Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27616 dokumen yang sesuai dengan query
cover
George Anthony Raditya
"Meningkatnya daya saing dan peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi salah satu kunci pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, kekurangannya adalah banyak UMKM yang kesulitan mengelola usahanya dengan baik untuk berubah menjadi perusahaan besar. PT NEURO MEDIKA SEJAHTERA (NMS) adalah distributor alat kesehatan yang berbasis di Jakarta yang dikategorikan sebagai UMKM. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membantu mengembangkan kegiatan promosi dalam skala UMKM. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan business coaching. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan pemilik perusahaan. Kemudian, kuesioner survei juga dilakukan untuk mendukung validitas dan reliabilitas data. Analisis dan hasil menunjukkan bahwa PT NMS berjuang untuk mengelola kegiatan promosi di tengah pasar monopoli, yang menyebabkan penurunan penjualan. Oleh karena itu, dilakukan bauran promosi yang mendasar untuk mengimplementasikan solusi, yaitu: perbaikan profil perusahaan sebagai media periklanan, penyusunan SOP personal selling, pengembangan website sebagai media kehumasan, dan pembuatan strategi promosi penjualan.

The increasing competitiveness and role of micro, small and medium enterprises (MSMEs) is one of the keys to sustainable economic growth. However, the downside is that many MSMEs struggles to manage the business well to transform into a big enterprise. PT NEURO MEDIKA SEJAHTERA (NMS) is a medical equipment distributor based in Jakarta that is categorized as MSME. This research aims to analyzed and help to develop promotion activities in the scale of MSME. The research is using qualitative methods with business coaching approach. The data collected by having an in-depth interview with the owner of the company. Then, survey questionnaires were also conducted to support the validity and reliability of the data. The analysis and results show that PT NMS struggles to manage promotion activities amid monopolistic markets, leading to deterioration sales. Therefore, a fundamental promotion mix was carried out to implement solutions, namely: improvement on the company profile as advertising media, formulating SOP for personal selling, developing a website as public relations media, and creating sales promotion strategies."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norman Parasian
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dari jenis promosi harga dan anticipated regret pada keinginan pembelian dari konsumen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen 2x2 faktorial. Hasil pertama dari penelitian ini menunjukkan bahwa jenis promosi harga mampu mempengaruhi keinginan pembelian. Kedua, anticipated regret tidak mampu mempengaruhi keinginan pembelian. Hal ini diindikasikan karena konsumen semakin bijaksana dan menahan diri. Terakhir penelitian ini menunjukkan bahwa antara jenis promosi harga dan anticipated regret tidak terdapat pengaruh interaksi kepada keinginan pembelian dari konsumen.

This study aimed to determine the role of price promotion and anticipated regret to consumer purchase intention. A 2x2 factorial experimental method and quantitative approach was conducted in this study. Results indicated that price promotion affect purchase intention. Secondly, it showed that anticipated regret is not affect purchase intention. This behaviour showed that actually consumers are becoming wiser and more restrained. Finally, this study shows that there is no interaction effect on customer between the types purchase intentions caused by type of price promotion and anticipated regret."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Quelch, John A.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1989
658.82 QUE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aulia Maharlika
"Kebutuhan akan perumahan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Angka pertumbuhan penduduk yang kian meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan perumahan. Oeh karena itu pemerintah berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan perumahan rakyat, baik melalui lembaga/instansi pemerintah maupun mengajak pihak swasta untuk berpartisipasi membangun perumahan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing golongan masyarakat. Peluang ini dijadikan para pengusaha sebagai tambang emas Baru di sektor Mereka berusaha mencari lahan yang tidak begitu jauh dari Jakarta untuk dikembangkan menjadi perumahan bahkan kota satelit. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut ternyata tidak mudah, apalagi sejak krisis ekonomi yang melanda di tahun 1997. Banyak pengembang yang gulung tikar dikarenakan tidak mampu melunasi hutangnya ke lembaga-lembaga perbankan.
Tersendatnya kredit untuk konstruksi yang dikeluarkan oleh perbankan dan tingginya suku bunga pinjaman Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah sebagian contoh yang turut mempercepat kejatuhan sektor properti termasuk pengembang perumahan dengan segmen golongan menengah keatas. Hal ini diperburuk dengan naiknya harga minyak dunia yang menjadikan bahan dasar yang digunakan oleh pengembang perumahan tidak terbeli. Kondisi ini memaksa pengembang untuk mencari strategi pemasaran yang tepat untuk menyiasati situasi yang tidak pasti. Salah satu pengembang yang sekarang mulai berusaha lagi untuk bangkit dan menghidupkan perumahan yang mati akibat krisis ekonomi adalah PT Duta Realtindo Jaya dengan proyek perumahan Kedaton di wilayah Pasar Kemis, Cikupa Tangerang.
Ketika pertama kali diluncurkan pada tahun 1994, perumahan KEDATON merupakan proyek perumahan yang memiliki total lahan seluas 200ha, yang terdiri dari 80ha lapangan golf yang dikelilingi oleh danau alami dan 120ha lahan siap huni. Produk yang dijual berupa lahan kosong atau kavling siap bangun, dengan luasan yang berkisar antara 300 sampai dengan 3000m2, Kedua hal tersebut kemudian membuat Kedaton sebagai sebuah proyek hunian dengan target market kelas menengah keatas. Ditambah lagi dengan lokasi yang cukup strategis karena memiliki akses tol Pasar Kemis, makin memperkuat positioning tersebut.
Selain semua "comparative advantages" yang telah disebutkan diatas, pemasaran Kedaton tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kavling-kavling yang sudah terjual pun dibiarkan begitu saja oleh pembelinya sehingga komunitas yang diharapkan tidak terjadi. Meskipun lapangan golf tetap berjalan seperti biasa, tidak membuat pembeli tergerak untuk membangun. Hal ini membuat suasana di area perumahan tersebut menjadi sangat sepi dan lahan-lahan juga terlihat tidak terawat. Kondisi ini diperburuk dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997. Penjualan yang lamban disertai dengan bunga bank yang sangat tinggi, membuat pengembang PT. Duta Realtindo Jaya (PT. DRJ) mengalami kredit macet sehingga perusahaan harus diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Pada tahun 2000, PT. DRJ dibeli oleh group Pikko dari BPPN. Mereka tidak melakukan pembangunan apa-apa di perumahan Kedaton sehingga pada akhirnya PT. DRJ diambil alih oleh group Equator pada akhir tahun 2004. Manajemen PT. DRJ yang baru berniat untuk mengembangkan kembali proyek perumahan Kedaton yang sudah lama terbengkalai. Mereka lalu membentuk tim yang terdiri dari pihak pengembang sendiri dan berbagai konsultan di bidang arsitek, lansekap, dan pemasaran untuk menciptakan konsep yang benar-benar berbeda dari yang sudah ada. Pada awal bulan Mei 2005, produk perdana "The View" diluncurkan. Nama Kedaton pun berganti dengan nama "The Grand Kedaton". Konsep yang ditawarkan adalah ?townhouse? yang dijual dengan harga berkisar antara 450 - 600 juta dengan luas tanah 120m2 dan luas bangunan 180m2. Namun sayangnya produk ini gagal di pasaran.
Berbagai spekulasi tentang alasan di balik kegagalan ini pun timbul. Dari sekian banyaknya opini pengamat, terdapat satu anggapan yang berulang kali muncul. Tipe rumah yang paling banyak terjual adalah tipe rumah kecil dengan luas bangunan 36 - 96m2 yang dijual dengan harga 100 - 200 juta. Hal ini disebabkan market terbesar saat ini adalah pasangan muda atau keluarga kecil yang masih mencari rumah pertama mereka. Beberapa cluster dengan tipe rumah kecil dapat menghidupkan komplek perumahan tersebut. Inilah yang sebenarnya dianggap dibutuhkan oleh pengembang untuk menghidupkan kembali Kedaton yang sudah tertidur lama.
Berbekal masukan tersebut, pengembang kemudian meluncurkan beberapa tipe rumah seperti yang telah disebutkan diatas. Cluster ini dinamakan "The Terrace", namun kali ini nama "The Grand Kedaton" berubah menjadi "Golf City" dengan tujuan untuk menghilangkan citra Kedaton yang sudah melekat di benak masyarakat. Harga yang ditawarkan pun dinilai bisa bersaing dengan kompetitor. Penjualan memang sedikit lebih baik dibandingkan dengan "The View", akan tetapi tidak bisa juga dibilang sukses dengan tidak signifikannya jumlah penjualan. Dengan demikian, anggapan yang muncul sebelumnya tidak bisa dikatakan efektif.
Kegagalan pengembang Kedaton terdahulu telah memberikan citra yang buruk terhadap proyek perumahan ini. Namun apabila dilihat dari segi desain, harga, dan fasilitas yang ditawarkan, produk Kedaton cukup menarik. Dibanding dengan kompetitor lain, di Kedaton pembeli dapat memiliki rumah dengan harga yang cukup terjangkau, lokasi dekat dengan lapangan golf; dan disertai dengan akses tol yang mudah. Namun demikian, pemasaran tetap tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Penulis mencoba meneliti dan memberi masukan untuk segmentasi, targeting, dan positioning dari perumahan Kedaton dan strategi yang dapat dilakukan oleh pengembang melalui sudut bauran pemasaran yang terdiri dari Product, Price, Place, dan Promotion sehingga mampu bersaing dengan pengembang lainnya dikawasan Tangerang.
Dari hasil penelitian diperoleh (1) perlu adanya penyesuaian antara ekspektasi dan persepsi konsumen dalam memutuskan pembelian, (2) Adanya keinginan pembelian dari calon konsumen apabila adanya sarana promosi dan saluran komunikasi yang sesuai dari pengembang, (3) Persepsi yang salah terhadap lokasi perumahan harus segera dibenahi oleh pengembang agar calon konsumen mengetahui keadaan sebenar dari perumahan Kedaton,hal ini dapat dilakukan melalui sarana komunikasi melalui public relation yang handal.

One of human's primary needs is the need of housing. Indonesia is now experiencing a great increase in demands for housing due to the increasing birth rate each year. Seeing this phenomenon, the government is trying to provide proper housing for its people by asking both government and private owned companies to participating in building houses that fulfill the needs and economic condition of each class. Those who work as developers see this opportunity as a gold mine in real sector. However, due to the economic crisis back in 1997, this was not an easy thing to do. Many developers had to declare bankrupt and close down their business as they could not afford to pay back their loans to the banks.
Those bad loans and the high rate of housing credit (KPR) are just some of examples that made the fall of property industry faster, including developers of real estate for middle up class. It is also worsened by the world price of oil that is getting high, which made developers losing their ability to afford basic materials for building houses. This condition forced them to come up with a marketing strategy that can help them to survive in such uncertain situation. Among them is PT Duta Realtindo Jaya, a developer of Kedaton Real Estate in Pasar Kemis, Cikupa, Tangerang, that is now trying to rise again from their downfall during the crisis.
When it was first launched in the year of 1994, KEDATON real estate was a 200 hectares housing complex, which consisted of a 120 ready-built area and an 80 hectares golf course. They did not sell houses as their products; they offered land only product for their customers, with each land had an area around 300 to 3000 m2. These made Kedaton as a housing project with middle-up class as the target market. In addition, the quite strategic location (it has easy access to Pasar Kemis highway), supported the positioning they wanted.
Apart from all competitive advantages mentioned above, the marketing of Kedaton did not perform well. Those area sold were abandoned by their buyers so that the expected community was not accomplished. Even though the golf course was running well, it was not enough to make the buyers to start building. The environment of the real estate then became very quiet and the surrounding area was treated badly. The economic crisis in 1997 worsened this condition. With only a few of deals closed and the high rate of interest in banks made the developer, PT DRJ, could not pay their loan so that the company had to be taken over by BBPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional).
In 2002, Pikko Group bought PT DRJ from BPPN. They have not done any major development in KEDATON area until the developer company was taken over by Equator Group in 2004. Under a new management team, they intend to redevelop the real estate area that has been abandoned for many years. They then form a team that consists of the developer itself and various consultants in architect, landscapes, and marketing to create a new concept that is different from the existing.
The first product, "THE VIEW", was launched in the beginning of May 2005. The real estate's name itself was also changed to "The Grand Kedaton". The concept offered was a townhouse with a 450 - 600 million range of price and had a 120 m2 land area and a 180 m2 building area. Unfortunately, this product did not sell well.
Various speculation of the reasons of the failure then occurred. From all of those, there is one opinion that was heard a lot of times. The most sold home types are the small ones with a building area of 35 to 96 m2 with the price range of 100 - 200 million rupiah. This is mostly because the biggest market today is young couples or small families who are still looking for their first house. Some clusters with small-home types can make the housing area alive again. This theory is believed to be the one that the developer needs to wake KEDATON from its long sleep.
With that advice in mind, the developer then launched the house types mentioned above. That new cluster was named "The Terrace", but the name "The Grand Kedaton" was changed again to "Golf City" so that the bad image of KEDATON disappeared. The offered price was also competitive. Sales were better than the previous one, but it actually was not a success either considering that the numbers of sales conducted were not significant. Therefore, it is safe to say that the majority advice mentioned above is not completely true.
The failure of previous developer has created a bad image for the project. However, when it is observed from the point of design, price, and available facilities, products of Kedaton are quite interesting. When compared with other competitors, customers can own a house that has a view to the golf course and an easy access to the toll road with affordable price. But still the marketing did not go as planned.
Writer tries to examine the segmentation, targeting, and positioning of KEDATON real estate and what kind of strategies that the developer can apply with the method of marketing mix: Product, Price, Place, and Promotion so that in the end they can compete with other competitors in Tangerang.
From the research conducted, it has been concluded that (1) it is important to have an adjustment between customers' expectation and perception in making buying decision, (2) there will be transaction from prospective buyer when there are effective promotion and communication media about the project, (3) it is crucial to erase the wrong perception of the project from customers' mind by employ a good public relation to build good communication between two parties so that the prospective customers can know the actual condition of KEDATON.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Junita
"Skripsi ini membahas mengenai bagaimana persepsi siswa terhadap layanan Perpustakaan SMA Sejahtera 1 Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa terhadap koleksi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, layanan dan harapan siswa untuk kemajuan layanan Perpustakaan SMA Sejahtera 1 Depok. Penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang menggunakan desain deskriptif. Sampel yang diambil sebanyak 91 siswa dari populasi 1015 siswa. Teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Peneliti menggunakan rentang nilai untuk kategori baik yaitu 2,52-3,37.
Hasil penelitian secara keseluruhan dimensi menunjukkan bahwa persepsi siswa adalah baik terhadap layanan perpustakaan dengan skor 2,93. Sedangkan untuk hasil tiap dimensi diantaranya persepsi siswa terhadap koleksi adalah baik dengan skor 2,94, persepsi siswa terhadap sumber daya manusia adalah baik dengan skor 3,20, persepsi siswa terhadap sarana dan prasarana adalah baik dengan skor 2,76, dan persepsi siswa terhadap layanan adalah baik dengan skor 2,81. Harapan siswa terhadap layanan perpustakaan yang tertinggi dari tiap dimensi adalah sebesar 38,5% siswa mengharapkan untuk menambahkan jangka waktu peminjaman buku. 30% siswa mengharapkan untuk menambahkan kelengkapan (keragaman) koleksi, dan 22,8% siswa mengharapkan untuk memaksimalkan penyediaan fasilitas internet.

This thesis is a result of my research about students’s perception concerning to library service in SMA Sejahtera 1 Depok. The purpose of this study is to understand student’s perception about the collections, librarians, facilities and infrastructures, service in order to fulfil student’s expectations and upgrade library services in SMA Sejahtera 1 Depok’s library. This research is quantitative research with a survey method that uses descriptive design. The samples are 91 of 1015 students in SMA Sejahtera 1 Depok. Sampling technique is accidental sampling. Researchers using the range for good categories is 2,52–3,37.
The result of this research is showed that the overall dimensions of students perceptions of the library service is good with a score of 2,93. As for the result of which each dimension is student perceptions of collection is good with a score 2,94, student perception of human resources is good with score of 3,20, student perceptions of the facilities and infrastructure is good with a score of 2,76, and score of student perceptions of service is 2,81 that means service in the library is good. Student expectations for library services of the highest of each dimension are 38,5% of students expect to add term borrowing book, 30% of students expect to add completeness (variety) collection, and 22,8% of students expect to maximum the provision of internet facilities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Lavinia Listyawan
"Penelitian ini membahas mengenai efektivitas penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) atau ‘GCG’ sebagai salah satu upaya restrukturisasi perseroan yang sedang mengalami kondisi finansial yang buruk. Langkah penerapan tersebut juga mencerminkan hubungan indikasi hostile takeover dengan tindakan Dewan Komisaris dalam menerapkan GCG berdasarkan kewenangannya. Peran Notaris dalam mendukung perseroan memenuhi kewajiban administratifnya pun merupakan bagian penting yang tidak dapat diabaikan dalam implementasi GCG pada kasus posisi. Penelitian ini menggunakan metode berbentuk yuridis normatif dengan peninjauan terhadap aspek-aspek hukum pada peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan penerapan GCG. Tipologi penelitian tesis ini adalah deskriptif sebagaimana penulis menjelaskan dan menjabarkan gambaran objek penelitian secara menyeluruh dan sistematis. Meninjau dari tindakan Dewan Komisaris terhadap Direksi yang tidak melakukan tanggung jawabnya dengan baik, penerapan GCG pada kasus posisi telah efektif dilakukan oleh perseroan sehingga kegiatan usaha perseroan tetap dapat berjalan. Indikasi tindakan hostile takeover juga disimpulkan tidak relevan dengan adanya ketentuan Pasal 125 UUPT dan tidak adanya pengalihan kendali perseroan secara paksa. Kewenangan Dewan Komisaris juga disimpulkan bersifat luas dan untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh, tidak terbatas hanya pada ketentuan yang tertera di undang-undang terkait namun tetap di bawah naungan pemegang saham. Guna meningkatkan efektivitas penerapan GCG, dapat disusun peraturan Otoritas Jasa Keuangan yang berlandaskan pendekatan ‘fiduciary duty’ untuk meningkatkan kualitas disiplin, kinerja, dan integritas Direksi terhadap perseroan. Peningkatan frekuensi rapat gabungan organ perseroan juga akan meminimalisir potensi pelanggaran terhadap kepentingan perseroan.

This research elaborates primarily regarding the effectivity in implementing Good Corporate Governance (GCG) as one of the restructuring actions upon the deteriorating financial condition of the company. The implementation process itself reflects the correlation between the hostile takeover indication and the action of The Board of Commissioners in exercising their authority within the GCG implementation. The role of Notary in supporting the company towards its administrative compliance is also the crucial part which has to be inseparable in the GCG realization within the case study. The writer uses juridical-normative method in producing this thesis within analysis on the stipulated rules and acts pertaining the implementation of GCG. This thesis is rather a descriptive type within the elaboration being made upon the the research object entirely and systematically. Evaluating from the action took by the Board of Commissioners as the Directors did not fulfill their responsibility properly, it can be concluded that the implementation of GCG in order to sustain the company in the case study was a major success. The alleged hostile takeover action apparently is irrelevant as to the stipulation on Article 125 of Indonesian Company Law and the fact that there has never been a control-shifting in the company. The authority of Board of Commissioners too should be perceived more comprehensively, not delimited to the stipulation of Indonesian Company Law but still in the compliance towards shareholders. To enhance the effectiveness in GCG implementation, a stipulation should be established based on ‘fiduciary duty’ principles to improve the quality of disciplinary values, performance, and integrity of the Directors towards the company. The more frequent integrated meeting between Board of Directors and Board of Commissioners would also diminish the potential infringement towards the interest of the company.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky Hermansyah
"Pada era perkembangan zaman yang begitu cepat ini, tantangan bagi suatu organisasi untuk tetap bertahan mengharuskan para tim manajemen untuk bisa lebih kreatif dalam menghadapi masalah. Metafora dapat memberikan perspektif baru yang unik dalam memandang suatu organisasi lewat paradigma yang lebih luas. Makalah ini bertujuan untuk mengembangkan metafora baru dalam menginterpretasikan suatu organisasi menggunakan pendekatan kualitatif lewat wawancara sebagai instrumen, dan dianalisa secara deskriptif.
In this era of rapid development, the challenge for an organization to survive requires the management team to be more creative in dealing with problems. Metaphors can provide a unique new perspective in viewing an organization through a broader paradigm. This paper aims to develop a new metaphor for interpreting an organization through descriptive analysis. This paper aims to develop a new metaphor in interpreting an organization using a qualitative approach through interviews as an instrument, and analyzed descriptively"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Audifax
Yogyakarta: Jalasutra, 2008
150 AUD r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Hendry Donald Jonathan
"Tesis ini membahas pengaruh country of origin dan country of manufacture / assembly terhadapat persepsi konsumen pada atribut kualitas dan harga. Perkembangan dan persaingan Global mengakibatkan banyak perusahaan yang memindahkan basis produksinya ataupun assemblinya ke cina untuk dapat menghasilkan produk yang lebih kompetitif dari segi harga namun kadang kualitas yang dirasa menjadi menurun. Hal ini dapat dilihat bahwa alat ukur dimensi produksi Jepang, Jerman dan Amerika yang pada prinsipnya memilik kualitas yang relatif tinggi dibenak konsumen, menjadi rendah kualitasnya dalam persepsi konsumen setelah diproduksi di Cina. Namun begitu, praktek di lapangan, efek country of origin nya cukup kuat sehinnga kadang menutupi efek country of manufacture nya karena tiap manufacturer (khususnya yang memilki basis produksi dan assembly di Cina) berusaha lebih menonjolkan kesan country of origin nya. Oleh karena itu, untuk produk industri seperti alat ukur dimensi, suatu keuntungan yang bisa ditonjolkan jika basis diproduksi atau diasembli di negara yang sama dengan country of origin-nya. Mereka dapat mencantumkan ?manufacture / assembly in Japan/Jerman/Amerika? sebagai salah satu cara untuk memposisikan produk mereka di benak konsumen.

The focus of this study to learn and analyze the effect of country of origin and country of manufacture / assembly in consumer (industry) perception which concentrate more on quality and price perception. Global condition with high competition among the player in industry make many international company shift their production or assembly facility to China in order to produce more competitive products but however customers has perception that declining of quality as trade off for this decision. We can learn from this study that measuring equipment from Japan, German, America that well-known as country that produce high and reputable quality, become low quality in customer perception after they manufacturing or assembly in China. But in practical, effect of country of origin is quite strong to cover the effect of country of manufacture / assembly which somehow customer can?t realize due to manufacturer that have basis in China try to manipulate their mind set by emphasis more on their original country of origin. So, for the manufacturer that still produce in their original country of origin, they have benefit to emphasis more on this country of origin and they can use as their positioning in customer mind set."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Magfira
"ABSTRAK
Latar belakang: Penelitian mengenai Disfungsi Seksual pada Wanita (DSW) masih jauh
tertinggal dibandingkan pada pria, saat ini hipertensi diketahui mempengaruhi terjadinya
disfungsi seksual pada pria. Namun, bagaimana hipertensi mempengarhui kejadian DSW
belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
hipertensi esensial dengan kejadian DSW.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di Klinik
Ikhalas Medika Kota Serang, Banten pada bulan Agustus-September 2019. Seluruh
perempuan yang berusia diatas 18 tahun, berpendidikan minimal SD, menikah,
melakukan hubungan seksual dalam 4 minggu terakhir, tidak memiliki riwayat diabetes,
kemoterapi, radiasi maupun operasi didaerah panggul selain section caesare
diikutsertakan dalam penelitian. Fungsi seksual wanita diukur menggunakan Female
Sexual Function Index-Indonesia (FSFI-I), subjek dikategorikan memiliki DSW apabila
nilai FSFI-I < 26.55. Analisa menggunakan modified Cox-regression digunakan untuk
mengetahui hubungan DSW dengan hipertensi esensial yang dinyatakan dalam Rasio
Prevalensi (PR) dan Interval Kepercayaan 95% (95%CI).
Hasil: Sebanyak 442 wanita diikutsertakan dalam penelitian ini dengan respons rate
penelitian sebesar 86.3%. Sebanyak 91.67% wanita dengan hipertensi (121/132) dalam
penelitian ini mengalami DSW dan sebanyak 72.9% (226/310) wanita tanpa hipertensi
mengalami DSW. Hipertensi diketahui meningkatkan kejadian DSW dengan nilai aPR
sebesar 1.76 kali lipat (95%CI: 1.20-2.60).
Kesimpulan: DSW merupakan masalah kesehatan yang umum dijumpai dan kejadiannya
diketahui meningkat pada wanita dengan hipertensi. Pengelolaan hipertensi dengan
pendekatan holistik perlu dilakukan termasuk didalamnya penilaian gangguan fungsi
seksual pada wanita dengan hipertensi.

ABSTRACT
Introduction: Comapared to male, the study regarding Female Sexual Dysfunction
(FSD) was far left behind. Recent study showed that high blood pressure is a major cause
of male sexual dysfunction. However, how hypertension affects women sexual function
was not completely understood. This study aims to investigate the relationship between
hypertension and FSD.
Methods: This is a cross-sectional study conducted in a private primary healthcare
clinic, in Serang City, Banten Province Indonesia from August-September 2019. All
women aged 18 years or older, at least elementary school graduated, had sexual activities
during the last 4 weeks were recruited. Exclusion criteria were pregnant, had history of
diabetes, or chemotherapy, radiation, or surgery in the pelvic region except for caesarean
section. Patient sexual function was assessed by the Indonesian validated Female Sexual
Function Index (FSFI-I). Patients were classified as having sexual dysfunction (SD) if the
total FSFI-I score was < 26.55. Modified cox-regression performed to evaluate the
association between hypertension and SD and to calculate the Prevalence Ratio (PR) for
SD in HT women.
Results: A total of 442 women were included in this study with a response rate of 86.3%.
A total of 91.67% women with hypertension (121/132) in this study had FSD and a total
of 72.9% women without hypertension (226/310) had FSD. Hypertension increased the
proportion of FSD with an aPR 1.76 (95% CI: 1.20-2.60).
Conclusion: FSD is a common problem and the prevalence increase in women with
hypertension. Holistic approach management in hypertension needs to be done including
the assessment of sexual function in women with hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>