% overweight. Based on the results of statistical tests found a significant association between the sexes, the adequacy of energy consumption and the adequacy of fat consumption with the nutritional status of children with autism. Autism children who consume energy by category of "more" (> 100% RDA) 3.7x the risk of overweight and fat consumption adequacy repres protective factor overweight. But there is no significant relationship between age, abstinence, physical activity, adequate consumption of carbohydrates and protein, the frequency of food consumption of energy sources (carbohydrates, proteins, fats) with nutritional status in children with autism. But there is a tendency more overweight in children with autism who eat protein with the category of "more" (50%), carbohydrate source with a frequency of "very often"> 3x daily (55.6%) and fat sources with a frequency of "frequent" > 6x a week (48.1%).
The author suggests that parents implement a healthy consumption pattern for children with autism such as eating with a wide range of colors and variety of food.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Septiani
"Latar belakang: Salah satu permasalahan kesehatan anak di Indonesia adalah adanya gangguan status nutrisi yang mempengaruhi pertumbuhan berupa stunting. Prevalensi stunting tertinggi di Indonesia terdapat di provisi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada anak stunting terjadi perubahan suasana rongga mulut akibat defisiensi nutrisi dan infeksi berulang. Hal ini yang menyebabkan peningkatan bakteri oral seperti P. gingivalis dan naiknya biomarker inflamasi seperti CRP saliva. Tujuan: Membandingkan jumlah P. gingivalis dan CRP saliva pada anak stunting. Metode: Deteksi CRP dengan metode ELISA dan perhitungan jumlah P.gingivalis dengan RT-PCR. Analisis statistik dengan SPSS versi 25. Hasil: Analisis statistik SPSS Uji Independent T Test signifikansi (p<0.05) P=0.705 artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna jumlah bakteri antara kelompok dengan stunting dibandingkan kelompok normal dan P=0.787 artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna nilai CRP antara kelompok dengan stunting dibandingkan kelompok normal. Uji statistik Pearson signifikansi (p<0.05) P=0.563 berarti tidak terdapat korelasi yang bermakna antara jumlah bakteri dan nilai CRP pada kelompok stunting dan P=0.315 berarti tidak terdapat korelasi yang bermakna antara jumlah bakteri dan nilai CRP pada kelompok normal Kesimpulan: Porphyromonas gingivalis dan CRP dari saliva anak-anak usia 6-7 tahun tidak berhubungan dengan status stunting, dengan jumlah Porphyromonas gingivalis dan CRP yang tidak terdapat perbedaan pada kelompok anak normal dan stunting.

Background: One of the health problems of children in Indonesia is a nutritional status disorder that affects growth in the form of stunting. The highest prevalence of stunting in Indonesia is in the province of East Nusa Tenggara (NTT). In stunted children there is a change in the atmosphere of the oral cavity due to nutritional deficiencies and repeated infections. This causes an increase in oral bacteria such as P. gingivalis and an increase in inflammatory biomarkers such as CRP. Objective: to compare the amount of P. gingivalis and salivary CRP in stunted children. Methods: Detection of CRP by ELISA and counting the number of bacteria by RT-PCR. Statistical analysis with SPSS version 25. Results: SPSS statistical analysis Independent T Test Significance (p<0.05) P=0.705 meaning there was no significant difference in the number of bacteria between the stunting group compared to the normal group and P=0.787 meaning there was no significant difference in the CRP value between the groups with stunting compared to the normal group. Pearson's statistical test was significant (p<0.05) P=0.563 meaning there was no significant correlation between the number of bacteria and the CRP value in the stunting group and P=0.315 meaning there was no significant correlation between the number of bacteria and the CRP value in the group. normal Conclusion: Porphyromonas gingivalis and CRP from the saliva of children aged 6-7 years were not associated with stunting status, with the number of Porphyromonas gingivalis and CRP there was no difference between normal and stunted children."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vahira Waladhiyaputri
"Latar belakang: Dampak malnutrisi seperti stunting, wasting, dan underweight pada 1000 hari pertama kehidupan irreversible, namun dapat dicegah dengan makanan pendamping ASI yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ketercapaian minimum dietary diversity (MDD) dengan status gizi anak usia 6-23 bulan di Jakarta Timur pada pandemi COVID-19 tahun 2020. Metode: Studi cross-sectional ini menggunakan data sekunder penelitian di Jakarta Timur, dengan jumlah sampel 102 subjek berusia 6-23 bulan. Data terkait MDD diperoleh melalui food recall 24 jam yang kemudian dimasukkan ke dalam kuesioner MDD. Data terkait usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan ibu, dan pendapatan rumah tangga juga dianalisis dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan melalui uji chi square dan regresi logistik menggunakan aplikasi SPSS Statistics versi 25. Hasil: Mayoritas subjek penelitian berusia 12-17 bulan (39,2%) dengan proporsi yang sama antara laki-laki dan perempuan. Sebanyak 52% subjek mencapai MDD pada asupan hari sebelumnya. Stunting merupakan status gizi terbanyak (20,6%) dibandingkan dengan wasting (15,7%) dan underweight (12,7%). Tidak ditemukan hubungan signifikan antara ketercapaian MDD dan status gizi subjek, tetapi jenis kelamin dianggap berhubungan dengan stunting (p=0,003; 95% CI=1,81-19,03) dan underweight (p=0,012; 95% CI =1,54-36,73). Kesimpulan: Dalam menganalisis hubungan kualitas asupan dengan status gizi, aspek lain seperti jumlah asupan juga perlu diperhatikan.

the 1000 first days of life are irreversible, but could be prevented by giving high quality complementary feeding practice. This study aims to examine the relationship between achievement of minimum dietary diversity (MDD) with nutritional status among children aged 6-23 months in East Jakarta during the 2020 COVID-19 pandemic. Method: This cross-sectional study used secondary data from a research in Kampung Melayu Village, East Jakarta, with a total sampling of 102 subjects aged 6-23 months. Data related to MDD was obtained through a 24-hour food recall, which was then entered into the MDD achievement questionnaire. Data related to age, gender, mother's education level, and household income were also analyzed in this study. Data analysis was carried out through the chi square test and logistic regression using SPSS Statistics application version 25. Result: Majority of subjects in the study were 12-17 months (39.2%) and with an equal proportion between male and female. A total of 52% of subjects achieved MDD on the previous day's food intake. Stunting is the most prevalent nutritional status (20.6%) compared to wasting (15.7%) and underweight (12.7%). No significant relationship was found between the achievement of MDD and the nutritional status of the subjects, but gender was considered to be related to stunting (p=0.003; 95% CI=1.81-19.03) and underweight (p=0.012; 95% CI=1.54-36.73). Conclusion: In analyzing the relationship between the quality of intake and nutritional status, other aspects such as the amount of intake also need to be taken into account."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saint Diven
"Latar Belakang: Salah satu permasalahan kesehatan anak di Indonesia adalah adanya gangguan status nutrisi yang mempengaruhi pertumbuhan berupa stunting. Prevalensi stunting tertinggi di Indonesia terdapat di provisi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada berbagai penelitian terdahulu tentang kesehatan gigi mulut ditemukan adanya kecenderungan perburukan nilai OHI-S pada anak dengan status nutrisi buruk dan disertai adanya peningkatan populasi bakteri oral Veillonella spesies, yakni bakteri yang berperan penting dalam menjaga integritas komunitas multispesies pada dental biofilm di tahap early colonization sebelum terbentuk middle dan late colonizer. Akan tetapi, sampai saat ini belum diketahui hubungan antara populasi oral Veillonella spesies dengan status stunting. Tujuan: Menganalisis perbandingan distribusi oral Veillonella spesies pada dental biofilm anak usia 6-7 tahun pada kelompok HAZ stunting serta menganalisa korelasi jumlah bakteri oral Veillonella spesies dengan nilai OHI-S. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik laboratorik terhadap 40 sampel dental biofilm dari permukaan gigi M1 rahang bawah anak usia 6-7 tahun yang sebelumnya telah dikelompokkan berdasarkan status HAZ sesuai pengukuran standar WHO dan kategori OHI-S. Ekstraksi DNA dari dental biofilm sampel dilakukan dengan instaGene Matrix Kit. Hasil ekstraksi DNA kemudian dikuantifikasi menggunakan absolute quantification dengan mesin real-time PCR. Jumlah cycle dari tiap sampel dibandingkan dengan jumlah cycle pada kurva standar untuk mendapatkan jumlah bakteri secara spesifik. Hasil: Spesies Veillonella dispar ditemukan dominan di keseluruhan sampel. Jumlah spesies Veillonella denticariosi menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok HAZ normal dan stunting. Jumlah Veilonella denticariosi pada kelompok OHI-S sedang dan buruk menunjukkan korelasi dengan perbedaan bermakna. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara jumlah bakteri oral Veillonella spesies dari sampel dental biofilm gigi permanen anak usia 6-7 tahun dengan status stunting, kecuali Veillonella denticariosi. Selain itu, terdapat kecenderungan bahwa semakin buruk status OHI-S maka jumlah Veillonella denticariosi semakin menurun, sedangkan 6 oral Veillonella spesies lain tidak menunjukkan perbedaan jumlah pada kelompok OHI-S yang berbeda. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui peran Veillonella denticariosi terhadap kebersihan mulut dan status nutrisi anak usia 6-7 tahun

Background: One of the major Indonesian children’s health problems is nutritional disorders that affects child’s developmental process, called stunting. Highest stunting prevalence in Indonesia is in East Nusa Tenggara Province. In various previous studies, it was found that there was a tendency of worsening OHI-S values in children with poor nutritional status and accompanied by an increase in oral Veillonella species population, which are bacteria that play an important role in maintain the integrity of the multispecies community on dental biofilms in early colonization stage before forming middle and late colonizer. However, until now, there is no study regarding the direct relationship between stunting and oral Veillonella spesies. Objective: To analyze distribution of oral Veillonella spesies in dental biofilm from stunting children range from 6-7 years old and to analyze correlation between oral Veillonella spesies and oral hygiene. Methods: Dental biofilm samples collected from 40 Indonesian children’s first permanent molar were divided into 2 groups (normal and stunting) and 3 oral hygiene groups (good, moderate, and poor). Genomic DNA was extracted from each sample. For this, we used absolute quantification of real-time PCR method with species-specific primer sets of 7 oral Veillonella species to detect these species effectively. Results: Veillonella dispar was found as the predominant species among all oral Veillonella species in 40 samples. There are no significant associations between 7 oral Veillonella species with normal and stunting conditions except for Veillonella denticariosi (stunting < normal). Significant associations are also found in moderate and poor oral hygiene status of Veillonella denticariosi also good and moderate oral hygiene status of Veillonella dispar. Significant correlation between Veillonella denticariosi and oral hygiene status is also found. Conclusion: This study demonstrated that there is no relationship between number of oral Veillonella species with stunting condition, except Veillonella denticariosi. Besides that, there is a tendency that the worse the OHI-S status, the lower the number of Veillonella denticariosi, while the other 6 oral Veillonella species do not show a difference in numbers in different OHI-S groups. Further research is needed to determine the role of Veillonella denticariosi on oral hygiene and nutritional status of children aged 6-7 years."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>