Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146016 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nidea Safitri
"Periodontitis dan penyakit kardiovaskular merupakan penyakit multifaktorial yang dipengaruhi oleh berbagai hal, termasuk genetik. Periodontitis dilaporkan dapat meningkatkan faktor risiko periodontitis melalui mekanisme langsung dan mekanisme tidak langsung. Salah satu mekanisme tidak langsung yaitu melalui mediator inflamasi, yang salah satunya dipengaruhi oleh gen lymphotoxin alpha. Gen Lymphotoxin Alpha (LTA) merupakan gen yang berperan dalam pelepasan sitokin yang kemudian berpengaruh terhadap respons inflamasi dan pembentukan tulang. Studi ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variasi genetik gen LTA dengan periodontitis dan/atau penyakit kardiovaskular. Penulis menarik data dari berbagai database seperti EBSCO, scopus, dan pubmed. Didapatkan 23 literatur yang kemudian disintesis secara kualitatif. Terdapat kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara polimorfisme genetik LTA dengan periodontitis atau penyakit kardiovaskular, namun terdapat perbedaan hasil penelitian dari berbagai literatur.

Periodontitis and cardiovascular disease are multifactorial disease influenced by many factors, including genetic. Periodontitis is reported to increase the risk factors for periodontitis through direct mechanisms and indirect mechanisms. One of the indirect mechanisms is through inflammatory mediators, one of which is influenced by the lymphotoxin alpha gene. Lymphotoxin alpha (LTA) gene is a gene contributes to the release of cytokines and influence in the inflammatory response and bone formation. Aim of this study is to determine whether there is an association between genetic variant of LTA gene in periodontitis and/or cardiovascular disease. Literatures were gained from many databases such as EBSCO, scopus, and pubmed. We found 23 studies included in this review. We can conclude that there are association between LTA gene variants and periodontitis or cardiovascular disease."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Melinda Rabekka
"Pendahuluan: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi kronis pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh disbiosis plak biofilm. Oral hygiene instruction (OHI) merupakan intervensi penting dalam perawatan periodontitis. Berbagai pendekatan OHI telah diesksplorasi, termasuk penggunaan aplikasi mobile. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas aplikasi mobile “Perio UI Care” dalam manajemen periodontitis melalui evaluasi parameter klinis dan mikrobiota subgingiva. Metode: Total 44 pasien periodontitis dibagi secara acak ke dalam dua kelompok. Intervensi scaling dan root planing (SRP), OHI secara verbal, dan aplikasi “Perio UI Care” diberikan kepada kelompok pengguna aplikasi (n=22), sedangkan kelompok non-pengguna aplikasi (n=22) diberikan SRP dan OHI secara verbal. Evaluasi parameter klinis (probing pocket depth/PPD, bleeding on probing/BOP, dan full mouth plaque score/FMPS), serta pengambilan sampel plak subgingiva dilakukan pada kunjungan awal, satu, dan tiga bulan pascaperawatan. Analisis mikrobiota subgingiva menggunakan teknik next generation sequencing (NGS). Hasil: Terdapat penurunan PPD, BOP, dan FMPS yang signifikan pada re-evaluasi satu dan tiga bulan bila dibandingkan kunjungan awal (p<0,001), tanpa perbedaan antar kelompok (p>0,05). Analisis intra-grup antara kunjungan satu dan tiga bulan menunjukkan perbaikan yang lebih baik pada kelompok pengguna aplikasi, terlihat dari penurunan PPD (p<0,05) serta kestabilan nilai BOP dan FMPS. Analisis mikrobiota subgingiva menunjukkan dominasi bakteri orange dan red complex pada kunjungan awal. Tidak ada perbedaan keragaman dan komposisi mikrobiota subgingiva yang bermakna pascaperawatan, baik antar kelompok maupun ketiga waktu kunjungan (p>0,05). Namun, tren perubahan dapat diamati. Kesimpulan: Penggunaan aplikasi mobile sebagai tambahan dalam manajemen periodontitis cukup efektif, terlihat dari adanya perbaikan parameter klinis. Evaluasi lebih lanjut terutama pada fase terapi periodontal suportif tetap diperlukan.

Introduction: Periodontitis is a chronic inflammatory disease associated with dysbiotic plaque biofilms and characterized by destruction of the tooth-supporting apparatus. Oral hygiene instruction (OHI) is essential during periodontitis treatment. Various OHI approaches have been explored, including mobile application. Objective: To evaluate the mobile application’s effect (“Perio UI Care”) on periodontitis management by evaluating periodontal clinical parameters and subgingival microbiota. Methods: Fourty-four periodontitis patients were randomly assigned to two treatment groups. Scaling and root planing (SRP), verbal OHI, and the “Perio UI Care” app were given to the app group (n=22), while the non-app group (n=22) received only SRP and verbal OHI. Probing pocket depth/PPD, bleeding on probing/BOP, and full mouth plaque score/FMPS were assessed at baseline, one-, and three-month post-treatment. Samples of subgingival plaque were collected. Subgingival microbiota was analyzed using 16S rRNA next-generation sequencing (NGS). Results: Significant reduction in PPD, BOP, and FMPS at one- and three-month compared to baseline (p<0.001), with no significant differences across groups (p>0.05). Intra-group analysis showed better improvement in the app group, especially between the one- and three-month visits, with a decrease in PPD (p<0.05) and stable BOP and FMPS. At baseline, orange and red complex bacteria dominated the subgingival microbiota. Subgingival microbiota diversity and composition did not differ across groups or time points (p>0.05), yet the shifting between timepoints could be observed. Conclusions: Mobile application complements periodontitis patient management, as evidenced by the improvement of clinical parameters. Further evaluation is needed, especially in the periodontal maintenance phase."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Puspita Dewi
"Periodontitis adalah penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, sehingga menghasilkan kerusakan pada jaringan periodontal. Kondisi sistemik dan peningkatan usia akan memengaruhi jaringan periodontal karena adanya perubahan sistem pertahanan imun dan inflamasi tubuh. Klasifikasi penyakit periodontal terus mengalami perkembangan. Klasifikasi yang masih digunakan saat ini adalah klasifikasi dari American Academy of Periodontology (AAP) tahun 1999. Setelah hampir dua puluh tahun klasifikasi AAP 1999 digunakan di dunia, ternyata dalam penggunaannya di klinik banyak terdapat berbagai kekurangan. Pada 2017, AAP mempublikasikan klasifikasi terbaru mengenai penyakit serta kondisi periodontal dan periimplan. Periodontitis diklasifikasikan berdasarkan stage dan grade. Penelitian mengenai distribusi periodontitis berdasarkan penyakit periodontal dengan klasifikasi AAP tahun 2017 belum dilakukan di Indonesia, terutama distribusi berdasarkan kondisi dan penyakit sistemik pasien serta hubungannya dengan usia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi periodontitis serta hubungannya dengan usia menurut klasifikasi penyakit periodontal berdasarkan AAP 2017 pada pasien dengan kondisi dan penyakit sistemik di RSKGM FKG UI. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analitik cross sectional untuk distribusi penyakit periodontal pada pasien dengan kondisi dan penyakit sistemik serta hubungannya dengan usia menurut klasifikasi penyakit periodontal berdasarkan AAP 2017 yang didapat dari 331 rekam medis RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2014-2019. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan analisis univariat yang dilakukan untuk menggambarkan distribusi serta analisis bivariat Kendall untuk menggambarkan korelasi stage dan grade dengan usia. Berdasarkan hasil penelitian, persentase klasifikasi periodontitis tertinggi pada seluruh subjek penelitian adalah stage III grade C (39,9%), pada subjek dengan kondisi merokok adalah stage III grade C (52,7%), serta pada subjek penelitian dengan diabetes mellitus, hipertensi adalah stage III grade B, dengan persentase secara berurut 45,8% dan 45,7%. Pada pasien dengan kondisi dengan penyakit sistemik, peningkatan usia berbanding lurus dengan stage periodontitis dan berbanding terbalik dengan grade periodontitis. Kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian ini yakni klasifikasi AAP 2017 menjelaskan periodontitis lebih spesifik karena mempertimbangkan tingkat keparahan, riwayat progresi periodontitis, kemungkinan risiko progresi periodontitis di masa mendatang, serta penilaian risiko penyakit dapat mempengaruhi kondisi tubuh secara umum, klasifikasi ini dapat digunakan pada RSKGM FKG UI.

Periodontitis is an inflammatory disease caused by specific microorganisms, resulting in damage to the periodontal tissue. Systemic conditions and aging will affect the periodontal tissue due to changes in the immune defense system and inflammation of the body. Classification of periodontal disease continues to develop. The classification that is commonly used today is the classification from the American Academy of Periodontology (AAP) in 1999. After almost twenty years of AAP 1999 classification used worldwide, it turns out that there were many shortcomings in its use. In 2017, AAP published the latest classification of diseases and periodontal and periimplinary conditions. Periodontitis is classified by stage and grade. Research on the distribution of periodontitis based on periodontal disease with AAP classification in 2017 has not been conducted in Indonesia, especially distribution based on the condition and systemic disease of patients as well as its relationship with age. This study was conducted to determine the distribution of periodontitis and its relationship with age according to the classification of periodontal diseases based on AAP 2017 in patients with systemic conditions and diseases in the RSKGM FKG UI. This study uses descriptive analytic cross-sectional analysis for the distribution of periodontal disease and its correlation with aging in patients with systemic conditions and diseases based on AAP 2017 classification of periodontal diseases which obtained from 331 medical records of RSKGM FKG UI in the 2014-2019 visit. Data analysis in this study was carried out using SPSS with univariate analysis conducted to describe the distribution and bivariate analysis of Kendall to describe stage and grade correlation with age. Based on the results of the study, the highest percentage of periodontitis classification in all study subjects was stage III grade C (39.9%), in subjects with smoking conditions was stage III grade C (52.7%), and in research subjects with diabetes mellitus, hypertension is stage III grade B, with sequential percentages of 45.8% and 45.7%. In patients with systemic condition and disease, increases of age are directly proportional to stage periodontitis and inversely proportional to grade periodontitis. The conclusion that can be drawn from this research is that the 2017 AAP classification explains periodontitis more specifically because it considers the severity, history of periodontitis progression, possible risk of progression of periodontitis in the future, and assessment of disease risk can affect general body condition, this classification can be used in RSKGM FKG UI."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sammy Fajar Nugraha
"Latar belakang: Prevotella intermedia merupakan salah satu bakteri penyebab utama penyakit periodontitis, sebuah kondisi inflamasi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik yang membuat kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar. Metode eksperimen yang bervariasi membutuhkan evaluasi literatur secara sistematis untuk menjelaskan mekanisme P. intermedia dalam menyebabkan kerusakan tulang. Tujuan: Mengevaluasi secara sistematis berbagai literatur ilmiah dalam bentuk artikel dengan topik relevan untuk menganalisa mekanisme kerusakan tulang alveolar oleh P. intermedia pada penyakit periodontitis. Metode: Penyusunan systematic review dilakukan dari bulan Juli hingga November 2020, dengan mencari literatur pada dua electronic database, PubMed dan Scopus. Literatur harus memenuhi syarat kriteria inklusi berupa artikel harus berbahasa Inggris, diterbitkan dalam 10 tahun terakhir, tersedia dalam full-text article, serta merupakan research article. Penentuan literatur inklusi menggunakan alir PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses). Hasil: Didapatkan tiga artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan lolos pada tahap penilaian kelayakan. Artikel-artikel tersebut diterbitkan pada tahun 2010-2016. Ketiga artikel tersebut membahas mengenai pengaruh lipopolisakarida (LPS) P. intermedia terhadap sel-sel target dalam mekanisme kerusakan tulang. Sel-sel target tersebut adalah makrofag, human periodontal ligament fibroblasts (hPDLs), dan human dental follicle stem cells (hDFSCs). LPS P. intermedia mampu menginisiasi peningkatan jumlah mediator inflamasi yang dihasilkan oleh sel target seperti tumor necrosis factor  (TNF-α), interleukin-6 (IL-6), IL-8, dan prostaglandin E2 (PGE2), sehingga mampu menyebabkan kerusakan tulang. Kesimpulan: P. intermedia memiliki peranan yang signifikan pada mekanisme kerusakan tulang, dengan meningkatkan mediator inflamasi. Mediator inflamasi tersebut menginduksi ekspresi receptor of nuclear factor-kappa ligand (RANKL) yang meningkatkan aktivasi dan diferensiasi osteoklas, sehingga terjadi peningkatan kerusakan tulang.

Background: Prevotella intermedia is one of the main bacteria that causes periodontitis, an inflammatory condition caused by specific microorganisms that cause destruction to the periodontal ligament and alveolar bone. Varied experimental methods in study of these bacteria related to periodontitis, require systematic literature evaluation to explain the mechanism of P. intermedia in causing bone destruction. Objective: To systematically evaluate and analyze the scientific literature in the form of articles with topics related to the mechanism of alveolar bone destruction by P. intermedia in periodontitis. Methods: This systematic review is conducted from July until November 2020, by searching the literature on two electronic databases, PubMed and Scopus. The literature must meet the inclusion criteria requirements in the form of literatures, must be in English, published in the last 10 years, available in full-text article, and a research article. Determination of the included literatures using the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses). Results: There are three articles that match the inclusion criteria and passed the eligibility assessment stage. These articles were published in 2010-2016. All of them discussed the effect of P. intermedia lipopolysaccharide (LPS) on target cells in the mechanism of bone destruction. The target cells are macrophages, human periodontal ligament fibroblasts (hPDLs), and human dental follicle stem cells (hDFSCs). LPS P. intermedia initiates an increase in the number of inflammatory mediators produced by target cells such as tumor necrosis factor  (TNF-α), interleukin-6 (IL-6), IL-8, and prostaglandin E2 (PGE2), thus causing bone destruction. Conclusion: P. intermedia plays a significant role in the mechanism of bone destruction, by increasing inflammatory mediators. These inflammatory mediators induce expression of the receptor of nuclear factor-kappa ligand (RANKL) which increase osteoclast activation and differentiation, resulting in the increased bone destruction."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Rahayu
"Latar Belakang: Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri Gram-negatif anaerob yang telah terbukti sebagai patogen utama patogenesis periodontitis, sejak awal proses peradangan hingga terjadinya kerusakan tulang alveolar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri ini mampu menyebabkan kerusakan tulang alveolar dengan mekanisme yang bervariasi. Oleh karena itu dibutuhkan analisis literatur secara sistematis untuk dapat menjelaskan bagaimana mekanisme utama bakteri Porphyromonas gingivalis dalam menyebabkan kerusakan tulang.
Tujuan: Tinjauan sistematis ini bertujuan mengevaluasi secara sistematis dan terstruktur literatur ilmiah yang relevan untuk menganalisis mekanisme kerusakan tulang alveolar oleh bakteri Porphyromonas gingivalis pada penyakit periodontitis.
Metode: Pencarian literatur secara daring dilakukan dari bulan Juli hingga November 2020. Penelitian dilakukan dengan berpedoman pada PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) sebagai panduan dalam penulisan tinjauan sistematis. Literatur yang memenuhi syarat dievaluasi pada empat kriteria inklusi: 1) artikel dipublikasikan dalam Bahasa Inggris, 2) artikel diterbitkan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, 3) artikel tersedia dalam fulltext, 4) literatur berupa research article.
Hasil: Pencarian literatur mengidentifikasi sebanyak sebelas artikel yang memenuhi syarat. Sebelas artikel yang terpilih semuanya membahas tentang mekanisme kerusakan tulang alveolar akibat paparan faktor virulensi bakteri Porphyromonas gingivalis dengan empat sel tulang target utama yaitu osteoklas, osteoblas, osteosit, dan periodontal ligament stem cells (PDLSC).
Kesimpulan: Melalui berbagai mekanisme, bakteri Porphyromonas gingivalis memicu kerusakan tulang alveolar dengan meningkatkan produksi sitokin proinflamasi, meningkatkan diferensiasi osteoklas, menghambat diferensiasi osteoblas, dan meningkatkan apoptosis osteoblas.

Background: Porphyromonas gingivalis is an anaerobic Gram-negative bacteria that has been shown to be the main pathogen underlying the pathogenesis of periodontitis, from the beginning of the inflammatory process to alveolar bone destruction. Several studies have shown that these bacteria are capable of causing alveolar bone destruction with various mechanisms, therefore it is necessary to evaluate the literature to be able to explain the main mechanism of Porphyromonas gingivalis in causing this damage.
Aim: The aim of this systematic review is to systematically evaluate the relevant scientific literature in relation to the mechanism of alveolar bone destruction by Porphyromonas gingivalis in periodontitis.
Methods: Online literature searches was carried out from July to November 2020. The study was conducted based on the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses) as a guide in writing a systematic review. Eligible literature were evaluated on four inclusion criteria: 1) articles published in English, 2) articles published in the past 10 years, 3) articles available in full text, 4) literature in the form of research articles.
Results: The literature search identified eleven eligible articles. All eleven selected articles discussed the mechanism of alveolar bone destruction due to exposure to the virulence factor of Porphyromonas gingivalis with four main target bone cells: osteoclasts, osteoblasts, osteocytes, and periodontal ligament stem cells (PDLSC).
Conclusion: Through various mechanisms, Porphyromonas gingivalis induced alveolar bone destruction by increasing proinflammatory cytokine production, increasing osteoclast differentiation, inhibiting osteoblast differentiation, and increasing osteoblast apoptosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hj. Sofa Inayatullah
"Latar belakang: Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit yang kronik, ditandai oleh plak eritematosa dan skuama kasar berlapis, dengan fenomena Koebner dan tanda Auspitz. Salah satu faktor pemicu yang diduga berperan adalah infeksi. Periodontitis merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan periodontal dan dapat menjadi fokus infeksi. Penelitian untuk mengetahui proporsi periodontitis pada pasien psoriasis belum pernah dilakukan di Indonesia dan belum ada penelitian yang melaporkan korelasi derajat keparahan psoriasis dengan kedalaman poket periodontal.
Tujuan: Mengetahui proporsi kasus periodontitis pada pasien psoriasis vulgaris dan korelasi antara derajat keparahan psoriasi dengan kedalaman poket periodontal.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada bulan Juli-November 2017 di poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling dengan jumlah sampel 34 pasien. Anamnesis dan pemeriksaan fisis lesi kulit dilakukan oleh peneliti, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi spesialis Periodontologi.
Hasil : Didapatkan total 34 subjek dengan median usia 37,5 tahun 19-58 tahun . Subjek terdiri atas 20 pasien 58,8 dengan psoriasis derajat ringan dan 14 pasien 41,2 dengan psoriasis derajat sedang-berat. Hasil didapatkan 16 pasien 47,1 dengan periodontitis dan 18 pasien 52,9 tanpa periodontitis. Periodontitis didapatkan sebanyak 8 pasien 23,53 pada masing-masing kelompok psoriasis derajat ringan dan sedang-berat. Tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara derajat keparahan psoriasis dengan kedalaman poket periodontal r 0,126, p 0,478.
Simpulan: Ditemukan proporsi periodontitis yang cukup tinggi pada pasien psoriasis vulgaris yaitu sebesar 47,1 dan tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara derajat keparahan psoriasis dengan kedalaman poket periodontal. Hasil ini mungkin dikarenakan faktor perancu yang dapat memengaruhi derajat keparahan psoriasis maupun kedalaman poket. Kata kunci: Psoriasis, periodontitis, infeksi.

Background: Psoriasis is a chronic inflammatory skin disease, characterized by erythematous plaques and coarse grained scales, with the Koebner phenomenon and the Auspitz sign. One of the trigger factors that contributes is infection. Periodontitis is an infection that occurs in periodontal tissue and can be focus of infection. A study to determine the proportion of periodontitis in psoriasis patients has never been done in Indonesia and no studies have reported a correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth.
Objective: To determine the proportion of periodontitis in patients with psoriasis vulgaris and the correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth.
Methods: This cross sectional study was conducted in July November 2017 in Dermatovenereology clinics of dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital. The sample selection was done consecutive sampling with total sample of 34 patients. Anamnesis and physical examination of skin lesions were done by investigator, then dental and oral examination were done by periodontist.
Results: Total of 34 subjects were enrolled with median age of 37.5 years 19 58 years old. The subjects consisted of 20 patients 58.8 with mild psoriasis and 14 patients 41.2 with moderate severe psoriasis. The results showed that 16 patients 47.1 with periodontitis and 18 patients 52.9 without periodontitis. Periodontitis was found in 8 patients 23.53 in each group of mild and moderate severe psoriasis. There was no statistically significant correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth r 0.126, p 0.478 .
Conclusion: The high proportion of periodontitis was found in patients with psoriasis vulgaris 47.1 and there was no statistically significant correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth. The results may be due to counfounding factors that affect both psoriasis severity and pocket depth. Keywords Psoriasis, periodontitis, infection
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Levina Mulya
"Latar Belakang: Periodontitis kronis mempunyai prevalensi yang sangat tinggi. Baru-baru ini, ada tipe baru fototerapi non bedah untuk mengeliminasi bakteri dinamakan terapi fotodinamik.
Tujuan: Menganalisis efek terapi fotodinamik setelah SPA pada periodontitis kronis.
Metode: Desain split-mouth menerima SPA dengan atau tanpa terapi fotodinamik. BOP, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan diperiksa pada awal dan 1 bulan.
Hasil: Terjadi penurunan kedalaman poket dan peningkatan perlekatan, yang lebih besar dibandingkan sisi kontrol (p<0,05). Pada BOP terjadi penurunan hampir sama dengan sisi kontrol.
Kesimpulan: Tindakan SPA + terapi fotodinamik dibandingkan SPA saja terbukti menyebabkan perubahan efek klinis yang lebih baik pada penurunan kedalaman poket periodontal dan meningkatkan perlekatan gingiva.

Background: Chronic periodontitis has a very high prevalency. Recently, there is a new type of non-surgical phototherapy to eliminate bacteria called photodynamic therapy.
Aim: Analyzing the effects of photodynamic therapy after SPA in chronic periodontitis.
Methods: split-mouth design receives SPA with or without photodynamic therapy. BOP, pocket depth, and attachment loss examined at baseline and 1 month.
Results: There was a decrease in pocket depth and increasing clinical attachment, which is greater than the controls (p <0.05). In BOP decreased nearly equal to the control side.
Conclusions: Measures SPA + photodynamic therapy have better clinical effect on periodontal reduction pocket depth and increased gingival attachment.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T33113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Karenina
"Latar belakang: Prevotella intermedia merupakan bakteri patogen periodontitis kronis yang berasosiasi dengan plak dental implan. Lingkungan yang stres dapat memicu ekspresi mRNA dnaJ bakteri.
Tujuan: Analisis semikuantitatif mRNA dnaJ P.intermedia yang diisolasi dari plak dental implan sehat dan periodontitis kronis.
Metode: P.intermedia dikultur selama 6 dan 11 hari, mRNA dnaJ dikuantifikasi secara Reverse-Transcription PCR.
Hasil: Hasil semikuantifikasi intensitas ekspresi mRNA dnaJ P.intermedia isolat dental implan sehat [6 hari;91,09%] dan [11 hari;88,42%], pada periodontitis kronis [6 hari;87,03%] dan [11 hari;76,94%].
Kesimpulan: Terdapat perbedaan intensitas ekspresi mRNA dnaJ P.intermedia pada isolat dental implan sehat dengan periodontitis kronis, namun tidak signifikan secara statistik.

Background: Prevotella intermedia is a pathogenic bacteria in chronic periodontitis, which is associated with dental implant plaques. A stressed environment can trigger the expression of bacteria dnaJ mRNA.
Objectives: Semiquantitative analysis of dnaJ mRNA of Prevotella Intermedia isolated from healthy dental implant and chronic periodontitis plaques.
Methods: P.intermedia was cultured during 6 and 11 days, then dnaJ mRNA was quantified by using Reverse-Transcription PCR.
Result: The result of dnaJ mRNA of P.intermedia expression intensity semiquantification from isolated healthy dental implant [6 days;91,09%] and [11 days;88,42%], in chronic periodontitis [6 days;87,03%] and [11 days;76,94%].
Conclusion: There are differences in the expression intensity of dnaJ mRNA P.intermedia between isolated healthy dental implants and chronic periodontitis, but it is not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S44744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonang Basuki Suroyudho
"GroEL merupakan faktor virulensi Prevotella intermedia (Pi), khususnya pada patogenesis infeksi oral. Namun, kualitas dan kuantitas ekspresi mRNA GroEL Pi (EMGP) pada infeksi periodontal (SPK) dan periimplan sehat (SIGS) belum diketahui. Penelitian ini menganalisis intensitas EMGP isolat plak pada dua subjek kondisi oral tersebut. Pi pada plak dari dua subjek tersebut dideteksi dan disemikuantifikasi secara PCR, berdasarkan hasil kultur (6 dan 11 hari). Hasil menunjukkan EMGP dari dua sumber klinis terdeteksi dengan kualitas setara dan kuantitas EMGP pada SPK lebih tinggi daripada SIGS serta EMGP kultur 11 hari lebih tinggi daripada kultur 6 hari, walaupun tidak berbeda bermakna (p>0,05).

GroEL is Prevotella intermedia (Pi) virulence factor, especially in oral infection pathogenecity. Nevertheless, quality and quantity of mRNA GroEL Pi expression (MGPE) in periodontal infection (CP) and healthy periimplant (HDI) aren't well-studied. This research analyzed MGPE intensity within plaque-isolates in those oral-conditions subjects. Pi from subjects is detected and semiquantified by PCR, regarding to culture-time (6 and 11 days-old). Data shown that MGPE from two subjects are detected within the same quality and MGPE quantity in CP is higher than in HDI, furthermore MGPE quantity of 11 days-old culture is higher than 6 days-old culture, even it's not significant (p>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S44772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Laras Chitadianti
"Latar belakang: Prevotella intermedia (Pi) dapat diisolasi dari plak jaringan periimplan dan periodontal. Salah satu faktor virulensi Pi adalah GroES.
Tujuan: Membandingkan ekspresi mRNA groES Pi yang diisolasi dari dental implan sehat dan periodontitis kronis.
Metode: Ekspresi mRNA groES Pi dianalisis dengan semikuantifikasi RT-PCR dan diuji statistik menggunakan Mann-Whitney.
Hasil: Pi yang diisolasi dari dental implan sehat dan periodontitis kronis mengekspresikan mRNA groES dengan intensitas berbeda. Pada kedua kelompok, semikuantifikasi intensitas pada waktu kultur 6 hari lebih tinggi daripada 11 hari. Namun, perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Analisis semikuantitatif dapat digunakan untuk menentukan intensitas ekspresi mRNA groES Pi.

Background: Prevotella intermedia (Pi) can be isolated from periimplant and periodontal tissue plaques. One of Pi virulence factors is GroES.
Objective: Comparing groES mRNA expression of Pi isolated from healthy dental implant and chronic periodontitis.
Methods: Pi groES mRNA expression was analyzed with semiquantitative RT-PCR and statistically tested with Mann-Whitney.
Results: Pi isolated from healthy dental implant and chronic periodontitis, expressed groES mRNA with different intensity. In both groups, intensity semiquantification of 6 days culture period was higher than 11 days, but it was not significantly different.
Conclusion: Semiquantitative analysis can be used to determine Pi groES mRNA expression intensity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>