Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179608 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qanita Fauzia
"Pandemi COVID-19 berdampak pada seluruh aktivitas kehidupan termasuk bidang pendidikan. Seluruh praktik di perguruan tinggi termasuk pembelajaran ditiadakan diganti dengan pembelajaran jarak jauh atau daring. Pegawai perguruan tinggi juga merasakan adanya peningkatan beban kerja dan perubahan kondisi kerja. Pandemi ini mengubah mekanisme kerja seperti implementasi kebijakan baru, aturan pembatasan kontak fisik yang kemudian memungkinkan adanya konflik antara pekerjaan dengan gaya
hidup yang dijalankan. Salah satu gaya hidup baru yang perlu diadopsi yaitu perilaku pencegahan COVID-19. Selama pandemi COVID-19, perguruan tinggi tetap memberlakukan work from office bagi pegawai sehingga risiko terjadinya penularan COVID-19 di lingkungan kerja tetap ada. Tentunya perilaku pencegahan COVID-19 menjadi aspek penting yang perlu menjadi perhatian karena merupakan cara terbaik berperang melawan COVID-19. Dalam teori health belief model disebutkan bahwa praktik perilaku kesehatan bergantung pada keyakinan yang dianut individu yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier, selfefficacy dan cues to action. Tujuan dari penelitian ini ialah menganalisis hubungan faktor perilaku pencegahan dengan perilaku personal higiene pegawai perguruan tinggi.
Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan penyebaran kuesioner pada 179 pegawai perguruan tinggi. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2022.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived barrier, self-efficacy, dan cues to action merupakan tiga komponen prediktor perilaku personal higiene pegawai. Beberapa rekomendasi dari hasil penelitian di antaranya menggencarkan sosialisasi kebijakan serta protokol kesehatan dengan konten yang dapat memotivasi self-efficacy serta menurunkan persepsi hambatan pegawai terhadap perilaku personal higiene positif, menyebarkan
infografis dan media promosi yang menarik, memastikan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung (fasilitas cuci tangan, hand sanitizer, masker, sarung tangan, cairan disinfektan maupun APD lainnya), serta menunjuk duta prokes di kalangan pegawai untuk kemudian memberlakukan mekanisme pemberian apresiasi bagi pegawai yang telah rajin mempraktikkan perilaku personal higiene positif

The COVID-19 pandemic impacts all life activities, including the education sector. All university practices have been removed and replaced with online learning. Academic staff feel an increase in workload and changes in working conditions. This pandemic has changed work mechanisms, such as implementing new policies and rules for limiting physical contact, allowing for conflicts between work and the lifestyle that is carried out.
One new lifestyle that needs to be adopted is COVID-19 prevention behavior. During the COVID-19 pandemic, universities continue to enforce work from the office for employees; hence the risk of COVID-19 transmission in the work environment remains.
Of course, COVID-19 prevention behavior is an important aspect that needs attention because it is the best way to fight against COVID-19. The health belief model theory stated that the practice of health behavior depends on the beliefs held by the individual, namely perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, perceived barrier,
self-efficacy, and cues to action. The purpose of this study was to analyze the relationship between preventive behavior factors and personal hygiene behavior of academic staff.
This study used a cross-sectional study design with questionnaires distributed to 179 academic staff. Data collection was carried out in April 2022. The study results show that perceived barriers, self-efficacy, and cues to action are significant and directly affected employee personal hygiene behavior. Some recommendations from the results include
intensifying the dissemination of health policies and protocols with content that can motivate self-efficacy and reduce employee perceptions of barriers, distributing interesting infographics and social media campaign, ensuring the availability of supporting facilities and infrastructure (hand washing facilities, hand sanitizers, masks, gloves, disinfectant liquid, and other PPE) as well as appointing health care ambassadors
among employees to then implement a mechanism for giving appreciation to employees who have been diligent in practicing positive personal hygiene behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsuni
"Perilaku kebersihan diri remaja di pesantren masih rendah sehingga berisiko mengalami berbagaimancam masalah kesehatan seperti penyakit kulit. Periode anak remaja adalah masa peralihan dari anak ke dewasa merupakan sasaran strategis peningkatan kesehatan. Remaja berada pada tahap senang belajar terutama mengenai hal yang baru operasional dan konkrit sehingga memerlukan metode pendidikan kesehatan yang mampu merefleksikan pengalaman interaktif dan nyata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi dengan photovoice terhadap perilaku kebersihan diri pada remaja 10-19 tahun. Metode yang digunakan kuasi eksperimen dengan kelompok perlakuan 38 remaja dan kelompok kontrol 40 remaja.
Dengan uji t, hasilnya menunjukkan ada peningkatan rerata nilai perilaku pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol dengan masing-masing nilai p sebesar 0,000 dan 0,009. Edukasi menggunakan media interaktif photovoice dapat meningkatkan kebersihan diri remaja secara signifikan. Disarankan agar tehnik ini dapat diterapkan dalam rangka pemberian asuhan keperawatan pada remaja yang mengalami kebersihan diri.

Self adolescent hygiene behavior in pesantren is still low so risky experience various health problems such as skin diseases. The period of adolescence is the transition from child to adult is a strategic goal of health improvement. Adolescents are in the exciting stage of learning, especially on new operational and concrete issues, requiring a health education method that is able to reflect interactive and tangible experiences.
This study aims to determine the effect of education with photovoice on personal hygiene behavior in adolescents 10 19 years. The method used was quasi experiments with a group of 38 adolescents and a control group of 40 adolescents.
With t test, the result showed that there was an increase of mean value of behavior in the higher treatment group compared with the control group with each p value of 0.000 and 0.009. Education using interactive photovoice media can significantly improve adolescent self hygiene. It is recommended that this technique can be applied in order to provide nursing care to adolescents who experience personal hygiene.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48442
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradhila Aushafiana Manaf
"ABSTRACT
Latar belakang. Keberadaan pasar tradisional yang merupakan tempat penjualan bahan pangan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan masyarakat. Keadaan pasar tradisional yang tidak memenuhi kaidah kesehatan dapat menjadi tempat penularan wabah penyakit diantaranya melalui makanan, air tercemar yang digunakan untuk mencuci makanan, praktik penyembelihan atau pemotongan hewan yang tidak semestinya, serta penyimpanan dan transportasi makanan yang buruk ke pasar. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh subjek yang melakukan aktivitas di lingkungan pasar tradisional Bantar Gebang. Sampel diambil dengan teknik quota sampling sehingga didapatkan besar sampel 150 orang dengan rincian: pedagang 70 orang, pengunjung 40 orang, dan petugas pasar 40 orang. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah, infrastruktur pasar, sanitasi pasar, Higiene dan sanitasi personal, suhu, dan kelembaban udara, pencahayan, kualitas air bersih, kepadatan lalat, frekuensi populasi berisiko berada di pasar, lama populasi berisiko berada di pasar dan keluhan atau gangguan kesehatan pada populasi berisiko. Pengumpulan data dengan pengisian kuesioner, observasi menggunakan checklist, dan pengukuran komponen lingkungan. Hasil. Penelitian menunjukan bahwa infrastruktur bangunan pasar Bantar Gebang masih kurang; sanitasi pasar Bantar Gebang masih kurang; higiene dan sanitasi personal di pasar Bantar Gebang masih kurang; serta suhu, kelembaban udara, dan suhu tidak memenuhi syarat. Untuk sumber air bersih didapatkan bahwa keempat jenis sumber air bersih tidak memenuhi standar jumlah coliform air bersih dan memenuhi standar parameter fisik seperti TDS, bau, dan rasa. Namun hanya 1 sumber yang memenuhi standar parameter kimia yaitu pH >6,5. Untuk kepadatan lalat didapatkan bahwa jumlah lalat banyak pada titik pedagang ayam, TPS, pedagang ikan, dan pedagang unggas hidup. Jumlah lalat yang cenderung sedikit berada pada titik pedagang daging, dan pedagang bahan pangan lain. Untuk karakteristik populasi berisiko didapatkan bahwa frekuensi tersering individu berada di pasar adalah setiap hari dengan rata-rata lama per harinya adalah 8,5 jam per hari. Rata-rata frekuensi dan lama pasar tersebut didominasi oleh kelompok pedagang dan petugas pasar. Untuk gangguan atau keluhan kesehatan yang paling banyak dialami oleh individu berisiko di pasar Bantar Gebang adalah flu, batuk, demam, dan gatal pada tangan. Kesimpulan. Keadaan pasar Bantar Gebang masih kurang dalam hal kesehatan terutama dalam hal bangunan pasar dan sanitasi pasar. Dengan demikian hal tersebut dapat menjadi faktor risiko penyakit di pasar.

ABSTRACT
Background. The existence of traditional markets which are places where food sales have a huge impact on public health. Conditions of traditional market that do not comply with these health norms can be a site of disease outbreaks through food, contaminated water used for food washing, inappropriate slaughtering or slaughtering practices, and poor food storage and transportation to markets. Method. This research is a descriptive explorative study. The population in this study is all subjects who perform activities in the Bantar Gebang Traditional Market. Samples were taken by quota sampling technique to get a sample of 150 people with details traders 70 people, 40 visitors, and 40 market officers. The variables studied in this study are market infrastructure market sanitation hygiene and personal sanitation temperature and humidity lighting water quality fly density frequency of population at risk being in the market, duration of populations at risk being in the market and health problems of population at risk. Data collection by questionnaire filling, observation using checklist, and measurement of environmental components. Result. The study showed that Bantar Gebang market building infrastructure is still lacki Bantar Gebang market sanitation is still lack hygiene and personal sanitation in Bantar Gebang market is still lack as well as temperature, humidity, and lighting are not eligible. For clean water sources it is found that the four types of clean water sources are not eligible the standard number of clean water coliform and eligible the standard physical parameters such as TDS, odor, and taste. However, only 1 source eligible the standard chemical parameters which is pH 6.5. For the density of flies it is found that the number of flies is many at the point of chicken traders, polling stations, fish traders, and live poultry traders. The number of flies that tend to be slightly at the point of meat traders, and other food traders. For the characteristics population at risk, it is found that the most frequent in the market is daily with average length per day is 8.5 hours per days. The average frequency and duration of the market is dominated by traders and market officers. For the most common health problems experienced by population at risk in the Bantar Gebang market are influenza, cough, fever, and itchy on the hands. Conclution. The condition of Bantar Gebang Traditional market is still less in terms of health, especially on market building and market sanitation. Thus it can be a risk factor for disease in the traditional market. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Fauziah
"Latar Belakang : Kabupaten Karawang adalah salah satu daerah dengan kawasan industri terbesar di Indonesia. Tingginya jumlah pekerja di industri tersebut membuat klaster industri menjadi penyumbang kasus Covid-19 di wilayah Kab.Karawang. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor individu, faktor specific health belief, dan faktor lingkungan dengan perilaku penerapan protokol kesehatan (3M) pencegahan Covid-19 pada pekerja industri manufaktur. Metode : Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Data dikumpulkan pada bulan Agustus – September 2022 melalui survei online secara non-probablity sampling dengan sampel 454 pekerja. Hasil : Sebagian besar responden pekerja industri manufaktur memiliki perilaku yang baik (50.2%) dalam perilaku penerapan protokol kesehatan (3M). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan perilaku penerapan protokol kesehatan (3M) pencegahan Covid-19 adalah pengetahuan (p value = 0.038, OR=1.66), dukungan keluarga (p value = 0.001, OR=2.23), & penerapan kebijakan pencegahan Covid-19 di tempat kerja (p value = 0.034, OR=1.66). Pekerja dengan dukungan keluarga yang rendah berpeluang 2.2 kali lebih tinggi memiliki perilaku penerapan protokol kesehatan (3M) yang kurang dibandingkan pekerja dengan dukungan keluarga inti yang tinggi setelah dikontrol variabel pengetahuan, penerapan kebijakan pencegahan Covid-19, sikap, persepsi kerentanan, persepsi manfaat, dukungan rekan kerja, & dukungan tenaga kesehatan. Kesimpulan : Untuk meningkatkan perilaku penerapan pencegahan Covid-19 pekerja tetap perlu diberikan edukasi yang rutin oleh tenaga kesehatan dengan melibatkan keluarga pekerja serta didukung dengan pengawasan dari penerapan kebijakan pencegahan Covid-19 dari manajemen perusahaan.

Background: Karawang Regency is one of the areas with the largest industrial estate in Indonesia. The high number of workers in the industry makes the industrial cluster a contributor to Covid-19 cases in the Karawang Regency area. Objective: This study aims to determine the relationship between individual factors, specific health belief factors, and environmental factors with the behavior of implementing health protocols (3M) to prevent Covid-19 in manufacturing industry workers. Methods: The study design used was cross sectional. Data were collected in August - September 2022 through an online survey by non-probability sampling with a sample of 454 workers. Results: Most respondents of manufacturing industry workers have good behavior (50.2%) in the behavior of implementing health protocols (3M). The results of multivariate analysis show that the variables that have a significant relationship with the behavior of implementing health protocols (3M) for Covid-19 prevention are knowledge (p value = 0.038, OR = 1.66), family support (p value = 0.001, OR = 2.23), & implementation of Covid-19 prevention policies in the workplace (p value = 0.034, OR = 1.66). Workers with low family support were 2.2 times more likely to have poor health protocol implementation behavior than workers with high nuclear family support after controlling for variables of knowledge, implementation of Covid-19 prevention policies, attitudes, perceived vulnerability, perceived benefits, coworker support, & health worker support. Conclusion: To improve the behavior of implementing Covid-19 prevention, workers still need to be given routine education by health workers by involving workers' families and supported by supervision of the implementation of the Covid-19 prevention policy from company management."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alviananda Zahra Amalia
"Pendahuluan: Media sosial merupakan hasil perkembangan dari teknologi informasi dan komunikasi. Media sosial menjadi media online favorit remaja. Media sosial memiliki berbagai macam jenis mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, dan sebagainya. Kelompok remaja merupakan kelompok yang paling banyak menggunakan internet pada tahun 2022 yaitu sebesar 75% dari total populasi kelompok usia 15-24 tahun di dunia. Menurut survei, remaja menggunakan media sosial dan internet untuk memperoleh informasi kesehatan. Namun, pemanfaatan media sosial juga memberikan dampak bagi remaja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media sosial bagi remaja dan dampaknya terhadap kesehatan. Metode: Penelitian ini menggunakan metode literature review pada database PubMed, Science Direct, Scopus, dan Garuda untuk artikel yang dipublikasi pada rentang tahun 2016-2023. Penelitian ini menghasilkan 24 studi terinklusi. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa media sosial dan internet memberikan manfaat untuk remaja yaitu memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada mereka untuk mendapatkan informasi kesehatan. Informasi kesehatan yang umumnya didapatkan oleh remaja adalah tentang gaya hidup, kesehatan mental, kesehatan seksual, dan masalah kehidupan sehari-hari. Remaja yang memanfaatkan media sosial tersebut mendapatkan dampak berupa dampak positif seperti peningkatan motivasi maupun dampak negatif seperti cyberbullying dan gangguan kesehatan mental.

Introduction: Social media is the result of the development of information and communication technology. Social media is the favourite online media for adolescents. Social media has various types, from Facebook, Instagram, Twitter, Etc. The adolescent group is the group that uses the internet the most in 2022, namely 75% of the total population in the world's 15-24 year age group. According to surveys, adolescents use social media and the internet to obtain health information. However, the use of social media also has an impact on adolescents. Therefore, this study aims to determine adolescents' use of social media and its impact on health. Methods: This study used the literature review method on the PubMed, Science Direct, Scopus, and Garuda databases for articles published in the 2016-2023 range. This research resulted in 24 included studies. Results: This study found that social media and the internet benefit adolescents, providing convenience and comfort in obtaining health information. Adolescents generally obtain health information about lifestyle, mental health, sexual health, and daily life problems. Adolescents who use social media get positive impacts, such as increased motivation and also negative impacts, such as cyberbullying and mental health disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikita Evelyna Subiyanto
"COVID-19 merupakan penyakit pernapasan yang mewabah di seluruh dunia setelah kasus pertama di Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok, ditemukan pada Desember 2019, dan memasuki Indonesia pada tahun 2020, yang mengakibatkan terjadinya masa pandemi. Pada masa pasca-pandemi tersebut, diduga terdapat hubungan antara determinan lingkungan hunian baik dari kondisi lingkungan dan kondisi status ekonomi memiliki hubungan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan COVID-19. Penelitian berikut menggunakan desain penelitian cross-sectional dan simple random sampling. Dari penelitian berikut, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan bermakna antara determinan lingkungan hunian terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku pencegahan COVID-19, dan dapat diketahui lingkungan hunian memiliki hubungan lebih kuat terhadap pengetahuan seseorang terhadap COVID-19.

COVID-19 is a respiratory illness that plagued the world after first case found on Wuhan, People’s Republic of China, in December 2019, and entered Indonesia on 2020 that caused pandemic era in Indonesia. On post-pandemic era, it is suspected there are relationship between household condition determinants from the environment and economic status to knowledge, perception and attitudes towards COVID-19. The research used cross-sectional study design and simple random sampling. From this research, it could be seen that there is a significant relationship between household condition and knowledge, perception and attitudes towards COVID-19. It is also known that household condition has stronger relationship with someone’s knowledge towards COVID-19."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander, Linda Lewis
Burlington, MA: Jones & Bartlett Learning, 2014
613.042 44 NEW
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Oktrina Gustanela
"Pada 11 Maret 2020 World Health Organization mengumumkan COVID-19 sebagai pandemi. Upaya pengendalian COVID-19 dapat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi agar mendapat perlindungan optimal. Pandemi tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga pada pelaku usaha mikro. Menurut skala usahanya penurunan penjualan pada usaha mikro sebesar 43,3%. Percepatan vaksinasi pada pelaku usaha bertujuan untuk percepatan pemulihan kesehatan dan ekonomi. Teori Health Belief Model (HBM) bertujuan mengajarkan informasi tentang risiko dan perilaku untuk meminimalkan risiko tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku vaksinasi COVID-19 pada pelaku usaha mikro di Kota Padang. Metode pada penelitian ini dengan desain Cross Sectional. Sasaran pada penelitian ini adalah pelaku usaha mikro di Kota Padang dengan sampel 190 responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dengan KoboToolbox secara daring dan luring. Hasil penelitian menunjukkan 56,8% melakukan vaksinasi COVID-19 dua dosis. Pengetahuan, persepsi manfaat, dan persepsi hambatan berhubungan dengan perilaku vaksinasi COVID-19. Persepsi manfaat merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku vaksinasi COVID-19. Berdasarkan teori HBM pengetahuan akan membawa perubahan, pengetahuan tentang COVID-19 dan vaksin COVID-19 akan menentukan tindakan terhadap pelaksaaan Vaksinasi COVID-19. Tingginya persepsi manfaat dibandingkan persepsi hambatan terhadap vaksinasi COVID-19 dapat memengaruhi seseorang untuk melakukan vaksinasi COVID-19.

On March 11, 2020, the World Health Organization declared COVID-19 as a pandemic. Efforts to control COVID-19 can be carried out by implementing health protocols and vaccinations to get optimal protection. The pandemic does not only have an impact on health, but also on micro-enterprises. According to the scale of business, the sales decline for micro businesses were 43.3%. Acceleration of vaccination for business actors aim to accelerate health and economic recovery. The Health Belief Model (HBM) theory aims to teach information about risks and behaviors to minimize these risks. This study aims to identify factors related to COVID-19 vaccination behavior in microenterprises in Padang City. The method in this research was a cross sectional design. The target of this research wàs micro business actors in Padang City with a sample of 190 respondents. Data was collected using a questionnaire with KoboToolbox online and offline. The results showed 56,8% took two doses of COVID-19 vaccination. Knowledge, perceived benefits, and perceived barriers are related to COVID-19 vaccination behavior. Perceived benefits is the most dominant factor related to the behavior of COVID-19 vaccination. Based on the HBM theory, knowledge will bring about change, knowledge of COVID-19 and the COVID-19 vaccine will determine the
actions that will be taken to carry out COVID-19 vaccinations. The high perceived benefits compared to perceived barriers toward COVID-19 vaccination can influence someone to get COVID-19 vaccination
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Ambar Kirana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh penggunaan media sosial ibu terhadap kesehatan balita yang diproksi kedalam 3 hal, yaitu: status kesehatan, status pemberian ASI Eksklusif, dan status pemberian imunisasi dasar lengkap. Potensi endogenitas dalam penggunaan media sosial diatasi dengan penggunaan variabel instrumen berupa keberadaan BTS Base Transceiver Station dan kekuatan sinyal. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas Tahun 2015 dan Pendataan Potensi Desa Podes Tahun 2014. Dengan menggunakan regresi biprobit bivariate pobit sebagai metode estimasi, hasil analisis menunjukkan bahwa keberadaan BTS dan sinyal terbukti valid sebagai instrumen untuk media sosial, sementara pengaruh media sosial terhadap kesehatan balita berbeda-beda. Penggunaan media sosial berpengaruh negatif terhadap status kesehatan balita selama seminggu terakhir. Sementara jika pada status eksklusifitas pemberian ASI balita tidak dipengaruhi oleh penggunaan media sosial oleh Ibu, pengaruh positif penggunaan media sosial justru berpengaruh pada status kelengkapan imunisasai dasar balita di Indonesia.

This study aims to explore the effect of mother 39 s social media usage on child health indicators. These indicators are health status, exclusive breastfeeding status, and complete basic immunization status. To account the potential endogenity in social media usage. I used the presence of BTS Base Transceiver Station and signal strength as the instrumental variables. The data used in this study are derived from the National Socioeconomic Survey Susenas of 2015 and Village Potential Data Collection Podes of 2014. Using the biprobit regression bivariate pobit as the estimation method, the analysis results show that the presence of BTS and the proven signals are valid instrument for social media, while the influence of social media on the three children health are various. The use of social media negatively affects the health status of children under five during the past week. Meanwhile, the status of exclusivity of breastfeeding infants is not influenced by the use of social media by Mother. Finnaly, the positive effect of social media found on the status of completeness of basic toddler immunization in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldilla Audy Shabrina
"ABSTRAK
Tren kecantikan Korea mulai mendapatkan perhatian dari negara-negara internasional sebagai akibat dari fenomena gelombang Korea, atau yang dikenal dengan hallyu, yang telah melebarkan sayapnya ke penjuru dunia. Konsep kecantikan Korea sangat erat kaitannya dengan kulit putih, yang mana berarti konsep kecantikan tersebut tidak inklusif. Meskipun begitu, tren kecantikan Korea ini tidak hanya menarik perhatian orang-orang Asia atau Barat yang pada dasarnya berkulit putih, tetapi juga berhasil menarik perhatian orang-orang kulit hitam. Meskipun warna kulit hitam orang-orang ini tidak sesuai dengan konsep kecantikan Korea, mereka tetap menunjukkan ketertarikannya pada tren kecantikan Korea. Dua dari orang-orang kulit hitam yang kerap mengikuti tren kecantikan Korea ini adalah influencer perempuan kulit hitam di YouTube, yaitu Darcei Amanda dan Kennie JD. Konten mereka terhadap tren kecantikan Korea telah memberikan pengaruh kepada industri kecantikan Korea, sehingga industry kecantikan Korea perlahan menjadi lebih inklusif dalam melayani pelanggan mereka yang berkulit hitam. Oleh karena itu, karya ilmiah ini disusun untuk melakukan observasi mengenai bagaimana dua vlogger ini menggunakan platform mereka dalam memberi pengaruh terhadap fenomena kecantikan Korea. Penelitian ini mengungkapkan bahwa peran influencer perempuan kulit hitam di YouTube memberikan pengaruh dalam mengubah konsep kecantikan Korea.

ABSTRACT
The trend of Korean beauty has started to gain attention from international countries as the phenomenon of Korean wave a.k.a. hallyu has spread globally. The concept of Korean beauty itself is known to be highly associated with having fair skin, which is not inclusive. However, it is surprising that Korean beauty does not only attract Asians or Western people with fair skin, but also some black women become Korean beauty enthusiasts. Although their dark skin colour does not fit the concept of K-beauty, they devotedly follow the trend. Two of them are YouTube black female influencers, Darcei Amanda and Kennie JD, who like to create contents related to Korean beauty. Their contents on Korean beauty has influenced Korean beauty industry to become more inclusive and to cater for dark-skinned women. Hence, this paper aims at exploring how these female vloggers use their platform to give impact on the phenomenon of Korean beauty. The research findings revealed that the role of these black beauty influencers on YouTube gives influence on changing the concept of Korean beauty.

"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>