Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Maarif Instutute for Culture and Humanity, 2022
323.6 MIL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Palupi Sukoco
"ABSTRACT
Dewasa ini, sebutan generasi milenial banyak dibahas di dunia karena memiliki perbedaan karakter dengan generasi lainnya. Perbedaan yang signifikan terlihat dari perilaku gaya hidup pada generasi ini yang didukung oleh kecanggihan teknologi informasi. Begitu juga dengan pengertian hunian. Seiring berjalannya waktu, terdapat pergeseran definisi dan karakteristik ruang bertinggal bagi kaum milenial jika di bandingkan dengan generasi sebelumnya. Generasi milenial membutuhkan suatu hunian yang efisien dan mudah untuk diakses. Pada akhirnya, terdapat sebuah hasil yang berbeda dalam menyikapi arti dari sebuah hunian seperti layout, program ruang, dan hal-hal yang memungkinkan untuk diperbaharui seiring perkembangan zaman.

ABSTRACT
Today, Millenial is the most discussed topic in the world because it has character differences with other generations. It seen from their lifestyle behavior, which is supported by the sophistication of information and technology. As well as the sense of dwelling. As time goes by, there is a definition change about housing characteristics for Millenial when it compared with previous generations. Millenial requires an efficient and easy to access dwelling. In the end, there is a different output for the meaning of a dwelling such as layout, space program, and things that can be adjusted. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Permana Erawaty
"Tesis ini membahas kasus perpindahan suara dalam Pemilihan Umum Presiden tahun 2014 dan 2019 yang merupakan pertandingan ulang antara Jokowi dengan Prabowo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana perubahan suara para milenial urban pelajar pendidikan tinggi sebagai unit analisis, serta untuk mengetahui apakah media sosial berkontribusi dalam pengambilan keputusan tersebut.
Menggunakan pendekatan Columbia dan Michigan dalam model sosial psikologis, kebaharuan yang disajikan adalah adanya perubahan konsep komunikasi massa yang telah bergabung dengan komunikasi interpersonal dalam konsep mass selfcommunication. Penelitian dilakukan secara kualitatif dalam paradigma post-positivism dengan metode holistic single-case study. Analisis dilakukan dengan teknik analisis pattern-matching logic dengan logika pencocokan pola model sosial dan psikologis.
Hasil penelitian menunjukkan variabel sosial yang berkontribusi adalah agama dan etnis dari pemilih dan keluarga pemilih. Terkait dengan variabel psikologi, penelitian ini menunjukkan tidak adanya identifikasi partai, yang ada adalah evaluasi kandidat dan orientasi isu. Preferensi isu yang diinginkan adalah isu Hak Asasi Manusia dan Isu Perempuan. Kinerja petahana dipandang baik dalam infrastruktur dan buruk dalam manajemen manusia serta anggaran. Penantang memiliki koherensi identitas yang berbeda dengan kontestasi Pilpres 2014.
Meme politik menjadi gerbang diskusi dalam kelompok sosial serta pencarian lebih lanjut dalam mengetahui identitas kandidat. Kemampuan kandidat dalam debat sangat berkontribusi dalam proses penetapan keputusan pemilih. Millenial swing voters tidak melakukan mass self-communication jika itu terkait dengan politik karena tidak ingin identitas politik mereka diketahui pengguna media berita daring dan media sosial.

This thesis discussed about voting in the 2014 and 2019 Presidential Elections which was a rematch between Jokowi and Prabowo. The purpose of this study is to explain swing voters in college urban students millennial generation as unit of analysis, as well to find out whether social media contributes to their swing decisions.
By using Columbia and Michigan in the socio psychological model, the novelty presented was a change in the concept of mass communication that had been joined interpersonal communication in the concept of mass communication. The study was conducted qualitatively in the post-positivism paradigm with a single holistic case study method. The analysis had been done by matching the pattern of logic with matching pattern of social and psychological logic.
The results showed the social variables that contributed were religion and ethnicity of the voters and the voters' families. Related to psychological variables, this study shows there was no parties identification, but instead an assessment of candidates and discussion of problems. The preference issues that desired by millennial swing voters was Human Rights and Women's Issues. The incumbent's performance had been seen as good in infrastructure but poor in human management and budget. The challenger had a different identity coherence than on the last contestation in 2014.
Political memes lead to discussions in social groups as well as further findings of a candidate's identity. The ability of candidates in debates greatly contributes to the process of determining election decisions. Millennial swing voters did not engage in mass self-communication if it related to politics because they did not want their political identity to be known by press and on social media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhi Azis
"Penggunaan sosial media Instagram telah berkembang menjadi sebuah sarana marketing yang dapat digunakan oleh perusahaan. Perkembangan ini mendorong suatu perusahaan untuk melakukan kegiatan marketing produk dan jasanya melalui media sosial. Permasalahn Perbankan Syariah di Indonesia terkait rendahnya permintaan masyarakat terhadap produk dan jasa mereka dapat diurai dengan menggunakan teknik marketing melalui sosial media. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan melihat bagaimana pengaruh relevansi yang dirasakan, interaktivitas, keinformatifan, motivasi hedonis, harapan kinerja terhadap minat beli produk dan jasa milik Bank Syariah Indonesia (BSI). Kerangka penelitian yang digunakan pada penelitian ini dipandu oleh Unified Theory of Acceptance and Uce of Technology. Penelitian ini menggunakan pendekataan kuantitatif dengan alat survey kuesioner. Data dikumpulkan melalui kuesioner secara online dan disebarkan kepada generasi milenial Indonesia dengan perolehan sebanyak 163 responden. Metode pengambilan sampel adalah non-probability dengan teknik judgemental sampling. Analisis data menggunakan teknik structural equation modelling dengan perangkat lunak Smart PLS 3.0. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa relevansi yang dirasakan dan harapan kinerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli produk Bank Syariah Indonesia (BSI) yang hasilnya dapat digunakan sebagai referensi bagi pelaku industri keuangan Syariah untuk menemukan cara terbaik dalam melakukan media sosial marketing.

The use of social media Instagram has developed into a marketing tool that can be used by companies. This development encourages a company to carry out marketing activities for its products and services through social media. The problems of Islamic Banking in Indonesia related to the low public demand for their products and services can be parsed by using marketing techniques through social media. This research was conducted to find out and see how the influence of perceived relevance, interactivity, informativeness, hedonic motivation, performance expectations on Millenial Generation's Purchase Intention toward Islamic Banking Product in Indonesia especially Bank Syariah Indonesia's Product. The research framework used in this study is guided by the Unified Theory of Acceptance and Uce of Technology. This study uses a quantitative approach with a questionnaire survey tool. Data was collected through online questionnaires and distributed to the Indonesian millennial generation with a total of 163 respondents. The sampling method is non-probability with judgmental sampling technique. Data analysis using structural equation modeling technique with Smart PLS software 3.0. The results of this study indicate that perceived relevance and performance expectations have a significant influence on Millenial Generation's purchase intention in Bank Syariah Indonesia's (BSI) products, the results of which can be used as a reference for Islamic finance industry players to find the best way to do social media marketing."
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sugiharto
"ABSTRAK
Stalking menjadi fenomena yang terjadi di media sosial. Stalking mengalami peningkatan seiring dengan mudahnya memperoleh akses internet dan juga pengguna handphone smartphone yang dimiliki. Aktivitas stalking juga dilakukkan keepada rekan kerja, teman, pacar dan mantan pacar. Tujuan penelitian ini yang pertama adalah untuk mengidentifikasi aktivitas stalking di media sosial pada generasi milenial. Kedua untuk menganalisis aktivitas stalking pada generasi milenial di media sosial. Metode dalam penelitian ini menggunakan mix methode dengan strategi eksploratoris sekuensial. Sedangkan teori yang digunakan dalam penelitiana dalah teori komunikasi interpersonal, konsep kepemudaan, teori ketahanan nasional dan konsep ketahanan keluarga. Hasil penelitian ini adalah aktivitas stalking juga mempunyai dampak pada ketahanan nasional kerena menurut Catastrope the last information itu sangat penting, karena berkaitan dengan aktivitas stalking yang berlanjut disebarkan secara bertubi-tubi melalui media online dan media sosial, akan menimbulkan ketidakstabilan, ketidaknyamanan, dan ketidakseimbangan. Dan dalam sistem ketahanan nasional dibutuhkan faktor kontrol, di media sosial faktor kontrolnya adalah aturan (etika).

ABSTRACT
Stalking becomes a phenomenon that occurs in social media. Stalking has increased as it has easy access to internet and smartphone smartphone users. Stalking activity is also done keepada co-workers, friends, boyfriend and ex-boyfriend. The purpose of this first study is to understand the utilization of social media by millenial generation. Second, to analyze stalking phenomenon done by millenial generation in social media. Method in this research use mix methode with sequential exploratory strategy. While the theories used in the study dalah interpersonal communication theory, the concept of youth, the theory of national resilience and the concept of family resilience. The result of this research is that stalking activity also has an impact on national resilience because according to Catastrope the last information it is very important, as it is related to continuous stalking activity spread through the media online and social media, will cause instability, discomfort, and imbalance. And in the national defense system required the control factor, in social media the control factor is the rule (ethics)."
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2018
T50287
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Christopher Rumphius
"ABSTRAK
Fungsi makanan sudah bergeser sangat jauh, berawal dari makanan sebagai nutrisi, gizi, pemenuhan rasa lapar mengalami pergeseran hingga makanan sebagai representasi suatu kebudayaan, sebagai seni, sebagai penentu kelas sosial dan sebagainya. Makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat sangat ditentukan oleh posisi mereka dalam kelas sosial, dimana kelas bisa ditentukan dari apa yang dimakan seseorang. Namun dalam budaya milenial, makanan sudah berada dalam barisan depan kebudayaan ini. Makanan sudah tidak lagi dianggap sebagai nutrisi dan pemenuhan gizi, namun sebagai suatu bentuk karya ekspresi seseorang. Budaya milenial menuntut perlombaan masyarakat untuk masuk atau tetap berada dalam kelas sosial teratas, sehingga pergantian trend yang selalu berubah dengan cepat terus-meneruus dikejar demi keberadaan kelas sosial seseorang. Usaha masyarakat untuk menetapkan kelas mereka dalam masyarakat dengan selalu memperbaharui pengetahuan mereka tentang makanan, mengakibatkan tindakan konsumerisme berhasil terjadi. Menurut Baudrillard, kita adalah apa yang kita beli, karena menurutnya seseorang mengonsumsi sesuatu bukan lagi karena value , namun karena sign yang dikandung dalam obyek yang dikonsumsi tersebut. Makanan dikonsumsi tidak lagi berdasarkan kegunaan gizi, namun sebagai suatu tanda dalam hierarki sosial yang ada, karena "tanda" tersebut menekan suatu individu dalam lingkungan sosial milenial, makanan atau pengetahuan makanan yang selalu baru dan ekspresif menjadi suatu penentu kelas sosial seseorang.

ABSTRACT
The function of food has ranged to a wider function, started from food as a nutrition, hunger fulfilling and all the way to food as a representation of culture, art, determining of social class, and so on. Food that are consumed by the people are defined by their position in social class, in which class can be defined by what someone ate. But in the culture of the millenials, food has been in the front row of the culture. Food is no longer considered as a nutrition need for the humans, but as a form of expression. The millenial culture demands a competition of the people to set foot in or stay in a high social class, which trends that evolves quickly is being chased for the sake of social class position. The peoples effort to stay in their social class with renewing the knowledge of food, results in the behavior of consumerism. According to Baudrillard, we are what we consume, as in, for him, and individual consumes no longer for the value of the object, but for the sign that is stampled on the consumed object. Food is consumed no longer for the need of nutrition, but for the sign stampled on that individual in the social hierarchy, for sign is repressing an individual in the millenial society, for the food or the knowledge about food that are always new and more expressive which ables it to be an indicator of one`s social class positioning."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhadi BW
Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2017
899.221 NUR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rainy Elmira Monalisa
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana terjadinya konstruksi citra milenial pasangan penantang Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno pada khalayak milenial followers akun Gerakan Milenial Indonesia dalam kampanye politik di media sosial Instagram. Obyek penelitian ini adalah sejumlah followers akun Instagram GMI @gerakanmilenialindonesia dengan latar belakang sosial budaya dan preferensi politik yang berbeda-beda pada Pemilu 2014. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan strategi penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data didapatkan melalui observasi, studi literatur, dan juga wawancara mendalam.  Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana sejumlah followers tersebut terkonstruksi oleh citra milenial pasangan penantang  Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Citra milenial yang tidak hanya berarti terikat pada batasan usia identitas milenial, tetapi menyangkut juga hal-hal lain seperti penampilan fisik yang masih terlihat muda, dengan segala atribut yang biasa digunakan oleh anak muda, kemudian nilai-nilai sosial budaya dan perilaku mencerminkan milenial yang biasa dilakukan oleh milenial seperti berolahraga, aktif dalam media sosial, serta yang paling penting adalah janji politik dalam visi misi pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno dalam mengembangkan potensi milenial.

This study aims to see how the construction of the millennial image of the challenger couples Prabowo Subianto and Sandiaga Uno to the millennial audience followers of the Indonesian Millennial Movement in political campaigns on Instagram social media. The object of this research is number of followers of the GMI Instagram account gerakanmilenialindonesia, with different socio-cultural backgrounds and political preferences in the 2014 election. The approach taken in this study is a qualitative approach with a case study research strategy. Data collection techniques are obtained through observation, literature study, and in-depth interviews. The results of this study show how a number of these followers were constructed by the millennial image of the challenger couples Prabowo Subianto and Sandiaga Uno. Millennial image that does not only mean being bound by the age limit of millennial identity, but also concerning other things such as physical appearance that still looks young, with all attributes commonly used by young people, then socio-cultural values and behavior reflect ordinary millennial conducted by millennials such as exercising, being active in social media, and the most important is political promises in the vision and mission of the pair Prabowo Subianto and Sandiaga Uno in developing the millennial potential.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T54181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Amintapratiwi Purwandini
"Tesis ini merupakan studi evaluasi terhadap upaya kampanye komunikasi publik pemerintah melalui digital storytellingyang ditujukan kepada generasi milenial. Digital storytelling merupakan sala satu media persuasi yang sesuai dengan karakteristik generasi milenial. Perubahan perilaku dan pemahaman dapat terjadi jika generasi milenial sebagai sasaran kampanye mengalami proses transportasi naratif dimana audiens terlibat penuh dengan narasi. Transportasi naratif dikaji dari sisi kualitas narasi dengan penilaian standar koherensi dan elemen dalam cerita, serta telaah persepsi dan pengalaman individu sebagai audiens. Unsur emosional merupakan elemen penting yang harus ada dan kuat dalam suatu narasi agar transportasi naratif dapat terjadi.

This thesis is an evaluation study of the government's public communication campaign efforts through digital storytelling aimed at the millennial generation. Digital storytelling is one medium of persuasion that fits the characteristics of the millennial generation. Behavior change and understanding can occur if the millennial generation as the target of the campaign experiences a narrative transportation process where the audience is involved fully with narration. Narrative transportation is assessed in terms of narrative quality with a standard assessment of coherence and elements in the story, as well as reviewing the perceptions and experiences of individuals as audiences. Emotional elements are important elements that must exist and are strong in a narrative so that narrative transportation can occur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T54102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narendra Krishna Triwardhana
"Konsumen semakin beralih ke platform media sosial untuk berpartisipasi dalam komunitas merek sebagai cara memperoleh informasi tentang merek dan mendapatkan wawasan dalam keputusan pembelian mereka secara keseluruhan. Hipotesis kami adalah bahwa hubungan antara aktivitas pemasaran media sosial (SMM) dan ekuitas merek berbasis konsumen (CBBE) di kalangan Milenial dimediasi oleh keuntungan konsumen yang muncul dari keterlibatan dalam komunitas tersebut dan pengalaman merek. Secara khusus, kami fokus pada hubungan antara aktivitas SMM dan dua faktor ini. Selain itu, gagasan penggunaan dan kepuasan, serta pengalaman merek, menjadi dasar konsep ini. Untuk menguji model penelitian, digunakan ukuran sampel sebanyak 202 orang yang mengikuti Gucci di media sosial. PLS, yang merupakan singkatan dari partial least squares path modeling, diterapkan.

Consumers are increasingly turning to social media platforms to participate in brand communities as a means of acquiring information about brands and gaining insight into their overall purchasing decisions. Our hypothesis is that the relationship between social media marketing (SMM) activities and consumer-based brand equity (CBBE) among Millennials is mediated by the consumer advantages that emerge from involvement in such communities and brand experience. Specifically, we are focusing on the relationship between SMM activities and these two factors. Additionally, the idea of uses and gratifications, in addition to brand experience, serves as the foundation for this concept. In order to test the study model, a sample size of 202 people who follow Gucci on social media was used. PLS, which is an acronym that stands for partial least squares path modeling, was applied."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>