Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105049 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alwi Alatas
Jakarta: Idea Publishing, 2021
297.57 ALW k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Budiastuti
"Tesis ini membahas tentang jilbab dalam perspektif sosiologi, yang menekankan pada penelitian tentang makna jilbab di lingkungan fakultas hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Melalui pendekatan kualitatif yang digunakan, terutama melalui teknik observasi dan wawancara, tesis ini ditujukan untuk menggali alasan, motif ataupun hal-hal yang dapat melatarbelakangi seseorang untuk berjilbab. Berjilbab bagi beberapa mahasiswi maupun dosen dan karyawati berada dalam sebuah proses dan melalui perjalanan waktu, yang juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang membentuknya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, studi ini menunjukkan bahwa makna jilbab di lingkungan fakultas hukum UMJ, merupakan bagian dari cara berpakaian yang bernuansa agama, yang direalisasikan dalam beragam bentuk dan model ataupun cara berjilbab. Dalam hal ini, jilbab melekatkan fungsi pakaian, yaitu sebagai penutup dan pelindung tubuh, serta memiliki fungsi untuk mempercantik diri dan simbol identitas muslim.
Dihadapkan pada kenyataan ini, maka jilbab di fakultas hukum UMJ, meski berada pada refleksi bertemunya beragam nilai, yaitu antara nilai kebaikan (moralitas dan identitas), kebenaran (norma dan praktek agama) dan kebagusan (estetika dan mode), namun nilai kebagusanlah yang lebih menonjol di antara nilai-nilai lainnya.
Dengan demikian, di kalangan mahasiswi, dosen maupun karyawati fakultas hukum UMJ, meski jilbab sebagai bentuk tindakan sosial dan juga telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, namun pemaknaannya terkait pada terjadinya kontrol sosial dalam sebuah komunitas. Berjilbab juga merupakan refleksi dari berjalannya fungsi solidaritas sosial. Hal ini sejalan dengan keberadaan jilbab yang bernilai netral sebagai benda dan bagian dari cara mengkomunikasikan pakaian perempuan muslim.

This thesis discusses the veil in the perspective of sociology, which emphasizes the study of the meaning of hijab in the law faculty of University of Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Through a qualitative approach is used, primarily through observation and interview techniques, this thesis aimed to explore the reasons, motives or the things a person can be behind the veil. Veiled for some students, faculty and employee are in a process and through the passage of time, which is also influenced by the social environment that shape it.
Based on research conducted, this study suggests that the meaning of veil in UMJ law school environment, is part of the way of religious dress, which is realized in various forms and models or veiled way. In this case, the embedding function hijab clothing, namely as a cover and body armor, and has a function to beautify themselves and a symbol of Muslim identity.
Faced with this reality, then the veil in UMJ law school, despite being the reflection of the convergence of diverse values, namely between the values of goodness (morality and identity), truth (religious norms and practices) and fineness (aesthetics and fashion), but the more fineness prominent among other values.
Thus, among students, faculty and employee UMJ law school, although the hijab as a form of social action and have also become part of everyday life, but its meaning related to the occurrence of social control in a community. Veiling is also a reflection of the functioning of social solidarity. This is consistent with the existence of a value-neutral veil as part of the body and communicating the way muslim women dress.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31899
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cherin Vadila Yuniartha
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah religiusitas, need for uniqueness, self-concept, brand image, word of mouth dan perceived quality merupakan faktor-faktor yang secara signifikan dan positif memengaruhi clothing interest terhadap pakaian muslimah syari, pengaruh dan arah hubungan dari clothing interest terhadap purchase intention pada pakaian muslimah syari, dan menentukan efek moderating dari price consciousness terhadap hubungan antara clothing interest dengan purchase intention terhadap pakaian muslimah syari. Data diperoleh dari kuesioner daring yang terdiri dari 324 responden wanita beragama Islam yang merupakan WNI berusia 17 tahun keatas. Analisis data dilakukan menggunakan SPSS 22 dalam uji validitas dan reliabilitas data, dan LISREL 8.5.1 dalam analisis model pengukuran dan model struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas dan perceived quality memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap clothing interest pakaian muslimah syari, self-concept dan brand image berpengaruh negatif dan signifikan terhadap clothing interest pakaian muslimah syari, clothing interest berpengaruh positif dan signifikan terhadap purchase intention pakaian muslimah syari, dan price consciousness memiliki efek moderating yang positif dan signifikan terhadap dari clothing interest terhadap purchase intention pakaian muslimah syari.

ABSTRACT
The purpose of this study is to determine whether religiosity, need for uniqueness, self-concept, brand image, word of mouth and perceived quality are determinants of clothing interest towards sharia moslema clothing positively and significantly. Therefore, this study will examine whether clothing interest has a positive and significant impact towards purchase intention of sharia moslema clothing, and whether price consciousness has a significant and positive moderating effect between clothing interest and purchase intention of sharia moslema clothing. Data obtained using online questionnaire with total data of 324 respondents which are Islamic women who are residents of Indonesia aged at least 17 years old. Data analysis is conducted using SPSS 22 for data analysis and LISREL 8.5.1 for measurement and structural model analysis. The results indicate that religiosity and perceived quality have a positive and significant impact towards clothing interest of sharia moslema clothing, self-concept and brand image have a negative and significant impact towards clothing interest of sharia moslema clothing and clothing interest has a positive and significant impact towards purchase intention of sharia moslema clothing. Finally, price consciousness has a positive and significant moderating effect between clothing interest and purchase intention of sharia moslema clothing."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Iqbal
"Ada berbagai macam dan bentuk dalam praktek menggunakan jilbab dikalangan perempuan muslim di Indonesia. Keragaman bentukpraktek berjilbab dilatarbelakangi bagaimana konstruksi akan pemaknaan praktek berjilbab terbentu. Berbagai hal mempengaruhi proses konstruksi akan pemaknaan terhadap jilbab terbentuk. Melalui analisa konstruksi sosial, penelitian ini melihat bagaimana konstruksi makna parktek berjilbab berproses didalam diri perempuan berjilbab. Berbagai makna yang terbentuk itu sebagai respon terhadap apa yang ada dilingkungan sosial perempuan berjilbab. Selain itu, jilbab juga hadir sebagai simbol puritan religiusitas, ekonomi, eksistensi diridan simbol daya tarik perempuan dalam konteks Indonesia yang populasi terbesar warga negaranya adalah umat Islam.

There are various kinds and forms in the practice of wearing veil among Muslim women in Indonesia. These diversity is a construction of meaning of those various kinds of veil wearing. There are a lot of things that influence the construction of meaning. Through the social construction analysis, this research see how the process of meaning is formed within muslim women. Those meanings are formed as a response to social environment in which they are apart of. Moreover, veil is also seen as a symbol of religious-purity, economy, self-existance, and an attractive symbol of muslim women in Indonesia, where most of the population are muslims."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juneman Abraham
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 2010
297.261 JUN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ramzy Damasetio
"ABSTRAK
Industri apparel olahraga merupakan industri yang memproduksi outfit untuk kebutuhan olahraga. Di Malang kini tengah berkembangdan masih eksis hingga saat ini di tengah gempuran dari apparel asing yang lebih ternama. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas mengenai pola distribusi dari apparel lokal Malang. Pola distribusi akan dilihat dari masing-masing karakteristik lokasi tiap simpul serta dikaitkan dengan perbedaan harga serta jangkauan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa, industri rumah tangga mempunyai tempat yang terbatas dan aksesibilitas yang kurang baik sehingga menempatkan produknya di toko display tersendiri. Sementara itu industri skala sedang mempunyai tempat cukup luas dan strategis untuk menarik pelanggan. Distribusi apparel paling banyak ke dalam kota. Industri skala rumah tangga memiliki jangkauan yang lebih jauh dari industri skala sedang. Tim olahraga yang berada di luar daerah lebih banyak memakai produk dari industri apparel olahraga berskala rumah tangga dikarenakan harga jualnya yang jauh lebih murah. Sedangkan, industri skala sedang jumlah pemesan yang berasal dari dalam kota lebih banyak.

ABSTRACT
Sport apparel industry is an industry that products for sport needs. In Malang is currently developing it and still exists until now in the middle more popular foreign apparel attack. Therefore, this research is discussing about distribution channel system of local apparel in Malang. Distribution system is seen from each local characteristic associated with each node as well as price differences and distances between vertices. The research result revealed that home industry has limited space and poor accessibility. So, they display their products by themselves. Meanwhile, secondary industry has broad space and strategic to attract the customers. Home industry has longer range than secondary industry. Other sport teams wear more home industry apparel because the selling price is cheaper. While secondary industry has more orders from within the city."
2016
S65152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Indracahya
"Artikel ini menjelaskan tentang pakaian tradisional di Tunisia. Pakaian tradisional di Tunisia ternyata mengalami asimilasi dengan budaya luar yang pernah datang sebelum mereka berdaulat. Dalam sejarahnya, Tunisia pernah dikuasai oleh kekaisaran Romawi Byzantium, Dinasti Umayyah dan Abbasiyyah, bangsa Turki melalui Dinasi Utsmani, hingga Perancis yang memiliki budaya yang berbeda-beda. Artikel ini menggunakan metode kajian pustaka dan analisis data untuk mengungkap asimilasi budaya dalam pakaian tradisional Tunisia, serta kerangka teori yang digunakan pada penulisan ini adalah teori kebudayaan oleh Koentjaraningrat. Proses asimilasi budaya yang terjadi, dapat dilihat dari keberagaman pakaian adat yang biasa digunakan masyarakat modern Tunisia sekarang ini.

This article explains the traditional clothes from Tunisia. These traditional clothes are the results from assimilation processes with other cultures which had ever come into Tunisia before it was independent. Looking from its history, Tunisia had been ruled by various conquerors, such as Byzantine Empire, Umayyah and Abasiyyah empire, Utsmani Empire which, and finally French colonialism. This article uses literature review and data analysis to discover cultural assimilation in Tunisian traditional clothes. This article also uses Koentjaraningrat’s theory of culture. The process of cultural assimilation can be revealed through the variety of Tunisian traditional clothed which are usually worn by modern Tunisian societies. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini
"ABSTRAK
Jilbab kini dianggap sebagai pakaian "normal" bagi perempuan Muslim di Indonesia. Pandangan bahwa berjilbab merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh perempuan muslim menguat. Dalam situasi normalisasi jilbab tersebut, pilihan perempuan untuk memiliki otonomi dalam mengatur tubuhnya menjadi pertanyaan. Perempuan berjilbab yang kemudian melepas jilbab sebagai keinginan sendiri menghadapi situasi yang menekan otonomi atas tubuhnya. Penelitian ini menekankan pengalaman perempuan yang melepas jilbab membangun otonomi atas tubuhnya dalam situasi normalisasi jilbab. Studi ini bertujuan menelusuri proses normalisasi, pemaknaan jilbab dan otonomi atas tubuh, dan strategi perempuan yang melepas jilbab mempertahankan otonomi atas tubuhnya dalam relasi dengan berbagai pihak di sekitarnya. Studi kualitatif ini dilakukan dengan pendekatan feminis dan metode pengambilan data melalui wawancara mendalam dan penelusuran sejarah hidup lima perempuan yang melepas jilbab. Teori pendisiplinan gender oleh Sandra Lee Bartky, teori otonomi relasional Mackenzie dan Stoljar, dan teori imanensi oleh Simone de Beauvoir dipilih untuk menganalisis data hasil temuan. Hasil penelitian menunjukkan normalisasi jilbab mengatur tubuh perempuan melalui pendisiplinan tubuh feminin. Pendisiplinan tersebut berlaku lewat dua karakter yaitu subjek pendisiplinan dan internalisasi standar feminitas. Pendisiplinan tubuh feminin mengatur perilaku yaitu sesuai normativitas gender dan pelaksanaan kegiatan beribadah, dan penampilan perempuan lewat ornamen jilbab. Penelitian ini juga menemukan perempuan yang melepas jilbab membangun otonomi tubuhnya dan mengalami kontestasi pemaknaan jilbab. Dari pemaknaan jilbab tersebut, ditemukan ada dimensi baru dalam jilbab yaitu otonomi. Temuan lainnya yaitu relasi sosial dapat menguatkan atau menghambat kapasitas otonomi perempuan melepas jilbab. Selain itu, perempuan melepas jilbab berkompromi dengan situasi mereka untuk mempertahankan otonomi atas tubuhnya. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan perempuan melepas jilbab tidak sepenuhnya otonom mengatur tubuhnya karena mereka menghadapi imanensi yang terus mendesak normativitas perempuan berjilbab. Rekomendasi dari penelitian ini dapat berkontribusi bahwa otonomi atas tubuh perempuan perlu dipertimbangkan dalam pembuatan peraturan terkait berbusana.

ABSTRACT
Jilbab or veil is now considered as "normal" dress in Indonesia nowadays that strengthens the views veiling as an obligation for Moslem women. In the veil normalisation, women's choice to have autonomy in controling their bodies is in question. The veiled women who then removes the veil as her own choice to face situation that opresses autonomy over her body. This research emphasizes the experience of former veiled women develop autonomy over their bodies in the veil normalisation. This study aims to explore the process of normalisation, the meaning of the veil and autonomy over the body, and the strategy of former veiled women to defend autonomy over their bodies to their social relation. This qualitative study was conducted using a feminist approach and data collection methods through in-deept interviews and tracing her life story of five former veiled women. The theory of gender discipline by Sandra Lee Bartky, theory of relational autonomy by Mackenzie and Stoljar, and the theory of immanence by Simone de Beauvoir were chosen to analyze the findings data. The research found the veil normalisation controls the female body through disciplining the feminine body, that act with two characters namely the subject of discipline and internalisation of femininity standards. Discipline of the feminine body controls behavior that is in line with gender normativity and the practice of worship activities, and the women's appearance with veil ornaments. The study also found that former veiled women developed their autonomy and experienced reconceptualize the meaning of the veil. There was found a new dimension in the meaning of the veil, namely autonomy. Another finding is that social relations can strengthen or weaken women's autonomy capacity to defend their decision to remove the veil. In addition, former veiled women compromise with their situation to defend autonomy over their bodies. The conclusion from this research shows that former veiled women are not fully autonomous in controling their own bodies, because they have to deal with immanence that continues to insist on the normativity of veiled women. Recommendations from this study can contribute that autonomy over women's bodies needs to be considered in decicion making of regulation related to dress code."
2020
T55326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Trismaya
"Disertasi ini mendiskusikan gejala sosial kembalinya kebaya sebagai busana nasional setelah mengalami masa ‘kehilangan’ seusai reformasi tahun 1998 akibat terjadinya perubahan struktur sosial politik bersamaan dengan keruntuhan Orde Baru. Struktur sosial politik berperan penting dalam perjalanan eksistensi kebaya sehingga ketika negara tidak hadir dalam pemosisian kebaya, maka para aktor yang berasal dari masyarakat mengambil alih peran ini. Salah satu aktor-aktor ini adalah perancang mode yang merancang kebaya berdasarkan selera pasar dan cenderung tidak mematuhi pakem. Di tengah kondisi ini, muncul para perempuan yang mendirikan komunitas kebaya dengan visi mengembalikan kebaya sebagai busana nasional dan mengenalkannya kembali ke masyarakat.  Penelitian ini dilakukan di Jakarta dan sekitarnya. Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan kajian pustaka. Penelitian ini menunjukkan bahwa kembalinya kebaya dalam masyarakat modern saat ini dilatarbelakangi perubahan sosial politik pasca reformasi di Indonesia dan peran para aktor yang mengubah bentuk dan fungsi kebaya. Aksi para perempuan dalam proses retradisionalisasi kebaya mengatasnamakan nasionalisme namun tidak semua memiliki visi yang sama karena kebaya juga menjadi media mengekspresikan diri para perempuan dari komunitas kebaya.  

This dissertation is discussing about social symptoms of the reappearance of kebaya as national dress, temporarily ‘disappeared’ after reformation era in 1998, due to social and politic structural changes, along with the collapse of the New Order era. The social and political structures play an important role in the journey of kebaya existence, when there is non-existence of government’s presence in positioning of kebaya, all artists that came from society, take over this role. These artists are fashion designers, they design kebaya based on market taste and they tend not to comply with the standard. In this condition, a group of women established a kebaya community with the vision to restore kebaya as a national dress and re-introduce it to the society.  This research is conducted in Jakarta and surrounding sites. The data is collected based on participated observation method, and literature review. This research shows that the re-appearance of kebaya in modern society this time is motivated by social and political changes post reformation in Indonesia, and the roles of the artists that transform the shape and function of kebaya. The action of women in the process of kebaya retraditionalization on behalf of nationalism, but not all of them have a same vision, because kebaya is also becomes a media to self expression to those women from kebaya community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Khairunnisa S.
"Berbagai alasan mengapa wanita di Indonesia menggunakan hijab saat ini, membuat
Penggunaan hijab sendiri memiliki berbagai makna dibalik penggunaan hijab. Sebagian wanita muslimah di Indonesia yang memakai jilbab mengartikan hijab itu bagian dari syariah, ketakwaan, identitas, penanda bagian, perlawanan, fashion, mengikuti modernitas, dan melindungi diri dari laki-laki. Proses berjilbab bagi wanita muslimah bukanlah tujuan, tetapi masih sebuah proses. Proses-proses ini ditinjau sehingga menimbulkan kebingungan dalam menafsirkan memakai hijab kembali. Hal ini menimbulkan fenomena baru yaitu trend melepas jilbab. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mencari tahu mengapa melepas jilbab bisa dibentuk dan bagaimana wanita muslimah yang telah melepas hijab dalam memaknai hijab, serta bagaimana membentuk identitas identitas baru Wanita muslimah yang melepas jilbabnya. Penelitian ini menggunakan metode etnografi yang dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
(FISIP UI) sebagai salah satu fakultas yang dikenal sebagai fakultas sekuler dengan dinamika yang sangat tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambar Wanita muslimah yang telah melepas jilbabnya, bagi para informan difokuskan pada pada perilaku lahiriah dan pemeliharaan aturan berpakaian tertentu, bukan pada makna praktik berkerudung. Karena itu, menjauhkan diri dari model ketakwaan seseorang wanita muslimah. Penelitian ini kemudian menemukan bahwa melepas jilbab menanamkan hubungan baru dengan tubuhnya, terkait dengan bagian-bagian tubuhnya yang terlihat dengan dengan cara baru, membentuk kembali kepekaannya terhadap pandangan dunia luar di beberapa bagian tubuh yang sampai saat itu tetap tertutup, sebagai bagian dari 'privasi' pribadinya.

The use of hijab itself has various meanings behind the use of hijab. Some Muslim women in Indonesia who wear the hijab interpret the hijab as part of sharia, piety, identity, part marker, resistance, fashion, following modernity, and protecting themselves from men. The process of veiling for Muslim women is not a goal, but still a process. These processes are reviewed so that it creates confusion in interpreting wearing the hijab again. This gives rise to a new phenomenon, namely the trend of removing the hijab. The purpose of this study is to examine and find out why removing the hijab can be formed and how Muslim women who have removed their hijab interpret the hijab, as well as how to form a new identity for Muslim women who take off their headscarves. This study uses an ethnographic method conducted at the Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia
(FISIP UI) as one of the faculties known as a secular faculty with very high dynamics. The results of this study indicate that the image of Muslim women who have removed their headscarves, for the informants, is focused on outward behavior and the maintenance of certain dress codes, not on the meaning of veiling practices. Therefore, stay away from the model of piety of a Muslim woman. This research then found that removing the hijab instilled a new relationship with her body, related to the parts of her body that were seen in new ways, reshaping her sensitivity to the view of the outside world in some parts of the body that until then had remained closed, as part of 'privacy'. personal.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>